Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 03 Agustus 2012

Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2-Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2-Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2-Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2-Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2


Lan See giok kembali merasakan hatinya tegang, dengan
cepat ia berbisik.
"Kau harus bersikap lebih berhati hati, paling baik kalau
membawa serta Siau ci dan Siau lian berdua"
Oh Li cu manggut-manggut.
http://kangzusi.com/
"Aku tahu, aku bisa menghadapi mereka dengan sebaik
baiknya”
Seusai berkata, buru-buru dia masuk ke bilik pintu bulat,
sekalipun Lan See giok tidak begitu menyukai Oh Li cu,
bagaimana-pun juga ia toh menguatirkan juga ke selamatan
dari perempuan tersebut. karena tindakan yang diambil
olehnya jelas merupakan suatu tindakan yang menyerempet
bahaya.
Terutama sekali selama dia berada dalam benteng Wilim-
poo, ia butuh sekali bantuan dari Oh Li cu, selama ia
berada di sana berarti lebih menguntungkan bagi usahanya
untuk melarikan diri.
Dengan penuh kegelisahan dia berjalan mondar mandi
dalam ruangan agar pihak lawan tak sampai mengawasi
gerak geriknya secara jelas, diapun sengaja memadamkan
semua lentera yang berada dalam ruangan tersebut.
Suara dayung membelah air kedengaran berkumandang
ditengah keheningan itu.
Cepat-cepat Lan See giok menuju ke jendela belakang
dan melongok ke luar, sebuah sampan kecil sedang
meluncur ke luar dari tempat tersebut.
Oh Li cu berdiri tegak di ujung sampan, sebilah pedang
tersoren di punggungnya, sedang Siau ci dan Siau lian
membawa dayung duduk di belakang.
Entah mengapa, Lan See giok merasakan hatinya
berdebar keras, andaikata orang yang menyadap
pembicaraan mereka tadi benar-benar adalah Be Siong pak
serta Thio-Wi-kang, jelas kepergian Oh Li cu kali ini
mengandung resiko yang amat berat.
http://kangzusi.com/
Sampan itu sudah hampir tiba di seberang sana, tiba-tiba
ia saksikan Oh Li cu berpaling ke arahnya, sorot matanya
berkilat seperti bintang timur.
Lan See giok segera menggapai ke arahnya, sementara
hatinya berdebar makin keras, dalam sekejap itulah ia
seolah-olah mendapatkan suatu firasat jelek.
Dia ingin memanggil pulang Oh Li cu, tapi kuatir hal
tersebut malah berakibat merugikan, sementara ia masih
sangsi Oh Li cu serta Siau lian sudah naik ke daratan
seberang dan menuju ke jalan tembus, sementara Siau ci
tetap menanti di atas sampan.
Lan See giok berdiri di depan jendela dengan perasaan
yang sangat kalut, sorot matanya yang tajam mengawasi
perkembangan situasi tanpa berkedip.
Kurang lebih seperminuman teh lamanya sudah lewat,
akan tetapi suasana di seberang sana masih tetap hening . . .
Berapa waktu kemudian, belum juga nampak Oh Li cu
menampakkan diri . .
Lan See giok semakin gelisah, pikirnya:
"Wah, jangan-jangan orang yang menyadap
pembicaraan tadi benar-benar adalah Be Siong pak serta
Thio-Wi-kang?"
Ia tak berhasil menebak dengan pasti mengapa Be Siong
pak dan Thio-Wi-kang menyadap pembicaraan pribadi
pocu nya, jangan-jangan Oh Tin san telah membongkar
pula rahasia sekitar kotak kecil tersebut di hadapan mereka
berdua?
Tentang rahasia mestika tersebut, kecuali terhadap Say
nyoo-hui, Oh Tin san boleh dibilang tak pernah
membicarakannya kepada Oh Li cu, jadi seharusnya
http://kangzusi.com/
mustahil kalau dia membocorkan pula kepada kedua orang
itu..
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
suara keleningan kecil berkumandang dari kejauhan sana.
Tapi suara tersebut hanya bergema singkat, agaknya
genta tersebut cepat-cepat dipegang orang hingga tak
sampai bersuara.
Suara keleningan tersebut mirip sekali dengan suara
keleningan yang berkumandang dari perahu naga emas
milik Oh Tin san.
Tiba-tiba Siau ci yang berada di sampan seberang
berpaling ke arah pintu air.
Tergerak hati Lan See giok, dengan cepat dia melompat
ke luar pula dari dalam ruangan.
Tiba di pintu halaman, benar juga ia lihat perahu naga
emas telah berlabuh di depan pintu gedung persegi, semua
cahaya lentera di atas perahu telah padam, beberapa orang
lelaki berpakaian ringkas berdiri di buritan, salah seorang
diantaranya sedang menggenggam lonceng kecil itu.
Sekali lagi Lan See giok berpikir dihati:
"Dalam suasana begini, masa Oh Tin san akan ke luar
benteng? Ke mana dia hendak pergi?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Oh Tin san
dan Say nyoo-hui sudah nampak muncul dari balik gedung
dengan langkah tergesa gesa.
Oh Tin san masih tetap mengenakan jubah abu - abunya,
sedangkan Say nyoo-hui telah berganti dengan sebuah
pakaian ringkas, sepasang golok burung hongnya tersoren
dipunggungnya tergantung sebuah kantung kulit.
http://kangzusi.com/
Setibanya di depan pintu, ke dua orang itu segera
menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melompat naik ke
atas perahu naga emas.
Setibanya di perahu, Oh Tin San cepat-cepat
mengulapkan tangannya setelah itu bersama sama Say
nyoo-hui masuk ke ruang perahu.
Beberapa orang lelaki kekar yang sudah siap dengan
cepat mendayung perahu itu berlalu dari sana, dalam waktu
singkat perahu naga emas itu sudah melaju pergi.
Lan See giok yang menyaksikan semua peristiwa tersebut
menjadi bingung bercampur gelisah, ia tidak mengerti
mengapa Oh Tin san suami istri pergi dengan langkah
tergesa gesa, tapi yang pasti hal ini tentu ada sangkut
pautnya dengan si penyadap pembicaraan mereka tadi.
Dalam keadaan yang begini, ia mulai menguatirkan
keselamatan dari bibi Wan serta enci Ciannya, kalau tadi
berniat meninggalkan benteng Wi-lim-poo, maka sekarang
dia bertekad akan berusaha melarikan diri dari situ.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, sampan
kecil Oh Li cu telah didayung kembali. Oh Li cu yang
berdiri di geladak sedang mengawasi perahu naga emas
yang berlalu tanpa berkedip.
Cepat-cepat Lan See giok menenangkan hatinya
kemudian maju menyongsong, lalu sambil menarik Oh Li
cu naik ke atas darat ia berbisik lirih:
"Bagaimana? Apakah mereka berada di situ"
Dengan wajah riang Oh Li cu menunjuk ke arah pintu
halaman, sebagai pertanda masuk dulu kemudian baru
berbicara, tapi dengan nada tak mengerti ia toh bertanya
juga kepada Lan See giok:
http://kangzusi.com/
"Agaknya ayahku sekalian barusan pergi?"
Dengan cepat Lan See giok berkerut kening, karena ia
mengendus bau arak dari mulut Oh Li cu, ini yang
membuat nya tidak mengerti, maka diapun manggutmanggut
sambil mengiakan belaka.
Mereka berdua masuk ke ruang dalam, sambil
memasang lampu lentera Lan See -giok segera bertanya:
"Bagaimana dengan mereka?"
"Mereka sedang membicarakan tentang diri mu!" ucap
Oh Li cu dengan wajah berseri.
Nada suaranyapun kedengaran penuh dengan
kegembiraan, Lan See giok merasa kan hatinya bergetar
keras, tanyanya lagi dengan gelisah:
"Apa yang sedang mereka bicarakan?"
Setelah lentera disulut, ia pun dapat melihat Oh Li cu
berdiri sambil memandang arahnya dengan pandangan
cinta, senyum manis menghiasi ujung bibirnya, pipinya
semu merah.
Oh Li cu tertawa genit, sahutnya merdu:
"Mereka semua mengatakan kau tampan dan gagah, di
kemudian hari pasti akan menjadi seorang pemimpin yang
disegani setiap orang.."
Alangkah kecewanya Lan See giok setelah mendengar
perkataan ini, tapi untuk berhasil melepaskan diri dari sana.
Ia pura-pura bertanya lagi dengan wajah gembira.
"Apa lagi yang mereka bicarakan tentang diriku?"
Paras muka Oh Li cu berubah semakin merah membara,
lama kemudian ia baru berkata tersipu sipu:
http://kangzusi.com/
"Mereka masih memuji ketajaman mata ayahku yang
bisa mendapatkan seorang menantu gagah seperti kau,
sudah pasti dia akan banyak rejeki di kemudian hari."
Berbicara sampai di situ, tidak tahan lagi dia tertawa
cekikikan . . .
"Aaah, mungkin aku yang tidak sesuai untuk enci?"
Sengaja Lan see giok merendah.
Paras muka Oh Li cu berubah semakin merah, cepatcepat
dia membantah.
"Adik Giok terlalu sungkan, sesungguhnya enci lah yang
merasa tidak sesuai untukmu, cuma Be congkoan toh
sempat memuji kita berdua sebagai sepasang sejoli yang
amat serasi, diapun berkata pula demikian".
"Adik adalah pemuda gagah dan enci adalah gadis
cantik, bila kita berdua berjalan bersama, entah berapa
banyak manusia lain yang akan merasa kagum"
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar ucapan
tersebut, dengan gembira ia segera berseru:
"Sungguh? Enci Cu, mari kita bermain ke telaga Oh
peng, aku ingin lihat bagaimana para nona-nona nelayan
yang bermuka bengkak, berwajah kurus memandang kagum
kepadamu. . ."
Waktu itu Oh Li cu sedang merasa gembira sekali,
ditambah pula rasa ingin menangnya, terpengaruh pula oleh
beberapa cawan arak, tanpa berpikir panjang ia menyahut:
"Baik, besok kita pergi bersama!"
Ketika Lan See giok menyaksikan paras muka Oh Li cu
makin lama semakin bertambah merah, dengan penuh
perhatian dia pun bertanya:
"Cici, kau telah minum arak?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu tertawa, ditatapnya anak muda tersebut dengan
pandangan penuh cinta kasih, kemudian katanya.
"Sewaktu kesana, mereka berdua lagi minum arak demi
merayakan cici yang berhasil mendapatkan kekasih tampan
seperti kau, Be congkoan dan Thio-Wi-kang, masingmasing
telah menghormati tiga cawan arak kepadaku."
"Kalau begitu cici sudah mabuk. " seru Lan See giok
gugup "cepatlah pergi tidur, besok kita hendak berpesiar.“
Dengan cepat Oh Li cu menggelengkan kepalanya
berulang kali.
"Cici tidak mabuk, pergilah tidur lebih duluan, aku harus
menitahkan Siau lian untuk memberitahukan kepada
komandan pasukan harimau terbang agar menyiapkan
sebuah kapal perang dan kuda untuk kita berdua."
Terkejut Lan See giok mendengar ucapan ini, segera
pikirnya.
"Kalau aku mesti berpesiar dalam keadaan seperti ini,
jelas hal tersebut akan sangat mempengaruhi usahaku untuk
melarikan diri, wah- rencana ini mesti kucegah."
Berpikir demikian. cepat-cepat dia berseru
"Urusan pribadi kita berdua mengapa harus merepotkan
orang lain . .?"
Tidak sampai Lan See giok berbicara lagi, dengan nada
meyakinkan Oh Li-cu berkata lebih jauh:
"Besok kita harus menunggang kuda, tahukah betapa
gagahnya kita berkuda!"
Dia mengerling sekejap ke arah si nona dengan
pandangan penuh cinta kasih dan masuk ke dalam
kamarnya dan berpesan lagi dengan mesra.
http://kangzusi.com/
"Cepatlah tidur, besok kita akan berangkat pagi-pagi!"
Tiba-tiba satu ingatan melintasi kembali dalam benak
Lan See giok, sambil berlagak resah ia berkata.
"Tapi aku tak pandai menunggang kuda.."
"Besok cici akan mengajar kepadamu, tanggung sekali
belajar segera akan bisa"
Selesai berkata, dia lantas beranjak pergi dari situ.
Diam-diam Lan See giok mengeluh, hatinya amat
gelisah, dalam keadaan begini ia tahu keadaan tak tertolong
lagi, terpaksa dia harus bekerja menurut situasi besok.
Berbaring di atas ranjang, bagaimanapun ia berusaha
tidur, matanya terasa tak mau terpejam.
Sekarang ia dapat memastikan kalau orang yang mencuri
dengar rahasia kotak kecilnya adalah orang lain namun hal
tersebut semakin memperbesar tekadnya untuk melarikan
diri.
Dengan seksama dan berhati hati sekali dia mulai
merancang rencananya untuk melarikan diri, ia telah
persiapkan beberapa macam jawaban. Mempersiapkan
bagaimana caranya menciptakan kesempatan, apa yang
harus diperbuat untuk menghindari pengejaran dari Oh Li
cu serta bagaimana selanjutnya menyusup ke rumah
kediaman bibiWan nya
Sampai dia beranggapan bahwa rencana nya betul-betul
matang dan sempurna, ia baru terlelap tidur-
Entah berapa saat sudah lewat, akhirnya suara langkah
kaki manusia menyadarkan Lan See giok dari tidurnya.
Ketika membuka mata, sinar fajar telah mencorong
masuk lewat jendela, seorang dayang kecil telah muncul
http://kangzusi.com/
sambil membawa keperluan membersihkan mulut dan
muka.
Lan See giok segera melompat bangun, kemudian
bisiknya kepada pelayan itu:
"Tolong ambilkan pakaian milikku sendiri!"
Baru selesai ia berkata, dari kamar seberang sudah
kedengaran suara Oh Li cu lagi menegur:
"Adik giok, kau telah bangun?"
"Benar cici!" sahut Lan See giok dengan perasaan
terkejut.
"Apakah kau merasa pakaian itu kurang serasi dibadan?"
tanya Oh Li cu lagi dengan nada tidak mengerti.
"Betul enci Cu, pakaian ini kelewat kedodoran"
"Aku masih mempunyai satu stel baju kongcu berwarna
biru, tahun berselang baru selesai dibuat, biar kucarikan
untukmu!"
Untuk menghindari kecurigaan perempuan tersebut, Lan
See giok tak berani bersikeras meminta kembali pakaian
lamanya, terpaksa dia hanya mengiakan.
Tak lama kemudian, tirai kelambu tersingkap dan Lan
See giok merasakan pandangan matanya menjadi silau.
Oh Li cu muncul dengan dandanan yang sangat
mentereng, jauh berbeda dengan dandanannya semalam,
kali ini dia nampak anggun, cantik dan menawan hati.
Sambil membawa sebuah jubah panjang, ia muncul
kembali dengan wajah berseri.
Memandang dandanan perempuan ini, diam-diam Lan
See giok turut merasa gembira, sebab sudah jelas tak
mungkin akan membawa senjata tajam atau senjata rahasia
http://kangzusi.com/
itu, berarti rencananya untuk melarikan diri sudah berhasil
separuh.
Karenanya dengan nada gembira dia berseru.
"Aaah enci Cu, kalau kau berjalan jalan di tepi telaga
dalam dandanan seperti ini, jangan-jangan nona dusun akan
mengira dewi sianggo turun dari rembulan .."
Oh Li cu merasa girang sekali dengan umpakan tersebut,
ia tertawa semakin bangga
"Nah, ambillah dan cepat kenakan!"
Sambil berkata dia melemparkan jubah panjang tersebut
ke arah Lan See giok.
Lan See giok menyambut jubah panjang itu dan
mengenakannya, ternyata potongan pakaian itu persis sekali
dengan bentuk badannya. kalau tidak bisa dikatakan cocok
sekali.
Oh Li cu tertawa puas setelah melihat adik Giok nya
nampak lebih tampan setelah mengenakan jubah biru itu, ia
yakin hanya dirinya yang pantas mendampingi seorang
pemuda ganteng macam dirinya.
Ketika sarapan mereka berdua sama-sama membungkam
dengan pikiran masing-masing
Oh Li cu bersantap dengan lahap, dia sedang
mengkhayalkan bagaimana para gadis dusun mengagumi
kecantikan dan keanggunannya.
Sebaliknya Lan See giok tak sanggup menelan nasi yang
disuapnya, pikirannya sangat resah bila memikirkan
rencana pelariannya nanti-
Selesai bersantap, mereka berdua naik ke sampan, dan
melaju menembusi aliran sungai dengan Siau ci serta Siau
lian yang memegang dayung.
http://kangzusi.com/
Setelah melewati benteng air yang tinggi dan menembusi
dua buah saluran air, pintu gerbang telah berada di depan
mata.
Di kedua belah sisi pintu gerbang berdiri puluhan orang
lelaki berbaju kuning, ada yang menyandang golok, ada
yang membawa busur, sewaktu melihat sampan yang
ditumpangi Lan See giok dan Oh Li cu lewat. bentakan
nyaring menggelegar dan pintu gerbang segera
dipentangkan lebar- lebar.
Tatkala sampan kecil itu lewat, puluhan orang lelaki
kekar itu serentak memberi hormat dengan wajah serius,
ketika memandang wajah Lan See giok, rata-rata mereka
tunjukkan sikap menghormat.
Sedangkan mereka yang melihat sikap alim dan lembut
dari Oh Li cu, rata-rata segera berpikir di dalam hati:
"Waah, nona berubah seratus delapan puluh derajat."
Ke luar dari pintu gerbang, Lan See giok merasakan
matanya silau, rupanya di kiri pasukan harimau dan
pasukan naga.
Setiap kapal perang berlabuh rapi, panji berkibar
terhembus angin dua puluhan lelaki kekar berbaju kuning
dengan tombak dan tameng di tangan berdiri serius di atas
geladak.
Begitu sampan yang ditumpangi Lan See -giok sekalian
muncul, terompet dibunyikan dan serentak semua lelakilelaki
kekar itu menengok ke arah mereka.
Komandan pasukan harimau serta komandan pasukan
naga telah menantikan kedatangan mereka di perahu
pertama.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera berlagak sangat gembira, dengan
wajah berseri dia mengulapkan tangannya ke arah kawanan
pasukan yang berada di kiri kanannya
Ketika menyaksikan wajah menghormat dan sorot mata
kagum yang terpancar dari wajah orang-orang itu, Lan Seegiok
malu sendiri, dia yakin orang-orang itu tak ada yang
tahu kalau sekarang ia sedang berusaha untuk melarikan
diri.
Sampan itu didayung langsung menuju ke kapal perang
pertama, setelah mendekat, pemuda itu baru tahu kalau di
situ tidak di sediakan tangga untuk naik, padahal tinggi
perahu mencapai dua kaki lebih, apalagi tinggi geladak
yang delapan depa lebih tinggi.
Kedengaran dua orang komandan pasukan itu berseru
dari atas geladak dengan hormat:
"Perahu dan kuda sudah dipersiapkan, silahkan sau pocu
dan nona naik ke atas perahu".
Karena tidak disediakan tangga, Lan See -giok tahu
kalau dia diharuskan melompat naik dengan mengandalkan
ilmu meringankan tubuh, maka sambil berpaling ke arah
Oh Li cu yang berada di belakangnya, ia berkata seraya
tertawa.
"Nona, silahkan kau naik dulu!"
Oh Li cu tersenyum dan manggut-manggut, ia melejit ke
udara setinggi tiga kaki, lalu ditengah udara dia
menggunakan jurus burung Hong masuk sarang untuk
melayang ke atas perahu.
Tempik sorak bergema gegap gempita, semua anggota
pasukan yang berada di sekitar sana berteriak memuji untuk
menyambut keindahan gerak tubuh nona mereka.
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera berkerut kening, dia tahu Oh Li cu
sengaja hendak memamerkan kehebatannya dihadapannya.
Maka sambil tertawa hambar dia melompat ke atas,
tingginya tidak seberapa dimana sepasang kakinya persis
menginjak di tepi perahu, hal ini membuat orang mengira
dia tak bertenaga penuh,
Disaat ujung kaki Lan See giok hampir menempel di sisi
perahu itulah, tubuhnya nampak gontai dan bergetar keras,
sementara tubuh bagian atasnya tahu-tahu terpelanting ke
luar kapal.
Jeritan kaget kontan saja berkumandang dari sana sini,
beratus - ratus lelaki kekar itu sama - sama tertegun karena
kaget, sedang kan Siau ci dan Siau lian yang berada di
sampan kecil malah sempat menjerit lengking:
Mendadak. .
Lan See giok mengibaskan ujung baju kanannya, lalu
badannya yang terlempar keluar perahu tadi berputar ke
sebelah kiri, setelah itu dengan tubuh lurus seperti pena ia
berdiri di ujung perahu dengan mantap.
Menyaksikan demonstrasi ini, ke dua orang komandan
kapal perang itu jadi melongo dan termangu beberapa saat,
sementara suasana di sekitar situpun dicekam dalam
keheningan.
"Memalukan, sungguh memalukan!" akhirnya Lan See
giok memecahkan keheningan tersebut.
Komandan pasukan harimau dengan cepat berhasil
menguasai diri, serunya kemudian dengan suara lantang:
"Saudara sekalian, demonstrasi ilmu meringankan tubuh
yang baru saja akan dipertunjukkan sau pocu adalah ilmu
meringankan tubuh yang disebut "Angin menggoyangkan
http://kangzusi.com/
pohon liu," pengetahuan kalian tentu akan semakin terbuka
dengan diperlihatkannya ilmu kepandaian itu"
Sesudah ucapan tersebut diutarakan, tempik sorak yang
gegap gempita baru berkumandang memecahkan
keheningan.
Lan See giok segera mengulapkan tangan nya untuk
menenangkan suasana, kemudian setelah menyampaikan
rasa terima. kasih kepada ke dua orang komandan pasukan,
bersama Oh Li cu yang dihiasi senyum di kulum mereka
bersama sama masuk ke ruang kapal.
Tak lama kemudian, perintah diturunkan dan perahu
pun bergerak meninggalkan tempat tersebut.
Makin lama perahu dijalankan semakin cepat, sepanjang
jalan hanya suara ombak yang memecah kesepian
memainkan suasana.
Lan See giok duduk di ruang dalam, ia seperti tidak
berniat untuk menyaksikan keadaan di luar perahu dan
nampaknya hal ini justru amat cocok dengan keinginan Oh
Li cu.
Dalam ruang perahu, Oh Li cu dan Lan See giok duduk
bersanding, gadis itu kelihatan sangat gembira, ia seringkali
mengajak pemuda itu membicarakan soa1 pemandangan
alam, meski Lan See-giok dibebani pelbagai masalah, toh
dia harus menghadapi dengan berhati hati . .
Ketika kapal perang itu meninggalkan hutan gelugu,
matahari telah muncul di ufuk timur, cahaya keemasemasan
memancar ke permukaan telaga dan memercikkan
cahaya yang menyilaukan mata.
Sekarang Lan See giok baru tahu bahwa perahu mereka
diarahkan ke barat daya, ketika memandang jauh ke muka,
lebih kurang tujuh delapan li di depan sana kelihatan
http://kangzusi.com/
sebuah garis hijau, agaknya disitulah kampung nelayan itu
berada.
Sebagaimana diketahui, sewaktu datang ia sama sekali
tidak tahu arah mata angin, tentu saja saat inipun ia tak
tahu dimanakah letak benteng Wi-lim-poo, apalagi masih
berapa jauh jaraknya dengan kampung nelayan itu.
la juga takut kalau sampai bertemu dengan si naga sakti
pembalik sungai, terutama sekali dengan si kakek berjubah
kuning maka ia beranggapan setelah turun dari perahu
nanti, ia harus berusaha secepatnya meninggalkan tempat
itu.
Semakin mendekati daratan, Lin See giok merasa
hatinya semakin tegang.
Akhirnya perahupun merapat dengan pantai, dua orang
lelaki kekar segera menurunkan papan dan menarik ke luar
dua ekor kuda putih dari atas perahu.
Menyaksikan kuda yang kurus dan lemah apalagi
nampak begitu jinak tersebut. kontan saja Lan See giok
berkerut kening, "Kalau kudanya saja begitu kurus dan
lemah, bagaimana mungkin bisa berlari cepat?" demikian ia
berpikir dengan perasaan gelisah.
Tiba-tiba terdengar Oh Li cu bertanya kepada si lelaki
penghela kuda itu.
"Apakah dua ekor kuda tua itu?"
Kedua orang lelaki itu segera mengiakan dengan hormat.
Lan See giok menjadi sangat mendongkol, dengan nada
tak puas dia bertanya:
"Mengapa kau memilih dua ekor kuda tua?"
http://kangzusi.com/
"Sebab kau tak pandai berkuda", jawab Oh Li cu sambil
tertawa manja, "oleh sebab itu cici sengaja berpesan agar
dipersiapkan dua ekor kuda tua yang tidak binal lagi!"
Diam-diam Lan See giok mengeluh, tahu begini
semalam dia tak akan beralasan tak pandai menunggang
kuda.
Turun dari perahu, merekapun mendekati kedua ekor
kuda tua tersebut.
Lan See giok merasa sedikit gugup, sebab berbicara yang
sesungguhnya, baru pertama kali ini ia menunggang kuda.
Setelah diberi petunjuk ringkas oleh Oh Li cu,
merekapun menunggang kuda dan menjalankannya
menelusuri tanggul.
Sepanjang jalan Lan See giok berlagak tegang,
pandangannya selalu tertuju ke depan, seolah-olah kuatir
kalau tubuhnya terjengkang ke belakang.
Oh Li cu amat geli melihat sikap kaku nya, sambil
tertawa getir ia berseru.
"Hei, kalau menunggang kuda lebih baik angkat saja
kepalamu, luruskan pandangan ke muka!"
Lan See giok mengiakan sambil memandang ke muka,
tapi apa yang terlihat membuat badannya gemetar keras,
hampir saja ia terjerembab dari atas kuda.
Diantara pepohonan siong yang terbentang di depan situ,
berdiri sebuah bangunan rumah yang mungil, ternyata
rumah itu bukan lain ada1ah rumah bibi Wan serta enci
Ciannya.
Oh Li cu yang melihat pemuda itu gemetar dan
wajahnya berubah, disangkanya ia sedang ketakutan, cepat
serunya dengan kuatir.
http://kangzusi.com/
"Tak usah takut, bila perlu kempitkan kaki pada perut
kuda, dengan demikian kau tak akan sampai jatuh, pegang
tali les kuda erat-erat, asal tubuhmu tak sampai terlempar ke
udara, niscaya jiwamu tak akan bahaya."
Lan See giok merasa kalau ia telah khilaf, cepat-cepat
perhatiannya dipusatkan jadi satu dan manggut manggut
kearah Oh Li cu dengan perasaan terima kasih.
Sementara itu, kuda mereka sedang lewat di muka pintu
rumah, Lan See giok sudah melihat jelas pintu ruangan bibi
Wan nya.
Sekarang ia hanya bisa berdoa, semoga Thian
melindunginya dan jangan sampai mempertemukan dia
dengan bibinya.
Ketika kuda mereka maju lebih ke depan semua
pemandangan dalam halaman rumah itu dapat terlihat
jelas.
Tiba-tiba Lan See giok merasa hatinya bergetar keras,
jantungnya berdebar begitu keras sehingga hampir saja akan
melompat ke luar dari mulutnya.
Ternyata enci Cian nya sedang berdiri di dalam halaman
dengan punggung menghadap ke luar, dalam keadaan
begini ia kuatir sekali Ciu Siau cian atau enci Cian nya akan
menyapa dia.
Agaknya Oh Li cu juga telah melihat gadis tersebut,
menurut penaksirannya kalau di tinjau dari rambut panjang
dan perawakan tubuh gadis berbaju kuning itu. dia
semestinya berwajah cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan.
Api cemburu Oh Li cu seketika berkobar ketika ia
saksikan Lan See giok tiada henti nya melirik kearah gadis
http://kangzusi.com/
dalam halaman tersebut, dengan rasa cemburu yang amat
tebal ia lantas berseru:
"Adik giok, apakah kau menganggap gadis yang berada
di dalam halaman itu lebih cantik dari pada cici?"
Terkejut Lan See giok mendengar pertanyaan ini. dia
bukan takut Oh Li cu menjadi gusar, tapi yang jelas takut
kalau jejak nya sampai ketahuan Ciu Siau cian.
Betul juga, ketika mendengar ada suara pertanyaan
bergema di situ, Ciu Siau cian segera berpaling.
Betapa rikuh dan tersipu-sipunya Lan See giok waktu itu,
andaikata sekitar sana ada lubang niscaya ia telah
menyembunyikan diri di sana, baru saat ini dia dapat
merasakan, bagaimanakah perasaan seseorang yang punya
mulut namun tak dapat mengutarakan kesulitan sendiri.
Sementara itu Oh Li cu berdiri tertegun lantaran kaget,
setelah melihat paras cantik lawan, tiba-tiba saja timbul
perasaan rendah diri pada dirinya, dia memang tak berani
percaya kalau dalam dusun nelayan terdapat gadis yang
berparas begitu cantik.
Gadis berbaju kuning itu berkulit putih, bermata bening.
hidung mancung dengan bibir yang kecil mungil, sekalipun
dia hanya mengenakan pakaian yang amat sederhana,
namun tidak mengurangi sikap anggun dan daya tariknya.
Terutama sekali sepasang biji matanya yang jeli sungguh
menawan hati.
Agak berubah wajah Oh Li cu setelah menyaksikan paras
muka gadis berbaju itu, wajahnya menjadi murung dan
timbu1 perasaan yang amat tak sedap di hati.
Tanpa disadari akhirnya dia berseru:
"Dia memang benar-benar sangat cantik!"
http://kangzusi.com/
"Aaah, dia kan gadis dusun yang tak tahu adat, biar
cantik, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan cici
yang berasal dari keluarga persilatan?" tukas Lan Se giok
tiba-tiba.
Setelah mendengar perkataan tersebut, rasa rendah diri
yang semula menyelimuti perasaan Oh Li cu segera hilang
lenyap tak berbekas. . .
Apalagi setelah melihat gadis berbaju kuning itu segera
tertunduk malu sehabis mendengar perkataan dari Lan See
giok tadi, tanpa terasa ia tertawa bangga.
Lan See giok tak berani memandang wajah Ciu Siau
cian, hatinya tak terlukiskan gelisahnya, ia tak tahu apakah
enci Cian nya telah mendengar perkataan tersebut atau
tidak.
Dalam keadaan begini, dia cuma berharap selekasnya
bisa meninggalkan tempat itu, apa mau dikata kuda tua
tersebut larinya lamban sekali.
Beberapa kali Lan See giok mencoba untuk melarikan
kudanya, sayang kuda tersebut kelewat tua, setelah lari
beberapa langkah kembali jalannya melamban.
Nampaknya gerak gerik dari pemuda tersebut tak dapat
membendung rasa geli Oh Li cu, tak tahan ia tertawa
cekikikan.
Merasa dirinya ditertawakan, Lan See giok amat gusar,
saking mendongkolnya tiba-tiba saja ia menendang perut
kuda itu keras-keras.
Ringkikan panjang yang amat memekikkan telinga
segera berkumandang memecah kan keheningan, mungkin
lantaran kesakitan, tiba-tiba saja kuda tersebut kabur
secepat cepatnya ke muka.
http://kangzusi.com/
Bisa dibayangkan betapa kagetnya Lan See giok waktu
itu, badannya menjadi gontai dan nyaris terjerembab ke
tanah, dengan gugup ia memegang tali les kuda nya
kencang-kencang.
Oh Li cu terkejut juga melihat kejadian ini, dengan
gelisah ia menjerit:
"Aduh celaka, kudanya kaget, kudanya kaget”
Lan See giok semakin gugup, dia tahu bahaya sehingga
tanpa sadar kakinya mengempit, perut kuda itu semakin
kencang, tangannya yang memegang tali les juga di
perkencang.
Mimpi pun Oh Li cu tak pernah menyangka kalau kuda
tua yang di hari-hari biasa sangat penurut dan jinak,
mendadak saja menjadi sewot dan gila menyaksikan
kegugupan Lan See giok di atas punggung kuda itu, ia
menjadi gelisahnya bukan kepalang, sampai- sampai telapak
tangannya menjadi basah oleh keringat dingin.
Dalam keadaan begini, dia mencoba untuk melarikan
kudanya untuk mengejar, apa mau dibilang kudanyapun
sudah kelewat tua. setelah lari beberapa langkah, diapun
melamban kembali.
Dalam waktu singkat kuda sewot yang di tunggangi Lan
See giok sudah kabur jauh ke depan, yang tersisa hanya
debu dan pasir yang beterbangan menutupi pemandangan.
Hampir menangis Oh Li cu menyaksikan kejadian itu, ia
melihat jelas bagaimana Lan See giok menggenggam
kencang tali les kudanya dengan wajah tegang.
"Adik Giok-adik Giok..cepat bungkukkan tubuhmu di
atas pelana, cepat bungkukkan tubuhmu di atas pelana .."
jeritnya kemudian setengah menangis.
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang gugup bercampur tegang, bisa
mendengar jerit tangis Oh Li cu tersebut dengan jelas, tanpa
berpikir panjang ia segera menuruti nasehat tersebut dengan
membungkukkan badannya di atas punggung kuda.
Hutan demi hutan, pepohonan demi pepohonan dilalui
dengan cepat, Lan See giok tidak tahu berapa jauh ia sudah
dibawa kabur, peluh telah membasahi tubuhnya maupun
tubuh sang kuda, lambat laun lari si kuda sewotpun kian
melamban.
Di depan sana terbentang kini sebuah lapangan rumput
yang luas, karena kudapun sudah mulai melamban larinya,
Lan See giok mulai dapat mengingat ingat kembali
pelajaran yang diberikan Oh Li cu kepada nya bila
menjumpai bahaya.
Cepat ia menekan kuda itu dengan telapak tangan
kanannya, begitu tubuhnya melejit ke udara, ia
berjumpalitan beberapa kali kemudian melayang turun ke
atas tanah berumput.
Dengan lenyapnya daya beban dari kuda tua itu,
binatang tadipun menghentikan larinya.
Baru pertama kali Lan See giok mencoba naik kuda,
namun akibatnya harus menjumpai pengalaman yang
mendebarkan hati akibatnya rasa tegang yang mencekam
perasaannya tidak juga bisa ditenangkan.
Sambil duduk di tanah lapang dengan napas terengah, ia
memandang kuda putih di kejauhan sana sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya:
"Menunggang kuda tua bangkotan saja sudah
mendebarkan hati, apalagi kalau menunggang kuda liar,
bagaimana jadinya?"
http://kangzusi.com/
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, kejut
dan gembira ia segera melompat bangun dan mencakmencak
kegirangan, gumamnya seorang diri:
"Kalau sekarang tidak kabur, harus kutunggu sampai
kapan lagi? Yaa, inilah kesempatan paling baik yang belum
tentu bisa kujumpai lagi.!”
Berpikir begitu, cepat-cepat dia melompat naik lagi ke
punggung kuda tua dan mencoba untuk meneruskan
perjalanan sayang kuda tua itu sudah kelewat lelah,
bagaimanapun ditarik, dibetot, kuda tadi tetap berdiri tegak
di tempat semula.
Lan See-giok gelisah sekali, dia kuatir Oh Li cu keburu
menyusul ke mari, karenanya terpaksa ia melompat turun
dari kuda tua itu dan melarikan diri menuju ke gundukan
bukit kecil di depan situ.
Tengah hari sudah lama lewat, Lan See -giok mulai
merasa perutnya sangat lapar, tapi sejauh mata memandang
hanya hutan belantara belaka, ke mana ia harus pergi untuk
bersantap?
Untung saja tak lama kemudian ia sudah tiba di sebuah
pegunungan, di atas pegunungan itu penuh pepohonan li
yang buahnya mulai memasak. tidak sungkan-sungkan lagi
Lan See giok memetik buah buahan tersebut dan
melahapnya dengan rakus . . .
Entah berapa saat kemudian. tiba-tiba ia mendengar
suara derap langkah kuda yang amat ramai bergema secara
lamat-lamat dari arah tanggul telaga sana.
Lan See giok sangat terkejut, ia memasang telinganya
baik-baik dan mendengarkan dengan penuh perhatian, betul
juga derap kaki kuda itu sangat ramai. tampaknya ada
http://kangzusi.com/
serombongan manusia berkuda sedang melalui tempat
tersebut.
Makin lama suara derap kaki kuda itu semakin nyaring
dan mendekat, suaranya bagaikan gemuruh yang
menggelegar menjelang datangnya hujan deras.
Tergerak hati Lan See giok ia segera bangkit berdiri dan
lari ke depan sebuah pohon besar di puncak bukit.
Dari sana ia memanjat ke pucuk pohon dan
menyembunyikan diri di balik dedaunan yang lebat.
Dikejauhan sana, pada wilayah antara tanggul dengan
tanah padang berumput, kelihatan debu dan pasir
beterbangan ke ang-kasa, tampak dua tiga puluhan ekor
kuda sedang dilarikan mendekat dengan kecepatan luar
biasa,
Mendadak..
Rombongan itu memecahkan diri bagaikan bunga api
yang meletuk dengan berbentuk seperti kipas, rombongan
kuda tadi menyebarkan diri serta mengepung lapangan
rumput tersebut rapat-rapat.
Lan See giok sangat keheranan setelah menyaksikan
kejadian itu, dengan perasaan tidak mengerti dia celingukan
kian kemari, tapi selain padang rumput yang luas, pada
hakekatnya tidak dijumpai sesuatu apapun yang
mencurigakan.
Ketika diamati dengan lebih seksama, pemuda kita
segera gemetar karena kaget, ternyata penunggang kedua
tiga puluh ekor kuda itu adalah lelaki-lelaki kekar
berpakaian ringkas warna kuning, kalau diperhatikan baju
seragamnya, jelas mereka adalah anggota benteng Wi-limpoo.
http://kangzusi.com/
Tapi ingatan lain membuat pemuda ini menjadi ragu,
seingatnya dalam kapal perang yang ditumpanginya hanya
memuat dua ekor kuda tua, lantas darimana datangnya
kuda sebanyak itu?
Walaupun Oh Li cu bisa kirim orang untuk memberi
laporan ke benteng, itu pun paling cepat malam nanti
pasukan mereka baru akan tiba di sini.
Sementara itu, ke dua tiga puluh ekor kuda tadi sudah
berdiri berjajar di sepanjang garis padang rumput.
Tiba-tiba Lan See giok jadi melongo, ternyata orang yang
berada di punggung kuda berwarna merah dimuka barisan
adalah Oh Li cu sendiri.
Tak terlukiskan rasa kaget yang mencekam perasaan Lan
See giok sekarang, ia tidak berminat untuk menyaksikan
adegan tersebut lebih jauh, dengan cepat dia melompat
turun dari atas pohon, kemudian kabur ke dalam hutan
dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya.
Sambil melarikan diri, dihati kecilnya tiada hentinya
merasa keheranan, ia benar-benar tak mengerti mengapa
pasukan dari Wi-lim-poo bisa secepat itu tiba di tempat
kejadian.
Dalam beberapa saat saja hutan lebat sudah ditembusi,
kini dihadapannya terbentang padang rumput yang sangat
luas.
Lan See giok semakin gelisah, dia tahu berlarian di
padang rumput berbahaya sekali, sebab tiada tempat untuk
menyembunyikan diri, ia harus secepatnya memasuki
daerah yang lebat dengan pepohonan yang luas.
Matanya yang jeli segera mengamati sekejap sekeliling
tempat itu, pada jarak tiga empat li di sebelah kanan, ia
http://kangzusi.com/
jumpai sebuah dusun, dan tempat tersebut merupakan
daerah yang terdekat dengan dirinya berada.
-ooo0dw0ooo-
BAB 10
IA tak berani berayal lebih jauh, dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, ia segera kabur
menuju kearah dusun tersebut, badannya meluncur bagaikan
segulung asap saja.
Ketika hampir mencapai di depan dusun. pemuda itu
berpaling sekejap. Diam-diam ia menjadi gembira sebab
pasukan dariWi-lim-poo belum muncul dari hutan tadi.
Tapi setelah ia berpaling kembali memandang ke depan,
pemuda Itu segera menghentikan perjalanannya dan berdiri
tertegun, ternyata di depannya terbentang sebuah sungai
besar yang lebarnya mencapai sepuluh kaki lebih.
Dengan gelisah ia berpaling kembali, untung pasukan
dari Wi-lim-poo belum menyusul sampai di situ, ia pikir
masih punya waktu untuk mencapai perahu, maka dengan
cepat ditelusurinya sungai tersebut:
Tapi dengan cepat ia menjadi putus asa, arus sungai
kelewat deras, jangan lagi perahu, bayangannya saja tidak
dijumpai.
Dengan putus asa dia menelusuri tepi sungai, makin ke
depan sungai tersebut menikung semakin ke dalam, daerah
tikungan tadi merupakan sebuah tanah perbukitan.
Mendadak ia mendengar suara ringkikan kuda
berkumandang datang, Lan see giok amat terperanjat dan
cepat berpaling, apa yang kemudian terlihat segera
membuat keringat dingin bercucuran.
http://kangzusi.com/
Rupanya beberapa ekor kuda sedang berlarian
menelusuri tepi sungai menuju kearah nya, sedang lelaki
kekar yang berada di punggung kuda dengan sorot matanya
yang tajam bagaikan sembilu mengawasi tepi seberang
sungai.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok, ia
membalikkan badan dan segera melarikan diri.
Tapi belum berapa langkah, dari seputar hutan di tanah
gundukan depan muncul pula beberapa puluh ekor kuda.
Lan See giok tahu keadaan bakal runyam, ini berarti
pantai sungai tak mungkin bisa dipakai untuk
menyembunyikan diri lagi, secepatnya ia kembali ke pesisir
dan menyelusuri air, ia kabur ke sebelah kanan sungai
tersebut.
Dalam pelarian tersebut, tiba-tiba Lan see giok
menemukan sebuah sampan kecil yang tergeletak di tepi
pesisir, pemuda itu bagai-kan menemukan bintang penolong
saja segera berlarian menuju kearah situ.
Tapi, ia segera kecewa setelah dekat dengan perahu tadi,
ternyata perahu yang nampak utuh dari luar, dasarnya
sudah jebol dan berantakan.
Pada saat itulah-
Dari depan situ bergema lagi suara ringkikan kuda.
bersamaan itu juga dari ke jauhan situ berkumandang suara
derap kaki kuda yang amat keras.
Lan See giok benar-benar amat gugup, bila ia sampai
tersusul saat ini, jelas tiada alasan yang dapat digunakan,
satu satunya jalan hanya bertarung sampai titik darah
penghabisan:
http://kangzusi.com/
Menyaksikan arus sungai yang begitu deras, ia teringat
kembali ilmu berenang yang belum sempat dipelajari, tak
tahan lagi pikirnya setelah menghela napas:
"Betapa senangnya bila ilmu berenang kukuasai, saat ini
mungkin aku sudah tiba di dusun pantai seberang-."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, sekali lagi
terdengar suara ringkikan panjang yang bergema dari
tempat tak jauh dari situ.
Lan See giok amat terkejut, tanpa disadari ia meraba
senjata gurdi emas Cin kim kong luan jui yang melilit, di
pinggangnya.
Dalam pada itu suara ringkikan kuda sudah semakin
mendekat, suara tersebut bergema pula dari kiri dan kanan
tubuhnya.
Sekarang Lan See giok berada dalam posisi yang
berbahaya sekali, tak terlukiskan rasa gelisah hatinya, biar
dia tahu perahu bobrok itu tak mungkin bisa dipakai untuk
bersembunyi, namun terdesak oleh keadaan mau tak mau
dia menerobos juga ke dalam perahu bobrok itu.
Pada saat Lan See giok baru saja melompat naik ke atas
perahu bobrok dan menyembunyikan diri, suara derap kaki
kuda yang amat gencar telah bergema datang dari sisi
sebelah kanan.
Menyusul kemudian beberapa ekor kuda berlarian
mendekat bagaikan gemuruh angin puyuh.
Lan See giok menahan napas sebisa mungkin, hatinya
berdebar keras, diam-diam ia bersyukur karena tempat
persembunyian nya tidak sampai ketahuan.
Suara bentakan-bentakan keras bergema kemudian,
agaknya pasukan yang datang dari sebelah kiri telah
http://kangzusi.com/
berpapasan dengan pasukan yang telah datang dari sebelah
kanan, kemudian berhenti tak jauh dari kapal bobrok itu
berada . . .
Mendadak terdengar seseorang menegur dengan suara
yang serak dan tua.
"Apakah kalian telah melihat sau pocu?"
Diam-diam Lan See giok terkesiap, ia mengenali suara
tersebut sebagai suaranya Be Siong pak, manusia yang
mempunyai banyak akal muslihat.
"Lapor congkoan" beberapa orang lelaki itu segera
menjawab dengan hormat, "hamba sekalian tidak
melihatnya"
Diam-diam Lan See giok merasa keheranan juga,
pikirnya.
"Aneh, mengapa Be Siong pak bisa memimpin pasukan
untuk melakukan pengejaran.
Karena dorongan rasa ingin tahunya, ia segera mengintip
dari celah-celah perahu bobrok itu.
Be Siong pak yang duduk di punggung kuda tampak
sedang berkerut kening dengan wajah resah, sorot matanya
yang tiada henti-nya dialihkan ke pantai seberang sungai
tersebut.
Paras muka belasan lelaki berbaju kuning pun kelihatan
amat serius, mereka memegang tali les kuda masing-masing
dengan kencang, sementara peluh membasahi tubuh-tubuh
mereka maupun tubuh kuda-kuda tersebut..
Sementara itu dari arah pantai berkumandang kembali
suara derap kaki kuda yang sangat ramai.
http://kangzusi.com/
Seorang lelaki yang berada di sisi Be Siong pak segera
berpaling dan memandang sekejap ke arah pantai,
kemudian serunya dengan nada gelisah,
"Congkoan, nona telah datang. . . !"
MENDENGAR Oh Li cu telah tiba pula di tempat
kejadian, Lan See giok merasakan hatinya semakin tegang.
Be Siong-pak segera mencemplak kudanya dengan
memimpin puluhan anak buahnya maju menyongsong ke
tepi sungai.
Derap kaki kuda dan suara ringkikan kuda yang ramai
akhirnya berhenti di belakang perahu bobrok persis di sisi
pesisir sungai, debu dan pasir tampak beterbangan
memenuhi angkasa.
Menyusul kemudian seekor kuda merah yang tinggi
besar muncul pula di tempat tersebut . . .
Lan See giok yang mengintip ke luar kembali merasakan
tubuhnya gemetar keras, ternyata orang yang duduk di atas
kuda merah yang tinggi besar itu tak lain adalah Oh Li cu.
Paras muka Oh Li cu telah basah oleh air mata, matanya
merah membengkak, rambut nya sedikit kusut dan cahaya
mukanya hampir pudar . . .
Dengan pandangan mata gelisah bercampur cemas dia
menengok sekejap ke arah pantai seberang, lalu kepada Be
Siong pak yang menyongsong kedatangannya, ia bertanya
cemas:
"Apakah kalian tidak menemukannya?"
"Di kedua belah pesisir sungai sama sekali tidak dijumpai
bayangan tubuh dari sau pocu!" jawab Be Siong pak.
http://kangzusi.com/
Sekali lagi air mata Oh Li cu jatuh bercucuran, ia
menutupi muka sendiri dan berkata sambil menangis
tersedu-sedu:
"Sebenarnya ia tak pandai menunggang kuda, akulah
yang memaksanya naik, apa mau dikata kuda tua itu
kaget!"
Lelaki kekar berkuda hitam yang tampak nya komandan
dari pasukan tersebut segera berkata dengan hormat:
"Kuda tua itu sudah berhenti di tanah lapang, sekujur
badannya telah basah oleh keringat darah rupanya sudah
kehabisan tenaga, ini menunjukkan kalau binatang tersebut
telah berlari kencang sepanjang jalan, bila sau-pocu
memang tak pandai menunggang kuda, bisa jadi ia sudah
terjatuh ditengah jalan!"
Be Siong pak segera melototkan matanya bulat-bulat,
serunya dengan suara dalam:
"Tenaga dalam yang Sau pocu miliki amat sempurna,
bagaimana mungkin ia bisa terjatuh dari kuda?"
Tidak sampai Be Siong pak menyelesaikan kata katanya,
sambil menangis Oh Li cu sudah mengomel:
"Semuanya ini kau lah yang salah, mengapa sewaktu aku
datang ke tempatmu semalam kau tidak mengatakan kalau
pocu sudah menurunkan perintah bahwa setiap orang
dilarang ke luar benteng, bila di dalam benteng ada urusan
harus dirundingkan dulu dengan Sau pocu-?"
Sambil berkata, dia menangis tiada henti nya, seolaholah
seorang kanak-kanak yang kehilangan mainan
kesayangannya.
Dengan wajah menyesal dan murung Be Siong pak
menjawab:
http://kangzusi.com/
"Yaa. memang hambalah yang teledor serta tidak
berpikir sempurna, tidak kusangka lo pocu sama sekali tidak
memberi kabar kepada nona serta sau pocu ketika hendak
berangkat, coba kalau hamba tidak mendengar suara tampik
sorak pagi tadi sehingga segera mengutus orang untuk
mencari berita, mungkin hingga sekarang pun belum
kuketahui kalau nona dan Sau pocu telah berpesiar ke
pantai telaga!"
"Apa pula gunanya kau menyusul sampai di sini?"
kembali Oh Li cu menangis tersedu sedu, coba kalau kau
bertindak cepat semalam dengan menurunkan perintah itu
kesemua penjaga pintu benteng, hari ini kami tak akan bisa
ke luar dan tak mungkin akan terjadi peristiwa di luar
dugaan seperti ini."
"Yaa, kesemuanya ini memang kesalahan hamba" Be
Siong pak mengangguk berulang kali, "hamba memang
pantas mati, hamba memang pantas mati, sekembalinya lo
pocu nanti, hamba memang tentu akan minta hukuman
sendiri!"
Setelah berhenti sejenak, serta memandang sekejap
semua orang yang berada di seputar tempat itu, dengan
nada menghibur dia berkata lagi:
"Walaupun kita sudah mengerahkan kekuatan
sedemikian besarpun belum berhasil juga menemukan
kembali sau-pocu, itu berarti besar kemungkinannya saupocu
telah diculik oleh si kakek berjubah kuning tapi nona
tak usah kuatir, sau pocu berbakat bagus dan berwajah
cerah, sekalipun menghadapi bencana, semua bencana akan
berubah menjadi rejeki, biar sekarang agak tersiksa dan
menderita, toh akhirnya akan kembali juga ke Wi-lim-poo
dengan selamat”
http://kangzusi.com/
Dalam suasana gelisah bercampur marah mana ada niat
dari Oh Li cu untuk mendengarkan obrolannya, dengan
cepat ia menurunkan kembali tangannya dari atas wajah,
lalu sambil melotot ke arah Be Siong pak bentaknya:
"Obrolan busuk. siapa yang mau mendengarkan
ucapanmu itu, Hmm! bencana bisa berubah jadi rejeki . . .
orangnya di mana sekarang?"
"Pokoknya bila tidak kau temukan kembali Lan See giok
hari ini, kau sendiri pun tak usah kembali ke Wi-lim-poo"
Sambil berkata ia segera mencemplak kembali kudanya
dan melarikan binatang tersebut meninggalkan tempat
tersebut.
Be Siong pak termangu melihat kemarahan nonanya,
tanpa terasa teriaknya keras-keras:
"Nona. tunggu dulu, nona, tunggu dulu hati-hati kalau
sampai terjatuh dari kuda!"
Sembari berteriak, dengan gugup dia melarikan pula
kudanya untuk menyusul dari belakang.
Kawanan lelaki lainnya serentak membentak dan
melarikan kuda masing-masing dalam waktu singkat kedua
tiga puluhan kuda tersebut telah berlalu semua mengikuti di
belakang Oh Li cu.
Lan See giok menghembuskan napas panjang, perasaan
tegang yang sempat mencekam perasaannya kinipun
berkurang, diam-diam ia melompat ke luar dari perahu!
Sepanjang pesisir dijumpainya penuh dengan bekas kaki
kuda, melihat itu dia baru mengerti apa sebabnya Oh Li cu
tidak mengirim orang untuk memeriksa perahu bobrok
tersebut.
http://kangzusi.com/
Agaknya perahu itu kelewat bobrok dan mustahil bisa
dipakai untuk bersembunyi, ditambah pula seputar pesisir
sudah penuh dengan bekas telapak kaki kuda dia mengira
pasukan sebelumnya telah melakukan pemeriksaan di sana.
Apalagi Be Siong pak serta Oh Li cu pada hakekatnya tidak
mengetahui kalau dia berniat melarikan diri ..
Sedang maksud Oh Tin san suami istri pergi tanpa pamit
semalam, di mana dia hanya memberitahukan kepada Be
Siong-pak dan melarangnya memberitahukan kepada Oh Li
cu. jelas hal ini untuk mencegah putrinya pergi ke luar, dan
tentu saja takut kalau dia menggunakan kesempatan
tersebut melarikan diri.
Kalau didengar berdasarkan pembicaraan Be Siong pak
dengan Oh Li cu, ia yakin kedua orang tersebut masih
belum mengetahui asal usulnya yang sesungguhnya, diapun
percaya Oh Tin san tak bakal membicarakan rahasia
tentang kotak kecil tersebut dengan mereka.
Kelancaran yang diperolehnya dalam usaha melarikan
diri kali ini benar-benar berkembang di luar dugaan, apa
yang direncanakan semalam boleh dibilang semuanya tidak
berguna, karena tak satupun yang terpakai saat ini.
Berpikir sampai ke situ, tanpa terasa ia menggelengkan
kepalanya sambil tertawa, pikirnya:
"Yaa, siapa yang bisa menduga perubahan yang bakal
terjadi di dunia ini?"
la berjalan menuju ke pantai depan sana dan
mendongakkan kepalanya, udara amat bersih, di kejauhan
sana hanya kedengaran suara derap kaki kuda yang makin
menjauh.
http://kangzusi.com/
Dengan cepat pemuda itu menelusuri pantai menuju ke
arah timur laut, sebelum malam tiba dia harus sudah tiba di
rumah kediaman bibiWan- nya.
Sementara itu matahari sudah tenggelam di langit barat
Lan See giok merasa lapar, dahaga, gelisah pula, kalau
dapat dia ingin secepatnya tiba di rumah kediaman bibinya.
Sesudah menembusi hutan dan mendaki sebuah bukit
kecil, dari kejauhan sana mulai nampak tanggul telaga
Huan yang oh.
Lan See giok percepat langkahnya menuju ke muka . . .
Dari puncak bukit kecil, ia saksikan di bawah lembah
sana masih nampak puluhan ekor kuda mondar mandir
melakukan pencarian, pada dermaga telaga tiga buah kapal
perang berlabuh di situ.
Lan See giok tak berani meneruskan perjalanannya,
terpaksa dia harus berhenti di situ dan menunggu sampai
kapal-kapal perang dari Wi-lim-poo tersebut berlalu
sebelum meneruskan perjalanannya,
Senja lewat, malam haripun tiba, suasana remangremang
telah mulai menyelimuti seluruh angkasa.
Cahaya lentera mulai berkelap-kelip di arah dusun
nelayan sana.
Di atas ke tiga kapal perang pun telah dikerek naik
sembilan buah lentera besar berwarna merah.
Beberapa saat kemudian ditengah kegelapan yang mulai
mencekam seluruh angkasa, lamat-lamat kedengaran suara
orang menghardik dan ringkikan kuda.
Lan See giok tahu, pihak Wi-lim-poo sudah mulai
menarik pasukannya kembali ke kapal, oleh sebab itu dia
pun membayangkan kembali keadaan Oh Li cu entah
http://kangzusi.com/
bagaimanakah perasaan perempuan itu kini? la teringat pula
cinta kasih serta perhatian dari Oh Li cu terhadapnya
selama berapa hari belakangan ini, terutama sekali
usahanya untuk mencarikan obat penawar racun baginya,
tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka terhadap
cinta kasihnya itu. Ia terbayang pula bagaimana Oh Li cu
menangis karena sedih dan gelisah, kesemuanya ini
membuat hatinya terharu, betul ia tidak terlalu
menyukainya, tapi perhatian dan kasih sayangnya tak
mungkin bisa dilupakan dengan begitu saja.
Diam-diam ia bersumpah di dalam hati, bila di kemudian
hari Oh Li cu membutuhkan sesuatu kepadanya, ia bersedia
mengabulkan permintaan nya demi membayar semua
kebaikannya selama ini.
Namun permintaan mana tidak termasuk memperistri
dirinya, sebab di kemudian hari dia ingin mempersunting
enci Ciannya sebagai istri, sekalipun ia tidak tahu apakah
enci Cian mencintainya atau tidak..
Teringat kembali enci Ciannya, Lan See giok segera
mengerahkan kembali ilmu meringankan tubuhnya dan
menuruni bukit tersebut dengan cepat.
Ia dapat melihat ke sembilan lentera merah diarah telaga
sudah mulai bergerak pelan- pelan, agaknya kapal perang
dariWi-lim-poo tersebut sudah mulai berangkat pulang.
Dengan perasaan lega Lan See giok mempercepat
langkahnya berlarian ditengah kegelapan.
Berapa waktu kemudian, ia telah tiba di belakang dusun
kecil tempat kediaman bibi Wan nya, suasana dalam dusun
itu amat hening, cuma satu dua buah rumah saja yang
masih bersinar.
http://kangzusi.com/
Sampai di situ, mau tak mau Lan See giok harus
meningkatkan kewaspadaannya, lama sekali ia berdiri tegak
sambil memperhatikan keadaan di sekitar situ adakah
sesuatu yang mencurigakan, kemudian pelan-pelan ia baru
menuju ke rumah kediaman bibiWan nya
Waktu itu udara sangat gelap, tiada rembulan, hanya
beberapa biji bintang yang berkelipan, angin malam yang
berhembus lewat membawa suara deburan ombak dari
tanggul telaga.
Dalam perjalanan, ia saksikan cahaya lentera dalam
kamar enci Cian nya masih terang benderang, dia
keheranan, semalam ini mengapa enci Ciannya belum juga
tidur Padahal biasanya sudah naik ke atas pembaringannya.
Dengan meningkatkan kewaspadaannya dia maju terus
ke depan, sementara telinga nya dipasang lebar-lebar,
namun betapa terkejutnya dia setelah mendengar suara isak
tangis dari enci Ciannya yang lamat-lamat bergema datang
dari kamar tidurnya.
Dengan perasaan terkejut dia melejit ke udara dan segera
melayang masuk ke dalam pekarangan.
Baru saja kakinya menempel di atas tanah-
Mendadak dari dalam kamar tak bersinar di sisi kamar
enci Cian nya bergema suara teguran yang lembut.
"Anak Giok kah yang datang?"
Seperti anak yatim piatu yang tiba-tiba mendengar suara
panggilan ibunya, air mata segera bercucuran membasahi
wajah Lan See giok, namun ia tetap menjaga kewaspadaan
nya terhadap keadaan lingkungan, setelah memanggil "bibi"
dengan lirih, ia menerjang masuk ke arah jendela.
http://kangzusi.com/
Jendela belakang terbuka dan wajah bibinya muncul dari
balik tirai, dipandangnya Lan See giok dengan terkejut lalu
bisiknya:
"Ayo cepat masuk!"
Sambil berusaha keras mengendalikan rasa pedih di
dalam hatinya, Lan See giok melompat terus masuk ke
dalam ruangan, sedang bibi Wan melirik sekejap ke
sekeliling halaman dengan seksama, kemudian cepat-cepat
menutup kembali daun jendelanya.
"Anak Giok. apakah selama beberapa hari ini kau tidak
kembali ke kuburan kuno?"
Lan See giok segera menubruk ke dalam pangkuan
bibinya dan menangis tersedu, tapi hanya sebentar saja.
karena dengan cepat isak tangisnya berubah menjadi
sesenggukan belaka
Tampaknya bibi Wan sudah merasakan firasat jelek,
dengan gelisah ia bertanya.
"Anak Giok, dimana ayahmu?"
Lama sekali Lan See giok sesenggukan sebelum sahutnya
amat pedih.
"Ayah telah dibunuh orang!"
Untuk sesaat suasana dalam ruangan menjadi hening,
dengan jelas Lan See giok dapat mendengar debaran
jantung bibiWan yang semakin bertambah kencang.
Cahaya api berkilat, ruangan segera menjadi terang
benderang-
Ketika Lan See giok berpaling, dilihatnya enci Cian
sedang menyulut sebuah lentera dengan wajah gugup, di
bawah sinar lentera, terlihat jelas wajah Ciu Siau cian basah
oleh air mata, sepasang matanya merah membengkak,
http://kangzusi.com/
agaknya paling tidak ia sudah menangis setengah harian
lamanya.
Ketika ia berpaling lagi ke arah bibi Wan, tampak wajah
bibinya pucat pias, keningnya berkerut dan dua baris air
mata mengalir ke luar membasahi bibirnya yang gemetar.
Dengan pandangan kosong ia mengawasi sudut ruangan,
agaknya sedang merenungkan sesuatu . . .
Lan See giok tahu bibi Wan sedang amat sedih saat itu,
tanpa terasa serunya sambil menangis:
"Oooh . . bibi. bibi . "
Tiada hentinya dia menggoyang-goyangkan lengan bibi
Wannya.
Bibi Wan menyeka air matanya dengan ujung baju,
kemudian berkata lagi agak sesenggukan:
"Aku telah memperingatkan kepadanya, kalau toh
barang tersebut tak berguna, lebih baik dikembalikan
secepatnya daripada memancing datangnya bibit bencana!"
Ketika berbicara, butiran air mata kembali jatuh
bercucuran membasahi wajahnya.
Mendengar perkataan tersebut, Lan See giok segera
menarik kesimpulan kalau hubungan antara bibi Wan
dengan ayahnya pasti luar biasa, Karena itu sekali lagi dia
berseru:
" Oooh. . . bibi!"
"Anak Giok, duduklah," kata bibi Wan sambil
mengawasi wajah Lan See giok yang basah oleh air mata,
"beritahu kepada bibi, siapakah musuh besar kita?"
"Ketika anak Giok pulang tempo hari ayah telah
meninggal dunia. . ."
http://kangzusi.com/
Secara ringkas dia pun menceritakan kembali semua
peristiwa yang disaksikan maupun dialaminya dalam
kuburan kuno tempo hari..
Bibi Wan serta enci Cian masing-masing duduk di kursi
bulat dan mendengarkan penuturan tersebut dengan
seksama.
Cerita Lan See giok sangat jelas, terutama mengenai
dandanan, potongan wajah serta ciri khas dari lima
manusia cacad dari tiga telaga. . .
Sewaktu bercerita tentang si kakek berjubah kuning,
bersinar terang sepasang mata bibi Wan, tanpa terasa ia
berbisik lirih:
"Apakah diantara alis mata kakek berjubah kuning itu
terdapat sebuah tahi lalat merah?"
Lan See giok termenung sebentar, kemudian
menggeleng.
"Anak giok tidak memperhatikan soal ini!"
Bibi Wan berkerut kening lalu manggut-manggut,
pertanda dia diminta melanjutkan ceritanya.
Sewaktu Lan See giok bercerita tentang si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san menangisi jenazah lalu
bagaimana mencuri pedang dan sebagainya, kembali bibi
Wan menukas.
"Menilai seseorang jangan berdasarkan wajah saja, tapi
jangan pula dinilai dari sikapnya dan caranya berbicara
manis, biarpun kaum laknat pandai berbicara, toh akhirnya
bakal salah berbicara juga, asal kau bersedia
memperhatikan dengan seksama, tidak sulit untuk
mengetahui baik tidaknya seseorang, seperti manusia
bangsa Oh Tin san, kenyataannya kau dapat dikibuli
http://kangzusi.com/
dengan begitu mudah. hal ini membuktikan kalau
pikiranmu tersumbat waktu itu karena kesedihan yang
berlebihan"
Kemudian sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Untung saja kau mudah dikibuli ketika itu. coba kalau
tidak, mungkin kita tak akan bisa berjumpa muka lagi"
Lan See giok mengiakan dengan wajah jengah, ia pun
melanjutkan kembali cerita nya.
Tatkala bibiWan mendengar Lan See giok mencurigai si
naga sakti pembalik sungai Thio Lok-heng sebagai otak dari
ke lima manusia cacad, dengan nada tidak puas, ia segera
berkata:
"Si naga sakti pembalik sungai Thio-Lok-heng serta naga
emas pengaduk samudra Li Ci-san dari telaga tong ting oh
termasyhur dalam dunia persilatan karena ilmu dalam
airnya, kedua orang itu dijuluki Sui sang siang hiong
(sepasang jagoan dalam air) oleh umat persilatan, Thio-
Lok-heng orangnya jujur dan polos, sedang Li Ci-san
orangnya terbuka dan berjiwa besar, kedua orang tersebut
merupakan pendekar yang dihormati umat persilatan baik
dari golongan putih maupun dari golongan hitam, jadi tak
bisa dibanding kan mereka dengan kelima manusia cacad
tersebut. Bila kau berjumpa lagi dengan mereka di
kemudian hari, harus kau hormati kedua orang itu sebagai
angkatan tua, jangan bersikap kasar atau kurang ajar
sehingga merosotkan pamor dari mendiang ayahmu."
Lan See giok mengiakan berulang kali, kemudian dia
melanjutkan kisahnya bagaimana memasuki benteng Wilim-
poo, ketika bercerita tentang On Li cu, Ciu Siau cian
yang duduk di sampingnya segera nyelutuk dengan nada
cemburu.
http://kangzusi.com/
"Apakah dia adalah gadis yang menunggang kuda
bersama-sama kau hari ini?"
Selesai berkata dengan wajah bersemu merah karena
jengah dia melirik sekejap ke arah ibunya, kemudian
menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Paras muka Lan See giok ikut berubah menjadi merah
dadu. ia mengiakan cepat-cepat, setelah itu meneruskan
ceritanya bagaimana kudanya kaget, kemudian bagaimana
dia manfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri.
Sebagai akhir kata dia menambahkan.
"Oh Tin-san pernah memerintahkan kepada putrinya
memberi pelajaran berenang, kepada, anak Giok sejak hari
ini, andaikata semalam tiada orang yang mencuri dengar
tentang rahasia kotak kecil di luar jendela anak Giok berniat
be)ajar ilmu berenang lebih dulu sebelum datang kemari
menengok bibi dan enci Cian!"
Tanpa terasa dia mencuri lihat sekejap lagi ke arah Ciu
Siau cian.
Mendengar perkataan tersebut sambil tertawa Ciu Siau
cian segera berkata:
"Ibu adalah Hu-yong siancu (dewi Hu-yong) yang amat
termasyhur dalam dunia persilatan, ilmu berenang siapakah
di kolong langit saat ini yang bisa menandingi Han Sin
wan? Selain mengalahkan naga sakti pembalik sungai
pernah juga mengungguli si naga emas pengaduk samudraada
suhu lihay tak mau minta pelajaran, kau malahan”
Belum habis perkataan itu diutarakan, Han Sin wan telah
menegur putrinya.
"Anak Cian, lagi-lagi kau usil mulut!"
http://kangzusi.com/
Kejut dan girang Lan See giok setelah mendengar
perkataan itu, ia menjadi tertegun, kemudian setelah
berhasil menenangkan pikiran nya dia berseru dengan
gembira.
"Ilmu berenang dari bibi rupanya hebat sekali dan
ternyata anak Giok tidak mengetahui sama sekali, bibi, kau
harus mengajarkan ilmu kepandaian tersebut kepada anak
Giok, dari kelima manusia cacad, ada tiga diantaranya
menjagoi telaga, bila anak Giok tidak menguasai ilmu
dalam air, usahaku untuk membalas dendam bagi ayahku
tak akan lancar."
Berbicara soal membalas dendam, suasana dalam
ruangan kembali dicekam keresahan.
Setelah lewat berapa saat, Hu-yong siancu Han Sin Wan
baru berkata lagi.
"Anak Giok, kalau ditinjau dari penuturanmu tadi,
kelima manusia cacad tersebut memang mencurigakan
semua, diantaranya meski si iblis buas bermata tunggal dan
beruang berlengan tunggal yang mencurigakan, namun
manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san terhitung
manusia paling mencurigakan . . "
"Atas dasar apa bibi mengatakan Oh Tin san paling
mencurigakan?" sela Lan See -giok tidak mengerti.
Hu-yong-siancu Han Sin wan menghela napas sedih.
"Oh Tin san merupakan seorang manusia yang kejam
dan berhati buas, yang paling mencurigakan dari
perbuatannya adalah ia tidak membunuhmu melainkan
menghajarmu sampai pingsan, lalu menggunakan
kesempatan tersebut membinasakan si binatang bertanduk
tunggal."
http://kangzusi.com/
"Yaa, bisa jadi dia takut si binatang bertanduk tunggal
membocorkan rahasia kotak kecil itu, sebab sebelum
peristiwa itu berlangsung si binatang bertanduk tunggal
memang bersembunyi pula di tempat kegelapan !"
"Justru karena si binatang bertanduk tunggal
bersembunyi dalam kegelapan itulah, Oh Tin San baru
turun tangan membunuhnya" ucap Han Sin wan dengan
bersungguh sungguh, "siapa tahu hal ini disebabkan dia
kuatir si binatang bertanduk tunggal akan membocorkan
rahasia kotak kecil, atau mungkin juga kuatir kalau si
binatang bertanduk tunggal akan menuding Oh Tin San
sebagai pembunuh sesungguhnya .."
Lan See giok berkerut kening, lalu dengan wajah tak
mengerti ia bertanya:
"Selama ini lima manusia cacad menguasai wilayah yang
berbeda, mengapa mereka bisa muncul bersama sama
dalam kuburan kuno pada malam itu .."
Sekilas perasaan sedih segera menghiasi wajah Hu-yong
siancu, ujarnya sedih.
"Sudah banyak tahun bibi bersembunyi di tepi telaga,
sedikit sekali masalah dunia persilatan yang kuketahui,
sedang tokoh-tokoh lima manusia cacad pun baru muncul
berapa tahun belakangan ini. seperti misalnya si tongkat
besi berkaki tanggal Gui-Pak-ciang yang kau maksudkan,
dulunya ia lebih dikenal sebagai Kun lui koay (tongkat
geledek) yang merajai wilayah Soa lam, apa sebabnya
mereka bisa berkumpul pada malam yang sama, bibi
sendiripun kurang jelas.”
Berbicara sampai di situ, dia melirik sekejap ke arah putri
kesayangannya, lalu sambil mengulumkan senyuman,
lanjutnya:
http://kangzusi.com/
”Sedangkan mengenai belajar ilmu berenang, bibi sudah
kelewat tua sehingga tak mungkin bisa mengajarkan sendiri
kepadamu. . . ."
"Apa? Bibi sudah tua?" Lan See giok melongo.
Memandang wajah kaget yang menghiasi wajah Lan See
giok, tanpa terasa Ciu Siau cian menutupi bibirnya sambil
tertawa.
Benar, di mata Lan See giok paling banter bibinya baru
berusia dua puluh enam tujuh tahunan, dia masih nampak
muda, cantik, anggun, halus dan lembut, bagaimana
mungkin bisa dibilang telah tua? Tak heran kalau dia
menjadi tertegun saking kagetnya.
Hu-yong siancu tersenyum, dia tidak menanggapi
pertanyaan Lan See giok tersebut, hanya terusnya:
"Mulai besok, kau boleh minta kepada enci Cian mu agar
mengajarkan ilmu berenang. . "
Lan See giok girang sekali, hal ini memang merupakan
pucuk dicinta ulam tiba baginya. maka sambil melompat
bangun dan menjura kepada Ciu Siau cian, katanya dengan
gembira:
"Kalau begitu siaute ucapkan banyak terima kasih dulu
kepada cici Cian."
Siapa tahu Ciu Siau cian segera menghindar ke samping
sambil berseru:
"Aaah, aku tak lebih hanya gadis dusun yang tak tahu
soal adat, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan
enci Cu yang pandai, ilmu berenang lagi pula terhitung
keturunan keluarga persilatan yang terhormat . . .”
http://kangzusi.com/
Lan See giok menjadi gugup, dia memang tidak
menyangka kalau enci Cian nya yang lemah lembut
ternyata mempunyai rasa cemburu yang begitu besar.
Sambil tertawa paksa, katanya kemudian dengan gugup.
"Oooh, cici! Mengapa kau masih mengingat ingat kata
lelucon tersebut? Dalam situasi dan kondisi siaute waktu
itu, mau tak mau harus kusanjung dirinya agar tidak curiga,
harap cici jangan mengingatnya terus dihati"
Sambil berkata, sekali lagi dia menjura dalam-dalam, kali
ini dia menjura dalam sekali hingga sepasang tangannya
hampir menempel di atas tanah.
Ciu Siau cian yang terbayang kembali bagaimana ia
merasa kecewa, menderita dan malu serta pelbagai perasaan
lain yang bercampur aduk, tak tahan lagi katanya dengan
hambar
"Aku tahu kalau diriku ini rendah dan tak mungkin bisa
menandingi si nona terhormat dari keturunan keluarga
ternama, oleh sebab itulah aku tak berani menerima
permintaan dari ibu untuk memberi pelajaran kepadamu. ."
Memandang wajah Lan See giok yang merah membara
karena gelisah. Hu-yong siancu tersenyum, segera ujarnya:
"Siau cian, bagaimanakah posisi adik Giok mu waktu itu
tentunya sudah kau ketahui, buat apa sih mesti menyiksa
dia. . ."
Mendengar bibinya membelai dia, dari murung Lan See
giok menjadi gembira, memanfaatkan kesempatan itu
ujarnya sambil tertawa:
"Siaute berani bersumpah kepada langit, selama hidup
aku tak berani lagi membuat cici marah, bila cici sampai
http://kangzusi.com/
dibuat marah, siaute bersedia untuk berlutut di depan cici
dan menerima hukuman."
Mendengar perkataan itu, tanpa terasa Han Sin wan
melirik sekejap ke arah putrinya sambil tertawa riang,
wajahnya bersinar cerah ujarnya kemudian sambil
tersenyum.
”Nah, anak Cian, apa lagi yang hendak kau katakan
sekarang?"
Ciu Siau cian malu sekali, mukanya merah sampai ke
telinga, sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan
manja serunya:
"Sungguh mendongkolkan, sungguh mendongkolkan”
Sekali lagi Lan See giok berdiri melongo sikap enci Cian
dan sikap bibinya boleh dibilang merupakan dua reaksi
yang berbeda, sambil memandang ke arah bibinya ia pun
berkata agak tersipu sipu:
"Aku tidak tahu apakah kembali salah berbicara, dulu
kalau anak Giok telah melakukan kesalahan, ayah selalu
menyuruh anak Giok berlutut sebagai hukuman."
"Anak Giok, itukan menghadapi orang tua atau
angkatan yang lebih tua” seru bibiWan sambil tertawa geli.
Belum habis perkataan tersebut, dengan wajah bersemu
merah Ciu Sian cian segera menimbrung:
"Ibu, anak Cian bukan enggan memberi pelajaran kepada
adik Giok, cuma kurasa disini terlalu banyak mata-mata,
kalau orang melihat gerak gerikku, mereka bisa salah
sangka.."
Hu-yong siancu segera memahami maksud putrinya,
sambil tertawa ujarnya lagi.
http://kangzusi.com/
"Tentu saja pelajaran tak boleh diberikan disiang hari,
sebab dengan begitu akan menarik perhatian orang banyak,
tempat persembunyian kita di tempat inipun akan segera
tersebar luas pula dalam dunia persilatan, apalagi dengan
kaburnya adik Giok mu, pihak Wi-lim-poo pasti tak akan
melepaskan pengejarannya. apalagi si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san bertekad akan mendapatkan
kotak kecil itu.."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, tanyanya tanpa terasa:
"Bibi, mereka bilang kotak kecil itu berisikan kitab
pusaka Tay lo hud bun tiap yap cinkeng, benarkah itu?"
Bibi Wan tidak langsung menjawab, tiba-tiba saja dia
memasang telinga dan mendengarkan dulu keadaan di
sekeliling tempat tersebut . . .
Suasana di luar halaman amat hening, selain angin
malam yang berhembus lewat menggoyangkan dedaunan
serta ranting dan suara ombak telaga yang memecah di
tepian tanggul, tak kedengaran suara yang lain.
Dengan wajah serius diapun manggut-manggut,
sahutnya dengan suara lirih:
"Betul, kitab pusaka tersebut benar-benar merupakan
mestika dunia persilatan yang diidam idamkan setiap umat
persilatan, tapi sedikit sekali yang tahu dimanakah ilmu
sakti tersebut tercatat, oleh sebab itu mereka yang tidak
mengetahui rahasianya, mendapatkan benda tersebut sama
artinya dengan memperoleh benda rongsokan!"
Lan See giok sendiripun sangat berharap bisa
mempelajari kepandaian sakti yang tercantum dalam kitab
pusaka itu, tanpa terasa tanyanya dengan gelisah.
http://kangzusi.com/
"Apakah bibi mengetahui bagaimana cara nya membaca
kitab pusaka tersebut?"
Hu-yong siancu menghela napas sedih:
"Aai, seperti juga ayahmu, bibi bukan orang yang
berjodoh dengan Buddha, tak mampu kupahami arti dari
pelajaran tersebut"
Betapa kecewanya Lan See giok setelah mengetahui hal
ini, bukankah kejadian tersebut sama artinya dengan
ayahnya telah mengorbankan selembar jiwanya demi suatu
benda "rongsokan"? Apakah hal ini tidak kelewat tidak
berharga?
Sementara dia masih termenung, terdengar bibi Wan
kembali berkata:
"Bibi pernah menasehati ayahmu, kalau toh tak
dipahami rahasia dari kitab pusaka tersebut, lebih baik
segera dikirim kembali saja."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu. buru-buru ia bertanya:
"Bibi, darimanakah ayah peroleh kotak kecil itu?"
Sorot mata bibi Wan menjadi redup, seakan akan
terbayang kembali kisah dimasa silam, lama kemudian dia
baru berkata:
"Bibi hanya tahu, ayahmu telah berjumpa dengan
kekasihnya yang telah menikah di bawah puncak Giok-lihong
di bukit Hoa san dan secara kebetulan juga
mendapatkan kotak kecil itu, sedang keadaan yang
sebenarnya tidak bibi ketahui."
Lan See giok hanya ingin cepat-cepat mengetahui kisah
ayahnya sampai mendapatkan kotak kecil itu, karenanya ia
tidak terlalu memperhatikan perubahan wajah bibinya.
http://kangzusi.com/
Saat ini satu ingatan tiba-tiba melintas di dalam
benaknya, dengan nada memohon segera ujarnya:
"Bibi, bersediakah kau mengeluarkan kotak kecil itu agar
giok ji periksa? Sekarang hari sudah malam, siapa tahu
dengan tenaga pikiran giok ji, bibi dan enci Cian kita akan
berhasil memahami rahasia kitab pusaka tersebut?"
"Baiklah," sahut Hu-yong siancu tanpa ragu-ragu,
"malam ini, mari kita lihat sampai di manakah rejekimu?"
Ia beranjak menuju ke jendela belakang dan mengintip
sekejap keadaan di sekitar sana dengan cekatan, kemudian
tubuhnya melompat ke luar dan sekejap kemudian sudah
lenyap dari pandangan.
Ketika Lan See giok turut menengok ke depan, rembulan
nampak bersinar cerah, daun dan ranting bergoyang
lembut, sedang bintang berkedip kedip memancarkan
cahaya nya, tengah malam sudah lewat.
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, bibi Wan
dengan jurus walet lincah menerobos tirai sudah melayang
masuk kembali ke ruangan, gerakan tubuhnya ringan dan
sama sekali tidak menimbulkan suara.
Lan See giok menutup jendela dengan cepat kemudian
berpaling, ternyata di tangan bibi Wan telah bertambah
dengan sebuah kotak kecil berwarna kuning yang empat
inci lebarnya.
Berhubung Lan See giok sudah tahu kalau isi kotak
tersebut berisikan sejilid kitab pusaka, maka dalam hati
kecilnya timbul perasaan hormat.
Biarpun bibiWan nya terhitung seorang pendekar wanita
yang namanya menggetar kan dunia persilatan, setelah
memegang kotak kecil berisi kitab pusaka itu, toh
http://kangzusi.com/
terpengaruh juga oleh emosi, wajahnya berubah menjadi
serius dan sepasang tangannya turut gemetar.
Dengan hormat sekali Lan See giok menerima kotak
kecil itu kemudian setelah melepaskan kain kuningnya,
pelan-pelan ia membuka penutup kotak itu.
Di dalam kotak itu berisikan tiga buah daun emas yang
panjangnya beberapa inci, sinar gemerlapan segera
memancar ke mana-mana.
Lama sekali Lan See giok memperhatikan benda tersebut
namun gagal untuk menemukan sesuatu yang
mencurigakan, apalagi ke tiga lembar daun emas itu tidak
beraksara tidak pula bergambar, polos dan halus sekali.-
Hu-yong siancu serta Ciu Siau cian berdiri membungkam
di belakang Lan See giok, mereka pun berusaha
memusatkan segenap perhatiannya untuk turut memeriksa
ke tiga lembar daun emas tadi, namun apa yang ditemukan
tak lebih cuma daun emas biasa.
Untuk beberapa saat lamanya, suasana di sekeliling
tempat itu dicekam dalam keheningan yang luar biasa.
sedemikian hening nya sampai masing-masing dapat
mendengar detak jantung lawannya..
Mendadak..
Dari arah tepi telaga sana, lamat-lamat kedengaran suara
yang amat lirih.
Pertama tama Hu-yong siancu yang merasakan lebih
dulu, dengan cepat dia mengebaskan tangannya untuk
memadamkan lentera, seketika itu juga suasana dalam
ruangan dicekam kegelapan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok sangat terkejut, cepat-cepat dia menutup
kembali kotak tersebut dan menyerahkannya kembali
kepada bibiWan.
Sedangkan Ciu Siau cian memasang telinga baik-baik
sembari mengerdipkan matanya, lalu dengan nada kaget ia
berbisik:
"Ibu, seperti ada perahu yang merapat di tepi telaga!"
Dengan langkah terburu buru dia menuju ke luar,
membuka pintu rumahnya sedikit lalu mengintip ke luar
segulung angin dingin berhembus masuk, udara terasa
sedikit dingin.
Lan See giok menyusul di belakang Ciu Siau cian,
mereka bersama sama berdiri di belakang pintu.
Ketika Ciu Siau cian mengetahui adik Gioknya
menyusul, dengan cepat ia memberi tanda, lalu menarik
tangan pemuda itu dan diajaknya menuju ke pintu
pekarangan.
Ketika Lan See giok merasa tangannya digenggam oleh
tangan enci Cian nya yang halus dan lembut seakan akan
tak bertulang, segulung hawa panas yang segar dengan
cepat menyusup ke dalam lubuk hatinya.
Mengikuti di belakang gadis tersebut sekarang, dia
seperti sudah melupakan segala ketegangan yang dirasakan
hanya semacam perasaan aneh yang tak terlukiskan dengan
kata-kata, dan perasaan ini dapat membikin jantungnya
berdebar keras dan wajahnya bersemu merah, tubuhnya,
seolah-olah melayang di atas awan.
Tanpa terasa ia bersama Ciu Siau cian telah berjongkok
di bawah pagar pekarangan, bau harum semerbak yang
berhembus lewat membuat hatinya berdebar semakin keras.
http://kangzusi.com/
Diantara bau harum itu, terselip pula bau harum khas
dari enci Ciannya, dan bau tadi membuat ia merasa
gembira dan sangat nyaman.
Sudah lama dia mimpikan menggenggam tangan enci
Ciannya yang lembut, dan kini harapannya telah menjadi
kenyataan, tanpa disadari ia menggenggam tangan Ciu Siau
cian semakin kencang.
Ciu Siau cian tidak menolak sebab ia sedang
memusatkan semua perhatiannya untuk mengintip melalui
celah-celah pagar pekarangan, sebaliknya Lan See giok
malah termangu - mangu oleh kecantikan wajah kekasih
hatinya ini.
Dalam keadaan begini, dia tidak berhasrat untuk
memikirkan hal lain lagi, dia cuma berharap bisa bersama
dengan enci Ciannya untuk selama lamanya . . .
Mendadak Ciu Siau cian menyikutnya pelan, Lan See
giok segera tersadar kembali dan mengalihkan
pandangannya ke arah telaga.
Dari bawah tanggul telaga tampak ada tiga sosok
bayangan manusia sedang bergerak mendekat, di bawah
cahaya rembulan mereka hanya sempat melihat potongan
badannya saja.
Mendingan kalau Lan See giok tidak melihat. begitu
diintip dia menjadi kagetnya setengah mati, bahkan hampir
saja menjerit tertahan, rupanya ke tiga sosok manusia yang
baru saja melompat turun dari tanggul telaga itu adalah si
manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin san, Say nyoo-hui
Ki-Ci-hoa sertaOh Li cu yang cantik tapi genit itu.
Tanpa terasa dia lantas menggenggam tangan Ciu Siau
cian kencang-kencang.
http://kangzusi.com/
Ciu Siau cian segera merasakan akan hal itu, dengan
cepat dia berbisik.
"Siapakah mereka? Apakah perempuan yang bernama
Oh Li cu?"
Suara yang halus, udara yang hangat dan harum,
sungguh merupakan suatu rangsangan yang luar biasa,
hanya sayang Lan See giok yang tegang sehingga dia sama
sekali tidak merasakan akan hal tersebut.
Lan See giok mengangguk dengan gelisah sahutnya
dengan nada gelisah.
"Bukan hanya Oh Li cu seorang, kedua orang lainnya
adalah orang tua mereka, Oh Tin san serta Say nyoo-hui."
Sewaktu Ciu Siau cian mendengar perkataan itu dia
seperti agak terkejut pula, cepat-cepat dia mengangguk dan
kemudian mengalihkan kembali sorot matanya ke arah tepi
telaga.
Dalam pada itu Oh Tin San dan Say nyoo-hui sedang
memberi gerakan tangan kepada Oh Li cu, agaknya dia
sedang menanyakan kejadian yang dialaminya hari ini
kalau di tinjau dari wajah Oh Tin san tampaknya dia amat
gusar.
Tiba-tiba Oh Li cu menuding ke muka, mengikuti
tudingan itu, Oh Tin san dan Say nyoo-hui segera
mengalihkan sorot mata mereka yang tajam bagaikan
sembilu ke arah depan.
Menyaksikan sorot mata mereka, Lan See giok
merasakan tubuhnya gemetar keras, tak tahan dia berpaling
ke arah pintu rumah mohon bantuan.
http://kangzusi.com/
Baru berpaling, dia telah menyaksikan bibi Wan berdiri
di belakang pintu pagar dengan wajah tenang, agaknya dia
pun sedang mengawasi gerak gerik Oh Tin san bertiga.
Betapa leganya Lan See giok setelah melihat bibinya
munculkan diri, meski demikian rasa tegang toh belum
mereda, tanpa terasa bisiknya lirih:
"Bibi, Oh Tin san.."
"Ssst-!" Hu-yong siancu menempelkan jari tangannya ke
atas ujung bibir melakukan gerakan melarang berbicara,
setelah itu dia menuding ke tepi telaga.
Lan See-giok memahami maksudnya dan berpaling
kembali, ternyata Oh Tin san bertiga sedang berbisik bisik
seperti merundingkan sesuatu, ke enam mata mereka yang
tajam dialihkan kemari tiada hentinya.
Mendadak . . .
Ke tiga orang itu bersama sama memberi tanda,
kemudian berjalan mendekati bangunan rumah mereka.
Peluh dingin dengan cepat bercucuran membasahi tubuh
Lan See-giok, cepat dia berpaling, bibi Wan nya memberi
tanda kepadanya agar kabur secepatnya, maka dia menarik
tangan Ciu Siau cian dan bersama sama kembali ke dalam
kamar.
Hu-yong siancu mengikuti di belakang mereka dengan
sikap yang tenang, pintu rumah sekalian ditutup rapat, lalu
memberi tanda kepada Lan See giok agar bersembunyi di
ruang dalam, diperingatkan sebelum dipanggil agar jangan
munculkan diri.
Lan See giok mengangguk dengan gugup kemudian
berjalan masuk ke dalam kamar tidur bibinya, disaat dia
http://kangzusi.com/
hendak melangkah ke dalam kamar dilihatnya enci Cian
sedang dibisiki sesuatu oleh ibunya.
Dalam suasana begini, dia tidak berhasrat lagi untuk
mendengarkan apa yang dibicarakan bibi Wan nya, dengan
gugup dia menyandarkan diri dekat jendela depan, lalu
membuat sebuah lubang kecil pada kertas jendela tadi.
Dari situ kembali dia mengintip ke muka, kali ini Oh Tin
san suami istri serta Oh Li cu telah berdiri di luar pagar
sambil menengok ke dalam rumah, waktu itu mereka
sedang berbisik bisik sambil menuding ke sana ke mari.
Sorot mata sesat kelihatan mencorong ke luar dari balik
mata Oh Tin San, dengan wajah penuh amarah dia
mengawasi Oh Li cu, sementara tangannya yang kurus
kering menuding kesana ke mari seperti lagi menanyakan
sesuatu.
Rambut Oh Li cu sangat kusut, keningnya berkerut dan
bibirnya cemberut, sementara sepasang matanya telah
merah membengkak karena kebanyakan menangis.
Saat ini dia mengenakan pakaian ringkas berwarna
merah, sebilah pedang tersoren di punggungnya.
Say nyoo-hui Ki-Ci-hoa berkerut kening juga, sekalipun
dia sayang anak tapi berhubung masalahnya menyangkut
suatu urusan besar, maka dia seakan-akan tak sanggup lagi
untuk membendung amarah Oh Tin San terhadap putrinya.
Sementara itu, Oh Li cu telah mengangguk dengan pasti,
dia menuding ke arah pepohonan ditengah halaman.
Tanpa banyak membuang waktu, Oh Tin san segera
melejit ke udara dan melayang turun ke dalam halaman,
sedangkan Say nyoo-hui serta Oh Li cu mengikuti di
belakangnya.
http://kangzusi.com/
Baru saja mereka bertiga menginjakkan kakinya ke atas
tanah.
"Kraak. . .!"
Tahu-tahu pintu depan terbuka lebar.
Hu-yong siancu dengan wajah yang anggun dan tenang
telah berdiri angker di depan pintu.
Kemunculan tuan rumah yang amat tiba-tiba ini sangat
mengejutkan Oh Tin San suami istri, agaknya kejadian
tersebut sama sekali di luar dugaan, tapi hanya sebentar saja
paras muka mereka segera pulih kembali seperti sedia kala
dan menunjukkan sikap angkuh.
Hu-yong siancu tidak menunjukkan sikap apapun, malah
dengan senyum dikulum dia melangkah ke luar dari dalam
ruangan.
Paras muka Oh Tin san suami istri berubah hebat,
setelah berseru tertahan mereka mundur setengah langkah,
tapi dalam waktu singkat mereka berhasil menguasai
kembali keadaan, senyum dingin segera menghiasi lagi
ujung bibir mereka.
Setelah berdiri tegak, sambil tertawa hambar Hu-yong
siancu berkata:
"Selama ini kalian menjagoi dunia persilatan dengan
bercokol di benteng Wi-lim-poo, nama besarnya sudah
termasyhur sampai di seantero dunia. kami ibu dan anak
beruntung sekali bisa hidup bertetangga dengan kalian
dengan mendirikan gubuk reyot di tepi telaga" Kemudian
setelah memandang sekejap kearah Oh Li cu, dia
melanjutkan.
"Kini, malam sudah larut, entah ada persoalan apa
kalian suami istri bersama putri kalian berkunjung ke mari?
http://kangzusi.com/
Gubuk kami reyot. bila tidak keberatan silahkan masuk ke
ruangan untuk minum teh dulu. ."
Merah padam selembar wajah Oh Tin san dia
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak,
sahutnya sambil tertawa nyaring:
"Hu-yong siancu adalah seorang pendekar wanita yang
namanya sudah menggemparkan lima telaga dan sekarang
hidup menyendiri di tepi telaga untuk mencari kehidupan
yang aman damai, kami suami istri berdua tak lebih hanya
manusia kasar. bila lihiap tidak berbohong, tentunya sudah
kau ketahui bukan apa maksud kunjungan kami pada
malam ini"
Hu-yong siancu berkerut kening, kemudian gelengkan
kepalanya dengan tidak mengerti, ujarnya hambar.
"Entah apa maksudmu?"
Paras muka Oh Tin san berubah, setelah tertawa dingin
katanya dengan suara dalam.
"Bila kau mengaku tak tahu, tak ada salahnya aku
berbicara secara blak- blakan. malam ini sengaja kami
datang untuk mengambil kembali kitab pusaka Tay lo tiap
yap cinkeng, sebagai manusia yang berpengalaman,
tentunya kau tahu bukan sepasang tangan susah melawan
empat tangan, biarpun kami bertiga sadar bukan tandingan
lihiap, tapi untuk membela diri, terpaksa kami akan
mengerubuti lihiap"
Dengan wajah berlagak kaget bercampur keheranan Huyong
siancu segera berseru.
"Kotak kuning itu diserahkan oleh Gurdi emas peluru
perak Lan tayhiap kepadaku agar disampaikan kepada
seorang cianpwe, aku seperti tak pernah mendengar harus
menyerahkannya kepada mu"
http://kangzusi.com/
Berubah paras muka Oh Tin san setelah mendengar
ucapan itu, tak sampai Hu-yong siancu menyelesaikan kata
katanya, ia sudah bertanya dengan wajah kaget.
"Siapakah ciancu itu?"
Hu-yong siancu menggelengkan kepala nya berulang
kali:
"Di dalam suratnya Lan tayhiap tidak menjelaskan
siapakah manusia tersebut, hanya diterangkan ia memakai
jubah kuning, berambut perak dan berjenggot panjang,
selain itu dia pun mempunyai sebuah ciri yang sangat khas .
."
Setelah berhenti sejenak dia memandang sekejap ke arah
Oh Tin san yang wajahnya mulai memucat serta Say nyoohui
yang berkerut kering, setelah itu melanjutkan:
"Adapun ciri khas dari manusia berjubah kuning itu
adalah pada keningnya terdapat sebuah tahi lalat yang
berwarna merah!"
Sekujur badan Oh Tin san gemetar keras, peluh dingin
jatuh bercucuran dengan amat deras, tapi toh bertanya juga
dengan nada tidak mengerti.
"Lan Khong-tay memerintahkan kepadamu harus
menyerahkan kotak kecil itu kepada si manusia aneh
tersebut pada saat kapan?"
"Tengah hari tadi!" jawab Hu-yong siancu tanpa ragu.
Oh Tin san suami istri serta Oh Li cu bertiga merasakan
hatinya bergetar keras, tanpa terasa mereka saling
berpandangan sekejap, sebab mereka serentak teringat
kembali dengan Lan See giok yang hilang lenyap.
Say nyoo-hui memutar biji matanya, kemudian
menimbrung.
http://kangzusi.com/
"Di tempat mana?"
Hu-yong siancu menggerakkan alis mata nya, lalu sambil
menuding ke belakang rumah sahutnya,
"Di atas bukit sana. . . ."
Ketika mendengar perkataan tersebut, Say nyoo-hui
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, suaranya
tinggi melengking persis seperti suara kucing kawin.
Selain Hu-yong siancu sendiri yang di bikin tak mengerti
oleh suara tertawa lengking itu, sekalipun Oh Tin san serta
On Li cu sendiripun dibuat keheranan.
Selesai tertawa, Say nyoo-hui kembali berkata dengan
suara dingin:
"Kau siluman rase cilik yang tak tahu diri, kendatipun
kau cerdas dan lihay, toh tampak juga kecerobohan mu itu,
aku tidak percaya dengan segala obrolanmu tersebut".
Kemudian dengan mata melotot dan tertawa seram, ia
menghardik:
"Siapa yang berada di dalam ruangan?"
Sambil membentak dia menuding kearah pintu kamar.
Agaknya Hu-yong siancu tidak menyangka kalau Say
nyoo-hui bakal berubah sikap sedemikian cepatnya, meski
begitu dia tetap bersikap tenang, ditatapnya wajah Say
nyoo-hui yang sedang menyeringai itu lembut, kemudian
jawabnya dingin:
"Dia adalah putraku Siau cian!"
Say nyoo-hui melototkan matanya, makin besar,
mencorong sinar tajam dari balik matanya, kemudian
setelah tertawa seram dia berkata:
"Aku tidak percaya."
http://kangzusi.com/
"Jika tidak percaya lantas kau mau apa!" Hu-yong siancu
segera menarik mukanya dengan gusar.
"Lonio akan menggeledah!"
Sembari berkata, tiba-tiba sepasang tangannya berputar
dan sepasang goloknya sudah diloloskan dari sarung.
Sementara itu keberanian Oh Tin san pun nampaknya
semakin menjadi, tenaga dalamnya dihimpun ke dalam
telapak tangan, lalu dia bersiap siap untuk menerkam ke
muka.
"Criing!" cahaya tajam berkilauan, Oh Li cu telah
meloloskan pula pedangnya.
Berubah hebat paras muka Lan See giok yang mengintip
dari balik jendela, dia benar-benar tak menduga kalau
situasi di dalam halaman akan mengalami perubahan
sedemikian cepatnya.
Karena kaget dan cemas, dan gugup anak muda itu
melompat turun dari pembaringan lalu melompat ke jendela
belakang dan membukanya dengan cepat.
Tapi..seperti disambar guntur disiang hari bolong, Lan
See giok tertegun lalu melongo, sekalipun dia ternganga
karena kagetnya, untung tiada suara yang terpancar ke luar.
Si kakek berjubah kuning yang berwarna halus dan
lembut itu tahu-tahu sudah muncul di luar jendela dengan
senyuman dikulum.
Memandang si kakek berjubah kuning yang berdiri di
luar jendela itu, Lan See giok termangu mangu, kepalanya
terasa pusing tujuh keliling, hampir saja ia roboh tak
sadarkan diri karena terkejutnya.
Mimpi pun ia tak pernah mengira bakal menjumpai
kakek berjubah kuning itu di rumah bibiWan nya.
http://kangzusi.com/
Sementara dia masih termangu, tampak bayangan
manusia berkelebat lewat, kakek berjubah kuning itu sudah
melompat masuk ke dalam ruangan dengan enteng tanpa
menimbulkan sedikit suarapun,
Diam-diam Lan See giok amat terkejut, kendatipun dia
sudah tahu kalau si kakek berjubah kuning itu memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, tapi ilmu meringankan
tubuh yang demikian sempurnanya ini pada hakekatnya
belum pernah di dengar atau dilihat olehnya.
Sementara ia masih termenung, kakek berjubah kuning
itu telah menepuk nepuk bahunya dengan lembut wajahnya
sangat ramah penuh senyuman, sesudah memberi tanda
agar jangan berisik, dia berjalan menuju ke pintu gerbang.
Dalam pada itu suara bentakan gusar dari Hu-yong
siancu telah berkumandang lagi dari tengah halaman.
"Oh Tin-san, kuanjurkan segera kau ajak istri dan putri
mu untuk pergi meninggalkan tempat ini, jangan mencari
penyakit di tempat ini, jangan lagi Lan See giok telah diajak
tokoh silat itu belajar silat di pegunungan terpencil,
sekalipun ia berada dalam rumah, bayangkan saja, apakah
kalian sanggup melewati diriku sebelum dapat memasuki
ruangan ini?"
Oh Tin san termasuk manusia licik yang banyak curiga.
betul juga, kecurigaannya segera timbul setelah mendengar
perkataan itu. terutama setelah mendengar kalau Lan See
giok telah diterima tokoh silat itu sebagai muridnya, dia
merasa kepalanya seperti dipukul dengan tongkat besar.
Dengan buas penuh kebencian Say nyoo-hui melotot
sekejap kearah Hu-yong siancu, lalu setelah tertawa dingin
katanya.
http://kangzusi.com/
"Hmm, sekalipun kau sudah bercerita yang aneh-aneh,
sayang sekali aku tidak percaya kalau dalam dunia ini
terdapat kejadian yang begitu kebetulan, Hu-yong siancu
memang termasyhur sebagai perempuan cantik, tapi
sekalipun kepandaian silatmu lebih hebatpun jangan harap
bisa menandingi kami bertiga . . . "
Tergetar juga perasaan Hu-yong siancu, tidak sampai Say
nyoo-hui menyelesaikan kata katanya, dia telah menyela
dengan dingin.
"Ki-Ci-hoa, kau tak usah bersilat lidah, kalau toh kau
yakin gabungan tenaga kalian bertiga sanggup mengatasi
diriku, silahkan dicoba, asal satu diantara kalian bertiga
sanggup melewati diriku dan memasuki ruangan, bukan
saja aku Han Sin wan akan serahkan Lan See giok kepada
kalian, kitab pusaka Tay loo hud bun-pwee yap cinkengpun
akan kupersembahkan ke pada kalian bertiga!.”
-ooo0dw0ooo-
BAB 11
PARAS muka Oh Tin san suami istri sama-sama
berubah, di hati kecil mereka merasa amat terkejut, sebab
ucapan tersebut kelewat tekebur, dengan pamor Hu-yong
siancu di dalam dunia persilatan, tentu saja ia bukan hanya
gertak sambal belaka.
Oleh sebab itu tanpa sadar mereka berdua
menghubungkan kejadian tersebut dengan kepandaian sakti
yang tercantum-dalam kitab cinkeng, jangan-jangan Huyong
siancu telah berhasil mempelajari berapa diantara nya?
Kalau tidak, masa ia berani berbicara membual .?
Begitu terbayang kemungkinan besar kepandaian silat
Hu-yong siancu telah meningkat lebih hebat. rasa iri dan
http://kangzusi.com/
marah kembali berkobar di dalam dada Say nyoo-hui,
sambil menggertak gigi menahan dendam ia berseru
kembali:
"Terus terang kuucapkan kedatangan kami pada malam
ini adalah bertujuan untuk merebut kitab Tay lo-pwee yap
cinkeng, sedang soal Lan See giok, bagi kami bukan
menjadi masalah yang serius, bila kau bersedia serahkan
pula kepada kami, tentu saja kami akan membawanya pula
"
Baru saja perkataan itu sudah diucapkan dengan wajah
berubah Oh Li cu telah menimbrung.
"Ibu, kau tak boleh berkata begini . ."
Api amarah dan rasa iri sedang membara di dalam dada
Say nyoo-hui, begitu mendengar perkataan dari Oh Li cu
amarah yang semula tak terlampiaskan kontan saja meletus
dengan mata melotot besar, bentaknya penuh amarah.
"Tutup mulut, urusan jadi kacau gara-gara ulahmu,
sekarang kau masih punya muka untuk banyak ngebacot
lagi di sini? Bila Lan See giok benar-benar berada di sini,
mungkin bapak ibumu sendiri juga tak akan kau akui!"
Baru selesai perkataan itu diutarakan, Oh Li cu sudah
melejit ke tengah udara dan kabur menuju ke luar halaman .
. .
Oh Tin san menjadi gugup, teriaknya tanpa terasa:
"Anak Cu, balik!"
Tapi suasana di luar halaman sangat hening, yang
terdengar hanya ujung baju terhembus angin yang makin
menjauh.
Oh Tin san memandang sekejap ke arah Say nyoo-hui
yang tampaknya mulai menyesal dengan pandangan
http://kangzusi.com/
gelisah, seolah-olah dia sedang bertanya: Bagaimana
sekarang?
Tergerak hati Hu-yong siancu, dia merasa kesempatan
baik ini tak boleh disia-siakan dengan begitu saja, segera
ujarnya dengan suara hambar:
"Kepergian putri kalian dalam gusar, bisa jadi akan
mengambil jalan pendek, lebih baik kalian berdua cepatcepat
menyusul putri kesayangan kalian saja. sedang
masalah kitab pusaka Tay lo hud bun pwee tiap cinkeng
telah kuserahkan kepada kakek berjubah kuning, bila kalian
masih saja bersikeras akan menggeledah rumah, terpaksa
aku akan mencoba pula ilmu baru yang baru kupelajari dari
kitab Hud bun cinkeng tersebut."
Dalam keadaan demikian ini, posisi Oh Tin san serta Say
nyoo-hui benar-benar serba salah, mereka berdua segera
saling berpandangan sekejap, agaknya mereka sudah
bertekad hendak menyerbu ke dalam ruangan.
Tapi sewaktu mereka berdua mendongakkan kembali
kepalanya, wajah mereka berubah hebat, sambil menjerit
kaget mereka mundur tiga langkah sorot matanya penuh
rasa kaget dan ngeri, selangkah demi selangkah mereka
mundur terus ke belakang.
Hu-yong Siancu yang menyaksikan peristiwa ini tentu
saja menjadi tertegun, keningnya berkerut sedang hati
kecilnya keheranan, tapi kemudian dia seperti memahami
sesuatu, dengan cepat dia berpaling pula ke ruangan.
Tapi, pintu rumah masih terbuka lebar, keadaan di situ
tiada perubahan, tanpa terasa dia melirik pula ke depan
jendela putrinya, di jumpai putri kesayangannya masih
bersembunyi pula di situ.
http://kangzusi.com/
Maka dia berpaling lagi, ternyata Oh Tin san suami istri
sudah melarikan diri terbirit birit.
Sadarlah Hu-yong siancu, pasti ada sesuatu yang tak
beres, dia berlari masuk ke rumah, Ciu Siau cian telah
menyongsong pula dari kamarnya, serunya kemudian
dengan gembira.
"Ibu, Cian ji kagum sekali kepadamu, coba lihat, mereka
telah dibikin kabur oleh perkataanmu."
Hu-yong siancu datang amat gelisah, dia tak berniat
menjawab perkataan dari putrinya, ketika tidak dijumpai
Lan See giok turut ke luar, buru-buru ia menegur:
"Mana adik Giokmu?"
Sambil bertanya cepat-cepat dia masuk ke kamar sendiri,
tapi jendela sudah terbuka Lan See giok juga lenyap tak
berbekas.
"Celaka." pekik Hu-yong siancu panik, ia melompat ke
luar jendela dan naik ke atap rumah.
Suasana amat hening, hanya rembulan bersinar di langit
barat, tak sesosok bayangan manusia pun yang nampak.
Dari gerak gerik ibunya yang gugup, Ciu Siau cian tahu
kalau gelagat tidak beres, cepat-cepat dia menyusul ke luar
jendela, baru saja akan menyusup ke atas atap rumah, Huyong
siancu telah melayang turun
Cepat-cepat Ciu Siau cian menyusulnya sambil bertanya:
"Ibu, apa yang telah terjadi? Mana adik Giok?"
Dengan wajah pucat pias Hu-yong siancu menuding ke
jendela bagian belakang kemudian mereka berdua bersama -
sama kembali ke dalam ruangan.
http://kangzusi.com/
Ciu Siau cian menutup daun jendelanya rapat-rapat, ia
saksikan ibunya sedang mengeluarkan sebuah kotak kecil
berkain kuning dari bawah pembaringan.
Agak lega perasaan Hu-yong siancu setelah melihat
kotak itu masih tetap utuh, ketika penutupnya dibuka
tampak daun emas tersebut masih tetap seperti sedia kala.
rasa cemas yang semula mencekam perasaannya kini
menjadi lega kembali.
Kendaripun demikian, kedua orang tersebut tetap merasa
tak habis mengerti, kenapa Lan See giok bisa lenyap dari
situ?
Sementara itu, Lan See giok telah dibawa si kakek
berjubah kuning itu berlarian di tengah tanah pegunungan,
gerakan tubuh kakek itu cepat, sekali bagaikan sambaran
kilat, mereka langsung menuju ke sebuah puncak bukit.
Lan See giok yang berlarian mengikuti kakek, tersebut
dapat merasakan angin tajam menderu deru di sisi
telinganya, dia merasa kakinya seolah-olah tidak menginjak
tanah. melainkan melayang diantara awan.
Berhubung kemunculan kakek berjubah kuning itu
berhasil membuat Oh Tin san 1ari ketakutan, ditambah
pula dia tidak menuntut kotak kecil itu, perasaan gelisah
dan cemas yang semula menyelimuti perasaan Lan See
giok, kini sudah mereda kembali
Ia pernah berpikir, jangan - jangan hal tersebut hanya
merupakan sebuah taktik merebut hati dari kakek berjubah
kuning tersebut, tapi setelah berpikir lebih jauh, dia merasa
pemikiran tersebut tidak benar, dengan kepandaian sakti
yang di miliki kakek berjubah kuning itu, bila dia ingin
melarikan kocak kecil tersebut, hal tersebut seharusnya bisa
dia lakukan semudah merogoh barang dalam saku sendiri.
http://kangzusi.com/
Apalagi masalah ke lima manusia cacad serta siapa
gerangan pembunuh sebenarnya. yang telah menghabisi
nyawa ayahnya perlu diketahui dan di tanyakan pula dari
kakek berjubah kuning ini-
Sementara dia masih termenung, tubuhnya terasa sudah
melambung ke atas puncak tebing itu.
Ketika kakek berjubah kuning itu mengebaskan ujung
bajunya, tubuh merekapun berhenti bergerak.
Lan See giok segera berpaling, ia saksikan kakek
berjubah kuning itu dengan senyuman ramah dikulum dan
sorot mata yang berkilat kilat sedang memandang ke
arahnya penuh belas kasih, dia hanya tersenyum tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Sikap yang begitu belas kasih dan ramah ini dengan
cepat menggetarkan perasaan pemuda kita, apalagi bila
terbayang sikap hormat dari si naga sakti pembalik sungai
terhadap orang itu.
Tanpa terasa diapun menjura seraya berkata dengan
hormat:
"Boanpwe Lan See-giok menyampaikan salam untuk
locianpwe"
Seraya berkata dia lantas jatuhkan diri berlutut dan
memberi hormat..
Kakek berjubah kuning itu mengangkat kepalanya dan
tertawa terbahak bahak, suaranya nyaring bagaikan pekikan
burung hong, nadanya penuh kegembiraan. Kemudian
dengan suara lembut dia berkata:
"Nak, waktu yang tersedia bagi kita tidak banyak, ayo
cepat bangun dan duduk. kita harus berbicara banyak."
http://kangzusi.com/
SAMBIL berkata dia lantas membangunkan pemuda
tersebut dari atas tanah.
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, dijumpainya
bukit itu sangat datar, rumput tumbuh amat subur, puluhan
kaki di seputar sana tidak dijumpai pepohonan pinus
ataupun bambu, juga tiada batuan cadas.
Boleh dibilang tempat semacam ini merupakan sebuah
tempat yang ideal sekali untuk bercakap-cakap.
Dengan kepandaian maha sakti yang di miliki kakek
berjubah kuning itu, jatuhnya bunga atau daun pada jarak
sepuluh kaki di seputar sana pun bisa ditangkap olehnya
dengan nyata, jelas tak mungkin ada orang yang bisa
menyadap pembicaraan mereka tanpa ketahuan jejaknya.
Mereka berduapun duduk di atas tanah berumput, tanah
yang amat lembut bagai-kan busa.
Kemudian kakek berjubah kuning itu bertanya dengan
ramah:
"Nak, tidakkah kau merasa keheranan, mengapa aku
datang mencarimu malam-malam begini?"
Lan See giok memang berperasaan demikian, maka dia
mengiakan dengan hormat.
Kakek berjubah kuning itu kembali tertawa terbahak
bahak.
"Haaahhh- haaahhh.. haaahhh, terus terang kukatakan
kepadamu nak, sejak aku masuk ke dalam bentengWi-limpoo,
selama ini aku, tak pernah meninggalkan Oh Tin san,
oleh sebab itu mereka dapat menemukan kau, akupun dapat
pula menemukan dirimu “
http://kangzusi.com/
"Locianpwe" tanya Lan See giok tidak habis mengerti,
"dari mana Oh Tin san bisa mengetahui tempat tinggal dari
bibiWan-?"
"Kalau dibicarakan sebenarnya hanya secara kebetulan
saja, ketika Oh Tin san suami istri kembali ke benteng, Oh
Li cu menangis sambil mengadukan peristiwa lenyapnya
kau kepada orang tua mereka. Say nyoo-hui segera
menuduh kau berusaha melarikan diri, tapi Oh Li-cu
berusaha-keras membelaimu."
Berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak seakan akan
sedang memikirkan sesuatu lalu dengan tidak mengerti ia
bertanya.
"Pernahkah kau bercerita kepada Oh Tin san bahwa bibi
Wan mu mempunyai seorang putri berusia enam tujuh
belas tahunan?"
Mendengar pertanyaan itu Lan See giok segera menjadi
menyesal sekali, dia manggut-manggut.
Kakek berjubah kuning itupun melanjutkan kembali
ceritanya.
"Tatkala Oh Li cu bercerita ada seorang gadis berbaju
kuning yang berusia enam tujuh belas tahunan
menunjukkan perubahan wajah dan nampak amat sedih
sekali setelah bertemu kau, Oh Tin san segera menaruh
curiga kalau rumah ini bisa jadi adalah tempat kediaman
bibi Wan mu, akhirnya mereka putuskan untuk melakukan
penyelidikan, ketika mereka ketahui bibi Wan mu ternyata
adalah Hu-yong siancu Han Sin -wan yang sudah lama
mengasingkan diri, maka semua duduknya persoalanpun
menjadi jelas."
Lan See giok pernah menaruh curiga, kepergian Oh Tin
san ditengah malam buta tanpa pamit tempo hari adalah
http://kangzusi.com/
untuk pergi mencari bibi Wan nya, maka kembali ia
bertanya:
"Tahukah locianpwe, apa sebabnya Oh Tin san suami
istri meninggalkan rumah secara tergesa gesa ditengah
malam buta?"
"Walaupun Oh Tin san orangnya buas dan kejam,
namun ia tak bisa menguasai diri bila menghadapi suatu
persoalan, malam berselang kalian membicarakan lagi soal
kotak kecil itu- “
Mendengar sampai disini, Lan See giok pun menjadi
paham kembali, tanpa terasa serunya cemas.
"Anak Giok tahu sekarang, orang berdiri di luar jendela
semalam itu adalah locianpwe?"
Sambil tertawa ramah kakek berjubah kuning itu
manggut-manggut.
"Nak, seharusnya kau bisa menduga akan diriku, Di
dalam benteng Wi-lim-poo banyak terdapat kapal perang
yang berlabuh, di luar dikelilingi telaga yang luas,
penjagaan dan pengintaian tersebar di mana-mana,
memang tidak gampang bagi orang luar untuk
menyelundup masuk, untung saja penjagaan di dalam
benteng tidak ketat sehingga banyak memberi keleluasaan
bagiku.."
Lan See giok segera teringat akan sesuatu rahasia yang
tidak diketahui olehnya, dengan nada tak mengerti kembali
dia bertanya:
"Tahukah locianpwe di dalam gedung bagian pusat
bentengWi-lim-poo kenapa tidak diberi penjagaan?"
Kembali kakek berjubah kuning itu termenung sebentar,
lalu sahutnya:
http://kangzusi.com/
"Oh Tin-san adalah seorang manusia yang gampang
menaruh curiga, bisa jadi dia menganggap penjagaan di luar
bentengnya sudah sekokoh dinding baja lantai tembaga dan
mustahil ada orang menyusup ke dalam, maka kuatir
rahasia pribadi dalam ruangannya ketahuan orang lain,
maka dia sengaja tidak mengatur penjagaan di seputar sana,
hal ini bisa dibuktikan pula dengan tiadanya orang yang
berdiam di seputar situ."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
tersebut, seakan akan memahami sesuatu, dia bertanya
kembali.
"Locianpwe bilang malam berselang kau berdiri di luar
jendela, kemudian Oh Tin san ke luar dari ruangan setelah
mendengar suara, tapi nyatanya tidak ditemukan sesosok
bayangan manusiapun, waktu itu apakah locianpwe sudah
masuk ke ruang belakang?"
Kakek berjubah kuning itu tertawa terbahak bahak:
"Haah . . haah . . haaahhh . . . justru kebalikannya, aku
cuma bersembunyi di bawah lantai batu di depan jendela
pagoda air, sewaktu kau ke luar dari jendela, asal kau
tundukkan kepalamu, niscaya akan kau jumpai jejakku. tapi
kenyataannya kalian semua malah naik ke atap rumah."
Mendengar penjelasan tersebut, diam-diam Lan See giok
memuji akan keberanian kakek berjubah kuning tersebut,
dia merasa tindakan semacam ini sungguh kelewat
menyerempet bahaya.
Terdengar kakek berjubah kuning itu melanjutkan
kembali ceritanya:
"Waktu itu Oh Tin san pun berpendapat akulah yang
telah menyadap pembicaraan tentang rahasia kotak kecil
tersebut, karena nya ia menjadi gugup dan ketakutan.
http://kangzusi.com/
akhirnya diputuskan untuk berangkat pada malam itu juga
mencari si naga sakti pembalik sungai dan menjelaskan
masalah kotak kecil itu kepadaku.."
"Tapi locianpwe toh tidak berada di kampung nelayan
itu.." tukas Lan See giok kuatir.
Kakek berjubah kuning itu tertawa ramah.
"Sekalipun aku berada di situpun, si naga sakti pembalik
sungai akan mengatakan aku telah pergi!"
Lan See giok semakin tidak mengerti, baru saja dia
hendak minta penjelasan lebih jauh, dari kejauhan sana
kedengaran suara ayam jago mulai berkokok-
Kakek berjubah kuning itu segera merasa waktu sudah
siang, setelah memandang sekejap keadaan langit, diapun
berkata.
"Nak. sekarang sudah mendekati kentongan ke lima, kau
harus kembali sebelum fajar menyingsing kalau tidak, bibi
Wan mu pasti akan sangat gelisah dan tidak tenang, apakah
kau masih ada urusan lain yang hendak ditanyakan
kepadaku?"
Menghadapi pertanyaan tersebut, Lan See giok menjadi
sangsi, karena pertanyaan yang akan diajukan kelewat
banyak, sehingga untuk sesaat dia tak tahu pertanyaan
manakah yang hendak diajukan lebih dahulu-
Tampaknya kakek berjubah kuning itu bisa menduga
jalan pemikiran Lan See giok, maka dia berkata kemudian.
"Sekarang, apakah kau sudah memahami sebab musabab
yang mengakibatkan kematian ayahmu?"
Lan See giok mengangguk, katanya dengan perasaan
sedih.
http://kangzusi.com/
"Hanya sampai kini anak Giok belum mengetahui
siapakah pembunuh sebenarnya dari ayahku."
Sambil mengelus jenggotnya dan termenung sejenak,
kakek berjubah kuning itu berkata kemudian.
"Kalau ditinjau dari segi-segi yang ada sekarang, kelima
manusia cacad itu sama-sama mencurigakan, kita harus
menyelidiki secara seksama lebih dulu sebelum bisa
menentukan siapakah pembunuh yang sebenarnya.
Teringat akan julukan-julukan yang istimewa dari kelima
manusia cacad itu, Lan See giok segera memohon:
"Dapatkah locianpwe menjelaskan asa1 usul dari kelima
manusia cacad dari tiga telaga itu? Mengapa kelima orang
itu sama-sama memiliki julukan yang mengandung kata
"tunggal"? Darimana mereka bisa tahu kalau ayahku
berdiam di kuburan kuno serta apa sebabnya ke lima
manusia cacad yang berdiam di pelbagai wilayah bisa
berkumpul di tempat yang sama pada malam yang sama”
"Tidak sampai Lan See giok menyelesaikan kata
katanya. kakek berjubah kuning itu telah menggoyangkan
tangannya mencegah pemuda itu melanjutkan kembali kata
katanya, dia menimbrung.
"Pertanyaan mu yang beruntun tersebut bila kujawab
dengan memerlukan waktu yang amat panjang, mustahil
semua masalah bisa dijelaskan dalam waktu singkat,
sekarang aku hanya bisa memberitahukan kepadamu,
sebenarnya julukan semula dari ke lima orang tersebut tidak
disertai kata "tunggal", pada mulanya mereka pun bukan
manusia yang cacad telinga, mata atau kaki, sedang soal
dari mana mereka bisa tahu ayahmu berdiam dalam
kuburan kuno itu. hal tersebut baru dapat diketahui setelah
kita datangi kelima manusia tersebut, nah hari ini aku
http://kangzusi.com/
hanya bisa menjelaskan sampai di sini, lain kali tentu akan
kujelaskan lebih jauh!”
Selesai berkata diapun beranjak siap-siap meninggalkan
tempat tersebut.
Lan See giok memandang sekejap ke ufuk timur di mana
matahari telah memancarkan sinarnya yang keemas
emasan, dia tahu kakek berjubah kuning itu hendak pergi
sebelumfajar menyingsing.
Buru-buru ia bertanya lagi:
"Locianpwe, tahukah kau darimana ayahku bisa
mendapatkan kotak kecil itu?"
"Dia mendapatkan secara kebetulan di bawah Giok li
hong bukit Hoa san."
Lan See giok ingin sekali mempelajari ilmu silat maha
sakti yang tercantum dalam cinkeng itu, maka kembali dia
bertanya.
"Konon tiga lembar daun emas yang berada dalam kotak
kecil itu berisikan semacam kitab pusaka ilmu silat yang
memuat kepandaian silat maha sakti, benarkah perkataan
tersebut?"
Tanpa ragu barang sedikit pun jua kakek berjubah kuning
itu mengangguk.
"Benar, cuma orang yang tidak mengetahui rahasianya,
meskipun mendapatkan pusaka tersebut pun sama artinya
dengan mendapatkan benda rongsokan."
Sekali lagi tergerak hati Lan See giok, selanya.
"Pernah locianpwe membaca isi kitab tersebut?"
Kakek berjubah kuning itu segera memperlihatkan paras
serba salah, katanya kemudian.
http://kangzusi.com/
"Meskipun aku tahu bagaimana cara membacanya, tapi
hanya aku seorang diri tak mungkin bisa membacanya"
Lan See giok sangat tidak mengerti atas perkataan itu,
keningnya berkerut, kemudian tanyanya bimbang:
"Kalau toh locianpwe sudah mengetahui cara untuk
membaca rahasia kepandaian silat tersebut mengapa kau
tidak membaca nya seorang diri?"
Kakek berjubah kuning itu memandang sekejap kearah
Lan See giok, lalu tertawa penuh arti.
"Untuk membaca isi kitab pusaka tersebut, harus ada
seorang yang bertenaga dalam sempurna menggenggam
daun emas tadi kemudian mengerahkan segenap tenaga
dalam yang dimilikinya ke dalam daun emas tadi sedang si
pembaca harus berlutut di hadapannya sambil baca, cuma
orang inipun harus memiliki bakat yang sangat bagus dan
memiliki daya ingat yang tajam, dengan begitu kepandaian
tersebut biru dapat dikuasai olehnya.”
Menjadi termangu Lan See giok sehabis mendengar
perkataan itu, lama kemudian ia baru bertanya:
"Locianpwe siapakah yang memiliki tenaga dalam
sedemikian sempurnanya sehingga dapat memaksa daun
emas tersebut memperlihatkan catatannya?"
“Hanya si pemilik semula dari kotak tersebut" jawab
kakek berjubah kuning itu tanpa ragu.
Lan See giok menjadi amat gembira, tanyanya cepat:
"Locianpwe, anak Giok tidak becus tapi percaya
memiliki daya ingat yang cukup baik, dimanakah pemilik
kotak tersebut sekarang? Dapatkah anak Giok pergi
mencarinya dengan membawa kotak kecil tersebut?"
http://kangzusi.com/
"Menurut apa yang kuketahui, orang itu berdiam di
bawah kaki puncak giok Ii hong di bukit Hoa san, kaki
bukit yang mana tidak kuketahui, tapi menurut cerita orang,
banyak yang ingin menyambanginya tapi sebagian besar
harus pulang dengan kecewa, tapi ada pula yang memasuki
lembah tersebut sambil menyebutkan namanya serta
berhasil menjumpai wajah asli orang tersebut. Tentang
apakah kau berhasil menjumpainya, hal ini tergantung papa
tekad, kesungguhan mu serta rejekimu..”
Walaupun Lan See giok merasa sulit tapi ia bersedia
untuk mencobanya, dengan cepat ia bertanya:
"Locianpwe, siapakah tokoh sakti tersebut?"
Kakek berjubah kuning itu termenung sejenak. kemudian
dengan nada tidak pasti katanya.
"Konon orang itu bernama To seng-cu!"
Gemetar keras sekujur badan Lan See -giok, paras
mukanya berubah hebat, serunya tanpa sadar.
"To . . to. . . to-seng cu? Dia. . . diapun memakai gelar
kata "tunggal" . . ?" ,
Tanpa terasa dia menjadi terbayang kembali keadaan
ayahnya yang terkapar di atas genangan darah, waktu itu
tangan kanannya dengan menggunakan sisa tenaga yang
dimilikinya hanya sempat mengukir kata.
"To" atau tunggal di atas tanah..
Satu ingatan segera melintas dalam benak nya. Janganjangan
orang yang membunuh ayahnya adalah To seng cu
ini?
Siapa tahu To seng cu menaruh dendam kepada ayahnya
karena kotak kecil tersebut tidak dikembalikan kepadanya,
http://kangzusi.com/
maka setelah menelusuri jejak ayahnya selama banyak
tahun, akhirnya tempat kediaman ayahnya ditemukan?
Semakin dipikir Lan See giok merasa semakin masuk
diakal, sebab hanya manusia berkepandaian sangat lihay
seperti To seng cu saja yang mampu menghabisi nyawa
ayahnya di dalamsekali pukulan.
Membayangkan kesemuanya ini, berkobarlah api marah
dalam dadanya, hawa napsu membunuh pun segera
menyelimuti seluruh wajahnya yang tampan.
Sambil mengangkat kepalanya dan menatap wajah kakek
berjubah kuning itu lekat-lekat, dia bertanya.
"Locianpwe, dengan tenaga dalam yang kau miliki
sekarang dapatkah kau menampilkan tulisan di atas daun
emas tersebut?"
Kembali kakek berjubah kuning itu menunjukkan sikap
serba salah, lama kemudian dia baru menjawab:
"Kecuali To seng cu seorang, mungkin dalam dunia
persilatan dewasa ini sudah tiada orang kedua yang
memiliki tenaga dalam seperti dia lagi."
Kemudian setelah berhenti sejenak dan menghela napas,
katanya lebih jauh:
"Terus terang saja anak Giok, aku sudah banyak tahun
mencari ayahmu di mana-mana, setiap orang mempunyai
kepentingan pribadi masing-masing, tentu saja akupun
berharap bisa membawa kotak kecil itu pergi menghadap
To seng cu serta menjadi orang yang paling tangguh dalam
dunia persilatan. tapi sejak aku bertemu dengan kau dan
menemukan kau adalah manusia yang berbakat bagus
untuk belajar ilmu silat, apalagi jika kau berhasil
mempelajari kepandaian sakti dalam pusaka Pwee yap-
Cinkeng tersebut sudah pasti kau bisa menjadi tangguh dan
http://kangzusi.com/
keadilan serta kebenaran di dunia ini bisa ditegakkan, itulah
sebabnya kuberikan kesempatan yang sangat baik ini
kepadamu, biarpun aku mengetahui kotak kecil itu
disembunyikan di bibi Wan mu dikolong ranjang, tapi aku
tidak mengambilnya. Nah anak Giok, semoga kau tidak
sampai menyia-nyiakan harapanku!"
Betapa terharunya Lan See giok setelah mendengar
perkataan itu, dia semakin menaruh hormat kepada kakek
berjubah kuning itu, katanya dengan hormat:
"Locianpwe tak usah kuatir, anak Giok bertekad tak
akan menyia nyiakan harapan kau orang tua, bila aku
menyangkal dari ucapanku, biar langit menghukumku!"
Dengan penuh kegembiraan kakek berjubah kuning itu
tertawa terbahak bahak, kemudian serunya:
"Kau memang anak yang penurut dan bisa diberi
pelajaran.."
Setelah mengebaskan ujung bajunya, diapun beranjak
pergi meninggalkan tempat tersebut.
Lan See giok tahu bahwa kakek berjubah kuning itu
hendak pergi, cepat dia turut melompat bangun sambil
berseru dengan cemas.
"Locianpwe, anak giok masih ada satu persoalan yang
tidak mengerti!"
"Bila ada persoalan, katakan saja berterus terang"
"Bila anak Giok berhasil menjumpai To seng cu serta
mempelajari kepandaian silat maha sakti yang tercantum
dalam kitab pusaka Pwee yap cinkeng tersebut. apakah
tenaga dalamku bisa melampaui To seng cu ?
Dengan wajah bersungguh sungguh kakek berjubah
kuning itu segera berkata.
http://kangzusi.com/
"Hal ini tergantung dirimu sendiri, apakah kau berniat
sungguh-sungguh serta bersedia tekun mempelajari
kepandaian itu, jika kau rajin berlatih, sekalipun To seng cu
terhitung jagoan nomor satu dikolong langit dewasa ini,
mungkin kemampuannya waktu itu masih di bawah
kemampuanmu"
Mendengar sampai di sini, Lan See giok segera
menjatuhkan diri berlutut di atas tanah, lalu katanya
dengan hormat.
"Harap locianpwe suka menjaga diri baik-baik, anak
Giok akan pergi dulu, bila aku sudah kembali dengan
belajar ilmu, pasti akan kubalas budi kebaikan dari kau
orang tua!"
Kembali kakek berjubah kuning itu tertawa terbahak
bahak. Setelah membangunkan Lan See giok dari atas
tanah, katanya dengan amat ramah:
"Anak Giok, dalam perjalananmu kali ini, sepanjang
jalan kau mesti berhati-hati karena membawa mestika,
jangan kelewat memamerkan diri, dan yang paling penting
tak boleh mencari gara-gara, fajar sudah hampir
menyingsing cepatlah pergi!"
Lan See giok mengiakan dengan hormat, lalu ditatapnya
kakek itu sekejap titik air mata hampir saja jatuh berlinang,
setelah berpamitan lagi dengan kakek itu, dia baru
membalikkan badan dan turun dari bukit tersebut.
Sementara itu fajar mulai menyingsing di langit timur
kabut tipis menyelimuti permukaan tanah, kecuali suara
ayam berkokok dari arah kampung nelayan itupun sudah
mulai kedengaran suara manusia.
http://kangzusi.com/
Membayangkan betapa cemas dan gelisah nya bibi Wan
serta enci Cian nya waktu itu, dia mempercepat langkahnya
menuju ke depan.
Ketika tiba di dusun, langit sudah terang, kabut pagi pun
terasa semakin tebal, setelah melewati pepohonan siong
yang lebat, dalam waktu singkat dia telah tiba di halaman
belakang rumah bibiWan nya.
Dari kejauhan ia sudah melihat enci Cian duduk di
belakang jendela dengan wajah murung. sepasang matanya
memandang sebatang pohon di hadapannya dengan
termangu, seakan akan ia sedang melamun.
Dengan cepat Lan see giok melompati pagar dan
melayang turun di depan jendela, segera serunya lirih.
"Enci Cian! Enci Cian!"
Ciu Siau cian sadar kembali dari lamunan, melihat
pemuda itu sudah muncul di hadapannya, mencorong sinar
terang dari balik matanya, kejut dan girang ia berseru lirih:
"Ayo cepat masuk!"
Dengan cepat dia menarik tangan pemuda itu.
Meminjam tenaga tarikan tadi, Lan See giok melayang,
masuk ke dalam ruangan.
Ciu Siau cian memperhatikan sekejap keadaan
sekelilingnya. lalu merapatkan pula daun jendelanya,
setelah itu sambil menggenggam tangan pemuda itu,
omelnya dengan penuh rasa kuatir:
"Bagaimana sih kau ini? Mengapa pergi selama ini? Bikin
hati orang gelisah saja."
Sambil berkata dia mengangguk pemuda itu duduk di
depan pembaringan, sementara sepasang matanya yang jeli
http://kangzusi.com/
dengan perasaan tak tenang dan gelisah mengawasi pemuda
itu tiada hentinya.
Tak terlukiskan rasa haru, berterima kasih dan hangatnya
perasaan Lan See giok melihat perhatian enci Cian
terhadapnya, katanya kemudian sambil tertawa:
"Cici jangan marah, aku diajak kakek berjubah kuning
itu untuk bercakap cakap."
"Kakek berjubah kuning yang mana?" tanya Ciu siau
cian tidak mengerti.
Menghadapi pertanyaan tersebut, Lan See giok baru
teringat kalau tadi ia lupa menanyakan nama kakek
tersebut, dengan wajah memerah terpaksa ujarnya.
"Yaa kakek berjubah kuning itu!"
Meski Ciu Siau cian bisa memahami, tak urung dia toh
tertawa cekikikan juga.
"Enci Cian, mana bibi?" tiba-tiba pemuda itu teringat
akan Hu-yong siancu.
Ciu Siau cian menarik kembali senyuman nya, lalu
sambil sengaja menarik muka dia berkata:
"Ke mana lagi? Tentu saja pergi mencari mu, siapa suruh
kau tidak meninggalkan pesan ketika pergi."
"Bukan siaute tidak ingin memberi pesan, aku takut Oh
Tin san dan Say nyoo-hui mendengar suara panggilanku
sehingga menambah kesulitan, aku memang berniat
menghindar untuk sementara waktu ke luar dusun sana "
Ciu Siau cian menganggap perkataan itu ada benarnya
juga, maka diapun mengangguk. kemudian setelah melihat
sekejap matahari di luar jendela, katanya dengan penuh
perhatian.
http://kangzusi.com/
"Kau sudah bergadang semalaman suntuk, sekarang
beristirahatlah sebentar."
Setelah beberapa malam tak tidur, Lan See giok memang
merasa agak lelah, tapi dia kuatir dengan keselamatan
bibinya, segera serunya:
"Enci Cian aku tidak lelah, aku hendak menunggu
sampai bibi kembali."
"Coba kau lihat, fajar telah menyingsing sekarang,
ibupun segera akan pulang" kata Ciu Siau cian sambil
menuding ke luar jendela, tidurlah dulu. bila ibu pulang,
aku akan memanggilmu lagi!"
Sambil berkata ia menekan bahu pemuda itu agar
membaringkan diri.
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Lan See giok
membaringkan diri sambil memejamkan mata, namun bau
harum semerbak yang terpancar dari pembaringan tersebut
semakin membuat pemuda ini tak dapat tidur.
Oleh karena itu meski kelopak matanya telah
dipejamkan, namun masih bergetar tiada hentinya.
Tersenyum Ciu Siau cian setelah melihat kejadian ini,
tiba-tiba ia menotok jalan darah Hek-si-hiat di tubuh
pemuda itu, hanya menotok dengan pelan kemudian
beranjak ke luar dari ruangan.
Lan See giok membuka matanya melirik sekejap ke arah
enci Cian nya yang tersenyum dengan muka merah, melihat
jalan darah tidurnya ditotok hampir saja ia tertawa geli.
Pada saat itulah dari luar jendela kedengaran suara pintu
pekarangan dibuka orang.
Menyusul kemudian kedengaran suara enci Cian nya
berseru:
http://kangzusi.com/
"Ibu, adik Giok telah pulang!"
"Oya? Di mana ia sekarang?" tanya Hu-yong siancu kejut
bercampur gembira.
Mendengar perkataan itu Lan See giok segera melompat
bangun dan siap ke luar- -
Tapi tiba-tiba saja terdengar Ciu Siau cian berkata. "Adik
Giok sudah tertidur ibu, dia hendak menunggumu sampai
pulang, akulah yang telah menotok jalan darahnya sebelum
ia tertidur “
Lan See giok yang mendengar perkataan Itu segera
teringat kalau jalan darahnya sudah tertotok, cepat-cepat
dia membaringkan kembali badannya ke atas ranjang.
Untuk sesaat suasana dalam halaman menjadi hening,
lalu terdengar bibiWan nya tertawa geli.
Lan See giok segera tahu keadaan runyam, pasti bibinya
tahu kalau dia telah belajar ilmu menggeser jalan darah
kepada enci Ciannya.
Benar juga. terasa ada angin berdesir lewat, bayangan
manusia muncul di depan mata, Ciu Siau clan dengan
wajah cemberut telah berdiri di depan pembaringan.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok melompat
bangun, lalu tanyanya sambil tertawa.
"Cici, apakah bibi telah pulang?"
Melihat Lan See giok sudah tahu masih pura-pura
bertanya, Ciu Siau cian merasa makin mendongkol ia
bersiap siap mengumbar hawa amarahnya.
Tiba-tiba terdengarHu-yong siancu bertanya:
"Anak Giok, kau belum tertidur?"
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dari luar muncul seseorang yang
masih basah oleh embun pagi,
Lan See giok segera melompat turun dari pembaringan,
lalu katanya dengan hormat.
"Sebelum bibi pulang, anak Giok merasa tak tenang
untuk memejamkan mata".
Sambil berkata dia mengerling sekejap ke arah enci
Ciannya yang masih tersipu sipu, kontan saja sikapnya
menjadi sangat tak tenang . . .
Menyaksikan keadaan adik Gioknya yang mengenaskan,
tanpa terasa Ciu Siau cian tertawa cekikikan.
Dengan tertawanya gadis itu, perasaan tidak tenang yang
semula mencekam perasaan Lan See giok pun segera
menjadi lega kembali, ia pun turut tertawa.
Memandang sepasang muda mudi yang amat lucu itu,
Hu-yong siancu turut merasa gembira, segera ujarnya
dengan ramah:
"Anak Giok, duduklah, coba kau ceritakan kisah
perjumpaanmu dengan kakek berjubah kuning itu."
Setelah semua orang mengambil tempat duduk masingmasing,
Lan See giok mulai menceritakan bagaimana
pengalamannya bertemu dengan kakek berjubah kuning itu
sampai dia pulang kembali.
Akhirnya pemuda itu menambahkan.
"Bibi, anak Giok bertekad akan mencari To-seng cu, aku
rasa bisa jadi dialah pembunuh yang sebenarnya dari
ayahku."
Paras muka Hu-yong siansu amat serius, ia tidak segera
menjawab, sampai lama kemudian baru tanyanya.
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, apakah kau berhasil melihat tahi lalat besar
di kening kakek tersebut pada perjumpaan kali ini?"
Bergetar keras perasaan Lan See giok mendengar
pertanyaan itu, mukanya menjadi merah padam karena
jengah, sambil menundukkan kepalanya ia menjawab:
"Berhubung waktu yang amat singkat, anak Giok cuma
teringat persoalan-persoalan yang dihadapi, karenanya aku
lupa untuk memeriksanya dengan teliti."
Hu-yong siancu tidak menegur pemuda itu, sorot
matanya dialihkan ke luar jendela memandang matahari
yang memancarkan sinar keemas emasan, ia seperti sedang
melamunkan sesuatu.
Lama-lama kemudian ia baru berkata agak tergagap:
"Jangan-jangan dia adalah si kakek yang dijumpai
Khong-tay tempo hari- “
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, selanya tiba-tiba.
"Bibi, siapakah yang telah berjumpa dengan ayahku?"
Hu-yong siancu segera sadar atas kekhilafan sendiri,
katanya kemudian sambil tertawa hambar.
"Kalian masih kanak-kanak, sekarang belum saatnya
untuk mengetahui persoalan-persoalan tersebut"
Dengan cepat paras mukanya telah pulih kembali seperti
sedia kala, lalu dengan nada penuh perhatian dia berkata.
"Anak Giok, bibi tak akan menghalangi niatmu untuk
mengunjungi bukit giok li -hong, tapi mesti kau ketahui,
perjalanan semacam ini jelas merupakan suatu perjalanan
menyerempet bahaya, andaikan To- seng cu benar-benar
adalah musuh besar yang membinasakan ayahmu,"
perjalanan mu kali ini lebih banyak bahayanya dari pada
http://kangzusi.com/
selamat, bahkan bisa jadi akan mengorbankan selembar
jiwamu"
Lan See giok sama sekali tidak gentar oleh perkataan
tersebut, katanya malah dengan gagah.
"Dendam sakit hati anakku lebih dalam dari pada
samudra, sekalipun harus naik ke bukit golok atau terjun ke
kuali berisi minyak mendidih, anak giok tak akan mundur
barang setapak pun"
Mendadak ia saksikan Cu Siau cian menunduk dengan
wajah sedih, tanpa terasa ia turut beriba hati, katanya
kemudian dengan nada menghibur.
"Apalagi bencana atau rejeki bukan di tentukan manusia.
sampai sekarang pun belum kita ketahui To seng cu
sebenarnya musuh besar pembunuh ayahku atau bukan
seandainya bukan, anak Giokpun karena bencana peroleh
rejeki, selain bisa mempelajari ilmu silat yang hebat akupun
dapat membalaskan dendam bagi kematian ayahku"
Dengan sorot mata gembira Hu-yong siancu memandang
sekejap ke arah Lan See giok lalu ujarnya sambil manggutmanggut.
"Berbicara soal ilmu silat, To seng cu terhitung manusia
paling kosen di dunia persilatan dewasa ini, sampai
sekarang belum pernah ada orang yang mengetahui nama
dan usia yang sebenarnya, konon dia telah berumur di atas
seratus tahun, kepandaian silatnya boleh dibilang sudah
mencapai tingkatan yang luar biasa..!”
Dengan sedih Ciu Siau cian mendongakkan kepalanya,
seperti memahami sesuatu dia menyela:
"Ibu, bukankah kau pernah berkata kau pun pernah
bersua dengan To seng cu? Coba kau bayangkan, persiskah
http://kangzusi.com/
dia dengan kakek berjubah kuning yang diceritakan adik
Giok tadi? "
Hu-yong siancu berkerut kening, sekilas perubahan aneh
menghiasi wajahnya, lalu ujarnya sambil manggutmanggut:
"Peristiwa ini sudah terjadi sepuluh tahun berselang,
waktu itu To seng cu mengenakan jubah panjang berwarna
putih, membawa kipas dan amat berwibawa sehingga
siapapun akan berkesan mendalam bila menjumpainya."
Melihat sikap bibinya begitu menaruh hormat, dimana
hal tersebut justru berlawanan sekali dengan pandangan
nya, maka dengan perasaan tak puas katanya.
"Bibi, anak Giok berpendapat gelar To-seng cu ini
kurang sedap didengar, seperti nama-nama Siau yau-cu, Lui
cengcu, Sian kicu dan lain sebagainya, nama tersebut
kebanyakan adalah kaumtosu.."
Hu-yong siancu tertawa hambar, katanya dengan lembut:
"Anak Giok, hal ini hanya disebabkan kau sudah
terlanjur menaruh perasaan benci terhadap julukan yang
menggunakan kata permulaan "To" atau tunggal, itulah
sebabnya To seng cu memberi kesan kurang baik
kepadamu, padahal arti sebenarnya dari To seng-cu atau
aku yang telah sadar!"
Berada dihadapan bibinya, Lan See giok tak berani
memperlihatkan perasaan tak senang hati. namun dihati
kecilnya dia tertawa dingin, katanya kemudian:
"Anak Giok tetap berpendapat, julukan To seng cu itu
kelewat jumawa dan tekebur, anak Giok rasa arti dari
julukan itu bukan aku yang telah sadar. mungkin saja dia
beranggapan akulah yang dipertuan . . . "
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu segera berkerut kening agaknya ia telah
melihat perasaan benci Lan See giok terhadap To Seng cu,
maka katanya kemudian sambil manggut-manggut dan
tertawa:
"Penjelasan secara demikian pun boleh juga. namun
kelewat memaksakan pendapat sendiri dalam perjalananmu
menuju ke bukit Hoa san kali ini, bila berjodoh dan dapat
menjumpai To seng cu, kau harus mengatakan yang
sebenarnya yakni mendapat petunjuk dari seorang kakek
berjubah kuning untuk datang minta belajar ilmu. kau tidak
boleh sekali kali menyinggung masalah dendam sakit hati,
dari pada menimbulkan kecurigaan To seng cu dan
mempengaruhi kemajuanmu dalam menuntut ilmu. "
Kemudian setelah memandang sekejap ke arah putrinya
yang sedang murung, dia melanjutkan.
"Bisa jadi di sekeliling tempat ini masih penuh dengan
mata-mata dari Wi-lim-poo untuk menghindari segala
sesuatu yang tak diinginkan, lebih baik kau berangkat
setelah malam nanti, sampai waktunya biar enci Cian yang
melindungimu sampai di keresidenan Tek an. ."
"Tidak usah merepotkan enci Cian." Tampik Lan See
giok cepat, ”anak Giok yakin masih dapat menjaga diri
sebaik baiknya, dengan menempuh perjalanan seorang diri,
hal tersebut lebih mudah bagiku untuk meloloskan diri dari
kepungan bila menjumpai kawan jago lihay dari Wi-limpoo"
Hu-yong siancu segera menganggap ucapan ini masuk
diakal, diapun mengangguk.
"Baiklah, semoga kau berhati hati di sepanjang jalan,
jarak dari sini hingga kota Tek an sekitar seratus li, bila
menggunakan ilmu meringankan tubuh paling banter
http://kangzusi.com/
selewatnya tengah malam kau sudah tiba di sana,
beristirahat di luar kota semalam.”
Keesokan harinya kau boleh meneruskan perjalanan
menuju ke wilayah Kui ciu lewat Sui ciang, dari sana kau
boleh langsung berangkat ke bukit Hoa san. ."
Dengan perasaan amat berat Lan See giok mengangguk
berulang kali sambil mengiakan.
Terdengar Hu-yong siancu berkata lebih jauh.
"Anak Giok, semalam kau belum tidur, malam nantipun
harus melanjutkan perjalanan, sekarang beristirahatlah dulu
di pembaringan enci Cian mu."
Selesai berkata, dia lantas berjalan menuju ke luar.
Ciu Siau cian memandang sekejap ke arah Lan See giok
dengan pedih, kemudian dengan kepala tertunduk
mengikuti di belakang ibunya menuju ke kamar tidur
ibunya.
Lan See giok termangu mangu, wajah pedih enci Cian
nya sekarang pada hakekat nya berbeda sekali dengan
wajah riang ketika menotok jalan tidurnya tadi.
Benar hubungan mereka belum lama, tapi setelah diberi
kesempatan untuk menjalin hubungan lebih mendalam,
sikap Ciu Sian cian saat ini sudah jauh lebih terbuka.
Kini ia harus berpisah lagi, dia harus berangkat ke Hoa
san dengan membawa nasib yang sukar diketahui, bisa jadi
perpisahan kali ini merupakan perpisahan untuk selamanya.
Pikir punya pikir, masalah demi masalah pun
berdatangan secara beruntun, sampai lama sekali dia baru
dapat tertidur.. Ketika mendusin, matahari sore sudah di
jendela belakang, dengan kaget dia melompat bangun
http://kangzusi.com/
melihat bibinya berada di luar, cepat dia ke luar dari
ruangan sambil bertanya.
"Bibi, sudah jam berapa sekarang, agaknya aku sudah
tertidur cukup lama?"
Melihat wajah Lan See giok cerah kembali dia sedikitpun
tidak memperlihatkan tanda keletihan, dengan girang Huyong
siancu berkata.
"Selama berapa hari belakangan ini kau belum tertidur
baik, tidurmu hari ini boleh dibilang sudah lebih dari
cukup."
Kemudian setelah melirik sekejap matahari senja di luar
pagar. terusnya.
"Sekarang, mungkin sudah mendekati pukul lima sore."
Sambil tertawa Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali.
"Waah, tidur anak Giok kali ini memang betul-betul
nyenyak sekali."
Ketika tidak menjumpai Siau cian di ruangan, kembali ia
bertanya dengan perasaan tak mengerti.
"Bibi, mana enci Cian?"
"Ia sedang menyiapkan santapan malam untukmu" sahut
Hu-yong siancu sambil melirik sekejap ke dapur.
Baru saja dia menyelesaikan kata katanya, Ciu Siau cian
telah masuk sambil menghidangkan santapan malam.
Lan See giok melihat sepasang mata enci nya sudah
merah membengkak, wajahnya sedih dan murung, ia tahu
gadis itu baru saja habis menangis, hal mana membuat
perasaannya amat resah.
http://kangzusi.com/
Hidangan pada malam itu sangat lezat, sayangnya ke
tiga orang itu merasa tak enak untuk makan.
Akhirnya Hu-yong siancu mengambil kotak kuning itu
dari dalam kamarnya serta sebungkus uang perak,
kemudian dengan penuh perhatian ia berkata.
"Anak Giok, simpanlah kotak kecil ini baik baik,
sepanjang jalan kau tak boleh kelewat menonjolkan diri,
gunakan uang perak tersebut sehemat mungkin, dengan
begitu kau akan bisa tiba di Hoa san dengan tak usah takut
kehabisan biaya."
Sambil berkata, dia serahkan kotak dan kantung uang
tersebut kepada Lan See giok.
Buru-buru pemuda itu bangkit berdiri sambil
menerimanya, tak terlukiskan rasa haru dalam hatinya
hingga tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran, ujarnya
sedih:
"Bila anak Giok berhasil mempelajari ilmu silat dalam
kepergian kali ini serta membalas dendam sakit hati, anak
Giok pasti akan pulang dengan secepatnya, lalu anak Giok
akan mendampingi bibi dan tak akan terjun lagi ke dunia
persilatan untuk selamanya, cuma kuatir kepergian anak
giok kali ini lebih banyak bahayanya daripada
keberuntungan, kalau sampai nasibku jelek dan tewas,
terpaksa budi kebaikan bibi dan enci Cian akan kubayar
dalam penitisan mendatang."
Sambil berkata seka1i lagi dia menjura, dalam-dalam.
Hu-yong siancu tersenyum, dua baris air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Siau cian yang paling sedih, dia menutupi wajahnya
dengan sepasang tangan dan menangis tersedu sedu.
http://kangzusi.com/
Sambil membangunkan Lan See giok dari tanah, Huyong
siancu berkata lagi dengan air mata bercucuran:
"Bangkitlah anak Giok, bibi mempunyai firasat kita pasti
akan bersua kembali, To seng cu adalah seorang tokoh
persilatan yang berkedudukan sangat tinggi, ia disegani dan
dihormati setiap orang, sekali pun ia bisa jadi telah
membunuh ayahmu, namun tak akan melancarkan
serangan keji terhadap seorang anak muda seperti kau"
Sementara itu Lan See giok telah menyimpan baik-baik
kotak kecil serta kantung berisi uang itu, kemudian dengan
air mata bercucuran namun sikap tegas ia menjawab.
"Walaupun dia tak akan turun tangan keji kepadaku, tapi
aku tak akan melepaskan dia dengan begitu saja."
Hu-yong siancu menghela napas sedih, kata nya
kemudian dengan mengandung arti dalam.
"Anak giok, bibi harap kau bersikap cerdik dalam
menghadapi setiap persoalan, berpikirlah yang cermat,
jangan emosi dan jangan kelewat kolot, terutama sekali
melakukan tindakan "mengadu telur dengan batu."
walaupun kau sendiri tidak menyayangi jiwamu, namun
kau harus memikirkan juga mereka-mereka yang selalu
menguatirkan keselamatanmu"
Lan See giok amat terkejut, dengan air mata bercucuran
dia segera berpaling dan memandang sekejap Ciu Siau cian
yang sedang menangis tersedu sedu.
Dengan kening berkerut Hu-yong siancu berkata lebih
jauh:
"Bukan cuma bibi yang mengharapkan kepadamu, enci
Cian mu juga berharap kau bisa berjaya dalam dunia
persilatan di kemudian hari.."
http://kangzusi.com/
Lan See giok sangat terharu, ujarnya dengan wajah
penuh rasa menyesal.
"Anak giok menerima semua nasehat, pasti tak akan
kusia siakan harapan bibi dan cici".
Hu-yong siancu manggut-manggut dengan sedih, setelah
memandang suasana gelap di luar halaman, katanya lebih
jauh.
"Kehidupan orang di kampung nelayan amat sederhana
dan bersahaja, sekarang kebanyakan orang dusun telah
pergi tidur, nah, kau boleh berangkat sekarang."
Ciu Siau cian yang masih menangis terisak pun segera
mengangkat kepalanya dan memandang Wajah Lan See
giok dengan murung, beribu ribu patah kata semuanya
ditumpukkan dalam balik sorot matanya itu.
Lan See giok sendiri meski merasa berat hati, namun dia
toh menjura juga seraya berkata:
"Harap bibi baik-baik menjaga diri, anak Giok akan
segera berangkat.!"
Lalu kepada Siau cian ujarnya pula:
"Enci Cian, baik baiklah menjaga diri, kepergian siaute
kali ini paling banter cuma satu tahun, sampai waktunya
aku pasti akan balik kembali, tak akan kulupakan
pengharapan dari cici."
Ciu Siau cian memandang Lan See giok dengan wajah
sayu, kemudian manggut-manggut, butiran air mata sekali
lagi jatuh bercucuran.
Walaupun Hu-yong siancu merasakan hatinya sakit
bagaikan diiris iris dengan pisau, namun wajahnya masih
tetap tenang, dia memang tidak mempunyai keyakinan
http://kangzusi.com/
apakah kepergian Lan See giok kali ini benar bisa pulang
kembali dengan selamat.
Maka sekali lagi dia berkata dengan wajah bersungguh
sungguh:
"Anak giok, tujuan kepergianmu ke bukit Hoa san adalah
untuk belajar ilmu silat. seandainya terjadi sesuatu ditengah
jalan kau tak boleh berdiam diri terlalu lama, sekarang
berangkatlah lewat halaman belakang, lalu larilah menuju
barat laut, tidak sampai sepuluh li kau akan tiba di jalan
raya menuju ke kota Tekan."
Seusai berkata. dia lantas membalikkan badan dan
masuk kembali ke ruang dalam
Melihat bibinya telah masuk, Lan See giok segera
menggenggam tangan Siau cian dan berkata dengan lembut.
"Cici tak usah bersedih hati, aku pasti dapat kembali
dengan aman dan selamat."
-ooo0dw0ooo-
BAB 12
CIU Siau cian manggut-manggut, sahut nya dengan air
mata bercucuran.
"Adikku cici akan selalu menantikan kedatanganmu.."
Belum habis perkataan tersebut diucapkan, dua baris air
mata sudah meleleh ke luar bagaikan air bah yang
menjebolkan bendungan.
Buru-buru Lan See giok menggunakan ujung bajunya
untuk menyeka air mata di wajah encinya, setelah itu
mereka berdua baru masuk ke ruang dalam.
http://kangzusi.com/
Sementara itu bibiWan telah membuka jendela belakang
secara hati-hati, kemudian dengan cekatan dia menengok
sekeliling jendela luar.
Ketika Lan See giok menyusul sampai di situ, ia lihat
langit nan biru, beribu bintang bertebaran diangkasa.
suasana kegelapan menyelimuti seluruh dusun. Tiba-tiba
Hu-yong siancu berpaling dan bisiknya lirih:
"Anak giok, berangkatlah sekarang, tampaknya belakang
dusun tidak ada seorang manusiapun!"
Lan See giok memandang ke arah bibinya airmata
bercucuran amat deras, bibirnya bergetar seperti ingin
mengucapkan sesuatu. namun tak sepatah katapun yang
dikeluarkan.
Hu-yong siancu segera tertawa, sambil pura-pura
gembira, katanya dengan suara rendah.
"Anak giok, mumpung saat ini tiada orang cepatlah
berangkat, semoga kau selamat dan sukses sepanjang jalan"
Kemudian dengan penuh keramahan dia menepuk bahu
pemuda itu, sementara air matanya tak tahan jatuh
bercucuran.
Lan See giok manggut-manggut, sekali lagi dia
menengok sekejap ke arah encinya, kemudian baru
melompat ke luar dari jendela dan secepat kilat meluncur ke
luar dari pagar rumah.
Setelah celingukan sekejap ke sekeliling tempat itu,
dengan menyembunyikan diri dibalik pepohonan dia
meneruskan perjalanannya ke depan.
Setelah sampai di belakang sebatang pohon yang rimbun,
ia berhenti sebentar seraya berpaling, jendela rumah bibinya
telah di tutup, namun dari celah-celah jendela, ia dapat
http://kangzusi.com/
merasakan ada empat buah sorot mata yang tak tenang dan
gelisah sedang mengawasi dirinya.
Dengan cekatan sekali lagi dia mengawasi sekeliling
tempat itu, kemudian mengulapkan tangannya ke arah
jendela belakang, setelah itu baru membalikkan badan dan
melanjutkan perjalanannya.
Tiba-tiba . . .
Pada saat dia membalikkan badan itulah, dari bawah
pohon yang ke tiga dijumpai ada sesosok bayangan manusia
sedang berjongkok di situ.
Tak terlukiskan rasa kaget Lan See giok, saking
terkejutnya ia membentak seraya menerjang ke muka
dengan sebuah pukulan siap dilontarkan.
Tapi setelah berhasil mendekati dihadapan nya, ia baru
tertegun karena kaget, ternyata orang itu tak lain adalah Oh
Li cu yang telah ditotok jalan darahnya.
Lan See giok segera berusaha mengendalikan diri,
kemudian berjongkok dan memeluk Oh Li cu ke dalam
rangkulannya.
Waktu itu Oh Li cu sudah tertidur dengan nyenyak
sekali. napasnya sangat teratur, jelas ia sudah ditotok jalan
darah tidurnya.
Dalam keadaan begini Lan See giok sudah tak bisa
memikirkan lagi bagaimana akibat nya bila dia
menyadarkan kembali Oh Li -cu. telapak tangannya segera
di angkat siap membebaskan totokannya.
Pada saat itulah..
Mendadak terdengar ujung baju terhembus angin
berkumandang datang . . .
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut Lan See giok mengangkat
kepalanya, dari antara pepohonan ia saksikan ada dua
sosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan
kecepatan luar biasa ternyata mereka adalah bibi Wan serta
enci Cian yang mungkin mendengar suara bentakannya
tadi.
Belum habis Ingatan tersebut melintas lewat, Hu-yong
siancu dan Ciu Siau cian dengan wajah pucat dan gerak
gerik gugup telah meluncur tiba.
Ketika kedua orang itu melihat Oh Li cu dalam
rangkulan Lan See giok, sekali lagi paras muka mereka
berubah hebat.
Dengan nada gelisah Hu-yong siancu segera menegur:
"Anak giok, kau tak boleh membunuhnya."
Seraya berkata ia berjongkok dengan gugup.
"Bibi, bantah Lan See giok, ia sudah ditotok lebih dulu
jalan darah tidurnya oleh orang lain. aku menemukannya
bersandar di tempat ini!"
Sekarang Hu-yong siancu sudah merasakan kalau gelagat
kurang beres, ia segera menerima Oh Li cu dari rangkulan
Lan See-giok dan secara beruntun melepaskan tiga buah
tepukan, akan tetapi Oh Li cu masih tetap tidur amat
nyenyak.
Dengan perasaan tegang Lan See giok segera berbisik
"Bibi, agaknya jalan darah tidurnya telah ditotok serangan
dengan semacam ilmu totokan khusus!"
Hu-yong siancu manggut-manggut, menyusul kemudian
dia periksa keadaan di sekeliling tempat itu dengan
seksama, setelah itu bisiknya lirih:
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, cepat pergi, persoalan di sini biar aku yang
hadapi, bila ada orang menghalangimu, tak usah dilayani."
Lan See giok mengangguk berulang kali, kemudian,
dengan cekatan dia awasi sekeliling tempat itu, lalu
bisiknya:
"Bibi, anak giok berangkat dulu!"
Sekali lagi dia menengok ke arah encinya yang berwajah
pucat pias itu kemudian membalikkan badan segera
berangkat meninggalkan tempat itu.
Dengan menghimpun tenaga dalamnya ke dalam telapak
tangan untuk berjaga jaga atas segala kemungkinan yang
tak diinginkan, Lan See giok percepat langkahnya
meninggalkan tempat itu, sorot matanya yang tajam
memperhatikan keadaan di sekitarnya dengan seksama,
beberapa lompatan kemudian ia telah tiba di luar dusun.
Dalam keadaan begini, dia sudah tak berminat lagi untuk
memikirkan soal Oh Li cu yang ditotok orang, apa yang
dipikirkan sekarang adalah secepatnya meninggalkan
daerah pesisir telaga.
Sekeluarnya dari dusun, dia membenarkan arah
tujuannya, kemudian meneruskan perjalanan ke depan.
Tanah persawahan yang dilewati, berada dalam
kegelapan yang luar biasa, di sana sini hanya terdengar
suara jengkerik serta kunang-kunang yang terbang kian
kemari.
Dikejauhan sana nampak tanah perbukitan secara lamatlamat
serta hutan lebat yang gelap gulita,
Lan See giok tidak merubah arah, dia meneruskan
perjalanannya menembusi hutan melewati bukit langsung
http://kangzusi.com/
ke arah barat laut, dalam waktu singkat tujuh delapan li
telah dilalui.
Perasaan tegang dan panik yang semula mencekam
perasaannya, lambat laun dapat ditenangkan kembali.
Setelah melalui sebuah tanah perbukitan, lamat-lamat di
kejauhan sana sudah terlihat jalan raya menuju ke kota Tek
an.
Pada saat itulah.
Serentetan suara gelak tertawa yang sangat keras dan
nyaring berkumandang datang dari arah utara sana.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menyembunyikan diri di belakang sebatang pohon besar,
kemudian baru menengok kearah utara.
Satu dua li dari tempat persembunyian nya merupakan
sebuah hutan pohon siong yang lebat, dari tempat itulah
gelak tertawa nyaring tadi berasal.
Kembali terdengar suara bentakan penuh kegusaran:
"Hei orang she Gui, kau jangan kelewat memojokkan
orang, aku To pit him (beruang berlengan tunggal) Kiong-
Tek-ciong selalu mengalah kepadamu, bukan berarti aku
takut kepadamu, kau harus tahu hanya mereka yang
berjodoh dan punya rejeki besar yang akan mendapatkan
benda mestika, bila kau memang punya kepandaian, ayolah
masuk sendiri, aku tak nanti akan mengincar dirimu."
Mendengar pembicaraan tersebut, Lan See giok segera
memastikan kalau suara tertawa itu berasal dari To tui thi
koay (tongkat berkaki tunggal) Gui Pak ciang, hanya tidak
dipahami olehnya masalah yang membuat kedua orang itu
ribut sendiri.
http://kangzusi.com/
Dari balik hutan kembali kedengaran suara Gui Pak
ciang yang kasar.
"Beruang berlengan tunggal, kau tidak usah bermain
kembangan dihadapanku, kita boleh dibilang musuh
bebuyutan yang merasa jalan kelewat sempit, bila kau tidak
serahkan benda tersebut pada malam ini, jangan harap kau
bisa pulang ke bukit Tay ang-san mu dalam keadaan
hidup!"
Tergerak hati Lan See giok, sekarang dia baru mengerti
bahwa markas besar si beruang berlengan tunggal berada di
bukit Tay ang san.
"Orang she Gui!" bentakan nyaring kembali
berkumandang, "aku akan beradu jiwa denganmu, hari ini
kaupun jangan harap bisa kembali ke benteng Pek-hoo-cay!"
Diiringi suara gelak tertawa yang nyaring, menyusul
kemudian bergema suara desingan suara tajam dan deruan
angin pukulan.
Lan See giok tahu bahwa kedua orang itu sudah mulai
melibatkan diri dalam pertarungan sengit, tergerak hatinya,
cepat-cepat dia lari turun dari bukit dan kabur menuju
kegelapan di arah utara.
Dalam perjalanan tersebut, ia dapat melihat kalau tempat
kegelapan di depan sana memang sebuah hutan pohon
siong.
Tapi setelah maju lebih ke muka, dengan perasaan
terkejut pemuda itu segera berhenti, ia jumpai dibalik hutan
pohon siong tersebut ternyata bukan lain adalah puncak
kuburan Ong-leng yang sangat dikenal olehnya.
Sekarang Lan See giok baru mengerti, ternyata hutan
pohon siong di depan sana tak lain adalah kuburan Ongleng
yang didiaminya selama banyak tahun.
http://kangzusi.com/
Ketika ia mencoba untuk memasang telinga kembali,
ternyata suasana dalam hutan tersebut sudah pulih kembali
dalam ketenangan. agaknya pertarungan yang semula
berlangsung kini telah mereda.
"Aduh celaka" pekik Lan See giok dalam hati.
Dengan cepat dia menyembunyikan diri ke belakang
bantuan cadas yang berada tak jauh dari sana.
Rupanya pemuda itu segera menyadari karena agaknya
pertarungan dari si tongkat besi berkaki tunggal dan
Beruang berlengan tunggal segera di akhiri berhubung
mereka telah menangkap suara ujung bajunya yang
terhembus angin.
Benar juga, dari balik hutan pohon siong di depan sana
segera muncul dua sosok bayangan manusia, ke empat buah
sorot mata mereka yang tajam bagaikan sembilu segera
dialihkan ke arah tanah persawahan sana.
Buru-buru Lan See giok menundukkan kepalanya sambil
menyembunyikan diri, hatinya sangat gelisah selain
menyesal, di samping itu diapun lantas teringat kembali
pesan bibinya sebelum berpisah tadi.
Sewaktu mengangkat kepalanya kembali, dia jadi
gemetar karena ketakutan, ternyata si tongkat besi kaki
tunggal serta si beruang berlengan tunggal dengan senjata
disiapkan sedang melakukan pencarian ke arahnya.
Dalam keadaan begini, di samping Lan See giok
menyesali kecerobohan sendiri, diapun hanya bisa
menunggu sampai kedua orang itu mencari sampai ke
arahnya.
Untuk kabur, jelas hal ini tak mungkin akan berhasil,
mau bertarung diapun sadar bahwa kemampuannya belum
http://kangzusi.com/
mampu untuk menghadapi kedua orang tersebut, terpaksa
satu satunya jalan adalah beradu jiwa . . .
Di dalam waktu yang amat singkat itu, rasa menyesal,
malu, gelisah berkecamuk di dalam benaknya kalau bisa dia
ingin segera menghabisi nyawa sendiri.
Teringat bibi Wan serta enci Cian nya. mereka berdua
tentu tak akan menyangka kalau dia sudah terperosok ke
dalam keadaan yang sangat berbahaya kini.
Tanpa terasa dia meraba kotak kecil dalam sakunya, ia
tahu benda tersebut tentu akan sukar dipertahankan lagi,
dari pada benda mestika itu terjatuh ke tangan dua orang
penjahat itu. lebih baik ia hancurkan kitab pusaka tersebut.
Berpikir demikian, diam-diam ia merogoh ke dalam
sakunya, ia merasa telapak tangan nya sudah mulai basah
oleh keringat dingin.
Pada saat tangan kanan Lan See giok hampir menyentuh
kotak kecil tersebut, mendadak terdengar suara tertawa
dingin seseorang yang sangat rendah berkumandang datang
dari arah hutan pohon siong sana.
Beruang berlengan tunggal berdua merasa sangat
terkejut, dengan cepat dia membalikkan badan seraya
membentak:
"Siapa di situ?"
Tapi suasana dalam hutan sangat hening dan tak
kedengaran sedikit suarapun.
Mendadak terdengar si tongkat baja kaki tunggal
membentak nyaring:
"Manusia sialan mana yang tak berani bertemu orang,
kalau tidak segera ke luar.."
http://kangzusi.com/
Belum habis umpatan tersebut diutarakan, dari balik
hutan telah meluncur ke luar dua titik bayangan hitam yang
langsung menyambar ke hadapan tongkat baja kaki tunggal
berdua dengan membawa desingan suara tajam.
Berhubung gerakannya sangat cepat dan luar biasa,
kedua orang itu tak sempat lagi untuk menghindarkan diri.
"Plaaakkk, plaaakkk!"
Debu bertebaran ke angkasa, tahu-tahu saja kedua titik
hitam tadi sudah menghajar di atas kening si Tongkat baja
kaki tunggal dan si beruang berlengan tunggal secara telak.
Kedua orang tersebut menjadi tertegun kemudian
berteriak kesakitan, mereka meraba pipinya, ternyata
senjata rahasia yang bersarang di atas pipi mereka berdua
tak lebih hanya dua gumpal lumpur belaka.
Kontan saja si Tongkat baja kaki tunggal serta si Beruang
berlengan tunggal jadi gusar sekali, sambil membentak
nyaring serentak mereka menyerbu ke dalam hutan.
Lan See giok segera memperoleh peluang yang baik
sekali, pekiknya dalam hati:
"Kalau sekarang tidak angkat kaki, masa aku harus
menunggu sampai datangnya saat kematian?"
Berpikir demikian, dengan cepat dia melompat bangun
dan segera kabur menuju ke arah barat laut. .
Belum sampai lima kaki Lan See giok melarikan diri,
tiba-tiba saja dari arah hutan, pohon siong telah
berkumandang dua kali jeritan kaget yang tinggi
melengking serta penuh mengandung nada seram den ngeri.
Gemetar sekujur badan Lan See giok, ia tak berani
berpaling lagi, larinya semakin dipercepat, bagaikan
http://kangzusi.com/
segulung asap ringan dia langsung melarikan diri menuju ke
arah jalan raya.
Pemuda itu dapat menduga, si Tongkat baja kaki tunggal
serta Beruang berlengan tunggal tentu sudah bertemu
dengan gembong-gembong iblis yang kejam dan buas, kalau
ditinjau dari jeritan kagetnya yang menyeramkan tadi. bisa
diketahui kalau kedua orang tersebut tentu ketakutan sekali
menjumpai lawannya.
Sementara masih termenung, ia sudah tiba dijalan raya,
ketika berpaling kecuali pepohonan rendah yang tersebar di
belakang sana, ia tidak melihat ada manusia yang mengejar
ke arahnya.
Dalam hati kecilnya Lan See giok tiada hentinya
bersyukur. dia tak menyangka dalam bahayanya tadi
ternyata muncul seorang bintang penolong yang tak sempat
dijumpai wajahnya.
Sekalipun orang yang berada di belakang itu tidak
mengejarnya, tapi pemuda kita berlarian terus dengan
kencang, ia tak berani melambatkan gerakan tubuhnya
barang sebentarpun karena sekarang dia baru mengingatkan
diri atas pesan dari bibinya, jangan mencampuri urusan
yang bukan masalah sendiri.
Waktu berlangsung amat cepat, tak lama kemudian
tengah malam pun telah tiba.
Dalam kegelapan di kejauhan sana lamat-lamat dia
melihat munculnya sebuah kota besar dengan beberapa titik
lentera merah digantungkan ke tengah angkasa, meski
hanya setitik cahaya namun cukup mendatangkan semangat
bagi Lan See giok yang sedang -berlarian ditengah
kegelapan.
http://kangzusi.com/
Dia tahu, cahaya lentera tersebut berasal dari kota
Tekan, karenanya tanpa terasa semangatnya kembali
berkobar.
Berhubung pada siang harinya dia sudah tidur cukup,
saat ini semangatnya terasa berkobar-kobar, apalagi
semenjak dia menelan pil racun pemberian dari manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san, selain tenaga dalamnya
telah peroleh kemajuan yang pesat, diapun sama sekali
tidak merasa lelah, mengapa bisa demikian, hingga
sekarang masalah tersebut masih merupakan sebuah tanda
tanya besar.
Sementara masih termenung dia telah tiba di kota Tekan,
tapi oleh sebab dia tidak merasa lelah, diputuskan untuk
melanjutkan perjalanannya lebih jauh.
Maka dengan melingkari kota, dia langsung berangkat
menuju ke kota Toan cong.
Malam semakin kelam, suasana di sekeliling tempat
itupun sangat hening, di bawah cahaya rembulan yang amat
redup Lan See giok berlarian seorang diri ditengah jalan
raya yang lenggang.
Satu kentongan sudah lewat, entah berapa jauh
perjalanan telah ditempuh, dari kejauhan sana ia mulai
mendengar suara ayam jago berkokok, angin malam terasa
makin dingin, kegelapan malam yang mencekam makin
terasa gelap.
Lan See giok tahu, sesaat lagi fajar akan menyingsing,
akan tetapi bayangan kota Toan-cong belum juga nampak.
Sementara itu rasa lapar, dahaga, lelah dan gelisah telah
menyerang datang bersama sama. air peluh sudah mulai
membasahi seluruh jidatnya.
Tiba-tibahttp://
kangzusi.com/
Bau harum semerbak yang sangat aneh muncul secara
mendadak dari dalam tenggorokannya.
Berbareng itu juga, dia merasakan munculnya cairan
harum yang amat luar biasa dari bawah lidah dan
kerongkongan nya.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
memperlambat gerakan tubuhnya. Dia merasa cairan
harum itu berasal dari dalam tubuhnya sendiri, persis
seperti bau harum yang dirasakan setelah menelan pil
berwarna hitam pemberian dari Oh Tin san sewaktu berada
di dalam kuburan kuno tempo hari.
Dalam keadaan begini dia merasa tak bisa melanjutkan
perjalanannya lagi, dia harus bersemedi lebih dulu sebelum
melanjutkan perjalanan.
Maka dengan sorot mata yang tajam dia mulai
mengawasi keadaan di sekeliling tempat itu, akhirnya ia
duduk bersila di bawah sebatang pohon yang rindang, enam
tujuh kaki di sebelah kiri jalan.
Entah sedari kapan, bau harum tersebut makin lama
terasa semakin menebal, dengan cepat pula rasa lapar yang
semula merongrong dirinya kini hilang lenyap tak berbekas,
kerongkongannya juga tidak terasa dahaga lagi, malah rasa
lelah yang semula mencekam tubuhnya kini sudah jauh
berkurang.
Ia tidak berniat untuk berpikir lebih jauh, tapi ia percaya,
hal ini pasti bukan ditimbulkan oleh cairan racun pil
pemberian Oh Tin san tempo hari.
Lan See giok memejamkan matanya sambil mengatur
pernapasan, dalam waktu singkat timbul hawa panas yang
sangat hangat dari pusarnya yang dalam waktu singkat
telah menyebar ke seluruh tubuhnya, rasa lapar, dahaga dan
http://kangzusi.com/
lelah yang semula menghantui dirinya. sekarang telah
hilang lenyap tak berbekas.
ENTAH berapa lama sudah lewat, dari kejauhan sana
mulai terdengar suara anjing menggonggong, ketika Lan
See giok membuka matanya, dia lihat fajar mulai
menyingsing, dusun di kejauhan sana pun lamat-lamat
sudah mulai kelihatan.
Lan See giok segera melompat bangun, ia merasakan
tubuhnya telah segar bugar kembali, penuh semangat dan
tenaga, pada hakekatnya bagaikan dua manusia yang
berbeda bila dibandingkan sebelum bersemedi tadi.
Dengan perasaan girang dia meneruskan perjalanannya,
sekali melompat tahu-tahu saja sepasang kakinya sudah
melayang turun ditengah jalan raya, kejadian tersebut
kembali membuat anak muda tersebut termangu-mangu
karena kaget.
Padahal jarak antara pepohonan dimana ia bersemedi
tadi dengan jalan raya mencapai enam tujuh kaki lebih,
sebelum ia bersemedi tadi, jelas hal semacam ini tak
mungkin bisa dilakukannya, tapi sekarang selesai ia
bersemedi, ternyata hal mana bisa dilakukan olehnya
dengan begitu mudah.
Rasa terkejut. gembira, girang membuat semangatnya
semakin berkobar-kobar, dia meneruskan perjalanannya
juga lebih cepat lagi.
Langit baru saja terang tanah, namun jalan raya itu
sudah banyak manusia yang berlalu lalang, kota Toan-cong
pun kini sudah muncul di depan mata, maka dengan
langkah lebar dia segera berjalan menuju ke depan.
Ketika Lan See-giok masuk ke jalan Lam-kwan,
matahari baru saja muncul, saat para pedagang mulai
http://kangzusi.com/
meninggalkan rumah penginapan untuk melanjutkan
perjalanan.
Ia segera memilih sebuah rumah penginapan yang agak
besar untuk beristirahat.
Para pelayan rumah penginapan kebanyakan adalah
orang-orang yang sudah berpengalaman, dalam sekilas
pandangan saja, mereka sudah tahu kalau Lan See giok
adalah anggota persilatan yang baru saja menempuh
perjalanan semalam suntuk.
Apalagi kalau melihat usianya yang paling banter baru
lima enam belas tahunan, orang yang berani menempuh
perjalanan malam dalam usia seperti ini jelas sudah kalau
kepandaian silat yang dimiliki nya pasti amat hebat.
Beberapa orang pelayan tersebut tak berani berayal,
cepat-cepat mereka maju menyambut kedatangannya, lalu
dengan senyuman di wajah sapanya:
"Siauya, silahkan masuk ke dalam, di sana tersedia
kamar tunggal yang dikelilingi kebun, ada kacung ada
pelayan, semua persediaan lengkap, tanggung siauya akan
puas"
Lan See giok tidak ingin melakukan pemborosan, jangan
lagi bekalnya amat sedikit, kendari pun dia membawa
sejumlah uang yang lebih besar pun tak nanti dia akan
boros seperti itu.
Karenanya dengan kening berkerut dia awasi beberapa
orang pelayan itu, kemudian berkata dengan hambar:
"Aku hanya ingin beristirahat sebentar saja, seusai
bersantap nanti aku masih melanjutkan perjalanan
kembali."
http://kangzusi.com/
Kemudian sambil menuding sebuah kamar tunggal di
depannya, dia melanjutkan:
"Biar aku menyewa kamar itu saja!"
Pelayan segera mengiakan berulang kali dan mengajak
Lan See giok menuju ke ruangan.
Ruangan tersebut sangat sederhana, selain sebuah meja
dua bangku dan sebuah pembaringan kayu, tidak nampak
perabot yang lain, tapi biar sederhana namun segalanya
bersih.
Maka pemuda itu pun memesan sejumlah makanan yang
sederhana untuk mengisi perut.
Beberapa orang pelayan itu saling berpandangan sekejap
lalu sama-sama mengundurkan diri, diam-diam mereka
memuji akan kesederhanaan pemuda itu, biarpun berasal
dari keluarga kaya namun hidupnya bersahaja. selain tidak
sombong, orangnya selalu merendah.
Seusai bersantap, Lan See giok segera membaringkan diri
untuk beristirahat, pertama tama dia teringat akan enci Cian
serta bibiWannya.
Ditinjau dari kejadian berkumpul dan berpisah dengan
encinya, dia tahu kalau enci Cian amat mencintainya. maka
ia bertekad dihati, apabila kepergiannya ke bukit Hoa-san
kali ini berhasil mempelajari kepandaian silat sehingga
dendamnya bisa terbalas, dia akan hidup selamanya
bersama enci Cian serta bibiWannya.
Dari pembicaraan Oh Tin san suami istri, diapun tahu
kalau bibinya dahulu terkenal sebagai seorang pendekar
wanita yang bernama Hu-yong siancu, kemudian
berdasarkan pembicaraan kemarin, diapun menjumpai
kalau antara bibi Wan dengan ayahnya tentu pernah
mempunyai suatu hubungan yang luar biasa.
http://kangzusi.com/
Lantas dia pun terbayang kembali Oh Li cu yang jalan
darah tidurnya ditotok orang, entah bagaimana keadaannya
sekarang? Dia pikir, bibi Wan dan enci Cian pasti akan
baik-baik merawat dirinya.
Setelah itu diapun membayangkan si Tongkat baja kaki
tunggal serta Beruang berlengan tunggal, dua jeritan
kagetnya yang memekikkan telinga tadi entah merupakan
jerit kesakitan ataukah jeritan ngeri menjelang saat ajalnya
tiba? Bila kedua orang itu sudah tewas, berarti dia tak akan
bisa menyelidiki lagi sebab musabab mereka bisa
mendatangi kediaman ayahnya pada malam itu.
Cairan harum itu yang muncul dari kerongkongannya
pagi tadi serta bertambahnya tenaga dalam yang dimiliki,
semuanya membuat dia bingung dan tidak bebas mengerti,
sekarang dia berani memastikan kalau selama berada dalam
kuburan kuno tempo hari, ia memang telah memperoleh
penemuan luar biasa.
Akhirnya diapun membayangkan kembali soal To sengcu,
dari nasehat dan teguran dari bibinya, ia tidak terlalu
yakin sekarang bahwa To seng cu adalah musuh besar
pembunuh ayahnya, namun ia tetap menaruh curiga
kepadanya.
Teringat akan To seng cu, dia jadi ingin sekali tiba di
bukit Hoa san secepatnya.
Maka dia segera melompat bangun, lalu duduk bersila,
menutup mata dan mengatur pernapasan, dalam waktu
singkat ia telah berada dalam keadaan tenang"
Entah berapa saat kemudian, ketika membuka matanya,
waktu sudah mendekati pukul sembilan, dengan cepat dia
membenahi diri, membayar rekening dan meneruskan
perjalanan.
http://kangzusi.com/
Lewat tengah hari, dia sudah memasuki wilayah propinsi
Ou pak. Sepanjang perjalanan Lan See giok selalu menuruti
nasehat dari bibinya, dia selalu menempuh perjalanan
dengan berhati hati dan hemat.
Dalam satu bulan perjalanan, walaupun beberapa kali ia
menjumpai hujan salju yang lebat, namun sama sekali tidak
mempengaruhi perjalanannya.
Dalam sepanjang perjalanan, Lan See giok pun telah
memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman, ia
menjadi jauh lebih matang daripada ketika berada di
bentengWi-lim-poo.
Hanya saja, selama ini dia tak pernah dapat melupakan
dendam sakit hatinya, dalam benaknya juga sering muncul
bayangan wajah dari enci Cian nya yang cantik dan lembut
serta bibiWan nya yang anggun dan ramah.
Diapun amat berterima kasih kepada kakek berjubah
kuning itu, bukan saja tidak melarikan kitab pusaka Tay lo
hud bun pwee tiap cinkeng. malah dia sempat
memberitahukan kepadanya bagaimana caranya
mempelajari kitab pusaka tersebut.
Kadangkala diapun teringat Oh Li cu, terutama rasa
terima kasihnya atas pemberian beberapa butir pil pemunah
racun untuknya.
Dia juga berterima kasih kepada gadis berbaju merah Si
Cay-soat, hanya sewaktu teringat Siau thi-gou yang polos
dia selalu merasa agak menyesal.
Hari ini ia menyeberangi Han sui, bukit Hoa san yang
tinggi dan angkerpun sudah muncul di kejauhan sana.
Dari jauh memandang, bukit itu nampak angker dan
bersambungan dengan awan di angkasa, begitu angker,
http://kangzusi.com/
gagah tak malu di sebut bukit kenamaan di daratan
Tionggoan
Baru pertama kali ini dia berkunjung Ke bukit Hoa san,
boleh dibilang dia sama sekali tidak mengenal dengan
keadaan situasi di sekitar situ, akhirnya pemuda itu
memutuskan untuk menginap di sebuah kota kecil yang
jaraknya hanya sepuluh li dari kaki bukit.
Seorang diri pemuda itu duduk di loteng rumah makan
sambil memandang bukit yang menjulang tinggi ke angkasa
dengan pandangan termangu, ia tak tahu bukit manakah
yang dinamakan Giok li hong, dan dia pun tak tahu harus
masuk melalui jalan bukit yang mana.
Seorang pelayan yang sudah sejak lama mengamati
tamunya ini, segera datang menghampiri sambil menegur:
"Tuan, araknya sudah mulai dingin rupanya, apakah
perlu hamba hangatkan dulu?"
Melihat pelayan tersebut, tergerak hati Lan See giok, dia
tertawa ramah kemudian menggeleng, setelah itu menunjuk
ke tanah perbukitan di depan sana, ia bertanya:
"Tolong tanya, diantara sekian banyak bukit di bukit Hoa
san, puncak manakah yang paling indah?"
Menghadapi pertanyaan itu, sang pelayan segera
merasakan semangatnya bangkit kembali, dia menunjuk
kearah deretan pegunungan itu lalu, menerangkan:
"Tiga puncak bukit Hoa san sukar di bedakan satu
dengan lainnya, puncak di bagian tengah yang paling tinggi
disebut puncak Lian hoa hong, di sebelah timur adalah Sian
jin hong, sedangkan Lok-eng-hong terletak di sebelah
selatan, di atas puncak terdapat kuil Pek tee bio, gardu
Nyoo kong teng, kolam Lok eng ti, tugu Jian jip pit masih
ada lagi tempat-tempat kenamaan lain."
http://kangzusi.com/
Melihat si pelayan sama sekali tidak menyinggung soal
puncak Giok li hong, Lan See giok segera berkerut kening,
kemudian tanyanya dengan nada tidak mengerti:
"Masa di atas bukit Hoa san hanya terdapat tiga buah
puncak kenamaan saja . .?"
"Aaah, tentu saja banyak sekali," jawab pelayan itu
bersungguh sungguh, "seperti Im tay hong, Kun cu hong,
Giok li hong. "
"Giok li hong . ." mencorong sinar terang dari balik mata
Lan See giok.
Tidak menanti sampai pemuda itu menyelesaikan kata
katanya, sang pelayan kembali telah menimbrung:
Giok li hong amat tinggi bukitnya dan selalu tertutup
awan putih, pohon siong, tumbuhan bambu, batuan air
kolam penuh berserakan dimana mana, semua tempat
indah seperti gadis cantik yang tinggi semampai.
Menyaksikan pelayan itu bercerita dengan penuh
semangat sampai mukanya turut menjadi merah, lama
kelamaan ia menjadi tak tega, segera selanya:
"Tolong beri petunjuk kepadaku Giok-li-hong adalah
puncak yang mana?"
Pelayan itu segera menggelengkan kepala nya berulang
kali, katanya sambil tertawa paksa:
"Maaf tuan, puncak Giok li hong tertutup oleh puncak
Lok eng hong, jadi tidak terlihat dari tempat ini."
Sambil berkata dia lantas mengalihkan pandangannya
kearah Lok eng hong, kemudian sambit menuding katanya
lagi.
"Tuan, bila kau ingin berkunjung ke Giok- li-hong.
masuklah ke gunung lewat mulut lembah sempit, setibanya
http://kangzusi.com/
pada puncak ke tujuh Tiau yang hong, langsung pergilah ke
Lok eng hong. dari situ akan kau jumpai Giok li hong."
Mengikuti arah yang ditunjuk Lan See- giok mengangkat
kepalanya, awan putih nampak menyelimuti puncakpuncak
bukit itu sehingga kelihatan seperti bersambungan
satu dengan lainnya, sukar diketahui berapa jauh jaraknya
dari tempat itu.
"Kau pernah berkunjung ke Giok li hong?" tanyanya
kemudian dengan kening berkerut.
Merah padam selembar wajah pelayan itu, sambil
tertawa paksa ia menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Hamba hanya manusia kasar yang tidak
berkependidikan, aku tidak memiliki jiwa seni yang begitu
tinggi. apalagi dari sini sampai di Giok li hong memakan
waktu perjalanan selama dua hari lebih, di atas gunung pun
banyak harimau, ular besar, binatang buas dan lain lainnya,
salah-salah aku bisa kehilangan nyawa"
Lan See giok tersenyum saja mendengar cerita itu, dia
pun manggut-manggut.
Dengan dilangsungkannya pembicaraan tersebut, banyak
manfaat yang berhasil diraih olehnya, menurut cerita
pelayan itu, orang biasa dapat mencapai tujuan dalam dua
hari perjalanan, andaikata dia menggunakan ilmu
meringankan tubuh, berarti hanya setengah harian saja dia
akan tiba di tempat tujuan.
"Begitulah, keesokan harinya ketika fajar baru
menyingsing, Lan See giok telah meninggalkan kota kecil
itu langsung menuju ke jalan raya yang berhubungan
dengan kaki bukit bagian selatan dari bukit Hoa-san.
http://kangzusi.com/
Waktu itu udara sangat cerah, bintang bertaburan
diangkasa, terhembus angin pagi yang segar tubuh terasa
lebih bersemangat- dan segar bugar.
Memandang jauh ke depan, meski kabut pagi masih
menyelimuti angkasa, namun pegunungan Hoa san dapat
terlihat secara lamat-lamat.
Lan See giok menempuh perjalanannya dengan cepat,
ketika matahari belum muncul dia sudah tiba di kaki selatan
bukit Hoa san.
Setelah membenarkan arah menuju ke puncak Tiau yang
hong sesuai dengan petunjuk pelayan. Lan See giok
meninggalkan jalan raya menuju ke sebuah mulut bukit.
Setelah memasuki daerah pegunungan, suasananya
segera berubah, kabut masih menyelimuti angkasa,
tumbuhan, akar rotan tumbuh dimana mana, batuan cadas
berserakan, jauh berbeda dengan apa yang semula
dibayangkan.
Baru pertama kali ini Lan See giok memasuki sebuah
bukit besar yang begitu angker, jauh memandang ke atas,
hanya awan putih yang menyelimuti dimana mana.
Setelah membenarkan arah, dia meneruskan
perjalanannya bagaikan terbang, makin lama makin sesukar
medan yang harus di lewatinya..
Dua jam kemudian, kakinya sudah mulai menginjak
lapisan salju, awan putih yang berkuntum kuntum lewat di
sisi tubuhnya membuat pemuda itu kadangkala tak bisa
membedakan lagi arah mata angin.
Sewaktu tiba di sebuah sudut bukit, dia sudah tak tahu
dimanakah dirinya berada, mendongakkan kepalanya dia
hanya melihat pantulan sinar matahari yang amat
menyilaukan mata.
http://kangzusi.com/
Tapi pemuda itu tidak putus asa, selangkah demi
selangkah dia melanjutkan perjalanannya ke atas, akhirnya
pandangan matanya menjadi terang dan ia sudah
menembusi lapisan awan.
Sejauh mata memandang hanya lautan mega yang tak
bertepian, puncak bukit bermunculan seperti hutan. puncak
Tiau yang- hong yang berjejer dengan puncak Lok eng hong
ternyata masih berada dua tiga puluh li jauhnya.
Mendongkol dan gelisah segera menyelimuti perasaan
Lan See giok, ia mencoba untuk mendongakkan kepalanya,
puncak tersebut masih ada ratusan kaki tingginya, padahal
tengah hari sudah tiba.
Dalam keadaan begini dia mulai merasa gugup, sebab
bila keadaan seperti ini berlangsung terus, biarpun berlarian
sampai besok tengah haripun belum tentu dia akan
menemukan puncak Giok li hong.
Segera diamatinya suasana di sekeliling tempat itu
dengan seksama, dengan cepat ia temukan antara puncak
dengan puncak lain boleh dibilang semuanya berhubungan,
di samping itu diapun berhasil menemukan kilauan cahaya
dinding kuil di punggung bukit di kejauhan sana.
Pemuda itu segera mengambil keputusan untuk
melanjutkan perjalanan, dalam anggapannya setelah
mencapai puncak bukit itu, tidak akan sulit untuk
menemukan Giok li hong.
Maka dia membuka perbekalannya untuk menangsal
perut, kemudian baru meneruskan perjalanannya ke depan.
Benar juga, setelah melewati beberapa buah puncak
bukit, puncak Lok eng hong makin lama semakin dekat,
semangatnya segera berkobar kembali, gerakan tubuhnya
juga dipercepat.
http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian dia telah tiba di puncak Tiau yang
hong.
Pemandangan di atas puncak ini sangat indah, pohon
siong tumbuh berjajar jajar, lautan awan yang tak bertepian
menyelimuti empat penjuru, kabut melayang dekat
permukaan sementara suara air terjun bergema entah dari
mana.
Lan See giok sangat gembira, tanpa terasa lagi ia
berteriak keras-keras.
Suara teriakannya segera menggema di seluruh angkasa
dan mengalun sampai di tempat kejauhan sana, lama sekali
belum juga mereda.
Lan Se giok benar-benar amat kegirangan, walaupun dia
merasa dirinya sangat kecil ditengah bukit yang luas namun
perasaannya sangat lega dan membuat orang merasa segar,
tanpa terasa sekali lagi dia berpekik panjang..
Suara pekikannya mengalun di seluruh angkasa dan
membumbung tinggi ke angkasa.
Dengan pekikan itu, semua perasaan kesal, marah, resah,
gelisah hampir terlampiaskan ke luar, dadanya terasa lega
sekali.
Mendadak..
Ia menangkap suara ujung baju yang terhembus angin
berkumandang datang dari belakang tubuhnya.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok membalikkan
badan, dia saksikan seorang pemuda berbaju abu-abu dan
berusia dua puluh satu dua tahunan sedang berlarian datang
dari balik hutan pohon siong dengan langkah tergesa gesa.
Pemuda berbaju abu-abu itu, berwajah tampan dan
menyoren sebilah pedang di punggungnya, pita kuning
http://kangzusi.com/
tergantung pada gagang pedangnya dan bergoyang tiada
hentinya sewaktu terhembus angin.
Memandang wajah gusar yang menyelimuti pemuda
berbaju abu-abu itu, Lan See giok segera mengerti,
kedatangan orang itu pasti hendak menyelidiki sumber dari
pekikannya tadi.
Benar jaga, setibanya di situ pemuda berbaju abu-abu itu
langsung menghampirinya, lalu dengan sorot mata yang
tajam mengawasi Lan See giok dari atas hingga ke bawah,
kemudian seperti menahan amarah yang meluap-luap, dia
menegur dengan suara dalam.
"Apakah kau baru pertama kali ini tiba di sini?"
Mendongkol juga Lan See giok melihat kesombongan
pemuda berbaju abu-abu itu, terutama sikapnya yang sangat
tidak bersahabat itu. namun dia manggut manggut juga
sambil menjawab:
"Benar. baru pertama kali ini aku tiba di sini!"
"Ada urusan apa kau datang ke mari? Mengapa berpekik
panjang disini? Sudah kau bertanya kepada para pendeta
dan tosu dari pelbagai kuil..?" kembali pemuda berbaju abuabu
itu menegur
Usia pemuda berbaju abu-abu itu paling banter hanya
berapa tahun lebih tua ketimbang Lan See giok, tapi
kesombongan nya luar biasa, selain memojokkan orang lagi
pula bernada menegur. .
Karena itu dengan perasaan mendongkol dan sikap yang
lebih angkuh pemuda kita menggelengkan kepalanya
berulang kali, jawabnya dengan suara hambar.
"Aku ke mari bukan untuk memasang hio menyembah
Buddha, buat apa mesti berkunjung ke kuil?"
http://kangzusi.com/
Amarah yang semula sudah sukar terkendali, kontan saja
meledak dengan hebatnya, pemuda berbaju abu-abu itu
segera berkerut kening, lalu bentaknya dengan penuh
kegusaran:
"Apakah kau tidak mengetahui pantangan dan larangan
kami?" Lan See giok segera tertawa dingin.
"Hmmm, aku hanya tahu, datang kemari untuk
berpesiar, soal-soal semacam itu mah tidak mengerti!"
"Tutup bacotmu" hardik pemuda berbaju abu-abu itu
semakin gusar. "masih muda sudah bicara sengak, hmmm!
kalau tidak dikasih sedikit pelajaran, kau pasti tak akan
menyesal!"
Sembari berkata ia menerjang ke muka, lalu dengan jurus
Lik pit hoa san (membacok runtuh Hoa san) dia langsung
menghajar batok kepala Lan See giok dengan kekuatan
besar.
Lan See giok cukup sadar, biasanya pegunungan yang
terpencil merupakan daerah pertapaan tokoh-tokoh
persilatan yang berilmu tinggi, oleh sebab itu melihat
datangnya bacokan maut dari pemuda berbaju abu-abu itu,
dia tak berani menyambut dengan kekerasan, ujung kakinya
segera menjejak tanah dan melayang mundur sejauh dua
kaki lebih.
Pemuda berbaju abu-abu itu tertawa dingin, tubuhnya
berkelit ke samping kemudian mengejar lebih ke depan. . .
Belum lagi Lan See giok dapat berdiri tegak, pemuda
berbaju abu-abu itu sudah menubruk datang, dalam
kejutnya dia membentak keras, sebuah bacokan tangan
kanan segera dilontarkan ke luar.
Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat dengan
cepatnya menerjang ke dada lawan.
http://kangzusi.com/
Pemuda berbaju abu-abu itu mendengus dingin,
tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu sudah lenyap tak
berbekas.
"Blaammm!"
Benturan nyaring menggelegar memecahkan keheningan,
pasir dan debu beterbangan ke mana-mana, ternyata
serangan dari Lan See giok menghajar permukaan tanah.
Menyaksikan kejadian tersebut Lan See giok merasa
gelagat tidak menguntungkan, dengan perasaan terkejut dia
segera membalikkan badan:
Pada saat dia sedang membalikkan badan secara tiba-tiba
itulah, jalan darah Pay tui hiat dipinggang belakangnya
sudah kena di totok oleh pemuda berbaju abu-abu itu.
Lan See giok berlagak seolah-olah tidak merasa, sambil
membentak telapak tangan kanannya sekali lagi didorong
ke muka..
Tak terlukiskan rasa terkejut pemuda berbaju abu-abu
itu, saking kagetnya dia menjerit keras. sepasang telapak
tangannya segera disilangkan untuk melindungi dada,
disambutnya serangan tersebut dengan kekuatan penuh.
"Blaammm!" benturan keras menggelegar lalu terdengar
suara dengusan tertahan, di antara suara langkah kaki yang
mundur dengan berat, Lan See giok serta pemuda baju abuabu
itu saling berpisah dengan sempoyongan.
Secara beruntun Lan See giok mundur sejauh lima
langkah lebih, sebaliknya pemuda berbaju abu-abu itu
terjatuh hingga pantatnya beradu keras dengan tanah.
Akibatnya ke dua orang itu sama-sama membelalakkan
matanya lebar-lebar dan tertegun.
http://kangzusi.com/
Pemuda berbaju abu-abu itu membuka mulutnya dengan
napas terengah engah, dia tak tahu kepandaian silat apakah
yang telah dipelajari bocah berbaju perlente itu sehingga
totokan jalan darahnya sama sekali tak mempan.
Lan See giok merasakan juga lengan kanannya linu dan
kaku bahkan secara lamat-lamat terasa sakit, dia tahu
pemuda berbaju abu-abu itu tentu anak murid seorang jago
yang lihay yang menetap di atas bukit tersebut.
Gerakan tubuh dari pemuda berbaju abu-abu itu selain
indah dan cekatan, tenaga dalamnya masih jauh melebihi
dirinya, justru pemuda itu bisa roboh lantaran dia sedang
tertegun karena totokan jalan darah nya tak mempan.
Padahal dalam keadaan tak siap saja lawan sanggup
membuat dirinya terdorong mundur sejauh lima langkah,
bisa dibayangkan sampai dimanakah taraf tenaga dalam
yang dimiliki orang ini.
Sementara dia masih berpikir. Pemuda berbaju abu-abu
itu sudah bangkit berdiri, keningnya berkerut kencang,
kemudian pergelangan tangan kanannya diputar dan..
"Criing!" dia telah meloloskan pedangnya yang tersoren di
punggung.
Mimpi pun Lan See giok tidak menyangka kalau garagara
pekikan nyaringnya tadi bakal mendatangkan
kerepotan baginya, melihat pemuda berbaju abu - abu itu
sudah meloloskan pedangnya, tanpa terasa dia berpaling
memandang matahari senja yang mulai tenggelam di langit
barat.
Ia sadar gerakan tubuhnya mungkin tidak selincah dan
seenteng lawan, akan tetapi dalam permainan senjata belum
tentu dia sampai kalah, cuma saja senja telah hampir lewat,
padahal dia belum mengetahui di manakah letak puncak
http://kangzusi.com/
Giok li hong. hal inilah yang membuat hatinya merasa
sangat gelisah.
Sementara itu pemuda berbaju abu-abu itu sudah
mengejar datang sambil tertawa dingin, kemudian tegurnya:
dengan suara dalam: "Bagaimana? Kau masih ingin kabur?"
Lan See giok yang didesak terus menerus akhirnya
menjadi naik darah juga, segera bentaknya dengan gusar:
"Kau jangan kelewat memojokkan orang, Hoa san
adalah tempat umum yang boleh di datangi setiap orang,
bukan daerah khusus yang menjadi milikmu. Hamm, jarang
sekali kujumpai manusia yang tak tahu sopan santun seperti
kau. Aku bukan bermaksud melarikan diri, tapi langit sudah
malam, aku takut urusanku jadi tertunda, maka aku tak
ingin melayanimu lebih jauh, Tapi jika kau bersikeras juga
hendak menjajal senjata tajamku, baik, akupun ingin
melihat sampai dimana kah kehebatan ilmu pedang yang
kau miliki itu"
Seraya berkata dia lantas merogoh ke dalam
pinggangnya dan meloloskan senjata andalannya.
Tampak cahaya keemas emasan yang amat menyilaukan
mata memancar ke empat penjuru, tahu-tahu senjata gurdi
emas Kang luan tui milik Lan See giok sudah diloloskan
bagaikan seekor ular emas hidup.
Pemuda berbaju abu-abu itu segera tertegun dan serentak
menghentikan langkahnya, dengan pandangan termangu
serta keheranan dia awasi senjata gurdi emas di tangan Lan
See giok tanpa berkedip, sesaat kemudian dia baru menegur
dengan perasaan tak habis mengerti:
"Senjata aneh apa sih yang kau pergunakan itu?"
Lan See giok tertawa dingin, sebelum dia sempat
menjawab, dari balik pohon siong telah muncul kembali
http://kangzusi.com/
seseorang, gerakan tubuh orang ini terasa satu kali lipat
lebih cepat daripada pemuda berbaju abu-abu itu.
Pemuda berbaju abu-abu tadi segera membalikkan
tubuhnya, kemudian berseru keras.
"Khu suheng, barusan dialah yang berpekik keras!"
Sambil berkata dia lantas menuding ke arah Lan See
giok.
Ketika Lan See giok berpaling, dia saksikan pendatang
itu baru berusia tiga puluh tahunan, kulit mukanya kuning
dan tubuhnya kurus ceking tinggal kulit pembungkus
tulang, namun sepasang matanya berkilat kilat dan gerak
geriknya amat tinggi hati, orang inipun mengenakan baju
berwarna abu-abu.
Lelaki setengah umur itu berjalan mendekat kemudian
memperhatikan Lan See giok sekejap dengan pandangan
tanpa emosi, kemudian dia baru menegur dingin.
"Mengapa kau sembarangan berpekik di tempat ini dan
tak suka mengindahkan nasehat?" "
Sembari berkata, dengan langkah lebar dia berjalan
menuju ke hadapan Lan See giok.
Pemuda berbaju abu-abu itu terkejut, mendadak
cegahnya. "Khu suheng, jangan terlampau dekat, dia
memiliki semacam kepandaian aneh, biar jalan darah nya
sudah tertotok namun tubuhnya sama sekali tidak roboh."
Tertegun lelaki setengah umur itu, setelah berseru
tertahan dia lantas menghentikan langkahnya, sementara
sepasang matanya yang tajam mengawasi Lan See giok
dengan pandangan terkejut bercampur keheranan.
Dalam anggapan Lan See giok semula, dengan
datangnya kakak seperguruan dari pemuda tersebut maka
http://kangzusi.com/
urusan akan bisa dibereskan dengan segera, siapa tahu
suheng nya ini lebih tak tahu aturan, maka setelah
mendengus katanya sinis.
"Hmmm, berpengetahuan picik sok keheranan saja?”
Namun lelaki setengah umur itu seakan- akan tidak
mendengar apa yang dikatakan Lan See giok, dengan
kening berkerut terdengar ia berguman seorang diri:
"Aku merasa sedikit tidak percaya!"
Tiba-tiba saja dia menubruk ke muka, jari tangan
kanannya langsung menotok jalan darah Cong hiat-hiatnya.
Tak terlukiskan amarah Lan See giok menyaksikan
datangnya ancaman tersebut, sebagaimana diketahui, jalan
darah Cong-hiat merupakan salah satu jalan darah penting
di tubuh manusia, bila sampai tertotok, sekalipun tak
sampai mati juga bakal terluka, itulah sebabnya hawa napsu
membunuh segera menyelimuti seluruh wajahnya.
"Bagus sekali" ia membentak. "bila kau tidak percaya,
silahkan saja dicoba sendiri."
Sambil membentak, gurdi emasnya menusuk ke muka
secepat sambaran petir dengan jurus Pau hou pay wi (
harimau ganas mengebaskan ekor ), dengan gerakan ilmu
cambuk dia menyambar pinggang lelaki setengah umur itu.
Menganggap kepandaian silat yang dimilikinya cukup
tinggi tentu saja lelaki setengah umur itu tidak memandang
sebelah matapun terhadap Lan See giok, sambil tertawa
dingin tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu lenyap dari
pandangan.
Sebelum itu, Lan See giok sudah pernah menyaksikan
gerakan aneh dari pemuda berbaju abu-abu itu. dia tahu
musuhnya telah menyelinap ke belakang punggungnya.
http://kangzusi.com/
Maka tanpa menggerakkan badan, gurdi emasnya segera
menyerang lagi dengan jurus wi ceng pat hong
(menggemparkan delapan penjuru)..
Serentetan suara desingan tajam segera menderu deru,
cahaya tajam berkilauan memancar ke empat penjuru,
dalam waktu singkat muncul beribu ribu bayangan gurdi
emas yang melindungi seluruh badan Lan See-giok.
Agaknya lelaki setengah umur itu tidak menyangka
kalau Lan See giok begitu hebat dalam perubahan - jurus
tangan kanannya yang baru saja melepaskan totokan nyaris
tersapu oleh gurdi emas tersebut, dia segera menjerit kaget
lalu mundur sejauh delapan depa lebih.
Lan See giok sudah diliputi oleh hawa napsu
membunuh, sudah barang tentu ia tak akan membiarkan
lelaki setengah umur itu pergi dengan begitu saja, sambil
membentak keras hawa murninya disalurkan ke dalam
gurdi itu, kemudian dengan jurus Kim coa toh sim (Ular
emas menjulurkan lidah) ia lepaskan sebuah tusukan
dengan gerakan pedang-
Sebelum lelaki setengah umur itu berhasil berdiri tegak,
gurdi emas dari Lan See giok telah menusuk tiba, sekali lagi
dia menjerit keras lalu mundur ke belakang dengan cepat-
Mencorong sinar tajam dari balik mata Lan See giok,
tanpa menghentikan tubuhnya dia meneruskan
terjangannya ke muka, gurdi emasnya melepaskan tiga
jurus serangan secara beruntun, ditengah deruan angin
serangan, cahaya emas berkilauan, bagaikan hujan badai
menyambar tiada hentinya, sungguh mengerikan sekali
keadaannya.
Dengan cekatan lelaki setengah umur itu berkelit ke kiri
dan menghindar ke kanan. karena didesak oleh Lan See
giok sehingga kalang kabut dengan gugup ia mundur.
http://kangzusi.com/
Pemuda berbaju abu-abu itu menjadi tertegun saking
kagetnya, dia sampai lupa untuk turun tangan membantu
kakak seperguruan-nya melepaskan diri dari bahaya.
Pada saat itulah . . .
Tiba-tiba ia mendengar bentakan keras berkumandang
memecahkan keheningan.
"Cepat tahan . . . . "
Suaranya sangat nyaring seperti suara genta amat
menusuk pendengaran, mendengar itu Lan See giok segera
menghentikan gerak serangannya.
Sewaktu ia berpaling, lebih kurang dua kaki di tepi arena
tampak orang kakek berjubah panjang warna abu-abu dan
berjenggot panjang berdiri tegak di sana.
Kakek itu berwajah amat ramah tapi memancarkan sinar
kewibawaan amat tinggi, di antara bayangan manusia yang
berkelebat lewat, lelaki setengah umur dan pemuda berbaju
abu-abu sudah melompat ke hadapan kakek tadi dengan
wajah tersipu -sipu, setelah memberi hormat, mereka
berbisik lirih:
"Suhu!"
Dalam pada itu, Lan See giok sedang berpikir pula
dihati.
"Dengan murid yang begitu berpikiran picik dan berdada
sempit, gurunya pasti seorang manusia latah yang berjiwa
sempit pula"
Oleh karena berpendapat demikian, maka dia hanya
berdiri tegak di situ tanpa memberi hormat.
Dengan wajah penuh kegusaran lelaki berjubah panjang
itu memandang sekejap ke arah kedua orang muridnya,
kemudian kata nya dengan suara dalam.
http://kangzusi.com/
"Mundur kalian!"
Lelaki setengah umur dan pemuda itu segera mengiakan
dengan hormat dan mengundurkan diri ke sisi tubuh
gurunya, di atas wajah kedua orang itu sama sekali tidak
dijumpai sinar keangkuhan lagi.
Sambil mengelus jenggotnya yang panjang kakek
berjubah panjang itu memandang wajah Lan See giok,
kemudian tanyanya sambil tersenyum: "Siauhiap membawa
gurdi emas, apakah kau adalah keturunan dari Lan tayhiap?"
Menyinggung soal ayahnya, paras muka Lan See giok
segera berubah menjadi serius kembali, cepat-cepat dia
menjura seraya menjawab dengan hormat.
"Lan Khong-tay adalah guruku, boleh aku tahu siapa
nama cianpwe dan dari mana kau bisa mengenali senjata
tajam andalan dari guruku ini- ?"
Manusia berjubah panjang itu mendongak kan kepalanya
lalu tertawa terbahak bahak:
"Aaah - haaahhh - haaahhh. ayahmu Lan Khong-tay
sangat termasyhur dikolong langit, senjata gurdi emasnya
merajai dunia persilatan, sembilan butir peluru peraknya
selalu tepat dan tak pernah meleset, dan aku pernah
berjumpa dengan ayahmu, sudah barang tentu kenal juga
dengan senjata kenamaannya"
Mengetahui kalau dia kenal dengan ayah-nya Lan See
giok segera berkata dengan serius:
"Oooh rupanya Ban locianpwe, apabila boanpwe Lan
See giok berbuat ceroboh dan mengganggu ketenangan
locianpwe, harap locianpwe sudi memaafkan,"
http://kangzusi.com/
Selesai berkata, kembali dia menjura dalam-dalam,
Sekali lagi Ban peng cuan tertawa tergelak.
"Tiada induk harimau yang melahirkan anjing, ayah
ibumu selalu hidup bagaikan dewa dewi, sedang ibumu Huyong
siancu juga sudah banyak tahun tak menampakkan
diri, apakah selama ini dia selalu berada dalam keadaan
baik-baik?"
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras,
dia sangat kebingungan, dengan kening berkerut dan nada
tidak mengerti tanyanya.
"Ibuku adalah Ki lu lihiap Ong Si hoa, bukan Hu-yong
siancu bibi wan, pertanyaan dari locianpwe ini sungguh
membuat boanpwe tidak habis mengerti!"
Merah padam selembar wajah Ban peng coan. dia tahu
kalau dirinya khilaf, dengan nada minta maaf katanya
kemudian:
"Oh betul, aku memang sudah tua dan ingatanku tidak
tajam lagi. andaikata kau tidak mengingatkan kembali,
hampir saja aku lupa dengan Ong lihiap."
Setelah berhenti sejenak, seakan akan sengaja
mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, dia bertanya
lebih jauh dengan nada tidak mengerti.
"Apakah kedatangan hiantit kemari hanya untuk
berpesiar saja?"
Sejak semula Lau See giok sudah merasa kalau
hubungan bibi Wan dengan ayahnya tidak biasa. apabila
setelah mendengar perkataan dari Ban Peng cuan,
kecurigaannya semakin berlipat ganda.
http://kangzusi.com/
Namun bila teringat kembali tujuan kedatangannya ke
bukit Hoa san kali ini, terpaksa kecurigaannya terhadap bibi
Wan harus ditunda sampai lain waktu.
Sahutnya kemudian dengan hormat:
"Boanpwe ingin buru-buru menjumpai To seng cu,
karena itu khusus aku berangkat dari kota Tek an kemari,
tapi tak kuketahui di manakah letak puncak Giok-li-hong,
karena itu . . . "
Belum habis ia bercerita, pemuda berbaju abu-abu itu
sudah tertawa geli.
Lan See giok menjadi tertegun, tanpa terasa dia
memandang ke arah pemuda berbaju abu-abu itu dengan
termangu.
Ban Peng cuan sendiripun tak dapat menahan rasa
gelinya, sambil tersenyum ia segera berkata.
"Agaknya baru pertama kali ini kau datang kemari,
disinilah letak puncak Giok-li- hong!"
Sambil berkata, dia lantas menuding ke arah sebuah
puncak bukit yang berada puluhan kaki jauhnya.
Sementara itu matahari senja telah terbenam, maghrib
pun menjelang tiba, kegelapan mulai menyelimuti seluruh
bukit Hoa san, ketika Lan See giok mengangkat kepala nya,
didapati puncak Giok li hong memang jauh berbeda dengan
bukit-bukit lainnya.
Terdengar Ban Peng cuan bertanya lagi dengan ragu.
"Apakah kau sudah mengetahui tempat kediaman dari
To seng-cu locianpwe?"
Lan See giok segera menggelengkan kepalanya berulang
kali.
http://kangzusi.com/
"Boanpwe tidak tahu, tapi konon berada di bawah
puncak Giok li hong-."
"Keponakanku" ujar Ban Peng cuan dengan bersungguh
sungguh, "bukan aku sengaja hendak menghilangkan
kegembiraanmu. kami guru dan murid bertiga sudah
banyak tahun berdiam di puncak ini, tapi belum pernah
bertemu dengan "To seng cu" locianpwe barang satu
kalipun, cerita tentang berdiamnya dia orang tua di bawah
puncak Giok li hong sudah mulai beredar semenjak sepuluh
tahun berselang"
Mendengar perkataan tersebut, Lan See giok segera
merasakan kepalanya seperti diguyur dengan sebaskom air
dingin, tapi ia percaya kakek berjubah kuning yang ramah
itu tidak bakal membohonginya.
"Setelah boanpwe datang kemari, boanpwe tetap akan
mencarinya, kalau toh akhirnya tidak kutemukan tentu saja
aku akan pulang ke rumah" ucapnya pelan.
Ban Peng coan berpikir sebentar, kemudian
mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, memang tak ada salahnya untuk
dicoba, namun kuharap kau jangan membawa pengharapan
yang kelewat besar."
"Terima kasih atas petunjuk locian-pwe, boanpwe ingin
mohon diri lebih dulu" Setelah memberi hormat, pemuda
itu membalikkan badan dan melompat turun dari puncak
itu.
Suasana di bawah puncak gelap gulita, pemandangan
yang berada tujuh delapan kaki dihadapannya sukar untuk
dilihat Seca-ra jelas.
http://kangzusi.com/
Tempat dimana Lan See- giok berhenti sekarang tak lain
adalah lembah yang menghubungkan puncak Tiau yanghong
dengan puncak Giok- li-hong..-
Udara dalam lembah tersebut ternyata hangat lagi
nyaman, aneka bunga tumbuh dengan suburnya, pohon
siong tumbuh merata, air mengalir sangat tenang,
pemandangan alam di situ sungguh mempesonakan -
Dengan penuh perhatian Lan See giok mengawasi
sekejap keadaan di sekitar sana, di situ tidak nampak
bangunan rumah, tidak pula gua atau tempat lain yang bisa
dipakai sebagai tempat berteduh, sudah barang tentu To
seng cu tak mungkin berdiam di sana.
Maka dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya, dia berjalan lebih ke depan.
Lambat laun pepohonan siong tumbuh semakin rapat,
tumbuhan bambu menghutan, makin ke dalam suasananya
semakin bertambah gelap.
Akhirnya pemuda itu merasa percuma untuk berlarian
secara membuta tanpa arah tujuan tertentu, karena dengan
cara demikian tak mungkin dia bisa menemukan tempat
kediaman To seng cu, tanpa terasa ia lantas teringat
kembali dengan pesan dari kakek berjubah kuning itu, dia
bertekad hendak mencobanya.
Berpikir demikian. pemuda itu segera melompat naik ke
atas sebuah batu cadas, kemudian setelah menghimpun
tenaga dalamnya, dia berseru dengan lantang:
"Boanpwe Lan See giok datang dari tempat jauh untuk
menyambangi To seng-cu locian-pwe, bila diperkenankan
mohon diberi petunjuk untuk menemui beliau!"
Selesai berteriak, dia lantas memusatkan semua
perhatiannya untuk mengawasi dan mendengarkan suasana
http://kangzusi.com/
di sekelilingnya. biarpun dihati kecilnya dia tidak
mempunyai harapan yang terlalu besar.
Mendadak-
Dari balik kegelapan lebih kurang seratus kaki
dihadapannya sana muncul setitik cahaya lentera, ternyata
cahaya itu berasal dari sebuah lentera merah yang
bergoyang goyang karena terhembus angin gunung.
Lan See giok amat terperanjat setelah melihat cahaya
lentera itu, hatinya terkejut bercampur gembira. pikirnya
kemudian:
"jangan-jangan To seng cu memang benar-benar berdiam
dalam lembah ini?"
-ooo0dw0ooo-
BAB 13
LAN SEE GIOK mengawasi lentera merah yang muncul
di balik kegelapan sana dengan perasaan kejut bercampur
girang di samping perasaan tak habis mengerti, dia tak tahu
mengapa kejadian bisa berlangsung begitu kebetulan, baru
saja dia berteriak, cahaya lentera lantas muncul kan diri?
Tanpa terasa, ia teringat kembali akan perkataan dari
Ban Peng coan, sudah banyak tahun mereka berdiam di situ
namun belum pernah berjumpa dengan To seng cu,
mungkinkah kemunculan lentera merah tersebut hanya
suatu kejadian secara kebetulan saja?
Menyusul kemudian dia berpikir lebih jauh:
"Jangan-jangan di situ terdapat rumah pemburu Atau
mungkin si penebang kayu yang sesat jalan?"
http://kangzusi.com/
Akhirnya dia memutuskan untuk memeriksa sendiri,
andaikata di situ menang berdiam penduduk, dia berniat
untuk menyelidiki tempat tinggal To seng cu dari mereka.
Berpikir demikian, diapun berangkat menuju ke arah
lentera merah yang muncul pada seratus kaki di
hadapannya itu.
la telah berlarian amat cepat, paling tidak seratus kaki
sudah dilalui, akan tetapi lentera merah tersebut masih
kelihatan berada di tempat yang begitu jauh.
Dengan cepat dia melompat naik ke atas sebuah pohon
besar, betul juga, ternyata lentera merah yang berada di
depan sana tampaknya sedang berlarian ke depan.
Tergerak hatinya setelah menjumpai hal itu, kembali dia
berpikir di hati,
"Yaa, jangan-jangan lentera merah itu memang
bermaksud membawanya untuk menjumpai To seng cu?"
karena berpendapat demikian, dia memutuskan untuk
membuktikan sendiri, agar tidak sampai terjerumus ke
dalam perangkap lawan.
Dengan menghimpun tenaga dalamnya dia berseru
lantang:
"Wahai lentera merah yang berada di depan apakah, kau
sedang memberi petunjuk jalan kepadaku untuk berjumpa
dengan To seng cu locianpwe? Kalau memang demikian.
harap gerakkan lentera merahmu ke kiri dan ke kanan .”
Baru selesai dia berseru, lentera merah tersebut benarbenar
bergerak ke kiri dan ke kanan.
Melihat hal ini Lan See giok malah menjadi sangsi, entah
mengapa, dalam saat itulah dalam hati kecilnya timbul
suatu firasat yang tidak menguntungkan.
http://kangzusi.com/
Di samping itu diapun terbayang kembali wajah bibi
Wan serta enci Cian nya yang sedih dan murung ketika
berpisah tempo hari.
Dalam pada itu, lentera merah yang berada ditengah
kegelapan itu masih digoyangkan tiada hentinya, seakan
akan sedang mendesaknya agar melanjutkan perjalanan.
Lan See giok segera teringat kembali akan tujuan
kedatangannya, harapan dari enci Cian serta bibi Wannya,
kemudian dendam berdarah dari ayahnya . . akhirnya dia
menggigit bibir dan membulatkan tekadnya untuk mengejar
lebih jauh.
Lentera merah yang berada di depan itu memang aneh
sekali, seakan akan dia memiliki beribu ribu mata, begitu
Lan See giok maju, diapun turut maju, ketika Lan See giok
berhenti, diapun turut berhenti biarpun Lan See giok sudah
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, namun dia
belum berhasil juga menyusul lentera merah tersebut.
Begitulah dengan berlarian mengejar lentera merah itu,
tanpa terasa dia telah melewati puncak Giok li hong dan
tiba di sebuah lembah lain.
Perasaan mendongkol dan curiga berkecamuk di dalam
benak Lan See giok, di tak tahu permainan setan apakah
yang sedang diperbuat lentera merah tersebut.
Lambat laun dia mulai menangkap suara yang amat
keras diantara pepohonan siong yang bergoyang terhembus
angin, di samping itu memandang alam dalam lembah itu
sangat indah, jauh berbeda dengan keadaan ditempati lain.
Lan See giok tidak berniat untuk memperhatikan
kesemuanya itu, dia masih melanjutkan pengejarannya
terhadap lentera merah tersebut .
Mendadakhttp://
kangzusi.com/
Dari balik kegelapan puluhan kaki dihadapannya,
muncul kembali sebuah lentera merah lain yang
menyongsong kedatangan lentera merah yang pertama.
Tapi lentera kedua yang menyongsong tadi lebih sampai
dua kaki itu tahu-tahu saja padamdengan begitu saja.
Lan See giok merasa sungguh tak habis mengerti dia
mengalihkan kembali pandangan matanya, ternyata lentera
merah yang pertama masih tetap tak berkutik di tempat
semula.
Dia tahu, bisa jadi di tempat inilah merupakan tempat
kediaman dari To seng cu, karenanya tanpa ragu-ragu lagi
dia menyusul kearah mana lentera merah tersebut berada.
Dalam perjalanan majunya, lambat laun dia dapat
melihat sebuah tebing yang tingginya ratusan kaki
menghadang jalan perginya, sedang lentera merah itu
agaknya berada di tangan seorang manusia yang tinggi
besar.
Setelah dekat dengan tempat itu baru dia ketahui
bayangan tinggi besar itu bukan orang melainkan sebatang
pohon yang telah mengering, lentera tersebut tergantung di
atas pohon tadi dan bergoyang tiada hentinya ketika
terhembus angin.
Lan See giok merasa sangat keheranan, pikirnya:
"Kalau toh dia adalah penunjuk jalan, mengapa tidak
ditunjukkan sampai ke pintu depan?"
Tapi ingatan lain segera melintas dalam benaknya,
mungkin saja To seng-cu berdiam di dalam hutan itu.
Ia mendongakkan kepalanya, hutan pohon yang mulai
mengering itu, dalamnya mencapai dua tiga puluh kaki
sebelum tiba di depan dinding tebing tersebut, di dalam
http://kangzusi.com/
hutan tidak dijumpai rumah gubuk ataupun rumah batu, ia
bertekad akan menuju ke dinding tebing tersebut untuk
melakukan pemeriksaan.
Berhubung timbulnya firasat yang kurang enak tadi, di
dalam langkah majunya kali ini, ia bertindak dengan
berhati-hati sekali.
Setelah ke luar dari hutan dan mencapai jarak berapa
kaki dari tebing, tiba-tiba saja ia merasakan pandangan
matanya menjadi terang..
Pada sisi kanan tebing curam itu dijumpa sebuah gua,
sebatang pohon siong persis tumbuh didepannya sehingga
menutup mulut gua tadi, jika tidak diperhatikan dengan
seksama, mulut gua tersebut memang sukar ditemukan.
Dengan perasaan gembira ia segera menubruk ke depan
gua, itu dengan cepat dia saksikan mulut gua penuh
ditumbuhi lumut hijau serta sarang laba-laba, suasana gua
itu gelap gulita, seolah-olah tidak ada yang menetap di situ.
Lan See giok segera berkerut kening, dia percaya tokoh
nomor satu seperti To seng cu tak mungkin akan mendiami
gua yang begitu suram dan kotor seperti itu.
Baru saja dia akan beranjak pergi mendadak di atas
dinding gua yang sudah dipenuhi lumut hijau itu ia
saksikan ada guratan-guratan aneh yang sangat mirip
dengan tulisan.
Sekali lagi tergerak hatinya, cepat-cepat dia menghampiri
dinding tebing dan memeriksa dengan seksama, betul juga,
garis-garis itu merupakan serangkaian kata yang diukir
dengan pisau, tapi berhubung lumut nya amat tebal, sulit
untuk membaca kata-kata tersebut.
Terdorong oleh perasaan ingin tahunya lalu dia
mengambil sekeping batu, kemudian menghapus lumut
http://kangzusi.com/
hijau yang menempel diatasnya, dalam waktu singkat dia
dapat membaca gaya tulisan yang indah, jelas tulisan
seorang wanita.
Lan See giok mundur dua langkah, kemudian membaca
huruf-huruf tersebut dengan pelan.
"Musim gugur pergi musim dingin lewat, musim semipun tiba.
Rindu dan kangen menyerang setiap malam.
Air mata bercucuran bagaikan mutiara.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. .
Wajah telah basah entah oleh air mata atau embun.
Thian tidak mengasihi aku. .
Sepasang merpati harus terbang berpisah.
Kemesraan di masa lalu.
Kini tinggal kepedihan dan air mata.
Oh Thian.. Oh Thian, betapa buruknya nasibku."
Membaca sampai di sini, Lan See giok semakin
bimbang, dipandangnya sekejap mulut gua yang gelap
gulita itu, dia percaya dalam gua tersebut tentu berdiam
seorang perempuan yang menderita karena cinta, atau
mungkin juga tersebut merupakan kuburan dari perempuan
yang bernasib buruk itu.
Sebenarnya anak muda ini sudah tak berniat untuk
memasuki gua, tapi sekarang tanpa disadari dia telah
melakukan masuk ke dalam gua tersebut.
Gua itu dalam sekali, keadaannya gelap gulita sehingga
sukar melihat kelima jari tangan sendiri, biarpun dia telah
mengerahkan tenaga dalamnya ke mata, apa yang bisa
dilihatpun hanya mencapai sejauh lima depa.
http://kangzusi.com/
Pelan-pelan dia maju ke depan, segera ditemukan gua itu
miring ke sebelah kanan, ketika berpaling, ia sudah tidak
melihat mulut gua tersebut lagi.
Suasana dalam gua amat hening dan sepi, kecuali
langkah kakinya, tak kedengaran Lagi suara yang lain.
Mendadak lima depa di depan sana, telah merupakan
ujung jalan, setelah pemuda itu maju lagi dua tiga langkah,
baru diketahui di depan sana terbentang sebuah pintu batu
yang sangat berat.
Dia mencoba untuk meraba, pintu batu itu sangat licin
seperti cermin, ketika didorong dengan sekuat tenaga, pintu
tersebut segera terbuka dengan sendiri, cahaya terang yang
menusuk mata segera mencorong ke luar dari balik pintu.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok mundur dua
langkah, ternyata dibalik pintu itu yang terbentang sebuah
undak undakan batu yang sangat lebar dan menjurus ke
atas.
Untuk sesaat dia berdiri ragu di depan pintu, tak
diketahui harus melanjutkan perjalanan atau mundur
dengan begitu saja, tapi dorongan rasa ingin tahu yang kuat
mengkilik hatinya, membuat pemuda tersebut semakin
bertekad untuk menyelidiki apa gerangan yang terdapat
dalam ruangan tersebut.
Akhirnya dia putuskan untuk masuk ke dalam dan
menyelidiki sendiri sebab ia merasa nasib perempuan itu
kelewat menge-naskan, bila dia masih berada di dalam
mungkin dia akan mengetahui tempat tinggal dari To seng
cu.
Berpikir demikian diapun berjalan masuk ke dalam
ruangan, ternyata cahaya tajam tadi berasal dari sebutir
mutiara yang di pasang di atas pintu masuk.
http://kangzusi.com/
Undak undakan batu itu menjurus naik ke atas, setiap
tikungan selalu diberi sebutir mutiara kecil sebagai
penerangan, sehingga keadaan di dalam gua bisa terlihat
secara lamat-lamat.
Itulah sebabnya dia dapat meneruskan -perjalanannya
dengan cepat, dalam waktu singkat puluhan kaki telah
dilewati.
Setelah membelok pada sebuah tikungan, sepasang
matanya kembali terasa silau, cahaya terang memancar ke
empat penjuru dari depan sana, pada ujung undak undakan
batu kembali muncul sebuah pintu batu raksasa yang
tingginya satu kaki dan lebarnya delapan depa, pintu
tersebut tertutup rapat-rapat.
Tujuh butir batu mulia yang sangat indah berserakan di
atas pintu, sinarnya tajam dan sangat menyilaukan mata.
Ketika diamati lebih seksama di atas pintu tersebut
tergantung pula sebuah lian dengan huruf-huruf yang amat
besar.
Pada kanan pintu tertuliskan kata-kata.
"Hati di langit barat, tubuh di alam semesta, melatih ilmu
membenahi watak menanti datangnya saat gembira,"
Sedangkan di sebelah kiri pintu bertuliskan.
"Seratus tahun menghadap dinding lepas tulang jadi dewa, tak
akan tergoda oleh gadis dan cinta!"
Lan See giok menjadi melongo setelah selesai membaca
tulisan itu, walaupun ia tak bisa memahami arti sari tulisan
tersebut secara tepat, tapi ia percaya nada tulisan dari
sepasang Lian tersebut tidak cocok satu, sama lainnya:
Kalau berbicara dari tulisan yang terukir dimuka gua,
gua tersebut seharusnya didiami oleh seorang perempuan
http://kangzusi.com/
yang hidup sengsara karena cinta, tapi bila dilihat dari arti
sepasang lian tersebut agak nya penghuni gua tersebut
adalah seorang pertapa.
Bila ada orang bertapa di dalam gua ini waktunya pasti
cukup lama, bisa jadi orang ini adalah To seng cu sendiri
maka pemuda ini bertekad untuk masuk lebih ke dalam,
kepada pintu batu tersebut diapun menjura, kemudian
berkata dengan lantang:
"Boanpwe Lan See giok tertarik oleh syair di luar gua
sehingga masuk kemari dengan ceroboh, kini boanpwe
merasa tidak habis mengerti, mohon locianpwe sudi
memberi petunjuk"
Ucapan mana diutarakan dengan suara nyaring sehingga
nada suaranya menggema di seluruh ruangan gua.
Lan See giok berdiri menanti di luar gua dengan tenang,
tapi lama sekali belum juga kedengaran suara jawaban,
lantas mengambil kesimpulan gua itu kosong tak
berpenghuni.
Maka dia maju ke depan dan menempelkan telapak
tangannya di atas pintu, ketika didorong dengan sepenuh
tenaga, terdengarlah suara gemerutuk yang amat berat-
Pintu batu yang sangat besar itu pelan-pelan terbuka
sebuah celah lebar, segulung bau harum yang semerbak pun
segera berhembus ke luar dari balik pintu, Lan See giok
melongok ke dalam, ternyata dibalik pintu terbentang
sebuah ruangan gua yang memanjang, dalamnya mencapai
lima kaki, di sisi kiri dan kanan masing-masing terdapat
sebuah ruangan.
kedua ruangan itu tanpa pintu semua, sedang di ujung
gua terdapat pula sebutir batu manikam yang besar
http://kangzusi.com/
berwarna kuning, cahaya yang terpancar ke luar sangat
lembut.
Lan See giok menyelinap masuk ke balik pintu, ia
merasakan kakinya menginjak tempat yang lembut, ketika
diperiksa, ternyata lantai gua dilapisi oleh permadani
kuning tebal.
Sewaktu masuk ke dalam kedua ruangan ia jumpai di
situ terdapat masing-masing sebuah kasur untuk duduk,
namun tak nampak seorang manusia pun.
Di bawah mutiara kuning di ujung gua terdapat sebuah
meja pendek yang panjang diatasnya dilapisi kain kuning
sampai terkulai ke atas lantai.
Di muka meja pendek terletak pula sebuah kasur duduk
yang besar dan tebal, selain itu, dalam gua tersebut tidak di
jumpai benda apapun.
Menyaksikan kesemuanya ini, Lan See giok tahu bahwa
dalam goa ini paling tidak terdapat tiga orang yang bertapa
di situ, tapi sekarang sudah tak ada lagi, mungkin sudah
menjadi dewa semua.
Sewaktu sorot matanya terbentur dengan benda di atas
kain kuning di meja rendah itu tergerak hati Lan See giok,
dengan langkah cepat dia menghampirinya.
Apa yang kemudian terlihat segera membuat paras
mukanya berubah hebat, saking kagetnya dia sampai
mundur dua langkah sembari berseru kaget.
Ternyata di atas kain kuning pada meja rendah itu tertera
sembilan huruf besar yang terbuat dari emas, tulisan itu
berbunyi demikian. "TAYLO PWE CIN-KENG."
Lan See giok berdiri termangu mangu, sekarang dia baru
tahu kalau gua tersebut adalah tempat To seng cu bertapa.
http://kangzusi.com/
Mendadak terdengar suara tertawa cekikikan
berkumandang dari belakang tubuhnya.
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
membalikkan badan, ia saksikan dari sisi pintu ruangan
sebelah kiri, lebih kurang tiga kaki dihadapannya seperti
ada bayangan hitam berkelebat lewat, tanpa sangsi dia
segera menubruk ke sana.
Ketika tiba diantara kedua belah pintu, ia celingukan
sekejap ke kiri kanan, dalam ruangan masih terletak dua
buah kasur duduk yang kosong, namun tak nampak sesosok
bayangan manusiapun.
Diam-diam Lan See giok terkesiap, tapi ia segera
berpikir, kemungkinan besar orang itu bersembunyi di sisi
kiri atau kanan pintu.
Maka diapun siap beranjak .
Pada saat itulah, tiba-tiba dari depan gerbang melayang
masuk se sosok bayangan kuning.
Mula-mula Lan See giok agak terperanjat ketika melihat
kemunculan orang itu, menyusul kemudian dengan
perasaan terkejut bercampur girang, seolah-olah bertemu
kembali dengan sanak keluarga sendiri, teriaknya keraskeras.
"Locianpwe- - "
Sambil berseru dia segera menubruk ke muka.
Ternyata orang yang melayang masuk ke dalam gua saat
ini bukan lain adalah kakek berjubah kuning yang berwajah
ramah itu.
Kakek berjubah kuning itu masuk sambil membawa
banyak sekali buah anggur yang segar, ketika melihat
pemuda itu menubruk tiba dia segera mengangkat ke dua
http://kangzusi.com/
belah tangannya dan tertawa terbahak bahak, sikapnya
nampak gembira sekali.
Lan See giok memeluk kakek berjubah kuning itu eraterat,
saking gembiranya air mata sampai jatuh bercucuran,
tiada henti-nya dia memanggil:
"Locianpwe . . locianpwe . . . "
Tiba-tiba kakek berjubah kuning itu menghentikan gelak
tertawanya, kemudian dengan penuh kasih sayang dia
berkata.
”Kalian berdua sudah berani bermain setan, melanggar
perintah guru, ayo cepat kau terima buah buahan ini!"
Lan See giok yang mendengar perkataan itu menjadi,
kebingungan setengah mati, ketika berpaling tampak
olehnya si nona berbaju merah Si Cay soat dengan wajah
tersipu-sipu dan senyum dikulum sedang melompat
mendekat.
Siau thi gou yang berkulit hitam sedang melototkan
sepasang biji matanya yang besar.
"Suhu, Thi gou tak berani, semuanya ini merupakan ide
enci Soat seorang, dia bilang kita takut takuti Lan See giok
agar bisa membalaskan rasa mendongkol Gou ji!"
Sembari berkata, dia tetap berdiri tak bergerak di depan
pintu ruangan.
"Hmmm!" kakek berjubah kuning itu mendengus marah,
"siapa suruh kau berdiam diri saja? Ayo cepat memasang
lentera."
Setelah menyerahkan buah buahan itu kepada Si Cay
soat yang berdiri dengan wajah gembira tapi agak tersipu
sipu itu, dia membelai rambut Lan See giok sambil ujarnya
dengan ramah.
http://kangzusi.com/
"Nak, ternyata kau benar-benar datang, ayo jalan mari
kita berbicara di dalam."
Ditariknya tangan pemuda itu dan diajak menuju ke
bantal duduk di depan meja rendah.
Sekarang Lan See giok baru mengerti, rupa kakek
berjubah kuning ini adalah To seng cu, anehnya perasaan
benci yang semula mencekam perasaannya kini sudah
lenyap tak berbekas, entah mengapa ia sudah tak percaya
sekarang kalau To seng cu adalah orang yang mencelakai
ayahnya.
Dalam perjalanan itu, Lan See giok dapat melihat pula
kalau di antara alis mata sebelah kiri kakek berjubah kuning
itu benar-benar terdapat sebuah tahi lalat merah, tahi lalat
tersebut hampir tertutup oleh alis mata yang tebal, hal ini
semakin membuktikan kalau kakek berjubah kuning ini
memang To-seng-cu.
Tiba di depan meja rendah, To seng cu segera menunjuk
ke sisi kasur duduk itu sambil berkata dengan gembira.
"Duduklah anak giok!"
Sembari berkata ia sendiri duduk bersila pula di atas
kasur duduk tersebut. Lan See giok mengiakan dengan
hormat dan segera duduk bersila di sebelah kanan To seng
cu, ia merasa kasur duduk itu empuk sekali sehingga sangat
nyaman untuk ditempati.
SI CAY SOAT telah meletakkan pula buah buahan segar
itu di depan kasur duduk kemudian ia sendiri duduk di
sebelah kiri To seng-cu, dengan wajah bersemu merah dan
mata yang jeli tiada hentinya dia mengawasi Lan See giok.
Siau thi gou berjalan ke depan kasur tanpa berbicara,
kemudian sambil mengambil sepuluh biji anggur besar yang
http://kangzusi.com/
disodorkan ke hadapan Lan See giok, katanya dengar
bersungguh hati:
"Kau sudah menempuh perjalanan selama seharian
suntuk, sekarang tentu merasa amat dahaga, cepatlah
makan anggur ini, tapi ingat, setiap kali makan buah anggur
seperti ini, kau hanya boleh makan sepuluh biji."
Berjumpa dengan Siau thi gou, Lan See giok segera
teringat pula dengan peristiwa di dusun nelayan tempo hari,
dimana ia telah menotok jalan darahnya, tanpa terasa
timbul perasaan menyesal di dalam hatinya.
Ketika ia saksikan Siau thi gou sama sekali tidak
mendendam kepadanya, malah menghadiahkan buah
anggur, segera ujarnya sambil menjura.
"Terima kasih banyak, adik Thi gou!"
Siau thi gou tertawa lebar, dia segera duduk pula di
samping Si Cay soat.
Sementara itu To seng cu telah berkerut kening,
kemudian sambil memandang ke arah Siau Thi gou dengan
wajah tak mengerti, ia bertanya cepat:
"Thi gou, siapa yang bilang kalau setiap kali makan
hanya boleh makan sepuluh biji buah anggur?"
Mendengar pertanyaan itu, paras muka Si Cay soat
segera berubah menjadi merah padam.
Siau thi gou segera menuding ke arah Si Cay soat,
dengan melototkan sepasang mata nya dia menjawab:
"Enci soat yang berkata demikian, ia bilang kalau makan
sebelas biji perutnya akan sakit, bila makan dua belas biji
akan mencret-mencret, bila makan tiga belas biji maka
selama hidup akan selalu kontet (cebol)!".
http://kangzusi.com/
Belum habis perkataan itu diutarakan, To seng cu sudah
tak dapat menahan rasa gelinya lagi, dia tertawa terbahak
bahak.
Agaknya Lan See giok juga dapat mendengar kalau
ucapan semacam itu hanya ulah Si Cay soat untuk
mempermainkan Siau thi gou, tanpa terasa diapun jadi
teringat kembali bagaimana dia sendiripun di permainkan
ketika baru datang ke sana.
Dengan wajah merah padam Si Cay soat tertawa
terkekeh kekeh, dengan cepat ia menjelaskan:
"Adik Gou paling suka makan buah anggur, setiap kali
makan dia bisa menghabiskan empat lima biji tanpa
dikunyah lagi, kalau ditanya bagaimana rasanya, diapun
tidak tahu..”
Belum habis perkataan itu diselesaikan. To seng cu telah
menghentikan tertawanya dan berkata dengan suara dalam
tapi ramah.
"Hei si binal, kau kan enci masa senang mempermainkan
adik? Sekarang anak giok telah datang. dia adalah
kakakmu, akan kulihat apakah dia akan menganiaya kau si
adik atau tidak."
Siau thi gou mencibirkan bibir tanpa berbicara,
sedangkan Si Cay-soat melirik sekejap ke arah Lan See giok
kemudian menundukkan kepalanya rendah-rendah.
Paras muka Lan See giok juga berubah menjadi merah
padam, sekarang dia baru tahu rupanya dia menjadi kakak
bukan sebagai adik seperti apa yang diduganya semula.
Ketika dilihatnya hubungan To-seng cu dengan murid
muridnya tidak disertai dengan peraturan yang ketat,
bahkan kasih sayangnya bagaikan seorang ayah terhadap
http://kangzusi.com/
putra putrinya, kesemuanya ini membuat rasa hormatnya
terhadap To seng cu makin bertambah.
Terbayang kembali maksud tujuannya datang ke situ,
diapun mengeluarkan kotak kecil bungkus kuning itu dari
sakunya dan dipersembahkan ke hadapan To seng cu
sambil ujarnya dengan hormat:
"Anak giok telah menuruti perintah dengan membawa
cinkeng tersebut datang ke mari."
Memandang kotak kecil itu, terlintas perasaan sedih di
atas wajah To seng cu, diterimanya kotak itu serta
diperhatikan sekejap kemudian ia berkata:
"Kitab pusaka ini sudah menemani aku setengah
hidupku, sepuluh tahun berselang, kotak ini tercuri di luar
dugaan, sungguh tak disangka hari ini bisa bertemu
kembali."
Sembari berkata dia lantas meletakkan kotak kecil itu di
depan kasur duduknya.
Mendengar kata "dicuri," paras muka Lan See giok
segera berubah menjadi merah padam karena malu, saking
tak tahannya dia sampai menundukkan kepalanya rendahrendah.
Melihat hal tersebut, To seng cu segera tahu kalau
pemuda itu telah salah paham, sambil tertawa ramah dia
lantas menjelaskan:
"Segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah di atur oleh
takdir, yang tak ada masalah yang dapat dipaksakan, waktu
itu Oh Tin san dan komplotannya berhasil mencuri cinkeng
tersebut, dari tempatku tapi kemudian karena ketahuan
olehnya sehingga melarikan diri, di dalam gugupnya kotak
tersebut telah terjatuh ditengah jalan tanpa mereka sadari . .
"
http://kangzusi.com/
Mendengar penjelasan tersebut. Lan See -giok segera
mengangkat kepalanya sambil bertanya:
"Locianpwe, bagaimana ceritanya sampai ayahku
berhasil mendapatkan kotak kecil ini?"
"Menurut apa yang kuketahui, dia menemukan benda itu
dalam keadaan yang sangat kebetulan, duduk persoalan
yang sebenarnya bibi Wan mu yang mengetahui paling
jelas"
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras,
tanpa terasa ia bertanya dengan gelisah.
"Kalau toh bibi Wan tahu, mengapa dia tidak
menerangkannya kepada anak giok?"
To seng cu segera tertawa riang.
"Seperti apa yang diucapkan bibimu, kalian masih kanakkanak
dan tak perlu mengetahui semua kejadian itu"
"Jadi locianpwe telah berkunjung ke rumah kediaman
bibiWan pada malam itu?" seru Lan See giok terkejut.
To seng cu manggut-manggut.
"Oleh karena kulihat kau sudah berangkat maka aku
tidak jadi masuk.”
Sekarang Lan See giok baru mengerti, diapun segera
teringat apa yang menyebabkan jalan darah tidur Oh Li cu
tertotok, menyusul kemudian hatinya tergerak, dengan nada
menyelidik dia segera bertanya:
"Apakah locianpwe juga yang tertawa dingin di kuburan
Ong leng serta memancing kepergian si Tongkat baja kaki
tunggal serta Beruang tunggal?"
To seng cu memandang anak muda itu sambil
tersenyum, dia hanya manggut saja tanpa menjawab.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian Lan See giok teringat kembali dua
kali jeritan kaget yang mengeri-kan itu, dengan nada tak
mengerti kembali dia bertanya:
”Apakah dalam gusarnya locianpwe telah menghabisi
nyawa kedua orang itu?"
To seng cu segera tertawa terbahak bahak:
"Sudah puluhan tahun lamanya aku tak pernah
melakukan pembunuhan, masa kedua orang itu kubunuh?
Waktu itu aku hanya menotok jalan darah kaku mereka
secara diam-diam, mungkin karena kaget mereka baru
berteriak keras!"
"Locianpwe, kalau toh kau selalu mengikuti di sisi anak
giok, mengapa tidak munculkan diri untuk menempuh
perjalanan bersama-sama ku?"
Sekali lagi To seng cu tertawa terbahak bahak.
"Anak giok, bukan aku sengaja bermain setan
denganmu. berhubung ayahmu mati terbunuh orang, dihati
kecilmu pasti menaruh banyak prasangka serta kecurigaan,
bila tidak berbuat begini kau belum tentu akan menyusul ke
mari."
Kemudian setelah memandang sekejap ke arah Si Cay
soat serta Siau thi gou yang mendengarkan dengan
seksama, dia melanjutkan:
"Aku pernah berpesan kepada Soat ji dan Thi gou berdua
agar menyambut kedatanganmu di mulut lembah, selain itu
memberi penjelasan, kepadamu apa yang sesungguhnya
terjadi, sungguh tak disangka mereka berdua begitu binal."
Mendengar perkataan itu Si Cay soat segera tertawa geli,
mukanya nampak sangat binal, sebaliknya Siau thi gou
hanya duduk tenang tanpa mengucapkan sepatah katapun,
http://kangzusi.com/
seolah-olah persoalan ini sama sekali tiada hubungan
dengan dirinya.
Lan See giok segera terbayang kembali perjumpaan
mereka yang pertama kali di dusun nelayan, sejak waktu itu
dia sudah merasa kalau Si Cay soat adalah seorang nona
cilik yang sukar dilayani, selanjutnya dia berjanji akan
bertindak lebih berhati -hati.
Sewaktu To seng cu melihat sepasang mata Siau thi gou
berputar tiada hentinya di atas buah anggur tersebut, sambit
tertawa, kembali ujarnya kepada Lan See giok.
"Anak giok, ayo cicipi buah buahan tersebut!"
Sambil berkata dia mengambil seuntai buah anggur dan
diberikan kepada Lan See giok kemudian mengambil
seuntai lagi untuk siau thi gou.
Setelah menerima buah anggur itu Lan See giok teringat
kembali akan peristiwa lima cacad dari tiga telaga yang
datang mencuri kitab, dengan nada tidak mengerti kembali
dia bertanya:
"Locianpwe. dengan cara apa Oh Tin san sekalian
berhasil mencuri kitab pusaka tersebut pada sepuluh tahun
berselang?"
To seng cu tertawa dan manggut-manggut:
"Persoalan ini panjang sekali untuk di ceritakan, apalagi
malam sudah semakin larut, biar kita bicarakan di
kemudian hari saja.”
Melihat To seng cu enggan berbicara, sudah barang tentu
Lan See giok sungkan untuk bertanya lebih jauh, untung
saja masa mendatang masih panjang, dia masih mempunyai
banyak kesempatan untuk membicarakan persoalan itu lagi.
http://kangzusi.com/
Begitulah, ke empat orang itupun sambil makan buah
anggur membicarakan serba serbi dunia persilatan, suasana
dilalui dengan penuh riang gembira.
Akhirnya To seng cu berkata:
"Anak giok sudah menempuh perjalanan cukup jauh,
malam ini beristirahatlah dengan cepat, anak giok kau boleh
tidur bersama Siau thi gou"
Mendengar perkataan itu, ke tiga orang muda mudi itu
segera minta diri kepada To seng cu dan berjalan menuju ke
depan pintu ruangan batu itu.
Lan See giok mengikuti Siau thi gou menuju ke pintu
ruangan sebelah kiri, sedang kan Si Cay soat seorang diri
menuju ke pintu ruangan sebelah kanan, baru saja Lan See
giok ingin mengucapkan sesuatu kepada gadis itu, tahu-tahu
bayangan merah berkelebat lewat, Si Cay soat sudah lenyap
dari pandangan.
Sementara itu terdengar Siau thi gou telah berseru:
"Engkoh giok, aku akan naik lebih dulu" Mendengar
seruan tersebut Lan See giok segera berpaling, tampak
bayangan hitam berkelebat lewat, tubuh Siau thi gou telah
melayang ke atas langit-langit ruangan.
Ketika dia mendongakkan kepalanya, ternyata di atas
langit-langit ruangan itu terdapat sebuah gua yang luasnya
tiga depa dan tinggi dua kaki dari permukaan tanah
diataspun terpancar sinar yang terang.
Terdengar Siau thi gou berseru dari atas:
"Engkoh Giok, cepat naik!"
Lan See giok mengiakan dan segera melompat naik ke
atas ruangan itu, ketika hampir mencapai ujung langithttp://
kangzusi.com/
langit, Siau thi gou mengulurkan tangannya dan menarik
tangannya sehingga melayang tiga depa ke samping.
Ternyata di situ terdapat sebuah ruangan berbentuk
bulat, di langit-langit ruangan tertera tiga butir mutiara,
sekeliling dinding ruangan terdapat enam buah lubang
sebesar kepalan yang berfungsi sebagai ventilasi udara,
Pada permukaan lantainya dilapisi permadani yang sama
tebalnya dengan permadani yang berada di bawah, di sisi
kiri bertumpuk selimut tebal yang pada satu bagian
merupakan lapisan kain sutera sedang pada lapisan yang
lain adalah bulu kambing yang berwarna putih, nampaknya
sangat lembut dan halus.
Sambil menjatuhkan diri berbaring di atas lantai, Siau thi
gou segera berseru.
"Engkoh giok, tidurlah!"
Sambil berkata dia melemparkan selembar selimut kulit
kepada Lan See giok.
Melihat gerak gerik yang polos dan lincah dari Siau thi
gou, Lan See giok merasa bocah itu memang rada mirip
seperti kerbau kecil, karena itu setelah menerima selimut
pemberiannya dia bertanya sambil tertawa:
"Adik Thi gou, mengapa sih namamu Thi gou atau
kerbau baja? Mengapa tidak bernama Kim gou (kerbau
emas) saja?"
Siau thi gou melototkan matanya bulat- bulat dan
menggelengkan kepalanya berulang kali, jawabnya dengan
wajah bersungguh sungguh:
"Tidak boleh, tidak boleh."
Kemudian sambil menunjuk pada jari tangannya, dia
melanjutkan:
http://kangzusi.com/
"Kongcou ku bernama Kim liong (naga emas),
engkongku bernama Gin hou (harimau perak), sedang ayah
bernama Tong kou (kuda tembaga) maka aku bernama Thi
gou (kerbau baja)"
Lan See giok segera menjadi tertarik sekali dengan
susunan keluarga tersebut, cepat dia bertanya:
"Adik Thi gou, seandainya kau punya anak di kemudian
hari, akan kau namakan siapa anakmu itu?"!
"Akan kunamakan Sikou (anjing platina),"
Lan See giok yang mendengar jawaban tersebut menjadi
tertegun, sepasang alis matanya segera berkerut, kemudian
berkata:
"Adik Thi gou, aku rasa urutan ini kurang sesuai, masa
dari emas perak merosot terus menjadi tembaga, besi dan
platina, dari naga dan harimau merosot menjadi kuda
kerbau lantas anjing, bukankah dengan demikian satu
generasi lebih jelek dari generasi berikutnya?"
Baru selesai dia berkata, tiba-tiba dari balik sebuah
lubang bulat di atas dinding terdengar suara seseorang
sedang tertawa cekikikan
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera berpaling,
namun dari balik tutup lubang itu gelap tak bersinar
sehingga sulit baginya untuk menentukan dari liang yang
manakah suara tertawa tersebut, berasal.
Melihat Lan See giok tertegun, Siau thi gou segera
tertawa terbahak bahak sambil berkata:.
"Kau jangan bingung, enci Soat yang sedang tertawa dia
seringkali membicarakan soal kau dengan diriku”
Belum selesai dia berkata, dari balik liang tersebut,
kembali terdengar Si Cay soat berseru:
http://kangzusi.com/
"Adik Thi gou, bila kau cerewet terus, hati-hati besok!"
Mendengar teguran tersebut, Sian thi gou segera
menjulurkan lidahnya yang kecil dan segera memejamkan
matanya rapat-rapat.
Lan See Giok sendiri hanya bisa memandang lubanglubang
angin di atas dinding tersebut dengan wajah
tertegun, sebenarnya dia ingin bertanya kepada Siau thi
gou, apa saja yang telah diperintahkan To seng cu
locianpwe kepada Si Cay soat mengapa pula gadis itu tidak
menuruti perintah gurunya malahan mempermainkan dia.
tapi setelah mendengar ancaman dari gadis tersebut. diapun
tak berani bertanya lebih jauh.
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba dari sisi
tubuhnya bergema suara orang mendengkur, ketika
berpaling. ternyata Siau thi gou sudah tertidur nyenyak.
Dengan perasaan apa boleh buat Lan See -giok segera
menggelengkan kepalanya berulang ulang kali, dengan
cepat dia menarik selimut dan ditutupkan ke atas tubuh
sendiri.
Walaupun sudah berbaring, namun sepasang mata yang
belum juga mau terpejam, termangu mangu ditatapnya ke
tiga butir mutiara di atas langit-langit ruangan tanpa
berkedip, sementara dalam benaknya dipenuhi berbagai
kejadian yang dialaminya selama ini, termasuk kejadiankejadian
yang sama sekali tak pernah diduga sebelumnya..
Kini, segala sesuatunya berjalan dengan lancar, ternyata
dia telah mengalami banyak kejadian yang semula dianggap
bahaya tahu-tahu berubah menjadi rejeki.
Dari pikiran yang bergolak, pelan-pelan perasaannya
berhasil ditenangkan kembali. ditambah pula Siau Thi gou
http://kangzusi.com/
yang berbaring di sisinya telah mendengkur sedari tadi,
tanpa terasa diapun tertidur nyenyak.
Perjalanan jauh selama berbulan bulan membuat
pemuda ini tak pernah beristirahat dengan perasaan tenang,
dia selalu kuatir kotak kecilnya dicuri orang.
Kini setelah beban pikirannya hilang, diapun tertidur
dengan nyenyak sekali.
Ketika sadar kembali, Siau thi gou yang semula tidur di
sisinya kini sudah tak nampak lagi batang hidungnya.
Cepat-cepat dia melompat bangun, ditemukan pada
dinding ruangan di sisinya bertambah dengan sebuah pintu
batu yang lebarnya dua depa dan tingginya mencapai langitlangit
ruangan.
Lan See giok sungguh tak habis mengerti mengapa
setelah mendusin diri tidurnya di sana telah bertambah lagi
dengan sebuah pintu batu
Setelah melompat bangun dan diperiksa ternyata dinding
ruangan telah digeserkan orang, pada bagian tengah pintu
batu itu terdapat pula sebuah lubang angin yang sama
besarnya dengan lubang angin di sisi lain.
Ke luar di pintu dia temukan sebuah undak undakan
batu menuju ke atas yang entah menghubungkan ke tempat
mana sedang pada bagian lain terdapat pula sebuah pintu
yang lebarnya lebih kurang dua depa.
Dengan perasaan tak habis mengerti dia segera menuju
ke pintu yang lain serta melongok ke dalam.
Ternyata ruangan itu hanya berisikan permadani merah,
selimut bulu serta sebuah cermin tembaga putih, bau harum
semerbak yang sangat aneh memancar ke luar dari sana.
http://kangzusi.com/
Tak terlukiskan rasa kaget Lan See giok dengan cepat dia
mundur beberapa langkah sepasang matanya dengan
cekatan menengok ke kiri dan kanan, sementara wajahnya
segera memperlihatkan perasaan menyesal, jantungnya
berdebar keras.
Selain itu diapun mengerti, ruangan tersebut sudah pasti
merupakan kamar tidur Si Cay soat, bila sampai ketahuan
gadis itu bahwa dia telah memasuki kamarnya, niscaya
martabatnya akan dinilai sangat rendah.
Sebenarnya dia hendak menelusuri undak undakan batu
itu untuk melongok ke atas, tapi sekarang ia sudah tak
berani sembarangan bergerak lagi.
Baru saja dia akan berjalan balik, mendadak ia
mendengar suara teriakan Siau thi gou yang bergema
datang secara lambat-lambat.
"Enci Soat, cepat kemari, disini terdapat seekor kelinci
liar yang amat besar"
Mendengar teriakan itu, Lan See giok tahu Siau thi gou
serta, Si Cay soat sedang berada di atas, maka ia segera
menelusuri undak undakan batu itu dia berlari ke atas.
Sesudah berbelok ke kiri menikung ke kanan dan
bergerak naik terus ke atas, akhirnya sampailah pemuda itu
di ujung undak -undakan tersebut.
Pada ujung undak undakan itu, dia menjumpai mulut ke
luar berada di belakang se buah meja batu ruangan batu, di
dalam ruang batu Itu tersedia pula meja bambu dan bangku
kayu. namun semua perabot diatur dengan amat rapi.
Lan See giok lari ke luar pintu, dia melihat cahaya
matahari telah memancarkan cahaya keemas-emasannya ke
empat penjuru, aneka bunga tumbuh subur dimana mana,
pemandangan alam sangat indah dan menawan hati.
http://kangzusi.com/
Rumah batu itu dikelilingi pepohonan siong yang
mengitarinya pada jarak tujuh delapan kaki, segalanya
kelihatan rapi dan teratur, sedikitpun tidak kelihatan acakacakan.
Ketika pandangan matanya dialihkan ke sekitar sana,
tampak tiga buah puncak bukit menjulang ke angkasa,
ternyata di mana ia berada sekarang tak lain adalah dinding
tebing yang terlihatnya semalam, punggung puncak Giok li
hong.
Puncak Giok Ii hong tingginya mencapai ratusan kaki, di
sisi kirinya terdapat sebuah air terjun, pemandangan indah
sekali.
Menyaksikan kesemuanya itu. tiba-tiba saja Lan See giok
merasakan dadanya menjadi terbuka dan nyaman sekali.
Pada saat itulah, dari balik hutan berkumandang lagi
suara teriakan dari Siau thi gou.
"Enci Soat, disini terdapat seekor kijang kecil-."
Belum habis Siau thi gou berteriak, terdengar suara Si
Cay soat telah menukas:
"Jangan kita usik dia, mari kita menangkap ikan saja di
telaga Cui oh?”
Mendengar suara pembicaraan mereka. Lan See giok
segera berlarian menuju ke hutan itu sambil berteriak.
"Adik Thi gou, tunggu aku”
Sambil berseru di segera berlarian masuk menuju ke
dalam hutan yang terbentang di hadapannya.
Berpuluh puluh kaki dia telah menembusi hutan tersebut,
tapi anehnya belum juga pemuda tersebut berhasil ke luar
dari lingkungan hutan tadi, kejadian tersebut dengan cepat
http://kangzusi.com/
menimbulkan perasaan-perasaan tak habis mengerti
baginya.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Siau thi gou sedang
memohon dari tempat yang tak jauh darinya.
"Enci Soat, cepat beritahu kepada engkoh Giok, bila
guru tahu, kau pasti akan dimaki sebagai si binal lagi!"
Mendengar perkataan tersebut, Lan See giok segera
menyadari kalau keadaan di situ kurang beres dengan cepat
dia menghentikan gerakan tubuhnya.
Tiba-tiba terdengar Si Cay soat mendengus dingin, lalu
berseru dengan nada tak senang hati:
"Yang dia panggil kan adik Thi gou, Siapa sih yang
memanggil aku"
Sekali lagi Lan See giok berpekik di dalam hati:
"Aduh celaka, yaa, mengapa aku lupa memanggil Si Cay
soat? Tidak heran kalau dia menjadi tak senang hati”
Berpikir demikian, dengan nada minta maaf dia segera
berseru. "Adik Soat, Ih-heng segera datang!"
Baru selesai dia berseru, tiba-tiba terdengar Siau thi gou
sudah berteriak sambil tertawa:
"Engkoh Giok, turuti perkataanku, belok tiga kali ke kiri,
belok lima kali ke kanan melihat tujuh jalan serong,
berjumpa delapan maju ke depan”
Lan See giok bukan anak bodoh, begitu peroleh petunjuk
dia segera menjadi paham.
Sementara Siau thi gou masih berteriak teriak dengan
suara lantang, Lan See giok sudah menerobos ke luar dari
hutan tersebut.
http://kangzusi.com/
Waktu itu Siau thi gou sedang berdiri sambil memegang
seekor kelinci besar, melihat Lan See giok munculkan diri,
sambil tertawa terbahak bahak ia segera berseru:
"Nah, itulah dia telah munculkan diri!"
Lan See giok segera berlari mendekat, menarik tangan
Siau thi gou dan berterima kasih kepadanya, tapi oleh
karena tidak di jumpai Si Cay soat, pemuda itu jadi
celingukan-
Akhirnya dari jarak tujuh delapan kaki di depan sana, ia
saksikan ada sesosok bayangan merah sedang berlarian
menuju ke arah air terjun dengan kecepatan tinggi.
Sambil menuding ke arah bayangan Si Cay soat, Siau thi
gou segera berseru:
"Engkoh giok ayo berangkat, mari kita lihat enci Soat
menangkap ikan!"
Mereka berdua segera menyusul dari belakangnya
dengan gerakan cepat.
Setelah berlarian sekian waktu, Si Cay soat yang sedang
berlarian di depan telah menghentikan langkahnya.
Lan See giok tahu, tempat dimana Si Cay soat berdiri
sekarang bisa jadi adalah telaga Cui oh, waktu itu si nona
sedang membungkus rambutnya dengan kain merah.
Ketika maju beberapa puluh kaki, lagi dia dapat melihat
permukaan telaga yang luasnya mencapai beberapa bau,
airnya berwarna hijau dan beriak terhembus angin,
pemandangan alam di situpun amat indah.
Setelah berjalan mendekat, Lan See giok baru
menjumpai tempat dimana Si Cay soat berdiri sekarang
adalah sebuah tebing yang tinggi, jarak antara tempat itu
http://kangzusi.com/
dengan permukaan telaga paling tidak masih mencapai
enam tujuh kaki.
Walaupun dalam hati kecilnya merasa terkejut, namun
dia tak lupa menyampaikan salam untuk Si Cay soat,
sekarang ia dapat melihat pakaian yang dikenakan Si Cay
soat adalah sebangsa pakaian renang yang kulit bukan kulit
sutera, namun terbuat dari sejenis bahan istimewa.
Setelah mengenakan pakaian renang ini, perawakan
tubuh Si Cay soat nampak lebih indah, semua lekukan
tubuhnya tertera amat jelas, payudaranya yang montok
nampak menonjol besar dibagian dada, pinggangnya amat
ramping, pahanya berbentuk manis sedang kakinya
terbungkus sepatu kulit berwarna merah, rambutnya yang
panjang juga telah dibungkus kain merah.
Lan See giok benar-benar merasa tertegun, ia merasakan
pandangan matanya menjadi silau, hatinya berdebar keras
dan seolah-olah sedang dihadapkan dengan segumpal api.
Waktu itu Siau Thi gou hanya berharap enci Soat nya
bisa menangkap seekor ikan besar, pada hakekatnya dia
tidak memperhatikan mimik wajah Lan See giok, sepasang
matanya yang terbelalak lebar di arahkan terus ke
permukaan telaga.
Melihat Si Cay soat sama sekali tidak menggubris
dirinya. bahkan hanya berdiri di tepi tebing dengan mulut
membungkam sadarlah Lan See giok bahwa gadis itu
sedang marah kepadanya.
Setelah tersenyum, dengan suara yang amat ramah
pemuda itu kembali menyapa.
"Selamat pagi adik Soat!"
http://kangzusi.com/
Mendengar sapaan tersebut, Si Cay soat mengerling
sekejap ke arahnya dengan pandangan indah, kemudian
tersenyum.
Pada saat itulah..
Tiba-tiba terdengar Siau thi gou berteriak keras.
"Aaah, seekor ikan Cui oh li (ikan leihi telaga cu). ! "
Baru saja dia berteriak, bayangan merah telah berkelebat
lewat, Si Cay soat dengan gaya Hay yan si sui (walet air
bermain air) telah menubruk ke arah permukaan telaga.
Gemetar sekujur badan Lan See giok melihat gerakan
tubuh gadis itu, tanpa disadari dia menjerit kaget:
"Adik Soat, Hati-hati !"
Tampak Si Cay soat menekuk pinggang, sepasang
lengannya didayungkan bersama lalu sepasang tangannya
ditempelkan satu lama lainnya dan .. "Byuuur!".
menceburkan diri ke dalam telaga.
Percikan air segera memancar ke empat penjuru..
Secepat ikan terbang bayangan merah itu meluncur dan
menyelam ke dalam air telaga yang berwarna hijau tadi.
Lan See giok harus memasang telinga baik-baik sebelum
dapat melihat bahwa kurang lebih dua kaki di depan Si Coy
soat benar- benar terdapat seekor ikan besar yang sedang
berenang menjauhi dengan gerak gerik yang amat gugup.
Kejar mengejar pun segera terjadi, ombak menggulung
kian ke mari, biarpun sedang berenang, ternyata gerak-gerik
Si Cay soat terlihat indah sekali.
Lan See giok selain merasa kagum juga sangat memuji,
dia tak menyangka ilmu berenang yang dimiliki gadis itu
demikian indah dan sempurna.
http://kangzusi.com/
Dalam hati kecilnya ia segera memutuskan untuk
memohon kepada To Seng-cu locian-pwe selain
mempelajari ilmu silat yang tercantum- dalam kitab pusaka
Pwee yap cin keng, diapun hendak mempelajari ilmu
berenang,
Tiba-tiba Si -Cay soat yang berada, dalam air memutar
badannya, kemudian pergelangan tangannya diayunkan ke
depan serentetan cahaya perak langsung menyambar ke
arah ikan besar itu.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian tersebut segera
tertawa lebar.
Dengan cepat Lan See giok mengalihkan kembali sorot
matanya ke arah telaga, waktu itu cahaya perak telah
lenyap. sedangkan ikan besar tersebut sudah berguling di
atas air kemudian terapung dengan bagian perut nya
menghadap ke atas.
Si Cay soat segera berenang mendekati-nya, lalu sambil
mengempit bangkai ikan besar tadi ia berenang ke tepian.
Siau thi gou juga berpaling kearah Lan See giok sambil
ujarnya dengan senyum dikulum:
"Ilmu peluru pembelah air dari enci Soat amat tepat dan
lihay sekali, betapa pun besarnya ikan yang diburu dan
betapa cepat nya ikan itu berenang, jangan harap bisa lolos
dari tangannya."
Lan See giok mengangguk berulang kali. namun sorot
matanya masih ditujukan ke arah Si Cay soat yang sedang
menaiki pantai.
Bayangan merah berkelebat lewat dengan menutulkan
ujung kakinya di atas tonjolan batu karang, tahu-tahu Si
Cay soat telah melompat naik ke atas tebing.
http://kangzusi.com/
Sambil bersorak kegirangan Siau thi gou segera
menyerbu ke depan untuk memeluk ikan besar itu.
Sambil tersenyum manis Si Cay soat mengerling sekejap
ke arah Lan See giok yang sedang memandangnya dengan
perasaan kagum, pelan-pelan dia membuka pengikat
rambutnya, rambut yang panjangpun segera terurai ke
bawah.
Lan See giok yang menyaksikan kejadian itu segera
merasakan hatinya berdebar keras, gerak gerik Si Cay soat
memang sungguh terlampau indah.
Tanpa terasa diapun memuji sambil tersenyum.
"Adik Soat, ilmu berenangmu sungguh amat indah, bila
suatu ketika Ih-heng- pun dapat menguasai ilmu tersebut
sesempurna kau, tentu akan merasa sangat puas."
Sekali lagi Si Cay soat tertawa manis, tiba-tiba ia
menegur:
"Apa sih Ih-heng.. Ih-heng terus terusan? Masa lagakmu
selalu sok sungkan?"
Merah padam selembar wajah Lan See giok, buru-buru
dia mengiakan berulang kali, walaupun kena disemprot. .
anehnya dia sama sekali tidak mendongkol.
Dalam pada itu Siau thi gou telah selesai mengikatkan
ikan besar dan kelinci besar itu, dengan gembira ia berteriak
keras:
"Ayo berangkat, kita harus siapkan santapan siang yang
paling lezat"
Maka berangkatlah ke tiga orang itu menuju ke hutan.
Setibanya di depan hutan, Lan See giok berjalan
mengikuti di belakang Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Hutan tersebut dalamnya hanya sepuluh kaki, dalam
beberapa kali lompatan saja mereka telah menembusi hutan
tersebut.
Lan See giok mengikuti di belakang Si Cay soat menuju
ke sebuah ruang kecil yang terletak di belakang ruangan
batu.
Tiba di depan ruangan itu, ternyata di situ letak dapur,
semua peralatan dapur tersedia komplit di situ.
Si Cay soat segera membalikkan tubuhnya, lalu kepada
Lan See giok dan Siau thi gou ujarnya.
"Engkoh giok menguliti kelinci. Adik Thi gou memotong
ikan. aku akan pulang dulu untuk berganti pakaian"
Sembari berkata. dia membalikkan badan menuju ke
dalam ruang batu.
Siau thi gou segera mengambil pisau dan mulai
membersihkan sisik ikan dan membersihkan isi perutnya,
cara kerjanya cekatan dan amat terlatih.
Selama Lan See giok mengikuti ayahnya hidup dalam
kuburan kuno, diapun sering kali berburu, maka soal
menguliti kelinci juga bukan sesuatu pekerjaan yang asing
baginya.
Sambil membersihkan ikan, tiba-tiba Siau thi gou
bertanya: "Engkoh Giok, apakah kau datang kemari khusus
untuk belajar ilmu dari suhu?"
Lan See giok mengangguk, jawabnya dengan bersungguh
hati:
"Benar, aku datang kemari atas petunjuk dari locianpwe .
. "
http://kangzusi.com/
"Sungguh aneh" kembali Siau thi gou menukas, "kalau
toh tujuanmu belajar ilmu, mengapa kau masih saja
memanggil suhu sebagai locianpwe?"
Lan See giok menjadi tertegun menghadapi pertanyaan
tersebut, ia segera berhenti bekerja dan bisiknya:
"Adik thi gou, aku belum pernah mengangkat guru,
konon kalau hendak melakukan upacara pengangkatan,
maka kita mesti menyembah empat kali, apa yang kau
lakukan dulu?"
Tanpa ragu Siau thi gou segera menjawab:
"Aku merangkak di atas tanah dan menyembah berulang
kali . . "
Belum selesai dia berkata, bayangan merah berkelebat
lewat, Si Cay soat yang selesai berganti pakaian telah
muncul kembali di situ. agaknya diapun sempat mendengar
pembicaraan kedua orang itu, kepada Lan See giok segera
ujarnya:
"Engkoh Giok, suhu orangnya ramah dan pengasih, dia
tidak terlalu memperhatikan soal tetek bengek, selesai
bersantap siang nanti, kau cukup menyembah empat kali
dihadapannya sambil memanggil suhu, aku pikir itu sudah
cukup."
Lan See giok memandang ke arah Si Cay soat dengan
penuh rasa terima kasih, setelah mengiakan diapun
melanjutkan pekerjaannya menguliti kelinci.
Mendekati tengah hari pekerjaan memasak pun telah
selesai, hidangan segera disajikan, selain ang sio hi,
panggang daging kelinci, sayur sayuran, kuah tahu, masih
tersedia pula seguci besar arak wangi.
http://kangzusi.com/
Ketika semuanya sudah siap, Siau thi gou baru berteriak
ke arah gua:
"Suhu, silahkan bersantap."
Tak lama kemudian, To seng cu dengan jubah kuningnya
telah muncul dari balik gua, senyum ramah masih
menghiasi wajahnya.
Dalam pada itu Si Cay soat telah menuang empat cawan
arak, isi cawan bagi dirinya kelihatan paling sedikit.
Lan See giok menunggu sampai To-seng-cu sudah
duduk, dia baru menjatuhkan diri berlutut dan menyembah
empat kali sambil katanya dengan serius.
"Suhu berada di atas, terimalah penghormatan dari tecu
Lan See giok.."
Sambil mengelus jenggotnya To seng cu tertawa terbahak
bahak, ditatapnya pemuda itu dengan ramah, lalu ujarnya
tersenyum.
"Anak giok, ayo cepat bangun!"
Walaupun Siau thi gou kelihatan agak bodoh, akan
tetapi diapun dapat melihat kalau gurunya sedang amat
gembira pada hari ini.
Lan See giok segera bangkit dan duduk di samping Siau
thi gou, sedang Si Cay soat yang hendak membuat gembira
gurunya mengambil cawan arak dan berseru kepada To
seng cu sambil tertawa.
"Suhu, Soat-ji menghormati secawan arak untukmu,
kionghi kau orang tua telah menerima seorang murid baru."
"To seng-cu tertawa terbahak bahak.
“Haaahhh..haaahhh..haaahhh..budak binal, bukankah
kau pun termasuk murid suhu yang baik?"
http://kangzusi.com/
Diangkatnya cawan arak dan diteguk dengan lahap.
Siau thi gou turut mengangkat cawan araknya, suasana
riang gembira segera menyelimuti seluruh ruangan.
Ketika To seng cu mencicipi Ang sio hi, dia memuji
tiada hentinya atas kelezatan hidangan tersebut.
Tergerak hati Lan See giok, dia segera teringat kembali
dengan ilmu berenang yang dimiliki Si Cay soat, maka
menggunakan kesempatan tersebut segera ujarnya dengan
hormat.
"Suhu diantara lima cacad dari tiga telaga, tecu sudah
mendapat tahu kalau si Tongkat besi berkaki tunggal
berdiam di benteng Pek hoo cay, si beruang berlengan
tunggal berdiam di bukit Tay ang san, sedang si manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san bercokol di bentengWilim-
poo yang dikitari telaga phoa yang oh, tecu rasa dua
manusia cacad lainnya pasti berdiam pula di atas telaga. . ."
Sebelum Lan See giok menyelesaikan kata katanya,
sambil mengelus jenggot To seng cu segera menyela.
"Benar, si Setan ganas bermata tunggal yang terhitung
paling garang, ia berdiam di Lim lo pah, orang ini termasuk
yang memiliki daya pengaruh terbesar antara rekanrekannya,
sedang si binatang bertanduk tunggal yang
berilmu silat paling lemah tapi berotak paling cerdas itu,
berdiam di telaga Pek toh oh, ia telah ditotok mati oleh
sergapan Oh tin san sehingga tak perlu dikuatirkan lagi,
diantaranya aku kira yang patut diperhitungkan kekuatan
nya adalah si raja ganas dari telaga Tong Ting oh, si Setan
ganas bermata tunggal Toan Ci tin tersebut.”
Lan See giok berkerut kening, lalu berkata dengan sedih.
"Dari lima manusia cacad di tiga telaga, tiga diantaranya
menjagoi di atas telaga, padahal anak Giok tidak mengerti
http://kangzusi.com/
ilmu berenang, bila hendak menyelidiki jejak mereka
rasanya sukar sekali, mohon suhu bersedia mewariskan
pula ilmu berenang kepada anak giok".
To seng cu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak, sahutnya dengan gembira:
"Berbicara soal ilmu berenang, dalam dunia persilatan
tiada orang yang bisa menandingi kehebatan Hu-yong
siancu, sebalik nya berbicara dari tingkat muda, orang yang
berilmu berenang paling tinggi adalah enci Cian mu,
sedangkan ilmu berenang dari adik Soat mu berasal dari
ajaran si naga sakti pembalik sungai, suhu sendiri sama
sekali tidak menguasai kepandaian tersebut.”
Setelah berhenti sejenak, dia memandang kearah Si Cay
soat yang sedang cemberut dan tidak senang hati itu,
kemudian me-lanjutkan sambil tertawa:
"Namun, bila kau memang berniat untuk mempelajari
kepandaian tersebut, tak ada salahnya untuk minta kepada
adik Soat mu untuk mengajarkan dasar dasarnya, sampai si
naga Sakti pembalik sungai datang ke Hoa San, barulah kau
minta pelajaran secara langsung kepadanya"
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut
menjadi sangat gembira, ia segera bangkit meninggalkan
tempat duduknya dan menjura kepada Si Cay soat sambil
serunya:
"Adik soat, kalau begitu Ih-heng mengucapkan banyak
terima kasih dulu kepadamu,"
Dalam hati kecilnya Si Cay soat merasa kegirangan, dia
segera bangkit dan balas memberi hormat, pikirnya:
"Hmm, mulai hari ini pasti akan seperti Siau thi gou,
selalu menuruti petunjukku."
http://kangzusi.com/
Sebaliknya diluaran dia berkata dengan tenang:
"Engkoh giok, harap kau jangan berbuat demikian, siau
moay tak berani menerimanya."
Kemudian sengaja dia menengok ke arah To-seng-cu dan
berkata kembali:
"Suhu, engkoh Giok kan sudah mempunyai enci Cian
yang sangat lihay dalam ilmu berenang. bila soat ji memberi
pelajaran dulu kepada engkoh giok, jangan-jangan ada
orang yang merasa tak senang hati.."
To seng cu cukup mengetahui akan kebinalan muridnya
ini, sekalipun demikian dia ,juga tahu kalau sesungguhnya
gadis ini amat ramah dan berhati mulia, diapun sadar
bahwa gadis ini diam-diam merasa tak puas dengan ilmu
berenang yang dimiliki Ciu Siau cian, maka setelah tertawa
geli katanya:
"Tidak mungkin, tidak mungkin, bila Ciu Siau-cian
merasa tak puas kau dan anak giok bisa minta pelajaran
bersama dengannya!"
Si Cay soat adalah seorang gadis yang pintar dan
cekatan, walaupun ia tahu bahwa gurunya sengaja
menggoda, tapi diapun mengerti, andaikata ilmu berenang
yang dimiliki Ciu Siau-cian tidak lebih sempurna daripada
kepandaiannya, tak mungkin guru nya akan berkata
demikian
Oleh sebab itu dengan nada tak percaya dia berkata
dengan bersungguh sungguh:
"Suhu, benarkah ilmu berenang yang dimiliki enci
Ciannya engkoh giok masih jauh lebih hebat daripada si
naga tua pembalik sungai?"
http://kangzusi.com/
To seng cu tahu kalau Si Cay soat telah memahami
maksudnya, sambil tersenyum ia segera menjawab:
"Kalau Thio loko mu mengandalkan tenaga dalamnya
yang sempurna, maka enci Cian- mu lebih mengandalkan
gerakan tubuhnya yang lihay dan luar biasa, terutama sekali
ilmu pedang di dalam airnya, sungguh cepat nya luar biasa,
bahkan tidak kalah sempurna nya dari ilmu berenang yang
dimiliki ibu nya.”
Berbicara sampai di situ, dia memandang sekejap ke tiga
orang muda mudi dengan pandangan penuh kasih sayang . .
.
Kejut dan girang menyelimuti seluruh wajah Lan See
giok, dia seperti tidak percaya kalau enci Ciannya yang
begitu lembut, tenang dan cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan, ternyata memiliki ilmu berenang yang jauh
lebih hebat dari pada si naga pembalik sungai.
Si Cay soat sendiri tentu saja percaya seratus persen atas
perkataan dari gurunya, suatu perubahan aneh segera
menghiasi paras mukanya, dia seperti ingin secepatnya
dapat bertemu dengan Ciu Siau cian.
Hanya Siau thi gou seorang yang tidak menaruh
perhatian khusus atas persoalan ini namun perkataan dari
gurunya juga tak berani tidak didengarkan, dengan
membelalakkan sepasang matanya dia awasi gurunya tanpa
berkedip, meski begitu dia pun tidak lupa untuk melalap
daging dan ikan yang dihidangkan dihadapannya.
To seng cu memandang sekejap ke tiga murid
kesayangannya, ia merasa amat gembira terutama setelah
menerima Lan See giok, dia merasa kepandaian silatnya
bakal ada yang mewarisi.
http://kangzusi.com/
Maka sambil menengok ke arah Si Cay soat, katanya
lebih lanjut dengan mengandung arti mendalam:
”Soat ji, bila kau bertemu dengan Ciu Siau cian lain
waktu, panggillah lebih banyak enci kepadanya, suhu jamin
pasti ada keuntungan bagimu."
Si Cay soat mengangguk berulang kali, senyum
kegirangan kembali menghiasi wajahnya, sifat ke kanak
kanaknya juga sangat menonjol dimukanya.
Sementara itu, Lan See giok merasa gembira sekali
karena gurunya To seng cu memuji kehebatan enci Cian
nya. di dalam hati kecilnya dia lantas berjanji, bila ia
berhasil mempelajari ilmu silat yang tercantum dalam kitab
Hud bun pwe-yap cinkeng tersebut, dia akan mewariskan
kembali kepandaian tersebut kepada encinya agar gadis itu
menjadi seorang pendekar wanita yang tiada keduanya di
dunia ini.
Membayangkan kesemuanya itu, tanpa terasa dia
tertawa. sinar matanya turut berkilat-kilat, To seng cu
adalah seorang jagoan nomor wahid yang amat disegani
orang di dalam dunia persilatan dewasa ini, walaupun
usianya sudah mencapai seratus tahun, namun hatinya
ramah dari orangnya saleh, setiap orang yang berhubungan
dengannya pasti akan menaruh hormat dan sayang
kepadanya.
Ketika ia menangkap sinar berkilat dari balik mata Lan
See giok, orang tua itu segera mengetahui kalau si bocah
lagi memikirkan suatu kejadian yang menggembirakan
hatinya.
Maka setelah meneguk araknya, dia bertanya sambil
tertawa.
http://kangzusi.com/
"Anak giok, persoalan apa sih yang sedang kau
bayangkan?Mengapa kau nampak kegirangan?"
Lan See giok tidak menduga kalau gurunya akan
mengajukan pertanyaan seperti itu, dia menjadi tergagap,
mukanya memerah dan segera memperlihatkan perasaan
tidak tenang.
Melihat pemuda itu tidak berusaha untuk
membohonginya, senyum gembira sekali lagi menghiasi
wajah To Seng cu.
Si Cay soat memang gadis yang pintar, ia segera
cemberut dan sambil mendengus katanya agak cemburu:
"Apa lagi? Tentu sedang membayangkan enci Cian nya
yang lihay dalam ilmu berenang!"
-ooo0dw0ooo-
BAB 14
LAN See giok tidak menyangka kalau Si Cay soat bakal
membongkar rahasia hatinya secara blak blakan, ia terkejut
dan wajahnya segera berubah, buru-buru serunya kepada
To seng cu:
"Anak giok tidak becus, dihadapan suhu memang masih
teringat enci Cian, harap suhu sudi memaafkan ketidak
tahuan anak giok!"
Si Cay soat maupun Siau thi gou jadi melongo, mereka
tidak habis mengerti apa sebabnya Lan See giok
menunjukkan wajah gugup, dengan sorot mata yang
bimbang tiada hentinya mereka awasi Lan See giok dan To
seng cu secara bergantian, agaknya mereka berusaha
mencari tahu masalah apakah yang membuat pemuda itu
demikian gugupnya?
http://kangzusi.com/
To seng cu juga tidak berkata kata. Ia meneguk habis isi
cawannya. lalu sambil menyodorkan mangkuk kosong itu
ke hadapan Sian thi gou yang masih tertegun. katanya
dengan suara rendah dan berat,
"Gou- ji. penuhi cawanku ini! "
Sementara itu, walaupun Si Cay soat juga dibuat
kebingungan, namun dia dapat melihat bahwa suhunya
sedikit tak bisa mengendalikan rasa gembiranya, sudah jelas
gurunya sedang merasa kegirangan setengah mati.
Siau thi-gou segera memenuhi cawan gurunya dengan
arak dan mengangsurkan kembali ke atas meja To seng cu,
kembali ke hadapan gurunya.
Setelah menerima cawan dan meletakkan kembali ke
atas meja, To seng cu kembali berkata dengan wajah serius:
"Selama berada dihadapan guru, berpikiran cabang dan
menjawab secara ngawur pertanyaan guru, hal ini
merupakan pantangan terbesar bagi dunia persilatan, yang
ringan, pelanggarannya akan peroleh hukuman, yang berat
akan dikeluarkan dari perguruan, anak giok, kau masih
muda tapi setia dan sederhana, sungguh tidak kecewa
kuterima dirimu sebagai murid!"
Selesai berkata, dia meneguk araknya sampai habis.
Lan See giok terharu sekali oleh perkataan itu, sekali lagi
dia memberi hormat sambil berkata:
"Anak giok bodoh, mungkin hanya akan menyia nyiakan
harapan suhu saja!”
To seng cu meneguk setengah cawan arak lagi, kini
gejolak emosinya telah mereda, melihat di atas wajah
pemuda itu tidak terlintas perasaan bangga, katanya
kemudian lengan ramah:
http://kangzusi.com/
"Anak giok, duduklah suhu tidak akan menyalahkan
dirimu lagi- - “
Sambil berkata, dia membuat gerakan dengan
mempersilahkan pemuda itu duduk.
Lan See giok segera mengiakan dengan hormat dan
duduk, Si Cay soat pun merasa gugup dan panik. ia benarbenar
tak menyangka kalau perbuatannya bakal segawat itu,
terbayang kembali ketika ia membongkar rahasia hati Lan
See giok, saking menyesalnya dia sampai menundukkan
kepalanya rendah-rendah.
Namun dia bisa menduga, dengan tenaga dalam gurunya
yang begitu sempurna serta ketebalan imannya yang
mengagumkan, toh tak mampu mengendalikan gejolak
emosinya, hal ini menandakan betapa gembira nya orang
tua itu setelah mendapatkan Lan. See giok sebagai
muridnya.
Siau thi gou orangnya ramah den polos, meski ia tidak
mengerti apa gerangan yang terjadi, namun dapat terasa
olehnya kalau enci Soat maupun engkoh giok nya samasama
telah melakukan kesalahan besar.
To seng cu sangat gembira, setelah memandang sekejap
ketiga orang bocah itu untuk mengurangi perasaan tak
tenang dalam hati mereka, maka ujarnya kemudian sambil
tersenyum.
"Sekarang, aku akan mengisahkan kembali peristiwa
pada sepuluh tahun berselang ketika kitab cinkeng itu
lenyap, agar kisah tadi bisa menambah pengetahuan kalian
semua."
Mendengar perkataan itu, muda mudi bertiga itu segera
meletakkan kembali sumpit nya dan bersama sama
memandang ke arah guru mereka>
http://kangzusi.com/
Sambil tertawa ramah To seng cu segera berkata:
"Kalian boleh mendengarkan sambil makan dan
minum."
Kemudian setelah meneguk seteguk arak dan termenung
beberapa saat, dia pun mulai bercerita.
"Sepuluh tahun berselang, di dalam kalangan hitam
terdapat lima orang jago lihay, mereka adalah lima cacad
dari tiga telaga yang termasyhur sekarang, entah dari mana
mereka peroleh kabar ternyata orang orang itu mendapat
tahu kalau aku memiliki sejilid kitab pusaka ilmu silat yang
amat hebat."
"Kemudian, berkumpullah mereka merundingkan
bagaimana cara mencuri kitab tadi dan kemudian
mempelajarinya bersama sama.
"Dasar bangsa kurcaci, walaupun mereka telah
memutuskan bersama, toh dihati kecil masing-masing
masih saja saling curiga mencurigai. namun untuk
menghindari perhatian orang, secara terpisah mereka
datang ke Hoa San dan berkumpul di bawah bukit sambil
berunding bagaimana caranya mengamati gerak gerikku.
"Justru persoalan menjadi berantakan akibat suatu
kebetulan, pada waktu itu aku sedang bersemedi di dalam
gua, mendadak kudengar suara golok sedang mengukir batu
di depan dinding gua . . . "
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar perkataan
itu, dia tahu yang di maksudkan gurunya, sudah pasti baitbait
syair yang terpampang di atas dinding di mulut gua
tersebut, hanya saja ia tidak habis mengerti siapakah
perempuan tersebut.
Setelah meneguk araknya setegukan, To seng cu berkata
lebih jauh:
http://kangzusi.com/
"Tergerak hatiku waktu itu sehingga segera munculkan
diri, namun untuk menghindar mulut guaku ketahuan
orang luar, aku tidak membuka pintu secara langsung,
sampai orang itu sudah pergi jauh, barulah kubuka pintu
gua dan ke luar. . ."
Lan See giok kembali merasa tidak habis mengerti,
mengapa ia tidak menjumpai "pintu gua" ketika
memasukinya semalam, tapi kalau menurut pembicaraan
suhu pintu gua tersebut pasti tersembunyi di balik dinding
gua sehingga tidak terlihat sama sekali.
Dalam pada itu, To seng cu telah berkata lebih jauh:
"Menanti suhu sampai di pintu depan, orang itu sudah
pergi hingga tak terlihat lagi, kubaca sebentar bait syair di
dinding gua itu lalu menembusi hutan tho dan mengejar ke
luar lembah, tak lama kemudian kusaksikan seseorang
sedang berlarian dengan cepat, menanti kususul lebih dekat,
baru kuketahui kalau orang itu adalah Hu-yong siancu Han
sin wan . . .
Tergetar perasaan Lan See giok, tanpa terasa serunya
kaget: "Aaah . . dia . . . dia adalah bibiWan . . . . ?"
"Benar, orang yang mengukir tulisan di depan gua tak
lain adalah bibiWanmu."
"Suhu, masalah pedih apakah yang dialami bibi Wan
sehingga dia merasa begitu sedih?" tanya Lan See giok
dengan perasaan tidak habis mengerti.
Tong seng cu berkerut kening seakan -akan enggan
menjawab pertanyaan itu, kemudian katanya sambil
tersenyum.
"Masalah ini menyangkut hubungan antara orang tuamu
dengan bibi Wan, aku sendiri juga kurang tahu sehingga
lebih baik tak usah kuterangkan di sini, tak ada salahnya
http://kangzusi.com/
bila kau tanyakan sendiri kepada bibimu di kemudian hari,
mungkin dia akan menceritakan pengalamannya kepada
mu. "
Melihat gurunya enggan menjawab, sudah barang tentu
Lan See giok tak berani bertanya lebih jauh, terpaksa dia
mengiakan berulang kali.
Tampaknya Siau thi gou memperhatikan sekali masalah
tercurinya kitab cinkeng itu, dengan gelisah tiba-tiba dia
menyela:
"Suhu, ketika kau ke luar dari gua, sudah pasti pintu
depan lupa kau tutup kembali?"
"Benar"! To seng cu segera mengangguk, ”waktu itu aku
memang kelewat gegabah, menanti aku tiba kembali di gua,
baru kujumpai kotak kecil di atas meja telah lenyap. segera
aku sadar bahwa kotak itu tercuri, dengan perasaan gelisah
akupun segera menyusul ke luar lembah."
Berbicara sampai di situ dia, memandang sekejap ke arah
Lan See giok yang sedang mendengarkan dengan seksama,
kemudian baru lanjutnya lebih jauh.
"Sewaktu aku mengejar sampai di luar hutan tho, Huyong
siancu belum pergi, tapi di sisinya telah bertambah
seseorang, orang itu tak lain adalah ayahmu. si peluru perak
gurdi emas Lan Khong-tay."
Berhubung To seng cu bercerita sambil menengok ke
arahnya, Lan See giok sudah memahami maksud gurunya,
itulah sebabnya ia tidak merasa keheranan ketika ayah-nya
disinggung:
"Waktu itu aku paling mencurigai ayahmu, tapi setelah
mendengar perkenalan dari Hu-yong siancu, barulah
kuketahui kalau ayahmu adalah Lan tayhiap yang
termasyhur namanya dalam dunia persilatan, karena itu
http://kangzusi.com/
rasa curigaku segera lenyap. Atas pertanyaanku, baru
kuketahui ayahmu telah berjumpa dengan Pek-ho-caycu si
toya guntur Gui Pak-cian, sertaWi-lim pocu Oh Tin-san di
mulut lembah.
"Kedua orang itu merupakan pentolan kaum hitam yang
termasyhur sekali."
"Kemunculan mereka di bukit Hoa San segera
menimbulkan kecurigaanku, segera kukejar mereka ke luar
lembah, sedang ayahmu serta Hu-yong siancu juga
menyusul di belakangku.
”Setelah mengejar melampaui dua buah puncak bukit,
diantara hutan bambu dan pohon siong kulihat ada lima
sosok bayangan manusia sedang kabur ke luar bukit. Aku
pun segera mengeluarkan ilmu berjalan terbang menempel
angin untuk menyusul di belakang mereka.
"Sampai aku sudah berada di belakangnya, kelima orang
itu baru merasakan kehadiranku, saat itu juga mereka kabur
terbirit -birit ke empat penjuru.
"Dalam keadaan begini, mustahil bagiku untuk mengejar
mereka satu persatu, maka di dalam gelisahnya dicampur
gusar dan mendongkol, terpaksa aku turun tangan keji."
"Mula pertama kukutungi dulu kaki kiri dari Gui Pak
ciang, Caycu dari Pek- ho cay, kemudian Pek toh oh cu si
binatang bertanduk tunggal Si Yu gi menjadi ketakutan dan
berlutut minta ampun sambil menerangkan kalau cinkeng
tersebut berada di tangan Kiong Tek ciong, Cong Caycu
dari bukit Tay ang san,
"Waktu itu aku tidak tahu siapa yang bernama Kiong
Tek ciong, karena itu ku kejar Toan Ci tin dari telaga Tong
Ong oh sambil melepaskan sebiji biji cemara untuk
menghalangi niatnya melarikan diri, siapa tahu ketika biji
http://kangzusi.com/
cemara itu hampir mengenai tubuhnya, kebetulan Toan Ci
tin sedang menengok ke belakang, tak ampun lagi biji
cemara itu bersarang telak di mata sebelah kirinya.
"Atas pertanyaanku baru kuketahui arah Kiong Tek
ciong melarikan diri, waktu itu Oh Tin San sedang kabur
membuntuti Kiong Tek ciong, walaupun alasannya hendak
melindungi padahal tujuannya yang utama adalah
mengawasi gerak gerik rekannya.
"Ketika aku mengejar mereka lebih jauh dalam keadaan
terpojok ternyata ke dua orang itu melakukan perlawanan,
maka dalam gusarnya kubacok kutung lengan kiri Kiong
Tek ciong sedangkan Oh Tin san segera berlutut minta
ampun, berhubung aku tahu kalau dia orangnya keji dan
berbahaya maka segera kupotong sebuah telinga kirinya
sebagai hukuman.
"Setelah kuperiksa kedua orang itu, barulah diketahui
kalau kotak kecil tadi sudah terjatuh dalam perjalanan, tapi
ketika kemudian kucari, kotak tersebut sama sekali tak
berhasil kutemukan kembali, biar begitu aku percaya kalau
Kiong Tek ciong dan Oh Tin san tidak berbohong.
"Menanti pikiran dan perasaanku sudah mulai mereda
kembali, baru kusesalkan perbuatan berdarah yang telah
kulakukan, itulah sebabnya kubebaskan Oh Tin san
berlima.
"Waktu itu meski akupun sedikit menaruh curiga kepada
ayahmu dan Hu-yong siancu yang tidak menyusul datang,
tapi aku percaya bila kotak cinkeng itu berhasil mereka
temukan niscaya akan dikembalikan kepadaku, tapi sampai
matahari tenggelam di langit barat aku belum juga melihat
ayahmu datang, akhirnya baru kuketahui apa sebabnya
ayahmu tidak datang mencariku:
http://kangzusi.com/
"Pertama mereka tidak tahu siapakah aku, mengapa
mengejar Oh Tin san sekalian dan kedua mereka tahu kalau
kotak kecil itu milikku, namun tidak mengetahui bagaimana
caranya untuk mengembalikan, sebab ketika Hu-yong
siancu mengukir syair di depan gua. pintu gua berada dalam
keadaan tertutup, menanti aku membukanya. dia telah
berada di luar hutan tho.
"Berhubung orang tuamu dan Hu-yong siancu kemudian
lenyap secara tiba-tiba dari dunia persilatan. Oh Tin san
sekalianpun mulai menelusuri jejak ayahmu, itulah
sebabnya mereka dapat membuktikan pula kalau kitab
Cinkeng tersebut memang berhasil ditemukan oleh ayahmu
serta bibiWan mu . . .
Si Cay soat yang membungkam selama ini, tiba-tiba
menimbrung:
"Suhu, Hu-yong siancu yang sudah membuat tulisan di
atas dinding gua saja tidak menemukan mulut gua tersebut,
mengapa Oh Tin san sekalian bisa tahu kalau suhu berdiam
di dalam gua tersebut? To seng cu segera menghela napas
panjang
"Aai, peristiwa ini sesungguhnya bersumber pada
perbuatan Hu-yong siancu ketika mengukir syair di atas
dinding gua sana, sebagaimana diketahui Hu-yong siancu
adalah seorang perempuan yang cantik jelita bak bidadari
dari kahyangan, entah berapa banyak lelaki yang pernah
jatuh hati kepadanya dimasa lalu. Ketika Oh Tin san
sekalian menjumpai kemunculan Hu-yong siancu di bawah
puncak giok li hong mereka pun menjadi tertarik dan diamdiam
menguntit dari belakang.
"Tatkala Hu-yong siancu selesai mengukir tulisan
kemudian berlalu, Oh Tin san sekalian dengan perasaan
ingin tahu segera munculkan diri untuk melihat tulisan
http://kangzusi.com/
apakah yang diukir Hu-yong siancu di atas dinding, siapa
sangka pada saat itulah secara kebetulan aku membuka
pintu gua.!"
Siau thi gou yang mendengar sampai di situ segera
menyela pula dengan suara lantang:
"Waah, itu namanya sudah takdir!"
Dengan ramah dan penuh kasih sayang To-seng cu
memandang sekejap kearah Siau thi gou, lalu manggutmanggut
seraya menjawab:
"Benar, akupun berpendapat demikian, oleh sebab itu
aku segera kembali ke gua dan minta ampun kepada sucou
kalian. bahkan bersumpah selama hayat masih dikandung
badan pasti akan mendapatkan kembali kitab cinkeng
tersebut.
"Suhu, cousu yaa berada di mana? Mengapa Gou ji tidak
tahu?" Siau thi gou segera bertanya dengan nada tidak
mengerti.
"Gua ini merupakan hasil pembangunan dari cousu di
masa lalu, beliau merubahnya dari sebuah gua alam
menjadi sebuah tempat tinggal yang indah. Ketika itu
akupun cuma berusia sebelas dua belas tahunan, masih
lebih kecil daripada kalian, sebelum sucou kalian kembali
ke alam baka. dia khusus membuat sepasang "lian" di kedua
belah pintu gua yang terbuat dari tatahan mutu manikam
serta intan permata yang tak ternilai harga nya, itulah
sebabnya setiap kali aku peroleh kesulitan, pasti akan
berlutut di depan pintu itu sambil berdoa dan minta
pengarahan."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu, segera ujarnya kemudian dengan hormat.
http://kangzusi.com/
"Tatkala anak giok membaca sepasang "lian" yang
berada di depan pintu gua sudah terasa olehku bahwa
tulisan mana merupakan hasil karya seorang Bulim
Cianpwe yang amat saleh dan hebat. Kini anak giok telah
masuk perguruan dan membonceng ketenaran suhu dan
sucou, apakah suhu bersedia menerangkan nama sucou
kami agar anak giok sekalianpun mendapat tahu siapa
nama sebenarnya sucou kami yang mulia itu."
Paras muka To seng cu segera berubah menjadi amat
serius, dipandangnya aneka bunga di luar ruangan dengan
termangu, sampai lama kemudian pelan-pelan ia baru
berkata:
"Sucou kalian Thian ih siu telah berusia dua ratusan
tahun, beliau merupakan seorang dewa pedang yang paling
hebat pada seratus lima puluh tahun berselang, beliau sudah
bertapa hampir seratus tahun di dalam gua ini. Sebelum
kembali ke alam baka, sucou kalian khusus mencatatkan
segenap ilmu silatnya di atas Hud bun- pwee yap cinkeng
tersebut dan diwariskan kepadaku, kemudian dengan
membawa pedangnya beliaupun berangkat ke alam baka
untuk menjadi dewa abadi
Ketika menyelesaikan perkataan itu, paras muka To seng
cu nampak berubah menjadi merah segar dan penuh dengan
perasaan kagum.
Biarpun ketiga orang muda mudi itu masih kecil, mereka
pun dapat melihat pancaran sinar hormat dan perasaan
kagum .yang tak terhingga dari suhu mereka terhadap
sucou-nya.
Siau thi gou merasa sedih sekali tiba-tiba ia bertanya:
"Suhu, semenjak sucou menjadi dewa, pernah beliau
pulang untuk menengokmu?"
http://kangzusi.com/
"Tidak pernah" To Seng cu menggelengkan kepalanya
dengan sedih, "semenjak dia orang tua menjadi dewa,
beliau hidup bebas di alam sana dan tak pernah akan
kembali ke dunia yang fana lagi"
Lan See giok serta Si Cay soat yang melihat kemurungan
suhunya. kini jadi menyesal karena sudah menanyakan soal
sucou mereka sehingga memancing rasa murung bagi
gurunya, karena itu mereka semua merasa turut tak tenang.
Siau thi gou yang melihat gurunya sedih, kembali
bertanya dengan tidak habis mengerti:
"Suhu, baikkah bila sucou menjadi dewa?" To seng-cu
tertegun dibuatnya, tapi sahut nya juga meski tidak
memahami maksud muridnya"
"Tentu saja amat baik, dia orang tua telah berhasil
memperoleh apa yang di kehendakinya, kita sebagai
angkatan muda tentu saja harus ikut bergembira."
"Lantas apa sebabnya kau orang tua nampak tak senang
hati?" seru Siau thi-gou polos.
Kontan saja To seng-cu dibuat tersumbat mulutnya oleh
ucapan Siau thi gou, tak tahan lagi ia segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Melihat Siau thi gou berhasil memancing gelak tertawa
guru mereka, Lan See giok serta Si Cay soat juga ikut
tertawa, mereka sama-sama menengok ke arah Thi gou
dengan sorot mata kagum.
Sambil mengelus jenggotnya dan memandang ketiga
orang bocah itu dengan riang To seng cu berkata:
"Tengah malam nanti. aku akan mewariskan ilmu silat
maha sakti yang tercantum dalam Hud bun pwee yap cin
keng kepada engkoh giok kalian, Soat-ji serta Thi gou harus
http://kangzusi.com/
menjadi pelindung pada saatnya nanti, selewat malam nanti
kalian bertiga harus sudah mempersiapkan diri baik-baik
dan menunggu perintah dihadapanku,"
Kejut dan gembira Lan See giok mendengar perkataan
itu, sedangkan Si Cay soat, dan Siau thi gou segera
mengiakan dengan hormat.
Santapan siang itu dilewatkan dalam suasana riang
gembira, guru dan murid empat orangpun nampak sedikit
agak mabuk.
Matahari senja sudah mulai tenggelam di balik awan,
senja yang gelap mulai menyelimuti Giok-li-hong..
Lan See giok dan Siau thi gou sedang mengeringkan
pakaian dengan asap dupa.
Lan See giok tidak mempunyai banyak pakaian untuk
berganti, karena itu dia hanya mengeringkan jubahnya yang
berwarna biru saja serta pakaian dalamnya.
Tiba-tiba Siau thi gou bertanya dengan nada tak
mengerti:
"Engkoh Giok, kau tidak membawa buntalan pakaian?"
Lan See giok menggelengkan kepalanya bertulang kali.
"Berhubung aku datang dengan tergesa gesa, bibi Wan
tak sempat mempersiapkan segala sesuatunya bagiku,
apalagi pakaianku kebanyakan masih tertinggal di dalam
kuburan kuno"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Siau thi gou,
seakan akan teringat akan sesuatu, ia segera melompat
bangun sambil berkata.
"Aaah, teringat aku sekarang, buntalanmu itu berada
dalam kamar enci Soat, bahkan masih terdapat pula
Sembilan butir peluru perak yang berkilauan"
http://kangzusi.com/
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras
setelah mendengar perkataan itu, paras mukanya berubah,
serunya tak tertahan lagi.
"Apa kau bilang?"
Siau thi gou segera meletakkan pakaian nya ke atas
lantai, kemudian bisiknya:
"Enci Soat sedang mandi di atas, ia tidak berada di
kamarnya, ayo biar kuambilkan untukmu"
Sambil berkata, ia segera menarik Lan See giok menuju
ke kamar tidur Si Cay soat.
Lan See giok merasa amat gelisah bercampur bimbang,
saat ini dia seolah-olah lupa kalau tidak patut seorang lelaki
memasuki kamar tidur seorang dara, mengikuti Siau thi gou
mereka langsung menuju ke arah kamar tersebut.
Tiba dalam kamar tidur Si Cay soat, terendus bau harum
semerbak yang menyegarkan badan, saat itulah Lan See
giok baru mendusin dari kekhilafannya dan segera berhenti
di pintu luar.
Siau thi gou masih polos kekanak-kanakan, apalagi
usianya dua tiga tahun lebih muda dari pada Lan See giok,
dia langsung memasuki kamar tidur enci Soatnya tanpa
canggung.
Tapi Siau thi gou sendiripun tidak menyangka kalau di
atas permadani ruangan tergeletak pakaian luar serta
pakaian dalam Si Cay soat yang baru dilepas.
Lan See giok segera merasakan hatinya berdebar keras
dan wajahnya merah padam, dengan perasaan kaget dia
mundur dua langkah dari posisi semula.
Berbeda sekali dengan Siau thi gou, dengan acuh tak
acuh dia melanjutkan langkahnya melewati celana dalam,
http://kangzusi.com/
pakaian dalam dan gaun gadis tersebut sambil memasuki
ruang dalam.
Lan See giok segera mengalihkan kembali pandangan
matanya ke dalam ruangan, kali ini paras mukanya
berubah, rupanya pedang Jit hoa kiam beserta kotak kecil
emas itu diletakkan menjadi satu dengan buntalannya,
hanya pedang Jit hui kiam serta kotak kecil itu yang lain
tidak diketahui berada di mana?
Waktu, Siau thi gou sudah bermaksud mengembalikan
bungkusan kecil itu, bahkan bisiknya dengan girang.
"Coba kau lihat engkoh giok, bukankah bungkusan ini
milikmu?"
Lan See giok segera mengenali bungkusan itu sebagai
miliknya yang tertinggal di dalam kuburan kuno, namun
diapun mengerti bahwa bungkusan itu tidak boleh diambil
sekarang, oleh sebab itu dengan gelisah ia lantas berseru:
"Adik Thi gou, cepat kembalikan ke tempat asalnya, ayo
cepat ke luar-.-!"
Melihat wajah tegang dan peluh bercucuran yang
membasahi muka Lan See giok yang gelisah, Siau thi gou
segera tahu kalau persoalannya tidak semudah itu, dengan
terkejut ia meletakkan kembali bungkusan tersebut ke
tempat semula, kemudian melompat ke luar dari dalam
ruangan.
Lan See giok lebih-lebih tak berani berayal lagi, sambil
menarik tangan Siau thi gou mereka segera mengundurkan
diri dari situ.
Siau thi gou sungguh dibuat bingung dan tak habis
mengerti, setibanya di kamar sendiri ia baru bertanya
dengan suara tak mengerti:
http://kangzusi.com/
"Engkoh giok, apa yang terjadi?"
Setelah berusaha menenangkan hatinya, Lan See giok
baru berkata dengan bersungguh sungguh.
"Adik Thi-gou, sebentar bila adik Soat datang, kau tak
boleh mengatakan telah mengajakku pergi ke kamarnya
untuk mengambil bungkusan kecil itu mengerti?"
Berhubung Lan See giok berbicara dengan wajah serius
dan bersungguh sungguh, Siau thi gou segera mengangguk
berulang kali, meski demikian ia toh bertanya lagi dengan
nada tak mengerti.
"Pakaian itu kan milikmu? Mengapa tak boleh diambil?"
Tentu saja Lan See giok merasa kurang leluasa untuk
menerangkan alasannya, terpaksa sahutnya.
”Kalau hendak diambil pun harus bertanya dulu kepada
suhu mengerti?"
Siau thi gou segera manggut-manggut berulang kali dan
melanjutkan pekerjaannya menggarang pakaian.
Sekarang Lan See giok sudah memahami segala
sesuatunya, rupanya To seng cu sama sekali tidak
meninggalkan kuburan kuno tersebut pada malam itu,
melainkan selalu menyembunyikan diri di seputar sana.
Ia pun berani menyimpulkan bahwa tujuan suhunya
menyembunyikan diri tak lain adalah berharap bisa
mengamati gerak geriknya secara diam-diam sehingga dapat
mengetahui dimana kotak kecil tersebut disimpan, sampai
kemudian On Tin san muncul di situ dia baru mengganti
kedudukannya sebagai pelindung keselamatan jiwanya,
"Teringat bau harum semerbak yang terasa di mulut,
sekarang ia baru mengerti tentang bau harum itu berasal
dari obat mestika pemberian gurunya yang segera memaksa
http://kangzusi.com/
ke luar sari racun dalam tubuhnya di samping menambah
tenaga dalamnya.
Sekarang, hanya ada satu hal yang belum dipahami
yakni ke mana perginya pedang Gwat-hui kiam tersebut?
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa diamati ruangan
dimana ia berada sekarang namun kecuali dua lembar
selimut kulit serta bungkusan berisi pakaian milik Siau thigou,
di sana tidak ditemukan sesuatu apapun.
Pada saat itulah mendadak terdengar Siau Thi gou
berbisik:
"Engkoh giok, enci Soat datang"
Lan See giok segera pasang, telinga, benar juga ia
mendengar suara langkah kaki manusia berjalan mendekat,
angin lembut terasa berhembus lewat bayangan merah
berkelebat di depan mata, tahu-tahu Si Cay soat telah
muncul di depan pintu ruangan.
Lan See giok segera menengok ke arahnya, tampak
olehnya Si Cay soat yang habis mandi kelihatan lebih segar,
lebih cantik jelita dan menawan hati.
Siau thi gou segera berseru:
"Enci Soat, engkoh giok tak punya pakaian untuk ganti!"
"Mengapa kamu tidak mengambilnya di kamarku?" omel
Si Cay soat setelah mendengar perkataan itu.
Siau thi-gou memandang sekejap ke arah Lan See giok
yang duduk dengan wajah merah padam, kemudian
jawabnya:
"Engkoh giok bilang, mau menunggu sampai
kedatanganmu!"
http://kangzusi.com/
Si Cay soat melirik sekejap ke arah Lan See giok,
kemudian serunya kembali kepada Siau thi gou:
"Mari, ikut cici untuk mengambilnya!" Sambil berkata
dia lantas membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Siau thi gou mengiakan dengan gembira dia segera
melompat bangun dan siap menuju ke luar kamar.
Tapi baru berjalan beberapa langkah, bayangan merah
kembali berkelebat lewat. dengan gugup dan panik Si Cay
soat telah muncul kembali di situ.
Tampak paras muka Si Cay soat merah padam seperti
kepiting rebus, wajahnya gugup bercampur gelagapan,
bahkan dengan wajah tersipu sipu dia menggoyangkan
tangannya berulang kali sambil mencegah:
"Adik Thi gou, kau tak usah kemari, biar cici saja yang
segera mengambilkan untuk mu."
Selesai berkata kembali dia melayang pergi.
Tentu saja Siau thi gou jadi melongo dan berdiri tertegun
di tempat, hari ini dia benar-benar dibikin kebingungan
setengah mati dan tak tahu apa gerangan yang telah terjadi.
Hanya Lan See giok yang mengerti apa yang telah
menyebabkan Si Cay soat gelisah serta gelagapan setengah
mati.
Sesaat kemudian, Si Cay soat telah muncul kembali
dengan membawa sebuah bungkusan kecil, tak sampai Lan
See giok mengucapkan terima kasih, ia telah mengundurkan
diri lagi dengan kepala tertunduk rendah-rendah.
Lan See giok merasa sangat emosi setelah melihat
bungkusan kain miliknya itu, ketika dibuka ternyata Si Cay
soat telah membantunya mencucikan semua pakaian
http://kangzusi.com/
tersebut, bahkan dilipat dengan rapi dan rajin. tanpa terasa
ia sangat berterima kasih sekali kepada gadis itu.
Sekarang sambil melanjutkan pekerjaannya menggarang
pakaian, dia mulai memutar otak memikirkan bagaimana
caranya untuk mempelajari rahasia ilmu silat yang
tercantum dalam kitab Cinkeng.
Dalam kesibukan masing-masing itulah, tanpa terasa
malampun menjelang tiba .
Lan See giok, Si Cay soat serta Siau thi gou segera
melayang turun dari kamar masing-masing menuju ke
istana gua.
Tampak kitab Hud bun pwe yap cin keng terletak di atas
meja rendah, asap dupa menyiarkan bau harum ke seluruh
ruangan, dua batang lilin tersulut rapi di meja, membuat
suasana di situ terasa diliputi oleh keseriusan.
To seng cu dengan jubah kuningnya duduk bersila di atas
kasur duduknya dengan mata terpejam, wajahnya amat
serius.
Setibanya dihadapan guru mereka, Lan See giok sekalian
bertiga segera menyapa sambil menjatuhkan diri berlutut.
Pelan-pelan To seng cu membuka matanya dan
menitahkan mereka bertiga agar duduk.
Si Cay soat, duduk di sebelah kiri, sedang Lan See giok
dan Siau thi gou duduk di sebelah kanan, perasaan mereka
amat tenang, wajah merekapun diliputi keseriusan.
Menanti ke tiga orang muda mudi itu duduk, To seng cu
baru berkata dengan wajah bersungguh-sungguh:
"Aku akan melaksanakan peringatan dari sucou kalian
dengan hanya mewariskan kepandaian silat yang tercantum
dalam kitab Cinkeng kepada seorang murid yang paling
http://kangzusi.com/
berbakat, biar terhadap istri maupun putra putri sendiri,
kepandaian silat ini dilarang untuk diwariskan kepada
sembarangan orang."
Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras,
kepalannya seperti dihantam kayu keras-keras, impiannya
untuk mewariskan kembali ilmu silat yang dipelajari dari
kitab Cinkeng kepada enci Ciannya segera buyar tak
berbekas.
Sementara itu To seng cu telah berkata lebih jauh:
"Hampir sepuluh tahun belakangan ini, aku selalu
membawa Soat ji dan Gou ji berkelana ke mana-mana
tanpa tujuan, maksud ku tak lain adalah hendak mencari
kembali Cinkeng tersebut serta menemukan seorang
manusia yang berbakat sangat baik untuk mempelajari ilmu
silat tersebut."
Kemudian setelah memandang sekejap muda mudi
bertiga yang duduk dengan wajah serius itu, dia
melanjutkan.
"Soat ji maupun putri kesayangan Hu-yong siancu, Siau
cian merupakan orang-orang yang berbakat baik, hanya
sayang sifat keibuan mereka terlalu besar. untuk
menghindari pelanggaran peraturan di kemudian hari
dengan mewariskan ilmu tersebut kepada suami atau putra
putri sendiri, maka kepada mereka berdua tak akan diwarisi
kepandaian silat tersebut".
Kata-kata tersebut diutarakan secara tegas dan sama
sekali tak bisa dibantah kembali.
Pada hakekatnya Si Cay soat memang tidak berniat
mempelajari isi kitab cinkeng tersebut, baginya asal engkoh
giok bisa mempelajarinya hal tersebut sudah cukup
memuaskan hatinya, maka setelah mendengar perkataan
http://kangzusi.com/
dari gurunya, cepat dia bangkit berdiri dan mengiakan
dengan hormat.
Dengan wajah gembira To Seng cu memandang sekejap
ke arah Si Cay soat, kemudian melanjutkan:
"Gou ji polos, jujur dan sederhana, kesetian dan
kejujurannya bisa dipertanggung jawabkan, sayang
kecerdasannya kurang, maka ilmu silat ini pun tak akan
diwariskan kepadanya."
Jangan lagi soal ilmu silat tersebut, bahkan memikirkan
masalah itupun tak pernah, maka Siau thi gou segera
mengiakan dengan sikap tulus.
Dari pembicaraan dan perkataan To -Seng cu yang
begitu serius, Lan See giok pun mulai sadar bahwa tidak
gampang untuk mempelajari ilmu silat dari Hud bun pwee
yap cinkeng tersebut, namun semakin sulit untuk dipelajari,
dia pun semakin bertekad untuk tidak menyia nyiakan
harapan, guru dan tak akan melanggar peraturan yang telah
ditetapkan perguruan.
Sementara itu To Seng cu telah berkata lagi setelah
berhenti sejenak:
"Ketika masih berada dalam kuburan kuno, aku pernah
memeriksa seluruh urat dan tulang belulang anak Giok, dia
memang manusia yang berbakat bagus untuk mempelajari
segala isi cinkeng tersebut, karena itu aku telah mengambil
keputusan untuk mewariskan kepandaian silat maha sakti
tersebut kepadanya. Meskipun demikian, namun aku
merasa wajib untuk mengamati dulu segala gerak gerik,
sikap maupun perangainya. Itulah sebabnya aku selalu
membuntutinya secara diam-diam, berdasarkan
pengamatanku secara diam-diam selama satu bulan lebih,
anak giok memang benar-benar seorang anak baik yang
dapat dipercaya . . . "
http://kangzusi.com/
Setelah berhenti sejenak, dengan wajah gembira yang
terpancar dari balik keseriusan mukanya, dia melanjutkan:
"Dalam santapan siang tadi, anak giok mendengarkan
pembicaraanku dengan seksama, melihat wajahnya gembira
dia turut gembira, melihat aku murung dia menjadi tak
tenang, mendengar pembicaraan orang lantas
menghubungkannya dengan orang lain bahkan kemudian
berani mengaku salah dan minta hukuman. kesemuanya ini
menambah keyakinanku bahwa pilihanku memang tak
salah, itulah sebabnya aku pun mempercepat waktunya
setahun lebih awal untuk mewariskan ilmu silat tersebut
kepada anak giok."
Setelah berhenti sebentar dan menatap wajah Lan See
giok dengan penuh kasih sayang, ia bertanya lebih jauh:
"Anak. giok. bagaimanakah perasaanmu setelah
mendengar perkataanku ini?"
"Pujian dari suhu membuat anak giok merasa malu."
buru-buru Lan See giok menjawab dengan hormat,
"selanjutnya anak giok bersumpah akan mengutamakan
kejujuran serta berlatih dengan tekun, mentaati peraturan
perguruan dan tidak akan menyia-nyiakan harapan suhu
terhadap anak giok."
Dengan gembira To Seng cu manggut manggut, katanya
kemudian dengan serius:
"Sekarang, ikutilah suhu menjumpai sucou mu!."
la lantas bangkit berdiri dan maju ke balik pintu gerbang
istana gua.
Tiba di depan pintu, To Seng cu melakukan suatu
gerakan dengan telapak tangannya, pintu segera terbuka
sebuah celah selebar dua depa, cahaya tajam pun segera
memancar ke luar dari balik ruangan tersebut.
http://kangzusi.com/
To Seng cu, Lan See giok, Si Cay soat dan Siau thi gou,
segera bersama-sama menuju ke luar pintu.
Cahaya terang benderang mencorong di luar pintu,
sedemikian terangnya sampai debu di lantai pun dapat
terlihat jelas.
To Seng cu berdiri serius di depan pintu gerbang yang
tinggi besar itu sambil mengangkat kepalanya, memandang
sepasang "lian" yang tergantung di sisi pintu.
Lan See giok bertiga berdiri berjajar di belakang To Seng
cu, sikap mereka pun amat serius.
Malam sudah kelam, suasana amat hening Lan See giok
yang berdiri di belakang To Seng cu memandang ke arah
pintu dan mendengarkan hembusan angin dalam gua, tibatiba
saja merasakan pikiran dan perasaannya menjadi
sangat kalut.
Ia teringat kembali akan dendam kesumat ayahnya,
pengharapan dari bibi Wan serta enci Cian serta
penghargaan yang begitu tinggi dari gurunya terhadap
dirinya.
Kesemuanya itulah yang memantapkan kesempatan
baginya untuk mempelajari ilmu silat maha dahsyat pada
malam ini dan peristiwa tersebut membuatnya amat
terharu.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar To
Seng cu telah berkata dengan suara rendah tapi hormat.
"Arwah, suhu di alam baka mohon tahu. tecu Cia Cing
wan telah menuruti perintah dengan menemukan seorang
ahli waris untuk mempelajari isi cinkeng, hari ini murid
angkatan ketiga Lan See giok khusus datang untuk
menyampaikan sumpah serta rasa terima kasihnya."
http://kangzusi.com/
Selesai berkata, dia lantas jatuhkan diri berlutut dan
menyembah beberapa kali.
Lan See giok, Si Cay soat serta Thi-gou serentak berlutut
pula ke atas tanah.
Setelah menyembah sebanyak empat kali. To Seng-cu
bangkit berdiri.
Sedangkan Lan See giok sekalian bertiga setelah
memberi hormat beberapa kali baru ikut berdiri pula.
Kemudian To Seng-cu pun berkata kepada Lan See giok
dengan wajah serius.
"Anak giok, cepat berlutut dan mengangkat sumpah
dihadapan sucoumu, kau harus menyatakan kesetianmu
untuk selama hidup melaksanakan perintah sucou serta
menaati peraturannya."
Lan See giok mengiakan dengan hormat, dia maju
beberapa langkah ke depan dan menjatuhkan diri berlutut,
kemudian sambil memandang sepasang "lian" di sisi pintu,
ujarnya dengan wajah bersungguh sungguh:
"Murid angkatan ke tiga Lan See giok dengan hormat
melaporkan kepada arwah Su-cou dialam baka, tecu
bertekad akan meneruskan kejayaan sucou dan bersumpah
akan menaati setiap peraturan yang ditetapkan perguruan
serta menegakkan keadilan serta kebenaran dalam dunia
persilatan, bila tecu sampai melanggar sumpah ini, biar
Thian melimpahkan kutukannya kepadaku."
Selesai bersumpah, dia menyembah lagi beberapa kali.
Tatkala Lan See giok mengucapkan sumpah nya tadi,
dengan sorot mata yang tajam To Seng-cu mengamati terus
gerak gerik Lan See giok, tapi akhirnya dia manggutmanggut
sambil tersenyum girang.
http://kangzusi.com/
Setelah bangkit berdiri Lan See giok bersama gurunya, Si
Cay soat dan Siau thi gou menutup kembali pintu gua.
Tiba di ujung ruangan, To seng cu duduk bersila kembali
dikasur duduknya, kemudian memerintahkan Lan See giok
berlutut di hadapannya dan menitahkan Si Cay soat serta
Siau thi gou berdiri di sisinya.
Dengan sorot mata yang lembut To Seng cu mengamati
wajah Lan See giok, lalu ujarnya dengan lembut:
"Anak giok, sebelum mempelajari kitab cinkeng, terlebih
dulu hendak kusampaikan beberapa pesan kepadamu, harap
kau suka mengingatnya dihati."
Lan See giok mengiakan berulang kali dan manggutmanggut
pelan-pelan To Seng cu melanjutkan kata katanya:
"Ke satu, untuk mempelajari ilmu silat maha sakti yang
tercantum dalam kitab cinkeng, selain tergantung pada
bakat, kecerdasan serta daya ingat seseorang, juga
tergantung besar tidaknya rejekimu, tulisan di atas Pwee
yap tersebut hanya akan muncul sekali setiap enam puluh
tahun hurufnya amat banyak dan ilmu silatnya beraneka
ragam, kau harus menggunakan segenap daya ingatmu
untuk menghapalkan semua catatan tersebut."
"Ke dua, sebelum mempelajari isi cinkeng itu, kau harus
berusaha menenangkan pikiran serta membuang jauh-jauh
semua pikiran yang tak berguna, tak boleh dicekam
perasaan panik, ingat waktu sangat berharga bagimu, kau
harus menggunakan saat yang amat singkat dimana aku
akan mempertahankannya dengan seluruh tenaga untuk
membaca dan menghapalkan secara teliti.
"Selain dari pada itu, gangguan macam apapun yang
datangnya dari luar tidak akan mengganggu konsentrasiku,
biar ada golok diayunkan ke leherku juga percuma, dalam
http://kangzusi.com/
hal ini kau harus ingat baik-baik, sekali pikiranmu
bercabang. bukan hanya kau bakal tewas, akupun akan
mengalami jalan api menuju neraka sehingga berakibat
cacad seumur hidup-!"
Si Cay soat yang mendengarkan perkataan itu segera
berkerut kening, wajahnya berubah hebat diam-diam ia
berdoa semoga engkoh gioknya bisa berhasil dengan sukses.
Sebaliknya Siau thi gou berdiri bodoh di situ, ia benarbenar
tak pernah menyangka kalau untuk mempelajari kitab
cinkeng pun bakal menghadapi ancaman yang begitu serius,
karenanya saking gelisahnya peluh sampai jatuh
bercucuran.
Sambil berlutut dihadapan To Seng cu, diam-diam Lan
See giok mengatur per-napasan dan berusaha keras untuk
menenangkan pikiran dan perasaannya yang bergolak.
Menyaksikan wajah tegang dan panik yang mewarnai
wajah Lan See giok sudah lenyap tak berbekas, To Seng cu
merasa gembira sekali, ia segera berkata lebih jauh:
"Sewaktu berada di kuburan kuno, aku memberi
beberapa tetes sari susu batu kemala kepadamu sehingga
tenaga dalam yang kau miliki sekarang telah melipat ganda,
ketajaman matamu bisa melebihi sinar sang surya, oleh
sebab itu aku tidak kuatir kau tak bisa membaca tulisan di
atas pwee yap ini."
Sambil berkata dia membuka kotak kecil itu,
mengeluarkan ke tiga biji pwee yap tadi dan diletakkan di
atas telapak tangan.
Dengan bersungguh hati dan serius Lan See giok
mengatur napas, dia tak berani menyabangkan pikirannya,
oleh sebab itu ia pun tak sempat memikirkan apa yang
disebut sari susu batu pualam itu.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu To seng cu telah merangkapkan
tangannya menjadi satu dengan menjepit ke tiga pwee yap
tadi dalam telapak tangannya, setelah menitahkan kepada
Lan See giok agar berlutut di depan sepasang lututnya. dia
berpesan lagi: "Anak giok, kau harus tahu, rejeki setiap
orang berbeda, pengalaman yang dijumpai pun tidak sama,
bahkan nasibpun berbeda, kau harus membawa tekad
menyerahkan segalanya kepada yang kuasa. Pasrah
sepenuhnya kepada Thian sambil membaca kitab itu,
mengerti?"
Lan See-giok segera memahami maksudnya, seketika itu
juga pikirannya terasa terbuka, dengan cepat dia
mengangguk:
Akhirnya To Seng cu memandang sekejap lagi kearah
Lan See giok kemudian baru memejamkan mata rapatrapat,
sepasang tangannya menggenggam ke tiga biji Pwee
yap itu lekat-lekat dan meletakkannya di atas lutut di depan
dada.
Lan See giok sendiripun berhasil menenangkan
pikirannya bagaikan air. sorot matanya memandang lurus
ke depan dan tenang bagaikan pendeta tua.
Pikirannya bersih dan perasaannya kosong, Si Cay soat
serta Siau thi gou berdiri serius di sampingnya, mereka
memusatkan seluruh perhatiannya sambil mengawasi
gurunya serta Lan See giok dengan serius.
Suasana dalam ruangan itu sangat hening, sedemikian
sepinya sehingga tak kedengaran sedikit suarapun.
Paras muka To Seng-cu berubah menjadi merah
membara, lambat laun peluh mulai bercucuran membasahi
jidatnya, uap putih menguap dari ubun-ubunnya dan
membaur dengan bau dupa yang memenuhi seluruh
ruangan.
http://kangzusi.com/
Lan See giok berlutut di depan To Seng-cu, ia merasa
udara sangat panas bagaikan kobaran api, bahkan menerpa
tubuhnya berulang-ulang, namun terhadap perubahan
mimik muka dari To Seng cu itu, dia berlagak seakan akan
tidak melihatnya:
Si Cay soat serta Siau thi gou juga ikut merasakan
meningkatnya suhu udara di sekitar mereka. perasaan
tegang pun semakin bertambah, tanpa terasa peluhbercucuran
deras, hatipun ikut berdebar
Mendadak -
To Seng-cu merentangkan kedua ibu jari tangannya ke
samping, segulung cahaya tajam segera memancar ke luar
ke atas langit-langit gua, seketika itu juga suasana di dalam
gua menjadi terang benderang-
Lan See giok tak berani berayal, sambil membungkukkan
badan, sepasang matanya mengawasi kedua ibu jari To seng
cu lekat-lekat, seluruh tenaga dalamnya telah di himpun
dan perhatiannya dipusatkan ke atas telapak tangan
gurunya.
Dari balik telapak tangan gurunya, ia merasa datangnya
pancaran sinar tajam yang amat menusuk pandangan
membuat matanya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk pisau.
Sambil berusaha menahan rasa sakit Lan See giok
mengerahkan tenaga dalam nya untuk bertahan, biarpun
sepasang matanya seakan akan melihat sinar matahari, tapi
sekarang dia tidak merasa semenderita tadi lagi.
Menyusul kemudian segulung bau harum muncul dari
tenggorokannya, dan sepasang matapun terasa segar
kembali.
http://kangzusi.com/
Lambat laun cahaya tajam yang menusuk pandangan itu
mulai hilang, menyusul kemudian muncul huruf-huruf dari
emas.-
Lan See giok sangat girang, secara berurutan diapun
membaca terus.
Hud kong sin kang (Hawa sakti cahaya Buddha ), - .
Yu-hong-hui heng ( Menunggang angin terbang melayang ) . . .
Pwee-yap sam-ciang ( tiga pukulan Pwee-yap) .
Thi siu-yau-kong ( ujung baju baja mengebas udara ). . . .
Setelah membaca ke empat nama ilmu silat -tersebut,
Lan See giok segera membaca pula isi pelajarannya dengan
seksama . . .
Dalam pada itu, Si Cay soat dan Thi- gou yang berdiri di
kedua belah sisinya merasa amat tegang, peluh dingin jatuh
bercucuran, mereka tak tahu apakah Lan See giok dapat
membaca isi pelajaran dalam pwee yap itu atau tidak?
Suasana dalam gua amat sepi, sedemikian sepinya
sampai dapat terdengar suara detak jantung masing-masing.
- -
Pada saat itulah- - -
Sreeet-
Suara desingan besi bergema datang disusul suara
pekikan nyaring yang berkumandang datang secara lamatlamat.
Si Cay soat serta Siau Thi gou sangat terkejut, dengan
wajah berubah hebat mereka segera memasang telinga baikbaik
dan mendengarkan dengan seksama.
Kalau diamati secara teliti, suara pekikan nyaring itu
seakan akan berasal diri kamar tidur Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Tergerak hati Si Cay soat, dia seperti memahami akan
sesuatu, setelah menuding kearah gurunya dan Lan See
giok yang sedang berlutut membaca kitab cinkeng itu
kepada Siau thi gou. di mana ia minta Siau thi gou
melindungi keselamatan mereka, diam-diam ia melompat
mundur sejauh tiga kaki dan menuju ke ruang batu.
Setelah berada di pintu ruangan. ia dapat menangkap
suara pekikan nyaring itu bergema semakin nyaring.
Dengan cepat Si Cay soat melompat naik ke ruang
tidurnya, tapi apa yang kemudian terlihat membuat sekujur
tubuhnya gemetar keras, mukanya berubah hebat, hampir
saja ia menjerit kaget.
Ternyata pedang Jit hui kiam tersebut telah lolos sendiri
dari sarungnya sebanyak beberapa inci, cahaya yang tajam
dan pekikan yang amat nyaring tak lain berasal dari pedang
tersebut.
Si Cay soat segera manggut-manggut mengerti,
gumamnya kemudian dengan suara gagap:
"Orang kuno bilang: Pedang antik yang berjiwa, akan
memberi tanda bahaya bila ada musibah mengancam,
Jangan-jangan ada orang yang hendak menyatroni kami?"
Berpikir demikian, hatinya menjadi amat gelisah dengan
cepat dia menyambar pedang Jit-hoa-kiam dan menaiki
anak tangga batu menuju ke rumah batu di atas tebing.
Karena teringat olehnya bisa jadi ada orang telah
menyusup masuk ke dalam barisan pohon bambu.
Setibanya di ujung jalan, ia tak berani langsung
membuka tombol rahasia, mula-mula diintipnya dulu lewat
celah-celah pintu dan memasang telinga baik-baik, setelah
yakin kalau tiada orang, dia baru menekan tombol dan
masuk ke dalam rumah.
http://kangzusi.com/
Suasana dalam rumah batu gelap gulita, pintu dan
jendela masih tertutup rapat maka ia berjalan menuju ke
depan jendela. Belum pernah Si Cay soat merasakan
perasaan gugup dan panik seperti apa yang dialaminya pada
hari ini. karena dia tahu bila dalam keadaan seperti ini
benar-benar ada orang menyerang datang, maka bukan saja
engkoh gioknya bakal tewas, gurunya juga akan mengalami
jalan api menuju neraka. .
Di samping itu diapun bisa menduga yang berani
menyerang ke tempat kediaman mereka sudah pasti
merupakan gembong iblis dari kalangan hitam yang berilmu
silat sangat tinggi.
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa tangan kanannya
meraba pedang Jit hoa kiam.
Tiba di depan jendela, dia mengintip ke luar lewat celahcelah
jendela. tampak malam gelap mencekam seluruh
jagad, bintang bertaburan dimana mana, suasana amat
hening.
Tapi perasaan Si Cay soat waktu itu- dicekam oleh
perasaan tegang bercampur ngeri.
Dia memusatkan seluruh perhatiannya untuk melihat
dan mendengarkan keadaan di seputar sana dengan
seksama diperiksanya barisan bambu lebih kurang tujuh
delapan kaki dihadapannya ..
Mendadak..
Suara pekikan nyaring yang menggidikkan hati
berkumandang dari atas puncak giok-li-hong di belakang
bangunan rumah itu.
Pekikan aneh tadi memanjang dan sangat menggetarkan
perasaan, dalam sekilas pandangan saja orang sudah tahu
http://kangzusi.com/
kalau pendatang memiliki tenaga dalam yang amat
sempurna.
Si Cay soat amat terkejut, dengan cepat dia melompat ke
jendela belakang, apa yang terlihat segera membuat sekujur
badannya gemetar keras.
Sesosok bayangan hitam yang tinggi besar sedang
melayang turun dari puncak bukit, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam, lengannya direntangkan lebarlebar
ketika meluncur turun sehingga keadaannya tak jauh
berbeda seperti seekor burung rajawali raksasa.
Begitu kagetnya Si Cay soat, dia sampai terjongkok
sambil mengintip, sorot matanya yang tajam mengawasi
bayangan hitam yang meluncur datang itu tanpa berkedip,
saat itu dia tak tahu apakah gurunya telah selesai
mengerahkan tenaganya atau belum, diapun tak tahu
apakah Siau thi gou bisa mengendalikan diri atau tidak.
Tidak meleset dari dugaan Si Cay soat. Siau thi gou yang
melihat enci Soatnya lama juga belum kembali, hatinya
menjadi amat gelisah. apalagi setelah mendengar suara
pekikan aneh yang menggidikkan hati itu, saking cemasnya
dia sampai mandi keringat.
Ia tahu, pendatang itu sudah pasti seseorang yang
memiliki ilmu silat amat tinggi, bagaimana mungkin enci
Soatnya seorang dapat menghadapi pendatang tersebut.
Maka dia memutuskan untuk membangunkan gurunya.
Begitu mengambil keputusan dalam hatinya, Siau thi gou
dengan wajah gugup dan gelisah segera berjalan
menghampiri To Seng cu yang berada dalam keadaan kritis.
Pepatah kuno mengatakan. Setiap persoalan telah diatur
oleh Thian Yaa, mana mungkin To Seng cu akan menduga
datang nya lawan tangguh dalam keadaan seperti ini?
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gelisah dan gugup Siau thi gou berjalan
menuju ke hadapan To Seng cu, baru saja dia akan
membuka suara, tiba-tiba dilihatnya To Seng cu berkerut
kening, paras mukanya berubah menjadi pucat, peluh
membasahi seluruh jidatnya.
Ketika memandang pula Lan See giok yang berlutut di
atas tanah, di jumpai sepasang tangannya basah oleh
keringat. sepasang matanya seolah-olah menempel di atas
tangan gurunya dan berada dalam keadaan tak sadar.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
terbelalak dengan mulut melongo saking kagetnya. ia
berdiri termangu.
Ia tak habis mengerti mengapa suhu dan engkoh giok
nya bisa berada dalam keadaan seperti ini, dia pun tak tahu
harus memanggil mereka atau jangan.
Sementara itu, Lan See giok yang berlutut di atas tanah
dan baru saja selesai membaca empat macam rahasia ilmu
silat, secara lamat-lamat dia telah menangkap pekikan suara
aneh tersebut, namun untung nya dia tak sampai
terpengaruh oleh suara itu.
Dalam keadaan demikian, si anak muda tersebut segera
melanjutkan usahanya membaca dua macam ilmu silat
yang terakhir yakni, Hud lek kim kong sin ci (jari sakti
tenaga Buddha ) serta Tay l o kiu thian kiam hoat,
Pada saat dia selesai membaca jurus terakhir dari ilmu
pedang Tay lo kiu thian kiam hoat tersebut, mendadak
cahaya tajam yang semula terpancar ke luar dari ke tiga biji
Pwee yap tersebut menjadi suram dan seluruh tulisan turut
hilang lenyap tak berbekas.
http://kangzusi.com/
Lan See giok tak ingin gurunya terlalu banyak
kehilangan tenaga, ia segera mengangkat kepala sambil
bangkit berdiri.
Paras muka To seng cu pucat pias, peluh bercucuran
deras, pelan-pelan dia membuka mata dan memandang
sekejap kearah Siau thi gou, kemudian setelah menghela
napas katanya:
"Segala sesuatunya sudah diatur oleh takdir, hal ini tak
bisa salahkan Thi gou- tak mampu melindungi kita, apa lagi
aku pun sebelumnya lupa berpesan dengan jelas kepadanya
sehingga ketidak tahuan Thi gou telah membuyarkan
segenap hawa murniku yang telah terhimpun."
Setelah berhenti sebentar, dengan wajah penuh perasaan
menyesal dia menengok ke arah Lan See giok dan katanya
lebih jauh.
"Anak giok, bukan saja aku telah menyia nyiakan pesan
sucou mu, aku pun merasa amat menyesal kepadamu”
Lan See giok merasa sangat tidak mengerti dengan
perkataan gurunya itu, dengan hormat dia segera berkata:
"Suhu, anak giok telah selesai membaca seluruh isi kitab
Pwee yap cinkeng tersebut serta menghapalkan ke enam
macam ilmu silat yang tercantum di dalamnya, mengapa
suhu malah berkata begitu”
0ooo0dw0ooo0
BAB 15
Tiba-tiba To Seng cu membelalakkan sepasang matanya
lebar-lebar, wajahnya berubah dan ia bertanya dengan
perasaan amat terkejut: "Anak giok, apa kau bilang!"
http://kangzusi.com/
"Anak giok telah selesai membaca ke enam macam ilmu
silat yang tercantum dalam kitab tersebut" sahut pemuda itu
dengan hormat.
To seng cu benar-benar tidak percaya dengan
pendengaran sendiri, tak tahan lagi ia bertanya agak emosi.
"Anak giok, kau bilang berapa macam?"
Menyaksikan gurunya terkejut, Lan See giok tahu kalau
sesuatu keajaiban pasti telah menimpa dirinya. maka
dengan penuh kegembiraan dia berkata:
"Seluruhnya enam macam."
"Coba kau sebutkan satu persatu."
"Dua macam pada bagian permulaan adalah ilmu Hud
kong sin kang serta Yu hong hui heng, pada bagian ke dua
adalah ilmu pwee yap sam ciang serta Thi siu you khong.
sedangkan pada bagian yang terakhir adalah ilmu jari Hud
lek kim kong sin ci serta Tay lo kiu thian kiam hoat"
"Anak giok, apakah kau dapat menghapalkan ke enam
macam ilmu tersebut tanpa melupakan sepatah kata saja?"
tampaknya To seng-cu masih saja tidak percaya.
Tanpa ragu Lan See-giok segera mengangguk:
"Anak giok yakin tidak bakal salah!"
To Seng-cu segera mengawasi wajah Lan See-giok lekatlekat,
sampai lama kemudian ia baru menghela napas
sambit katanya:
"Anak giok, rejekimu selain lebih tebal .daripada diriku,
kecerdasanmu juga jauh melebihi aku. Dahulu aku mesti
membuang waktu selama dua setengah jam, dari tengah
malam sampai mendekati fajar untuk menyelesaikan ke
lima macam ilmu silat tersebut, tapi kenyataan nya
sekarang kau berhasil mempelajari enam macam ilmu silat
http://kangzusi.com/
dalam satu jam, kemampuanmu ini sungguh membuat aku
kurang percaya..!
"Anak giok tidak berani membohongi suhu." .
To Seng cu segera tertawa ramah, katanya dengan
gembira:
"Nak, aku percaya kepadamu, hanya saja kejadian
semacam ini sungguh membuat aku merasa terkejut,
tercengang dan sangat gembira.."
Setelah berhenti sejenak dan memandang sekejap Siauthi-
gou yang masih berdiri dengan tertegun, dia berkata
lebih jauh:
"Biasanya Thi gou bodoh, setiap menghadapi peristiwa
tak tahu untung ruginya, mungkin dia mendengar suara
pekikan aneh tersebut sehingga dia telah memasuki daerah
sekitarku yang telah kupancari hawa Hud-kong-sin-kang,
justru karena hatiku tergerak maka huruf-huruf pada Pweeyap
tersebut segera hilang lenyap tak berbekas.."
Belum selesai dia berkata, suara gelak tertawa yang amat
nyaring telah berkumandang datang dari atas tebing.
Mendengar gelak tertawa tersebut, To Seng-cu kelihatan
agak berubah wajahnya, dia seakan-akan telah teringat akan
sesuatu..
Tak lama kemudian, terdengar seseorang telah berseru
lantang diiringi gelak tertawa keras:
"Haaahhh . . . haaahhh . . . haaahhh . . . budak cilik, kau
kira setelah bersembunyi di belakang jendela maka aku
tidak dapat melihatmu? Ayo cepat suruh gurumu ke luar
untuk menyambut kedatangan aku si makhluk tua . . . "
Mendengar seruan itu, To Seng cu segera berseru kepada
Thi gou yang masih berdiri termangu:
http://kangzusi.com/
"Thi gou, cepat, beritahu kepada enci Soat mu, buka
pintu dan sambut dia masuk kalian suguhkan semangkuk
arak dulu kepada orang itu. . katakan kalau aku akan segera
datang."
Siau thi gou segera menenangkan hatinya dan
mengiakan dengan hormat, kemudian membalikkan badan
dan berlalu dari situ:
To Seng cu seperti teringat lagi akan sesuatu, dengan
cepat dia berpesan kepada bocah itu:
"Gou ji, ingat! Kau jangan bilang kalau aku sedang
mewariskan ilmu silat kepada engkoh giok mu!"
Siau thi gou berhenti sebentar seraya manggut-manggut,
kemudian ia menuju ke ruang sebelah kanan dan melompat
naik ke atas
Lan See giok yang menyaksikan kesemua nya itu
menjadi bimbang dan tidak habis mengerti, kalau didengar
dari nada pembicaraannya, agaknya orang itu sering
berkunjung ke sana, tapi kalau dilihat dari sikap gurunya,
seakan akan dia menaruh prasangka jelek serta
kewaspadaan terhadap orang ini.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba To Seng cu
berkata lagi dengan gelisah:
"Anak giok, cepat kau bacakan lagi pelajaran dari ilmu
pukulan Pwe yap sam ciang."
Memandang sikap gurunya. Lan See giok tahu sudah
pasti gurunya tak sempat membaca rahasia ilmu silat ini
hingga selesai di masa lalu, maka setelah manggut-manggut
dia bangkit berdiri.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dia melompat mundur sejauh dua
kaki, berdiri dihadapan To Seng cu dan berkata dengan
suara rendah:
"Himpun tenaga pada sepasang tangan, sebar hawa
murni ke seluruh tubuh, keras, ganas, buas, tepat sekali
serang sekali kena. lambat, lamban, melayang, mengapung,
salurkan tenaga murni menembusi ujung jari - "
Berbicara sampai di situ, dia menghimpun hawa
murninya dan berbisik lebih jauh:
"Jurus pertama Siang-yap-biau-khong (daun salju terbang
melayang)"
Tubuhnya melambung ke udara secara tiba-tiba,
nampaknya saja lamban namun kenyataannya sangat cepat,
dalam waktu singkat ia telah mencapai langit-langit gua.
Menyusul kemudian tubuhnya melejit sambil berputar,
secepat kilat sepasang tangannya direntangkan sambil
menyambar ke bawah-
Tatkala hampir menyentuh tanah, badannya berputar
satu lingkaran sambil melayang dengan kepala di bawah
kaki di atas pelan-pelan dia melambung kembali ke atas
Tatkala mencapai tengah angkasa, sepasang telapak
tangannya segera dirapatkan, tubuhnya meluncur ke bawah
dengan cepat, secepat kilat telapak tangan kanannya
melepaskan bacokan..
Menyusul kemudian badannya berputar dan melayang
kembali ke atas tanah.
To Seng cu duduk bersila dengan wajah serius,
diperhatikannya setiap gerakan dan perubahan jurus Lan
See-giok dengan seksama, dalam perasaannya, selain
beberapa orang tokoh yang maha sakti dalam dunia
http://kangzusi.com/
persilatan dewasa ini, rasanya jarang sekali ada yang
mampu menerima ancaman itu.
Sedangkan mengenai jurus yang ke dua, mungkin dia
sendiripun tak mampu untuk menghadapinya.
Melihat gurunya hanya duduk sambil mendengarkan
dengan seksama, Lan See giok pun berkata lebih jauh:
"Jurus ke dua, Hong- ki-yap-yang (angin berhembus
daun berguguran)"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, bayangan
tangan segera menyelimuti seluruh angkasa, menyusul
kemudian deruan angin serangan yang sangat mengerikan
melanda kemana-mana, seluruh ruang gua seolah-olah
sudah diliputi oleh angin pukulan itu. Mendadak dibalik
bayangan tangan yang menyelimuti angkasa itu
berkumandang suara bentakan rendah, bayangan tangan
segera lenyap tak berbekas, sedangkan Lan See giok dengan
tangan sebelah di muka. tangan yang lain berada di
belakang secepat kilat membabat kearah permukaan tanah,
menyusul kemudian sepasang telapak tangannya bergerak
aneh. babatan yang langsung membacok ke tanah itu
disertai dengan suatu sodokan yang luar biasa sekali.
Selama muridnya melakukan demonstrasi, To Seng-cu
memperhatikan terus dengan seksama, sampai muridnya
sudah berhenti, sambil mengelus jenggotnya dia baru
manggut-manggut berulang kali:
Melihat hal itu, Lan See-giok segera berkata lagi dengan
suara hormat:
"Jurus ke tiga, Ban yap- kui tiong(selaksa daun
sumbernya satu)”
Kembali tubuhnya melejit ke tengah udara hingga
mencapai langit-langit gua tersebut. diiringi bentakan keras
http://kangzusi.com/
seluruh gua diliputi oleh bayangan tangan yang amat
menyilaukan mata-
Mendadak -
Kabut serangan memenuhi seluruh gua dan menggulung
ke bawah, dari tebal lambat laun menjadi tipis, dari besar
kian mengecil, dalam waktu singkat tinggal bentuk setitik.
Dalam gulungan angin serangan mana, Lan See-giok
menyentilkan ke sepuluh jari tangannya ke depan, desingan
tajam menderu deru, kabut tipis menyelimuti ang-kasa dan
berhamburan ke tanah seperti hujan deras.
Awan pukulan begitu mereda, desingan tajam seketika
berhenti, bayangan manusia berkelebat dan Lan See-giok
tahu tahu sudah berdiri di tengah arena.
Disaat Lan See-giok baru saja menghentikan gerakan
tangannya. mendadak ia menangkap bayangan manusia
berkelebat dari luar pintu ruangan sebelah kiri kemudian
menyusul munculnya seorang kakek yang tinggi besar.
Si Cay soat serta Siau thi gou mengikuti di belakang
kakek itu dengan wajah gugup bercampur gelisah.
Lan See-giok tak berani membalikkan badan untuk
mengamati dengan sesama wajah pendatang itu, dia
berlagak tidak melihat, kepada To Seng cu katanya
kemudian dengan hormat:
"Tolong tanya suhu, apakah kali ini anak Giok telah
melakukan kesalahan lagi?"
Sebenarnya To Seng cu juga telah melihat akan
kedatangan dari kakek yang tinggi besar itu, namun dia juga
berlagak seakan akan tidak melihat, malah sambil manggutmanggut
dan mengelus jenggotnya ia menyahut:
http://kangzusi.com/
"Ehmm, bagus sekali, kali ini kau telah peroleh
kemajuan yang lebih pesat ketimbang tempo hari, cuma kau
mesti berlatih lagi dengan tekun bila ingin mendapatkan
kesuksesan di kemudian hari."
Sebelum Lan See-giok sempat menjawab, dari belakang
tubuhnya sudah berkumandang suara gelak tertawa keras
yang menggetarkan seluruh ruang gua menyusul kemudian
seseorang berkata dengan suara yang kasar:
"Aku kira ada urusan apa sehingga melarang diriku
masuk, rupanya kau sedang mewariskan ilmu pukulan
kepada murid kesayanganmu!”
Sementara berbicara, dia telah melangkah masuk ke
dalam ruang gua..
Tergerak hati Lan See-giok, dia kuatir orang itu datang
dengan maksud tak baik cepat-cepat ia bangkit berdiri
seraya berpaling.
Seorang kakek berambut kusut yang memiliki perawakan
tubuh tinggi besar kini sudah muncul di sana.
Kakek tersebut beralis mata tebal dan mata besar,
wajahnya lebar, hidungnya besar dan mulutnya lebar,
jenggot putihnya terurai sepanjang dada, pakaian
panjangnya terbuat dari bahan belacu dan panjangnya
mencapai setinggi lutut.
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu kakek
itu berjalan ke hadapan Lan See-giok serta mengamatinya
dari atas hingga ke bawah. kemudian kepada To Seng cu
yang baru saja bangkit untuk menyambut kedatangannya, ia
bertanya dengan perasaan kaget bercampur tercengang:
"Ciu tua, sungguh heran, selama ini belum pernah
kujumpai seorang bocah dengan bakat yang begini bagus,
sebaliknya kau justru telah mendapatkannya."
http://kangzusi.com/
Seraya berkata tiada hentinya dia membelai tubuh Lan
See giok dengan telapak tangannya yang besar, sementara
wajahnya memperlihatkan perasaan iri, kagum dan sayang:
To Seng-cu mendongakkan kepalanya lalu tertawa
terbahak-babak:
"Haaahhh- -haaahhh -haaahhh saudara The kelewat
memuji, biarpun bocah ini berbakat bagus, namun
kebebalan otaknya justru membuat orang hampir tak
percaya, untuk mempelajari satu jurus ilmu pukulan saja,
aku mesti mengajarkan sampai belasan kali sebelum
berhasil!"
"Aaah, masa iya?" sekali lagi kakek itu mengawasi wajah
Lan See-giok dengan pandangan kurang percaya, "biarpun
ilmu pukulan tadi hanya sempat kulihat buntut nya saja,
tapi aku tahu jurus tersebut benar-benar sangat hebat dan
luar biasa jika ada orang yang bisa menguasai ilmu pukulan
seperti itu dalam sekali pandangan saja, wah, itu baru
manusia super namanya”
Sekali lagi To Seng-cu tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh -haaahhh- -haaahhh- dari mana saudara The
bisa menyangka kalau ilmu pukulan tadi sudah memeras
pikiran dan tenaga siaute selama setengah tahun?"
Sementara berbicara, ketika dilihatnya Si Cay soat
sedang menyimpan kembali kotak kecil itu, maka kepada
Siau-thi gou yang masih berdiri termangu mangu dia
berseru:
"Gou ji. mengapa kau tidak segera mengambil arak
untuk menyambut kedatangan The locianpwe!"
Siau-thi-gou segera mengiakan dengan hormat,
membalikkan badan dan buru-buru berlalu dari situ.
http://kangzusi.com/
Kemudian kepada Lan See-giok, To Seng-cu juga
berkata:
"Anak Giok, cianpwe ini adalah Lam hay koay-kiat
(pendekar aneh dari Lam-hay) The cianpwe yang seringkali
kuperbincangkan denganmu, bersama Wan-san-popo dan
Si-to cinjin, mereka disebut Hay gwa-sam khi (tiga manusia
aneh dari luar lautan), ayo cepat kau jumpainya”
Sesudah mendengar pembicaraan antara gurunya dengan
si kakek berambut kusut tersebut, dengan cepat Lam See
giok dapat menyimpulkan kalau kedua orang itu bukan
sahabat karib yang sebenarnya, tapi berhubung si pendekar
aneh dari Lam hay menyebut Cia tua kepada gurunya, hal
ini membuktikan pula kalau diapun seorang cianpwe yang
telah berusia di atas seratus tahun.
Berpikir demikian, diapun menjura dalam-dalam seraya
berkata dengan hormat:
"Boanpwe Lan See-giok menjumpai The cianpwe!"
"Haaahhh..haaahhh ..haaahhh. cukup, tak usah banyak
adat!" seru kakek berambut kusut itu kasar diiringi gelak
tertawa keras.
Sementara itu, Siau. thi-gou telah menghidangkan sayur
dan arak secara tergopoh gopoh.
To Seng-cu segera menuju ke atas permadani
dihadapannya sambil berseru:
"Gou-ji, hidangkan saja di tempat ini!"
Pendekar aneh dari Lam-hay yang sesungguhnya
bernama The Bu-ho itu cepat mencegah:
"Cia tua, aku datang karena ada urusan penting, aku tak
berminat untuk minum arak, kalau tidak akupun tak bakal
menerjang masuk kemari secara tergesa gesa."
http://kangzusi.com/
"Aaah, rupanya begitu" To Seng cu berkerut kening
sambil berseru kaget.
Menggunakan kesempatan tersebut, katanya kemudian
kepada Lan See-giok bertiga.
"Kalian pergilah dulu, aku hendak berbincang-bincang
dengan The cianpwee."
Lan See-giok bertiga mengiakan dengan hormat lalu
beranjak pergi dari situ, sepeninggal ketiga orang itu. The
Bu-ho baru berkata dengan nada kurang puas:
"Cia tua, mengapa, kau suruh mereka ke luar dari sini?
Urusan ini toh tak ada salah nya diketahui mereka."
To Seng-cu tertawa hambar:
"Urusan besar dalam dunia persilatan lebih baik jangan
sampai diketahui oleh anak-anak muda."
Sebenarnya Lan See giok enggan beranjak pergi dari
ruangan tersebut, karena dia kuatir kakek berambut kusut
itu datang dengan membawa maksud jahat, namun setelah
mendengar ucapan gurunya, terpaksa dia harus mengikuti
di belakang Si Cay-soat dan Siau-thi-gou untuk masuk ke
ruang dalam.
Setelah tiba di ruang atas, mereka bertiga menelusuri
anak tangga menuju ke ruang batu di atas permukaan.
Waktu itu ruang batu diterangi sebuah lentera, di atas
mejapun terletak secawan besar arak.
Lan See giok segera berbisik lirih.
"Adik Soat, siapa sih kakek berambut kusut itu?
Mengapa kau ijinkan orang itu menerobos masuk ke dalam
gua?"
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan agak mendongkol di samping rasa
takut masih mencekam perasaannya Si Cay-soat menjawab
lirih:
"Orang itu adalah makhluk tua dari Lam hay The Bu-ho,
orangnya kasar, hatinya kejam dan semua orang baik dari
golongan putih maupun dari golongan hitam sama-sama
jeri kepadanya, dia termasuk seorang makhluk tua yang
berdiri antara kaum sesat dan lurus. Kemungkinan besar
kedatangan nya kali ini bermaksud untuk adu kepandaian
dengan suhu guna memperebutkan kedudukan manusia
nomor wahid di kolong langit. ."
Lan See giok segera berkerut kening, kemudian serunya
dengan nada tak setuju:
"Kalau ditinjau dari nada pembicaraan makhluk tua itu,
rasanya dia bukan kemari untuk mengajak beradu
kepandaian, bisa jadi dia mempunyai tujuan lain."
Siau thi gou membelalakkan matanya lebar-lebar, lalu
katanya pula:
"Makhluk tua itu sangat tak sabaran, baru saja enci Soat
membukakan pintu, dia sudah bertanya dengan kasar:
"Dimana suhu mu." waktu kuhidangkan secawan arak dan
mengatakan suhu segera akan muncul, dia seperti tak sabar
lagi untuk menanti!"
Pelan-pelan Lan See giok mengangguk, seakan-akan
memahami sesuatu dia berkata:
"Kalau begitu. hal ini semakin membuktikan kalau dia
bukan datang kemari untuk beradu kepandaian."
"Yaa, sayang suhu tidak mengijinkan kita turut
mendengarkan pembicaraan tersebut, kalau tidak kita tentu
akan mengetahui pembicaraan apa saja yang dilangsungkan
di situ." omel Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Siau thi gou membuka mata nya lebar-lebar,
kemudian bisiknya:
"Ayo berangkat, kita sadap saja pembicaraan mereka,
coba lihat apa saja yang dibicarakan makhluk tua itu."
"Jangan adik Gou," dengan cepat Lee See giok
mencegah. "setelah makhluk tua itu pergi, suhu tentu akan
memberitahukan kepada kita . . .
Belum habis dia berkata, mendadak dari balik gua
terdengar suara gelak tertawa makhluk tua dari Lam hay
yang amat keras disu-sul, seruannya dengan nada lantang:
"Kalau begitu, aku The-tua akan berangkat selangkah
lebih duluan . , . "
Buru-buru Lan See giok berbisik kepada Si Cay soat dan
Siau thi gou:
"Si makhluk tua itu akan pergi!"
Betul juga, dari bawah sana segera terdengar suara ujung
baju yang terhembus angin bergema datang.
Menyusul kemudian bayangan manusia berkelebat lewat,
makhluk tua, dari Lam hay serta To Seng cu secara
beruntun sudah muncul dari gua dan langsung menuju ke
luar ruang batu.
Terdengar si makhluk tua dari Lam-hay berseru kembali.
"Cia tua, kita berjumpa lagi di tempat kediaman Wansan
popo.."
"Haaahhh.haaahhh..haaahhh. ., silahkan saudara The
berangkat dulu, maaf aku tak dapat menghantar lebih jauh"
sahut To Seng- cu sambil tertawa terbahak-bahak.
Menanti Lan See giok bertiga menyusul ke luar dari
ruangan, ternyata Lam-hay lokoay sudah berada tujuh
http://kangzusi.com/
delapan kaki jauhnya dan tiba di ujung hutan sana,
kemudian dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan mata.
Diam-diam Lan See-giok merasa amat terkejut, dia tak
mengira kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
makhluk tua tersebut benar-benar sudah mencapai puncak
kesempurnaan.
Sementara itu fajar sudah mulai menyingsing di ufuk
timur, kabut tipis masih menyelimuti permukaan tanah,
namun udara sangat segar, membikin bergairahnya
semangat hidup setiap orang.
Dengan kening berkerut dan mengelus jenggotnya, To
Seng-cu mengawasi ujung hutan dimana bayangan tubuh
Lam-hay Lo-koay melenyapkan diri tanpa berkedip, lamalama
kemudian ia baru berguman lirih:
"Badai dunia persilatan sudah tiba, kawanan iblis mulai
bermunculan, tampaknya kata kata yang menyebutkan, bila
sepasang pedang bergeser tempat, badai darah melanda
bumi. sungguh cocok sekali dengan kenyataan.”
Lan See giok segera merasakan hatinya bergetar keras,
ucapan itu pernah didengar olehnya dari ayahnya, jika
ditinjau dari nada pembicaraan gurunya sekarang,
bukankah dunia persilatan bakal dilanda oleh suatu
bencana yang sangat besar?
Mendadak To Seng-cu seperti teringat akan sesuatu,
mendadak ia berkata:
"Aaah. Ayo kita masuk, dia telah pergi jauh"
Sambil membalikkan badan dia masuk ke ruang dalam
dan duduk di depan meja.
http://kangzusi.com/
Sedang Lan See-giok bertiga masuk mengikuti di
belakang gurunya kemudian berdiri hormat di sampingnya.
Dengan cepat Lan See-giok menjumpai kerutan kening
gurunya, seolah-olah ada suatu masalah yang terpendam
dalam hatinya dan menjadi beban pikiran, kendatipun
senyuman masih tetap menghiasi ujung bibirnya.
Berapa saat kemudian, To Seng-cu baru berpaling kearah
Lan See - giok bertiga sambil berkata lembut:
"Berhubung ada suatu urusan yang penting, aku
bermaksud hendak pergi ke luar lautan"
Berubah air muka, Lan See-giok bertiga sesudah
mendengar perkataan ini.
Melihat perubahan wajah murid muridnya, To Seng cu
berkata lagi sambil tertawa ramah:
"Kalian bertiga tak usah takut, dalam kepergianku ini.
paling banter setengah tahun kemudian tentu sudah pulang
kembali ke rumah!"
"Apakah suhu tak akan mengajak Gou ji?" buru-buru
Siau thi-gou bertanya dengan wajah tak mengerti:
To Seng cu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak. masalah yang kuhadapi kali ini kelewat-berat.
karena itu kalian bertiga tak boleh ikut dan mesti tetap
tinggal dalam gua untuk berlatih ilmu silat secara rajin,
ingat jangan mencari gara-gara dengan orang luar"
Kemudian setelah memandang sekejap kearah Lan Seegiok
dan Siau-thi-gou dengan kening berkerut, dia
melanjutkan, "Thi-gou orangnya jujur dan polos, jalan
pemikirannya kelewat sederhana, Giok-ji, kau sebagai
kakaknya harus baik-baik menjaga adikmu ini."
Dengan perasaan berat Lan See giok segera mengiakan.
http://kangzusi.com/
Kembali To Seng-cu berpaling kearah Si Cay-soat sambil
melanjutkan:
"Soat ji, selama ini kau selalu ingin menang sendiri. tak
mau kalah kepada siapapun, dalam kepergianku kali ini kau
mesti memperdalam ilmu pedang dan jangan sampai
mencari gara-gara terus, bila kepandaianmu sampai
ketinggalan, menyesal kemudian tak ada gunanya maka
kuanjurkan kepadamu berlatihlah diri dengan tekun."
Tergerak hati Lan See-giok mendengar ucapan tersebut,
dia tahu yang dimaksud gurunya sebagai ilmu pedang
adalah kitab pusaka dalam kotak emas kecil yang berada di
sisi pedang Jit-hoa- kiam.
Di samping itu. diapun tahu gurunya -sedang
memperingatkan. kepada adik Soatnya, bila tidak tekun
berlatih, di kemudian hari dia tentu akan kalah dengan
orang yang membawa pedang Gwat-hui-kiam.
Ternyata dugaannya memang betul, sambil tersenyum Si
Cay-soat segera berkata:
"Silahkan suhu pergi dengan hati lega, setengah tahun
kemudian Soat-ji tentu telah berhasil menguasai ilmu Tong
kong kiam-hoat tersebut. jika suhu telah pulang nanti, Soatji
pasti akan mempergunakannya untuk memohon petunjuk
dari suhu."
Dengan wajah gembira To Seng cu manggut-manggut,
ketika dilihatnya fajar telah menyingsing, diapun bangkit
berdiri seraya berkata lagi:
"Sekarang hari sudah terang tanah, aku akan segera
berangkat, ingat sebelum aku pulang, janganlah membuat
gara-gara dari pada memancing perhatian orang.!”
Seusai berkata, diapun melangkah ke luar dari ruangan.
http://kangzusi.com/
Selama-ini Lan See-giok mengamati terus perubahan
wajah gurunya, ia menjumpai disaat To Seng cu bangkit
berdiri tadi sekilas rasa sedih sempat melintas di atas
wajahnya yang ramah.
Kembali hatinya tergerak, cepat-cepat dia memburu
maju ke muka sambil serunya:
"Suhu . . . "
Mendengar panggilan itu To Seng-cu berhenti lalu
berpaling dan memandang sekejap ke arah Lan See-giok
sambil tertawa paksa mendadak seperti memahami sesuatu
diapun berkata:
"ANAK Giok kau mempunyai beban dendam kesumat
di atas pundakmu, aku tahu kau ingin secepatnya melacaki
jejak musuhmu itu, asal tenaga sinkangmu telah berhasil
dilatih, kau boleh turun gunung dan tak usah menunggu
aku sampai kembali."
Lan See-giok buru-buru memberi hormat, cuma diapun
segera menjelaskan.
"Tidak, anak Giok ingin turut suhu. selain menambah
pengetahuan juga peroleh banyak pengalaman yang
berharga"
Sekali lagi To Seng-cu menghela napas sedih.
"Anak Giok. seandainya pertemuan kita terjadi pada
setahun berselang atau peristiwa yang terjadi hari ini
berlangsung setahun kemudian, tanpa permintaanmu, aku
pasti akan mengutus kau seorang untuk pergi
menyelesaikan tugas ini.."
"Suhu, sekarang anak Giok telah berhasil mendapatkan
ilmu silat tersebut." tukas Lan See-giok cepat, "sudah
sepantasnya bila anak Giok mengikuti perjalanan suhu,
http://kangzusi.com/
ditengah jalan selain bisa melatih diri pun setiap saat bisa
minta petunjuk dari suhu, sudah dapat dipastikan kemajuan
yang kucapai akan luar biasa ..
To Seng cu tidak membiarkan Lan See giok
menyelesaikan kata katanya. dia segera memberi tanda
untuk mencegahnya berbicara lebih jauh, kemudian setelah
tersenyum sedih, dia berkata:
"Anak Giok, dasar utama dari ilmu silat yang tercantum
dalam cinkeng adalah Hud kong-sinkang, dengan dasar
tenaga dalam mu sekarang, bila melatih diri selama
setengah tahun akan terpupuk dasar yang kuat, berlatih
sepuluh tahun akan muncul sinar dalam tubuh, dan bila
sudah melatih diri selama seratus tahun, cahaya Buddha
akan melindungi seluruh tubuhmu. Dasar sinkang yang kau
miliki sekarang baru mencapai taraf permulaan, jika kau
mengikuti aku melakukan perjalanan jauh, yang pasti hanya
kerugian yang akan kau peroleh bagi kemajuan ilmu
silatmu, itulah sebabnya tinggallah kalian bertiga di dalam
gua sambil berlatih diri dengan tekun, biar pun aku berada
jauh di luar lautan, namun tak akan sedih memikirkan masa
depan kalian, tentunya ucapan ini kalian pahami bukan?"
Selesai berkata kembali dia awasi Lan See-giok bertiga
dengan sorot matanya yang penuh kasih sayang.
Lan See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi-gou bertiga
serentak mengiakan dengan hormat.
To Seng-cu tersenyum dan manggut-manggut, kembali
katanya. "Sekarang aku hendak pergi dulu, kalian harus
menjaga diri baik-baik."
Sambil mengebaskan ujung bajunya, diapun melayang ke
luar dari ruangan.
http://kangzusi.com/
Buru-buru Lan See-giok bertiga menjatuhkan diri
berlutut sambil berseru:
"Moga-moga suhu selamat dalam perjalanan dan cepat
pulang kembali ke rumah."
Menanti mereka bertiga mendongakkan kepalanya
kembali, gurunya sudah lenyap dari pandangan mata,
Pertama tama Lan See-giok yang bangkit berdiri lebih
dulu sambil berkata:
"Sebelum pergi wajah suhu menunjukkan rasa sedih, bisa
kita duga perjalanan suhu kali ini tentu banyak rintangan
dan kesulitan."
Tampaknya Si Cay soat tidak menemukan sesuatu yang
aneh pada gurunya, ketika menjumpai kemurungan Lan
See-giok, dia lantas berkata sambil tertawa:
"Engkoh Giok, kau memang kebangetan, suhu yang
ingin berpisah dengan kita sudah tentu menunjukkan rasa
berat hati, jangan lagi kedatangan lam hay lo koay bukan
untuk beradu kepandaian, sekalipun benar dengan
kepandaian sakti yang dimiliki suhu, apa yang mesti di
kuatirkan lagi ?"
"Tadi aku toh sudah bilang, mau menyadap pembicaraan
si makhluk tua itu, kenapa kalian berdua melarangku?"
gerutu Siau-thi gou pula dengan cepat. "sekarang suhu telah
pergi, apa yang hendak dilakukan ternyata tidak
diberitahukan kepada kita.."
"Suhu tidak memberitahukan masalahnya berhubung
beliau kuatir kita turut menguatirkan keselamatannya
sehingga hal ini akan mempengaruhi kemajuan yang bakal
kita capai di dalam ilmu silat," ujar Lan See -giok dengan
perasaan berat.
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan tersebut, tanpa terasa Si Cay-soat
tertawa cekikikan sambil menukas.
"Kalau sudah tahu, semestinya kita semua harus
menenangkan dulu pikiran agar bisa memusatkan pikiran
untuk berlatih diri, dengan demikian harapan suhu pun tak
sampai tersia siakan. Lagi pula selama tujuh delapan tahun
belakangan ini siau moay selalu mendampingi suhu, pernah
pula kusaksikan dua kali pertarungan suhu melawan
makhluk tua tersebut dan sekali pertarungan melawan si
nenek setan, namun selalu saja kepandaian suhu lebih tinggi
setingkat. Suhu selalu hidup terbuka dan jujur, ia disegani
setiap orang, biar menjumpai mara bahaya aku yakin akan
berubah menjadi selamat. Pendapatku, bila kita ingin
merebut hati suhu, turutlah nasehat dan pesan suhu
sebelum berangkat tadi"
Lan See giok menganggap perkataan tersebut memang
betul juga, dia manggut berulangkali, perasaannya juga
semakin terbuka, sedang Siau thi gou segera melototkan
sepasang matanya sambil berkata dengan sungguh-sungguh:
"Aku Thi-gou bersumpah, di saat suhu kembali nanti.
tujuh jurus ilmu naga dan harimau sudah berhasil
kugunakan secara baik, agar suhu tahu bahwa Gou - ji
bukan gentong nasi yang tak berguna."
Mendengar ucapan tersebut, Lan See-giok dan Si Cay
soat tak bisa menahan rasa gelinya lagi, mereka tertawa
terbahak bahak.
Sejak itu, Lan See giok dengan tekun mempelajari ilmu
Hud kong sin kang, Si Cay soat menekuni ilmu pedang
Tong kong-kiam hoat dan Siau-thi-gou melatih diri dengan
ilmu pukulan Liong hou jit si.
Beberapa hari lagi tahun baru akan tiba..
http://kangzusi.com/
Bunga salju yang turun sepanjang hari membuat seluruh
bukit Hoa-san diliputi warna putih keperak-perakan yang
sangat menyilaukan mata.
Orang bilang, tambah tahun tambah usia. Kini usia Lan
See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi-gou telah bertambah
setahun lagi.
Lan See giok telah mencapai usia tujuh belas tahun.
Tahun baru lewat. musim semipun tiba, dalam waktu
singkat bulan tiga yang nyaman pun telah menjelang.
Lan See giok yang menekuni ilmu silat nya telah peroleh
kemajuan yang sangat pesat, kenyataan tersebut membuat
anak muda tersebut sangat gembira sebab dia tahu
harapannya untuk membalas dendam semakin besar.
Ilmu pedang Tong- kong-kiam-hoat yang dilatih Si Caysoat
pun sudah mencapai keberhasilan, kini tinggal
meningkatkan kematangannya.
Hanya Siau thi gou yang pada dasarnya memang bebal
otaknya, ditambah pula Liong hou jit si merupakan sejenis
ilmu pukulan yang dahsyat, maka walaupun sudah melatih
diri hampir tiga bulan lamanya, hasil yang diperoleh kecil
sekali.
Biarpun begitu. Siau thi gou yang bodoh justru memiliki
ciri kebodohannya, setiap hari dia melatih diri terus tanpa
berhenti, istirahatnya sangat jarang, akibatnya soal berburu
dan membuat nasi harus dikerjakan oleh engkoh Giok dan
enci Soatnya.
Lan See giok yang mendapat tugas dari gurunya untuk
memperhatikan adik Gou-nya, di samping melatih diri
dengan tekun sering-kali dia membangkitkan semangat
saudaranya itu agar melatih diri lebih tekun lagi.
http://kangzusi.com/
Dengan pengamatan yang seksama selama tiga bulan
terakhir ini, dapat disimpulkan kan olehnya bahwa ilmu
Liong hou jit si memang sangat hebat, begitu dikembangkan
angin pukulan yang dihasilkan sungguh luar biasa.
Si Cay-soat yang menganggap dirinya pintar boleh
dibilang sudah banyak tahun memperhatikan perubahan
jurus serangan Liong-hou jitsi itu, namun dia tak pernah
bisa mengetahui kelihaian dan kelebihan dari kepandaian
tersebut.
Maka setelah menyaksikan kemampuan engkoh Giok
nya yang bisa menguasai ilmu pukulan tersebut hanya
dalam mengamati berapa bulan saja, sadarlah dia bahwa
kecerdasan engkohnya memang jauh lebih hebat dari pada
dirinya.
Walaupun demikian ia sama sekali tidak merasa dengki
ataupun iri hati, malah sebaliknya dia sangat berharap
engkoh Giok nya bisa mempelajari pula ilmu pedang Tongkong-
kiam-hoat.
Oleh sebab itu dia seringkali minta pada Lan See-giok
agar memberi petunjuk kepada nya, padahal seringkali
secara sengaja tak sengaja dia membeberkan rahasia ilmu
pedangnya.
Sebagai seorang pemuda yang cerdas, sudah barang tentu
Lan See-giok mengetahui akan maksud adiknya ini, hal
tersebut membuatnya sangat berterima kasih sekali kepada
adik seperguruannya ini.
Bulan lima kini menjelang, musim panas pun tiba.
Ilmu Hud-kong sin- kang yang dilatih Lan See-giok telah
mencapai puncaknya. Dengan ayunan ujung baju ia
sanggup menghancurkan batu dengan sentilan jari, mampu
mematahkan bambu, dengan ayunan tangan mampu
http://kangzusi.com/
membunuh harimau, boleh dibilang tenaga sakti itu bisa
dipergunakan sekehendak hatinya.
Ilmu pedang Tong-kong-kiam-hoat dari Si Cay-soat juga
mendapat kemajuan yang pesat, pedangnya bisa
dipergunakan secepat terbang, cahaya pedang yang
menyilaukan mata, hawa serangan yang menyayat badan,
betul-betul merupakan suatu ancaman yang berbahaya.
Sebaliknya Siau thi-gou di bawah bimbingan serta
petunjuk dari Lan See-giok, akhir nya juga menguasai ilmu
pukulan Liong hou-jit-si yang sangat hebat itu.
Keberhasilan yang dicapai membuat ke tiga orang itu
semakin getol berlatih, mereka semua berharap dapat
menunjukkan kebolehannya dihadapan gurunya sehingga
membuat gurunya gembira.
Hari ini matahari sudah bersinar ditengah angkasa. udara
bersih dan angin berhembus semilir. biarpun di musim
panas namun suasana terasa segar dan nyaman.
Si Cay soat dengan pakaian serba merah, rambut terurai
sebahu sedang berdiri tenang dimuka ruangan batu,
agaknya baru saja ia selesai-melatih ilmu pedangnya.
Lan See giok dengan jubah birunya dan senyum dikulum
sedang mengawasi Siau thi gou berlatih ilmu pukulan.
Pada saat itulah, Si Cay soat yang sedang mengawasi air
terjun dikejauhan sana seolah-olah teringat akan sesuatu,
mendadak ia berseru keras:
"Engkoh Giok, udara pada hari ini sangat indah, ayo
kuajarkan ilmu berenang kepadamu!"
Lan See giok yang mendengar tawaran tersebut menjadi
sangat gembira, serunya dengan cepat:
http://kangzusi.com/
"Baik, aku akan melepaskan jubah panjang dan berganti
celana dulu . .
Sambil berkata, buru-buru dia lari masuk ke dalam
ruangan.
St Cay soat segera tertawa cekikikan mendengar seruan
mana. demikian juga Siau thi gou segera tertawa terbahakbahak
sambil serunya:
"Engkoh Giok. kau toh bukan bermaksud menangkap
ikan di selokan, buat apa kau lepaskan baju ganti celana?
Kau kan hendak belajar ilmu berenang di telaga?"
Lan See giok segera menghentikan langkah nya sesudah
mendengar perkataan tersebut, merah jengah selembar
wajahnya, sambil memandang ke arah Si Cay soat dan Siau
thi gou yang sedang menertawakan dirinya, dia berkata
kemudian agak tersipu-sipu:
"Tapi sayang ih-heng tidak punya pakaian untuk
berenang . . ."
"Aku punya sebuah pakaian renang yang terbuat dari
kulit ikan hiu, pinjamlah. ." seru Siau thi gou cepat.
"Oooh, kau sangat baik, terima kasih banyak adik Thigou!"
"Tak usah sungkan, ayo ikutlah aku."
Dengan terburu buru mereka masuk ke dalam ruang
batu.
Si Cay soat sendiri hanya tersenyum sambil
membungkam diri, diapun mengikuti di belakang kedua
orang tersebut.
Setibanya di dalam kamar, Siau-thi-gou mengambil
sebuah bungkusan kecil dari tempat pakaiannya dan
diserahkan kepada Lan See-giok sambil serunya:
http://kangzusi.com/
"Ayo kenakan, tanpa benda ini jangan harap bisa
mempelajari ilmu berenang dengan baik!"
Lan See-giok tidak berniat untuk mendengarkan
obrolannya itu, cepat-cepat dia memungut bungkusan kecil
itu dan membuka nya, ternyata isinya adalah pakaian
renang yang terbuat dari kulit ikan hiu.
Dengan perasaan gembira, dia berterima kasih kepada
Thi gou. kemudian buru-buru melepaskan jubah
panjangnya dan mengenakan pakaian renang itu.
Tapi apa yang kemudian terlihat membuat senyuman
yang semula menghiasi wajah Siau-thi gou hilang lenyap
tak berbekas, malah sepasang matanya ikut melotot ke luar.
Selama setengah tahun belakangan ini, Lan See giok
sudah tumbuh lebih dewasa, rupanya celana pakaian
renang itu hanya berhenti di sebatas paha dan tak mampu
diteruskan lagi..
Pada saat itulah dari depan pintu terdengar gelak tertawa
yang amat merdu bergema memenuhi ruangan.
Sewaktu Lan See giok dan Thi-gou berpaling mereka
jumpai Si Cay soat telah berganti dengan sebuah pakaian
renang berwarna merah, dalam genggamannya , membawa
sebuah bungkusan kecil dan sedang berdiri memandang
kearah mereka sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Terdengar gadis itu berseru:
"Pakaian renang itu sudah tiga tahun lamanya, Thi-gou
sendiri jarang mengenakannya karena dia sendiripun
merasa kekecilan, bagaimana mungkin kau bisa
memakainya?"
Lan See giok yang mendengar perkataan tersebut diamdiam
menjadi sangat mendongkol, ia merasa dalam hal
http://kangzusi.com/
apapun adik seperguruannya jauh di bawahnya, tapi setelah
menjumpai kejadian macam begini, dia selalu terperangkap.
Bahkan kalau dilihat dari sikap gadis itu, sudah jelas dia
telah menduga sebelumnya. Tiba-tiba Si Cay soat berkata
sambil tersenyum.
"Ehmmm, ambil dan cepat kenakan, kutunggu kalian di
tepi telaga . ."
Sambil berkata, dia lantas melemparkan buntalan kecil
ke tangan Lan See giok .
Biarpun Lan See giok tidak habis mengerti, namun dia
seperti sudah memahami akan sesuatu, buru-buru
dibukanya bungkusan itu.
Apa yang terlihat membuatnya amat gembira. ternyata
bungkusan kecil itu berisikan sebuah pakaian renang yang
memancarkan sinar keemas-emasan.
Dengan perasaan ingin tahu Siau-thi-gou turut melihat,
ternyata pakaian renang itu berwarna hitam dan putih
dengan bentuk yang sangat lunak, bagian yang hitam
berwarna keemas emasan, sedang bagian yang putih
berwarna keperak perakan, rupanya baju renang ini terbuat
dari dua tiga puluh ekor kulit ikan Cui oh li yang
dikumpulkan selama ini.
Lan See-giok merasa berterima kasih sekali setelah
menyaksikan kejadian ini, perasaan mendongkol yang
semula menyelimuti perasaannya, kini hilang lenyap tak
berbekas.
Sedangkan Siau thi gou seakan akan memahami sesuatu,
ia lantas berseru:
"Haaahhh..haaahhh .haaahhh..tak tahu sekarang, tak
aneh kalau saban kali kita makan ikan selalu tak dijumpai
http://kangzusi.com/
kulitnya, dan setiap kali cici selalu berebut untuk memotong
ikan, rupanya disinilah letak rahasianya."
Kemudian sambil mendorong Lan See giok yang masih
termangu mangu. kembali dia mengomel.
"Engkoh Giok, semuanya ini gara-gara kau yang
melarang aku memasuki kamar cici, coba kalau tidak hari
ini dia tak akan membuat kejutan untuk kita."
Lan See giok sendiripun tidak pernah menyangka bahwa
di samping berlatih ilmu pedang dan menanak nasi, Si Cay
soat masih meluangkan waktu untuk membuatkan pakaian
renang baginya.
Dia mencoba untuk meraba pakaian renang itu,
semuanya halus dan lunak, bisa dibayangkan betapa susah
payahnya Si Cay soat untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut.
Berpikir sampai di situ, timbul perasaan sayang di hati
kecilnya, ini membuat pemuda tersebut merasa tak tega
untuk mempergunakannya,..
Siau thi gou yang menyaksikan hal tersebut, tanpa terasa
bertanya dengan nada tak mengerti:
"Hei, jangan diraba melulu, ayo cepat di kenakan, hatihati
kalau dia sampai mengambek gara-gara kau datang
terlambat!"
Lan See giok segera sadar kembali dari lamunannya,
buru-buru ia bertukar pakaian renang itu.
Ternyata pakaian tersebut sangat persis, tahulah pemuda
kita, Si Cay soat tentu sudah mengukur pakaiannya secara
diam-diam.
http://kangzusi.com/
Selesai bertukar pakaian. kedua orang itu buru-buru ke
luar ruangan, ternyata Si Cay soat sudah tak ada di situ,
maka mereka berdua pun berangkat ke telagaCui oh.
Waktu itu, Si Cay soat kelihatan sedang berdiri di tepi
telaga sambil tiada hentinya menengok kemari dengan
wajah tak sabaran.
Siau thi gou yang menyaksikan kejadian ini dengan cepat
dia peringatkan:
"Engkoh Giok, sudah pasti enci Soat sedang marah"
Mendengar itu Lan See giok segera mempercepat larinya
dan secepat kilat meluncur ke tepi telaga dengan begitu Siau
thi gou pun tertinggal jauh di belakang.
Begitu tiba di tempat tujuan. Lan See giok segera berseru
kepada Si Cay soat dengan senyum dikulum.
"Adik Soat, terima kasih banyak pakaian renang
buatanmu sungguh indah, pas lagi!"
Sesungguhnya Si Cay soat sedang menanti dengan
perasaan gelisah, namun setelah mendengar pujian dari Lan
See giok, apalagi menyaksikan pakaian renang bikinannya
persis sekali di tubuh engkoh Giok nya, perasaan tak senang
yang semula mencekam perasaannya seketika lenyap tak
berbekas.
Sepasang pipinya berubah menjadi merah, dipandangnya
wajah Lan See giok sekejap dengan gembira, dia seperti
hendak mengucapkan sesuatu, tapi bayangan manusia
berkelebat lewat, Siau thi gou telah muncul pula di situ
sambil berseru:
"Enci Soat, bikinanmu sangat bagus. aku juga minta
satu"
http://kangzusi.com/
Si Cay soat kuatir bocah itu ribut, cepat-cepat dia
mengangguk sambil tertawa:
"Asal kau bersedia menuruti perkataanku, enci pasti akan
buatkan sebuah untukmu.
"Baik, mulai hari ini aku pasti akan menuruti
perkataanmu!"
Menggunakan kesempatan sewaktu Si Cay- soat sedang
berbicara dengan Siau thi gou, Lan See giok mengamati
adik seperguruannya yang memakai pakaian renang itu.
Ia merasa gadis ini lebih matang lagi dalam setengah
tahun belakangan, tubuhnya kelihatan lebih matang dan
montok.
payudaranya nampak lebih besar, pinggang nya ramping,
pinggulnya bulat dan pahanya mulus, boleh dibilang gadis
tersebut memiliki potongan badan yang sangat menarik
hati..
Sementara dia masih mengamati dengan seksama,
mendadak terdengar Si Cay soat berkata.
"Engkoh Giok, air di telaga ini terlalu dalam." mari kita
belajar di telaga yang agak dangkal saja."
Buru-buru Lan See giok menenangkan kembali hatinya.
"Baik. baik, makin dangkal airnya makin baik"
Si Cay soat kembali tertawa cekikikan mendengar
ucapan itu!
Mereka bertiga pun menelusuri telaga menuju ke sebuah
pantai dengan air yang dangkal, mula-mula Si Cay soat
mengajarkan dulu rahasia mengambang, menyelam dan
mengapung, kemudian baru mengajak pemuda itu masuk
ke air.
http://kangzusi.com/
Sesungguhnya Lan See giok adalah seorang pemuda
yang sangat cerdas dengan daya tangkap yang
mengagumkan, begitu diberi tahu, semua tehnik berenang
telah dikuasai nya.
Sayang sekali di air dan di darat keadaannya sama sekali
berbeda, setelah menceburkan diri ke dalam telaga, dimana
permukaan air mencapai dadanya, ia menjadi tegang,
napasnya sesak dan langkahnya seolah-olah menjadi
enteng. ini semua membuat anak muda tersebut buru-buru
menggunakan ilmu bobot seribunya.
Melihat pemuda itu gugup bercampur kaget, Si Cay soat
menghentikan langkah nya dan berkata sambil tertawa:
"Bagaimana kalau di tempat ini saja? Kedalaman air
sudah cukup untuk taraf permulaan belajar berenang"
Lan See giok mengangguk berulang kali sambil
mengiakan.
Sekali lagi Si Cay-soat mengulangi tehnik ilmu berenang.
kemudian ia baru berkata:
"Sekarang kita berlatih dulu ilmu mengapungkan diri,
letakkan tanganmu di atas lenganku."
Lan See-giok menurut dan mengikuti teori yang
diperoleh, dia menarik nafas sambil meluruskan kakinya ke
belakang- serta merta badannya terapung ke atas
permukaan air.
Kenyataan ini membuat anak muda itu kegirangan,
pikirannya dengan cepat:
"Oooh rupanya tidak terlalu sulit untuk belajar ilmu
berenang .."
Melihat wajah Lan See-giok berseri Si Cay soat turut
bergembira hati. katanya kemudian:
http://kangzusi.com/
"Sekarang kita belajar berenang. salurkan semua tenaga
ke seluruh badan, utamakan keringanan tubuh, Kemudian
dayunglah sepasang tangan dari depan ke belakang, diikuti
gerakan kaki.."
Sambil memberi keterangan dia memberi contoh di
depan pemuda itu sambil bergerak ke depan.
Lan see-giok mengikuti cara tersebut, betul juga
tubuhnya bisa bergerak ke muka pelan-pelan, bisa
dibayangkan betapa gembiranya pemuda kita.
Mendadak..
Bayangan merah berkelebat lewat. Si Cay soat yang
semula berada di sisinya mendadak lenyap tak berbekas.
Lan see giok menjadi gugup, dia lupa dengan teorinya
dan tak ampun lagi bunga air memercik ke mana-mana,
anak muda menjadi gelagapan sendiri.
Sementara itu Si Cay soat yang baru munculkan diri
pada dua kaki dari situ, menjadi amat terperanjat setelah
menyaksi kan kejadian ini. cepat-cepat teriaknya.
"Pusatkan pikiran, atur pernapasan dan berenang ke
muka dengan tenang ."
Lan See giok baru merasa lega setelah melihat adik
seperguruannya muncul di depan sana dalam keadaan
selamat dengan cepat dia menaati seruan tersebut.
Dalam waktu singkat dia berhasil mempertahankan
keseimbangan tubuhnya dan berenang lagi ke depan.
Sekarang dia berharap bisa naik ke darat untuk
beristirahat sebentar.
Berbeda sekali dengan jalan pemikiran Si Cay soat,
sewaktu melihat pemuda itu lambat laun dapat
http://kangzusi.com/
mengendalikan diri, dia berharap pemuda itu bisa berenang
lebih lama."
Maka sambil munculkan diri di atas permukaan air dia
berseru keras.
"Engkoh giok kemarilah cepat, di bawah sini terdapat
sebuah batu besar"
Lan See giok merasa ini memang cocok dengan
pikirannya, maka tubuhnya" bergerak ke depan Si Cay soat
kemudian berusaha untuk berdiri di situ .
Si Cay soat tidak menyangka Lan See giok akan berhenti
secara tiba-tiba, saking kagetnya dia menjerit keras dan
segera berusaha untuk menariknya.
Siau thi gou yang berdiri di tepi telaga juga sangat
terperanjat sehingga berteriak keras.
Rupanya sepasang kaki Lan See giok menginjak tempat
yang kosong. ini membuat badannya segera tenggelam.
dalam waktu singkat air telaga menggenangi kepalanya.
Bisa dibayangkan betapa terperanjatnya pemuda
tersebut, serta merta tangannya mendayung dengan
sepenuh tenaga, sementara tubuhnya menubruk ke atas .
Kebetulan sekali si Cay soat yang gagal menyambar
tangan pemuda itu sedang bergerak ke muka, tak ampun
lagi dia lantas dipeluk anak muda tersebut erat-erat.
Lan See giok yang berhasil memeluk adik
seperguruannya, bagaikan menangkap tuan penolong saja,
pelukannya makin diperkencang lagi.. .
Dalam keadaan begini, Si Cay-soat menjadi yaa malu,
gelisah selain gugup. namun ia cukup memahami perasaan
engkoh Giok nya waktu itu, maka dia memutar pinggul,
http://kangzusi.com/
membalikkan badannya dan membiarkan Lan See giok
berada di atas dadanya.
Sementara itu, Lan See giok telah pulih kembali
kesadarannya setelah ia berhasil menarik napas panjang,
sewaktu mengetahui bagaimana dia sedang memeluk
pinggang adik seperguruannya dan mukanya menempel
diantara sepasang payudaranya yang empuk, hatinya
menjadi terkejut dan pegangannya segera dilepaskan.
Si Cay soat bertindak cepat, segera dia membalikkan
badan begitu tekanan di atas tubuhnya hilang, lalu sambil
memeluk tubuh See giok, pelan-pelan ia berenang menuju
ke tepi pantai.
Siau thi gou yang semula dicekam perasaan terkejut dan
gugup sekarang dapat merasa kan betapa lucunya kejadian
ini, tak tahan dia bertepuk tangan sambil tertawa terbahak
bahak.
Tak terlukiskan rasa malu Lan See giok sesudah
mendengar gelak tertawa Siau thi gou, seandainya bisa dia
ingin menyelam ke dasar telaga dan menyembunyikan diri
di sana.
Si Cay soat sendiripun merasa amat malu, pipinya
berubah menjadi merah jengah. apalagi membayangkan
kembali kejadian yang baru saja berlangsung, hatinya
berdebar keras sekali
Tapi ia bertekad untuk berenang ke darat dan menghajar
Siau thi gou untuk melampiaskan rasa malu dan gemasnya,
karenanya bagaikan seekor ikan duyung, dia melesat ke
darat dengan cepatnya.
Siau thi gou segera merasakan bahwa gelagat tidak
menguntungkan, ia tahu sudah membuat gara-gara maka
http://kangzusi.com/
tanpa membuang waktu lagi, dia memutar badan dan
mengambil langkah seribu.
Pada saat itulah, mendadak ..
Dari kejauhan sana terdengar seseorang sedang berteriak
teriak dengan suara yang lantang.
"Thi gou, Thi gou .
Berkilat sepasang mata Siau thi gou mendengar suara
panggilan itu, soraknya gembira:
"Aku berada disini, kami semua berada sini!"
Ditengah teriakan itu, dia berlarian cepat menuju ke arah
mana berasalnya suara tadi.
Sementara itu Si Cay soat dan Lan So giok sudah tiba
pula di daratan. sementara Lan See giok tertegun melihat
wajah gembira Siau thi gou yang sedang berlari menjauh. Si
Cay soat yang sudah tahu suara teriakan siapakah tadi
segera berkata dengan gembira:
"Ayo cepat berangkat, si naga sakti pembalik sungai Thio
loko telah datang"
Lan See giok amat girang, dia berharap bisa peroleh
sedikit kabar tentang bibi Wan dan enci Cian nya dari
mulut si naga sakti tersebut.
-ooo0dw0ooo-
BAB 16
DENGAN wajah gembira, pemuda itu segera berseru
pula. "Mari kita pun segera berangkat!"
http://kangzusi.com/
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh,
berangkatlah muda mudi dua orang tersebut mengejar Siau
thi gou.
Setelah melewati batuan cadas, di depan sana terlihat si
naga sakti pembalik sungai yang bertubuh tegap dan
berambut putih sedang mendekat dengan langkah tegap. di
bawah ketiaknya seperti tergantung sebuah buntalan kecil.
Melihat buntalan itu, Si Cay soat segera bersorak
gembira.
"Thio loko, kali ini hidangan lezat apa yang kau
bawakan untuk kami semua?"
Waktu-itu si naga sakti pembalik sungai sudah
menggenggam tangan Siau thi gou, mendapat pertanyaan
itu diapun menjawab sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaahhh . . haaahhh . . haaahhh kali ini, aku si engkoh
tua harus meminta maaf, berhubung kedatanganku terlalu
tergesa-gesa, maka tidak sempat kubawakan se suatu untuk
kalian."
Kemudian kepada Lan See-giok yang mendekat, dia
berkata pula sambil tertawa:
"Saudara cilik, tujuh bulan kita tak bersua, nampaknya
kau lebih dewasa!!
Berhubung Si Cay soat dan Siau thi gou menyebut
engkoh tua kepada si naga sakti pembalik sungai, maka Lan
See giok segera menjura sambil menyapa pula:
"Siaute Lan See giok menjumpai engkoh tua !"
Naga sakti pembalik sungai tertawa tergelak penuh
kegembiraan. "Haaahhh..haah tidak usah.. tidak usah, aku
si engkoh tua juga tidak membawa hadiah apa-apa sebagai
tanda mata untuk perjumpaan kali ini"
http://kangzusi.com/
"Nah terimalah bungkusan ini, semua barang yang
berada di dalamnya menjadi milikmu semua."
Sambil berkata dia lepaskan buntalan kecil dan
diserahkan kepada Lan See giok.
Tentu saja Lan See giok merasa sungkan untuk
menerimanya, namun juga tak enak untuk menolak, setelah
ragu-ragu sejenak akhirnya dia terima juga buntalan itu.
Siau thi gou tidak tahan untuk mengulurkan lidahnya
sambil menelan air liur berulang kali, nampaknya dia
sedang mengira-ngira hidangan lezat apakah yang berada di
dalam buntalan tersebut.
Menanti Lan See giok menitipkan buntalan tersebut ke
tangan Siau thi gou, bocah itu baru tertawa senang.
Dalam pada itu si naga sakti pembalik sungai sudah
bertanya sambil tersenyum setelah menyaksikan Lan See
giok berdua. masih mengenakan pakaian berenang
"Ooh, rupanya hari ini kalian sedang berlatih ilmu
berenang?"
"Siaute baru pertama kali mempelajari ilmu ini, khusus
siaute minta pelajaran dari adik Soat" sahut Lan See-giok
cepat.
Dengan wajah semu merah, cepat-cepat Si Cay soat
membantah:
"Suhu menugaskan kepada siaumoay untuk mengajarkan
dasar-dasar ilmu berenang kepada engkoh Giok, sekarang
engkoh tua sudah datang, siau-moay mah tak akan urusan
lagi."
"Waah, sayang sekali engkoh tua masih ada urusan
penting yang mesti diselesaikan, paling lama hanya
http://kangzusi.com/
setengah hari aku berada di sini, sebelum malam tiba nanti
harus sudah turun gunung.."
"Kenapa? Kenapa tidak berdiam beberapa hari lagi?"
tanya Lan See-giok bertiga cemas.
Naga sakti pembalik sungai sangsi sejenak akhirnya dia
berkata: "Mari kita pulang dulu sebelum membicarakan
lebih jauh!"
Maka berangkatlah ke empat orang itu menaiki bukit.
Setelah berada di ruang batu, naga sakti pembalik sungai
baru berkata kepada Lan See giok dan Si Cay-soat.
"Sekarang adik Giok dan adik Soat berganti pakaian
dulu, biar engkoh tua menunggu kalian di sini."
See giok dan Cay soat mengiakan, mereka berdua cepatcepat
berlalu untuk bertukar pakaian.
Membayangkan kembali peristiwa dalam air tadi, kedua
orang itu merasa amat malu di samping perasaan manis dan
hangat yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Selesai bertukar pakaian, mereka berdua muncul kembali
dari kamar masing-masing, tapi Si Cay soat yang berjumpa
kembali dengan See giok segera merasakan pipinya menjadi
merah dan tertunduk malu-malu, ia menunjukkan sikap
jengah seorang gadis yang bertemu dengan pemuda asing
saja..
Lan See giok turut merasakan hatinya berdebar keras,
pipinya turut berubah menjadi merah, sedang perasaan
yang mencekam hatinya sekarang sungguh tak bisa
dilukiskan dengan kata-kata.
Si Cay soat segera tersenyum jengah melihat sikap
tertegun pemuda itu, cepat-cepat dia lari naik ke atas
tangga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengikuti di belakangnya, saat itulah dia
baru merasakan bahwa adik seperguruannya telah tumbuh
menjadi seorang gadis remaja, sedangkan ia sendiripun
sudah mendekati seorang pemuda dewasa.
Tiba kembali di ruang batu, Siau thi gou telah
mengeluarkan hidangan serta empat mangkuk arak.
Dari sikap dan wajah Lan See giok serta Si Cay soat
yang memerah, si naga sakti pembalik sungai memandang
sekejap wajah kedua orang itu, dengan cepat dia tahu
bahwa benih cinta rupanya sudah tumbuh dalam hati
mereka.
Namun bila teringat kembali tujuan kedatangannya ke
sana, keningnya segera berkerut, selapis kemurungan segera
menyelimuti wajahnya yang berkeriput.
Lan See giok dan Si Cay soat cepat-cepat menundukkan
kepalanya rendah-rendah, sewaktu sorot mata si naga sakti
Pembalik sungai yang tajam diarahkan kepada mereka oleh
sebab itu mereka pun tidak melihat perubahan wajah dari
engkoh tuanya itu.
Tiba-tiba terdengar Siau thi you berseru dengan nada
tidak senang hati:
"Thio loko, mengapa sih kau terburu -buru ingin pulang?
Siapa tahu tiga atau lima hari lagi suhu sudah pulang . . ."
Mendengar ucapan tersebut, si naga sakti pembalik
sungai seakan akan teringat akan sesuatu, dia segera
berpura - pura gembira dan tertawa tergelak.
"Haaahhh . . . haaahhh . . . haaahhh .. sekarang aku si
engkoh tua hendak memberitahukan kepada kalian,
berhubung cia cianpwe masih ada urusan lain yang belum
selesai dikerjakan, mungkin beberapa bulan lagi beliau baru
bisa pulang"
http://kangzusi.com/
Lan See giok bertiga menjadi sangat terkejut, hampir
bersamaan waktunya mereka berseru:
"Darimana engkoh bisa tahu?"
Naga sakti pembalik sungai tertawa, dengan sikap
sewajar wajarnya ia menjawab:
"Engkoh tua telah menerima surat yang ditulis Cia
locianpwe dan dikirim dari luar lautan!"
Sambil berkata, dia mengambil sepucuk surat dari
sakunya dan diserahkan kepada Lan See giok.
Dengan gugup pemuda itu membukanya dan membaca
isinya.
Si Cay soat segera mendekati anak muda itu sambil
menumpang membaca isi surat tersebut.
Garis besarnya dalam surat itu dijelaskan bahwa guru
mereka harus pergi ke luar lautan demi keselamatan dunia
persilatan, sebab masalah tersebut menyangkut nasib
pelbagai perguruan besar di dunia persilatan, maka urusan
tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat, di samping itu
guru mereka berpesan agar Lan See giok bertiga melatih diri
lebih tekun serta tak usah memecahkan perhatian ke
masalah lain. . .
Ketika selesai membaca surat itu, Si Cay soat yang
pertama-tama berguman dengan nada tak habis mengerti:
"Thio loko, mengapa suhu tidak menjelaskan kapan baru
akan pulang . .?"
Naga sakti pembalik sungai memandang sekejap kearah
Lan See giok yang sedang termenung, kemudian jawabnya
sambil tertawa:
http://kangzusi.com/
"Engkoh tua menitipkan pesan tersebut secara lisan
kepada si pembawa surat. jadi akupun tak tahu kapan
pulangnya."
"Thio loko, siapakah si pembawa surat itu?" tiba-tiba
Siau thi gou bertanya dengan wajah tak mengerti
Agaknya si naga sakti pembalik sungai tidak menduga
Siau thi gou bakal mengajukan pertanyaan tersebut, dengan
kening berkerut dia segera tersenyum.
"Berbicara soal orang ini, kalianpun belum tentu tahu."
"Coba sebutkan agar kami tahu" timbrung Si Cay soat.
Agaknya si naga sakti Pembalik sungai sedang
memperhatikan dengan seksama sikap Lan See giok yang
masih meneliti surat tersebut, namun ia toh menjawab juga.
”Orang itu adalah tianglo angkatan yang lampau dari Butong-
pay, orang menyebut nya Keng-hiang sian-tiang!"
Si Cay soat kembali berkerut kening, lalu tanyanya
dengan nada tidak mengerti:
"Bukankah Keng hiang sian-tiang dari Bu tong-pay
sudah lama tidak muncul kembali di dalam dunia
persilatan?!”
Dengan wajah bersungguh-sungguh si naga sakti
pembalik sungai berkata:
"Masalahnya kali ini menyangkut suatu keadaan yang
besar. jadi tak bisa dibanding-kan dengan kejadian biasa,
dengan undangan khusus dari Lam-hay-lo koay, bahkan
Cia locianpwe saja harus berangkat sendiri apalagi
persoalan ini menyangkut Bu-tong-pay secara langsung,
memangnya dia tak akan berangkat?”
http://kangzusi.com/
Baru selesai dia berkata Lan see Giok yang masih
memegang surat itu berseru kepada, si naga sakti pembalik
sungai:
"Thio loko, siaute jumpai tinta bak di atas surat tersebut
nampaknya sudah lama sekali .”
Berubah hebat paras muka si naga sakti pembalik sungai
setelah mendengar ucapan tersebut. tapi cepat-cepat ia
mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak bahak,
menyusul kemudian ia menjelaskan lebih jauh:
"Saudara cilik, pernahkah kau bayangkan berapa ribu li
jarak dari sini sampai ke luar lautan? Apalagi Keng hian
sian-tiang menggembolnya dalam saku, dimana kena
keringat dan air hujan. masa surat tersebut dapat utuh
seratus persen?"
Berbicara sampai disini, diapun sengaja mengalihkan
pembicaraan ke soal lain, sambil menunjuk ke arah
bungkusan kecil itu katanya lagi:
"Sewaktu menerima surat ini, kebetulan Hu-yong siancu
Han lihiap juga berada di rumahku. ketika ia tahu aku
hendak kemari, dia telah menitipkan bungkusan baju itu
untukmu."
Siau thi gou menjadi amat kecewa setelah mendengar
perkataan itu, serta merta dia mengangkat buntalan kecil itu
dan dilihat sekejap..
Berbeda dengan Lan See giok, mencorong sinar tajam
dari balik matanya setelah mendengar perkataan itu, cepat
tanyanya dengan gembira.
"Apakah bibi Wan dan enci Cian berada dalam keadaan
sehat-sehat semua?"
http://kangzusi.com/
Sewaktu berbicara, wajahnya memancarkan sinar
kerinduan yang amat tebal.
Si Cay soat yang melihat kesemuanya ini segera
merasakan segulung hawa amarah yang entah darimana
datangnya membara di dalam dadanya dan ingin
dimuntahkan ke luar, namun diapun tak berani
melampiaskannya ke luar .
Naga sakti pembalik sungai yang melihat tujuannya
berhasil, ia segera tertawa setelah meneguk arak sahutnya:
"Mereka semua berada dalam keadaan baik-baik. mereka
menduga kau pasti sudah makin tinggi, maka khusus
membuatkan beberapa stel pakaian untukmu."
Lalu sambil mengambil buntalan kecil itu, dari tangan
Siau thi gou, dia bertanya sambil tertawa penuh arti:
"Saudara cilik, apakah kau hendak membukanya
sekarang juga .."
Berkilat sepasang mata Lan See giok, bisa dilihat hatinya
diliputi emosi, bibirnya bergerak seperti ingin mengucapkan
sesuatu, namun akhirnya dia menggeleng kan kepalanya
berulang kali, sahutnya sambil tertawa:
”Oooh, tidak usah, tidak usah!"
Tapi, setiap orang bisa melihat betapa inginnya Lan See
giok membuka bungkusan itu dengan segera dan ingin
melihat pakaian apa saja yang telah dibuatkan untuknya.
Ia percaya setiap jahitan dan setiap lipatan pakaian
tersebut, terkandung kasih sayang dari bibinya dan cinta
suci dari enci Cian nya.
Si Cay soat tak bisa menahan rasa gusar di dalam
hatinya lagi, dia tertawa paksa namun setiap orang bisa
http://kangzusi.com/
mendengar betapa kecutnya suara tertawa itu. kemudian
terdengar ia berkata:
"Sudah tentu jahitannya pas sekali dibadan, secantik enci
Cian yang membuatnya!"
Lan See giok yang polos masih mengira adik Soatnya
benar-benar memuji kecantikan enci Ciannya, tanpa terasa
wajahnya nampak lebih bersinar terang.
Berbeda sekali dengan Naga sakti pembalik sungai yang
berpengalaman, dengan cepat dia dapat menangkap gelagat
yang tidak baik, cepat-cepat dia meletakkan kembali
bungkusan kecil itu ke atas meja, kemudian setelah tertawa
tergelak dengan cepat dia mengalihkan pokok pembicaraan
ke soal lain, ucapannya:
"Di dalam surat Cia locianpwe tadi di pesankan agar
kalian melatih diri dengan tekun, entah bagaimanakah
kemajuan yang berhasil kalian capai dalam setengah tahun
ini?"
Siau thi gou segera melebarkan matanya, semangatnya
berkobar kembali dengan penuh bersemangat katanya:
"Aku telah berhasil mempelajari ilmu Hou-liong-jit-si,
bila suhu pulang, tanggung dia akan gembira."
Lan See giok bertiga yang menyaksikan semangat Siauthi
gou. tak tahan lagi mereka tertawa tergelak.
Berhubung penjelasan dari naga sakti pembalik sungai
tentang huruf yang luntur cocok dengan keadaan, ditambah
pula Hu-yong-siancu hadir sebagai saksi , maka Lan See
giok pun mempercayai keaslian surat itu seratus persen.
Setelah melihat ketiga orang itu tidak ragu lagi, Naga
sakti membalik sungai baru mengajarkan teori dan tehnik
http://kangzusi.com/
bertempur dalam air kepada Lan See-giok di samping
keterangan-keterangan lain yang berharga sekali.
Tak heran kalau Lan See giok bertiga memperoleh
pengetahuan dan faedah yang besar sekali.
Tanpa terasa matahari pun tenggelam di langit barat.
Naga sakti pembalik sungai segera minta diri, sebelum
berpisah ia berpesan kembali agar mereka bertiga tetap
menjaga gua sembari berlatih ilmu silat dengan tekun
sampai kembalinya guru mereka.
Lan See-giok, Si Cay-soat dan Siau-thi gou menghantar
engkoh tua mereka sampai di luar barisan pohon bambu,
hingga bayangan tubuh naga sakti pembalik sungai lenyap
dari pandangan, mereka baru kembali ke ruangan.
Dalam perjalanan kembalinya, Lan See giok ingin
secepatnya membuka bungkusan kecil itu dan melihat
isinya, tanpa disadari langkahnya menjadi terburu buru
sehingga Si Cay soat serta Siau thi gou tertinggal jauh di
belakang.
Siau thi gou yang polos dan terbuka masih tidak
merasakan apa-apa. berbeda sekali dengan Si Cay soat yang
setiap hari bersama sama engkoh Gioknya, ia segera merasa
dirinya seperti dikesampingkan pemuda itu.
Saking pedih hatinya, hampir saja air matanya jatuh
bercucuran..
Gadis yang semenjak kecil sudah terbiasa dimanja
gurunya ini, untuk pertama kalinya merasakan hatinya
sedih dan pedih. mau marah tak bisa dilampiaskan, mau
menangis malu, bisa dibayangkan bagaimana perasaan
hatinya waktu itu.
http://kangzusi.com/
Ia jadi mendongkol sekali kepada engkoh Gioknya . . . .
terlalu banyak masalah yang membuatnya mendongkol, dia
merasa pemuda tersebut seolah-olah mempunyai banyak
dosa dan kesalahan yang tak bisa diampuni lagi, maka
dalam hati kecilnya dia mengambil sebuah
keputusan..selamanya tidak akan menggubrisnya lagi.
Oleh sebab itu, ketika Lan See giok mengambil
bungkusan kecil dan kembali ke kamar nya, sambil
menahan air mata diapun cepat-cepat kembali ke kamar
tidur sendiri.
Sian thi gou yang terdorong perasaan ingin tahu segera
membuntuti engkoh Giok nya dengan ketat, dia ingin tahu
apakah dalam bungkusan tersebut terdapat makanan yang
enak atau tidak.
Karenanya sambil melototkan matanya bulat-bulat, dia
awasi terus engkoh Giok nya membuka bungkusan kecil itu.
Begitu bungkusan dibuka, dibaliknya tempat sebuah
kertas minyak pembungkus, bau harum semerbak
terhembus ke luar dari balik bungkusan itu.
Dengan cepat Siau thi gou mengendus bau itu berulang
kali, sekulum senyuman lebar segera menghiasi bibirnya.
Begitu bungkusan kertas itu dibuka, woouw isinya
adalah ayam panggang, daging kecap, telur asin serta
makanan yang lain yang banyak sekali jumlahnya.
Diam-diam Lan see giok berterima kasih sekali atas
pemikiran bibinya yang mengaturkan semuanya itu dengan
sempurna, meski makanan itu biasa, namun di tengah
pegunungan yang terpencil begini betul-betul merupakan
hidangan lezat yang punya uang pun tak bisa dibeli, maka
dia singkirkan bungkusan makanan itu serta membuka
bungkusan kain putih yang berada di bawahnya.
http://kangzusi.com/
Pada bagian atas adalah jubah biru kegemarannya, baju
itu terbuat dari kain halus, potongan indah dan menawan,
entah hasil karya bibinya atau enci Cian nya!
Ketika diendus, tercium bau harum yang sangat khas
baginya, dengan cepat dia menjadi paham kembali, rasa
gembira yang meluap membuatnya tanpa sadar memanggil
nama enci Cian dengan mesra.
Di bawah jubah itu adalah kain pengikat kepala
berwarna biru, celana biru serta dua stel pakaian dalam
berwarna putih, ketika dicoba dibandingkan ke tubuhnya,
meski sedikit agak kebesaran namun bisa dipakai.
Baju yang kedua berwarna merah cerah, apa yang
terlihat segera membuat pemuda itu tertegun dan
mencorongkan sinar tajam dari matanya.
Rupanya pakaian merah dengan sepasang sepatu
berwarna merah, sarung pedang merah dan pita pedang
berwarna merah.
Dengan cepat Lan See giok paham kembali, rupanya
semuanya ini disiapkan enci Cian untuk adik Soatnya,
dengan perasaan segera ia segera mendongakkan kepalanya
Namun adik Soat sudah tak nampak, bahkan adik Gou
pun tidak kelihatan, ketika berpaling lagi, hidangan semeja
yang baru saja diletakkan disanapun turut lenyap tak
berbekas.
Lan See giok segera tertawa tergelak dengan rasa
gembira, sambil membawa bungkusan berisi baju itu cepat
dia lari naik ke tangga.
Sebelum tiba di kamar tidur, pemuda itu sudah tidak
tahan untuk berteriak keras.
"Adik Soat, adik Soat .."
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba bayangan hitam berkelebat lewat. Siau thi gou
sudah muncul dari balik kamar Si Cay soat, di tangannya
masih menggenggam bungkusan berisi makanan lezat tadi.
Begitu berjumpa dengan Lan See giok, dia lantas berseru
dengan wajah murung.
"Engkoh Giok, enci Soat telah jatuh sakit!"
Lan See-giok terkejut sekali, ia berseru kaget sambil
teriaknya. "Sakit apa? Barusan toh ia nampak sangat
gembira dan segar bugar ..?"
"Aku rasa dia sakit kepala!"
”Oooh..”
Dengan langkah terburu-buru Lan See giok lari masuk ke
dalam kamar tidur si nona, ia jumpai gadis tersebut sedang
membaringkan diri di atas permadani merah sambil
menyembunyikan kepalanya dibalik selimut, tubuhnya
sama sekali tidak bergerak.
Dari keadaan tersebut, pemuda itu menduga gadis itu
memang sakit kepala, cepat-cepat ia letakkan bungkusan
berisi pakaian itu ke lantai, kemudian tanyanya dengan
penuh perhatian:
"Adik soat. adik soat, kenapa kau? Apa yang kau rasakan
sakit-?"
Si Cay soat tetap tak bergerak, menjawab pun tidak.
Lan See giok segera mendekati dan berusaha untuk
memeriksa denyutan nadinya-
"Plaaakkk!" tahu-tahu tangannya sudah di pukul gadis
itu keras-kerashttp://
kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut Lan See giok menarik kembali
tangannya lalu memandang sekejap ke arah Siau thi gou
dengan mata terbelalak, tertegun.
Namun sebagai pemuda yang pintar, dengan cepat Lan
See giok menyadari apa gerangan yang telah terjadi,
rupanya gadis itu bukan sakit kepala melainkan lagi
mengambek.
Siau thi gou juga merasa lega setelah mengetahui enci
Soatnya lagi mengambek, sambil tertawa dia mulai
menyambar paha ayam dan melahapnya dengan rakus.
Sedangkan Lan See-giok duduk termenung di
sampingnya, betapapun dia telah memeras otak belum juga
diketahui apa kesalahannya.
Mendadak ia melihat pedang Jit-hoa kiam yang terletak
tak jauh di atas permadani, satu ingatan segera melintas di
dalam benak nya, ia mengambil keputusan untuk membuat
kejutan bagi si nona tersebut.
Diambilnya pedang Jit hoa kiam tersebut, mula-mula
pita pedang diikatkan dahulu pada gagangnya, kemudian
melapisinya dengan sarung pedang yang halus dan lembut
itu.
Disaat ia sedang mengikatkan tali sarung itulah, suatu
ketidak sengajaan membuat jari tangannya menyentuh
tombol rahasia..
"Criing..l"
Cahaya tajam segera memancar kemana mana, tubuh
pedang melejit berapa inci lebih ke muka dan seketika
menyiarkan suara dentingan yang amat memekikkan
telinga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok terkejut, sedang Si Cay soat juga melompat
bangun dengan cepat, tapi apa yang kemudian terlihat
membuatnya tertegun dan melongo.
Hanya Siau thi you seorang yang mengunyah paha
ayam, sambil tertawa terbahak -bahak.
Melihat sarung pedang yang begitu menawan hati, Si
Cay soat segera jatuh hati, bersamaan itu pula diapun
menjadi sadar, tentunya sarung pedang yang indah tersebut
merupakan hadiah dari Ciu Siau cian yang selalu dipuji puji
oleh gurunya itu.
Dalam pada itu Lan See giok telah membetulkan letak
pedang itu dan sambil tertawa tersipu sipu dia
mengembalikan senjata tersebut kepada si nona.
Si Cay soat sendiri berhubung ia sudah terlanjur jatuh
hati pada keindahan sarung pedang tadi, ditambah pula
perasaan ingin tahunya untuk memeriksa hasil karya Ciu
Siau cian, membuatnya tanpa banyak bicara segera
menerima angsuran tadi.
Setelah diperiksa dengan seksama, mau tak mau gadis itu
harus menyatakan kekagumannya, dia sadar bahwa hasil
kerajinan tangan dari Ciu Siau cian memang betul-betul
sangat indah.
Sebagai seorang pemuda yang cerdik Lan See giok segera
memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerahkan pula
sepatu kecil berwarna merah kepada si nona, kemudian
katanya pula dengan hati-hati.
"Adik Soat, coba kau lihat. inilah tanda mata dari enci
Cian untukmu!"
Si Cay soat segera mendongakkan kepalanya, apa yang
terlihat membuatnya segera menjerit gembira.
http://kangzusi.com/
"Oooh, sangat indah! persis seperti apa yang kuidamidamkan
selama ini."
Cepat-cepat dia letakkan pedangnya ke lantai serta
menerima sepatu baru itu. kemudian dengan tergesa-gesa
sekali dia melepaskan sepatu lamanya hingga tampak
sepasang kaki mungilnya yang putih bersih..
Lan See giok menjadi tertegun melihat hal itu. sepasang
kaki milik adik Soat memang indah dan sangat menawan
hati.
Dalam gembiranya Si Cay soat pun melupakan semua
kekesalan dan kemasgulan yang dialaminya tadi, selesai
mengenakan sepatu baru, dia segera melompat bangun dan
berjalan bolak balik dengan penuh keriangan Ia dengan
suara bernada kegembiraan yang tak terlukiskan dengan
kata, ia berseru:
"Aaah. sungguh indah, persis dengan kakiku, enci Cian
memang orangnya baik sekali, baik sekali . . .”
Melihat adik Soatnya gembira, tentu saja Lan See giok
turut tertawa riang.
Tiba-tiba Si Cay soat melihat jubah biru yang terletak di
sisi anak muda tersebut, berkilat sepasang matanya, dengan
perasaan terkejut serunya tanpa terasa
"Engkoh Giok, apakah baju itupun bikinan enci Cian
untukmu?"
Sambil berkata, ia memungut pakaian tersebut dengan
gugup.
Lan See giok mengira Si Cay soat terkejut atas hasil
karya enci Cian, karenanya dia mengangguk dengan
bangga.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat meraba jubah baru itu, kemudian serunya
lagi dengan perasaan terkejut:
"Engkoh Giok, pakaian ini dibuat dari serat ulat langit,
oooh! Banyak sekali khasiat dari pakaian tersebut, begitu
banyaknya sampai siaumoay tak dapat menerangkannya
satu per satu, tapi yang pokok, masuk ke air tak bakal
tenggelam, masuk api tak akan terbakar, bisa menahan
senjata rahasia, dapat menahan bacokan senjata, engkoh
Giok, dengan pakaian tersebut maka selanjutnya kau tak
usah mengenakan pakaian renang lagi bila ingin masuk ke
dalam air."
Mengetahui kalau jubah itu memiliki khasiat yang begitu
banyak, Lan See giok betul-betul dibikin terkejut sampai
berdiri melongo-longo . . .
Sebaliknya sepasang mata Siau thi gou segera terbelalak
lebar-lebar, mendadak ia letakkan bungkusan berisi
makanan itu ke lantai, setelah itu sambil mengangkat
tangannya tinggi-tinggi ia, bersorak sorai dengan riang
gembira:
"Hooore . . . hooore . . . kalau begitu aku Thi-gou akan
memperoleh pakaian renang baru!”
Sambil berteriak ia lari ke luar dari ruangan tersebut dan
kembali ke kamar sendiri.
Lan See giok dan Si Cay soat jadi tertegun menyaksikan
ulah bocah tersebut, dengan pandangan tak mengerti
mereka awasi bayangan punggung Siau thi gou hingga
lenyap dari pandangan mata.
Tak lama kemudian, Siau thi gou telah muncul kembali
sambil membawa pakaian renang baru, katanya lagi sambil
tertawa terbahak-bahak:
http://kangzusi.com/
"Haaahhh . . .haaahhh . . haaahhh . . . setelah engkoh
Giok memiliki pakaian mestika, pakaian renang jahitan enci
Soat pun tanpa sungkan-sungkan akan menjadi milik aku si
Thi gou.”
Baru sekarang Lan See giok dan Si Cay soat memahami
apa yang dimaksudkan, serentak mereka ikut tertawa
terbahak-bahak.
Setelah saling berpandangan sekejap dengan perasaan
cinta yang semakin mendalam, kata mereka dengan riang:
"Selama ini suhu mengatakan adik Gou bodoh,
padahal."
"Padahal aku tidak bloon!" sambung Siau thi gou dengan
cepat sambil tertawa lebar.
Semenjak hari itu, muda mudi tiga orang itu melanjutkan
latihan mereka dengan lebih tekun, Lan See giok di
samping belajar ilmu berenang dari Si Cay soat, dia pun
mengkombinasikan ilmu gurdi emas ajaran ayah-nya
dengan ilmu pedang Tong kong kiam hoat sehingga
terciptalah suatu ilmu baru yang dinamakan ilmu gurdi
pengejut langit.
Musim panas lewat dan musim gugur kini sudah
menjelang tiba.
Lan See giok, Si Cay soat serta Siau thi gou merasa
murung dan masgul sepanjang hari, sebab guru mereka To
Seng cu belum juga kembali. kendatipun tenaga dalam
mereka bertiga peroleh kemajuan yang sangat pesat namun
perasaan gembiranya tidak seperti semula lagi.
Yang membuat mereka bertiga merasa gelisah adalah si
naga sakti pembalik sungai pun tidak muncul lagi. mereka
tidak mendapat berita dari dunia luar sehingga praktis
http://kangzusi.com/
selama satu tahun penuh mereka tidak mengetahui
bagaimanakah perubahan dalamdunia persilatan.
Si Cay soat mulai menguatirkan keselamatan dari
gurunya, Siau thi gou juga saban hari bermuram durja,
sedangkan Lan See giok sering kali melamun sambil
memandang pegunungan dikejauhan sana.
Sekali lagi dia mulai mencurigai isi surat yang pernah
dibawa si naga sakti pembalik sungai tempo hari, terutama
bila membayangkan kembali gumaman gurunya sebelum
berpisah, dia yakin dunia persilatan tentu sudah diliputi
kekacauan dan kekalutan, bahkan bisa jadi darah telah
menggenangi permukaan tanah.
Cuma pemuda itu hanya berani membayangkan namun
tak berani menyampaikan jalan pemikirannya kepada Si
Cay soat serta Siau thi gou..
Dihati kecilnya dia seperti memperoleh suatu firasat,
kepergian gurunya tempo hari meski sampai mengancam
keselamatan jiwanya, paling tidak gurunya sudah ditawan
dan disekap atau terperangkap dalam jebakan musuh
hingga terkurung di suatu tempat.
Membayangkan musuh-musuh tersebut, dia pun teringat
kembali akan Lam hay lo koay, Wan San popo serta Si to
cinjin. Di samping itu diapun membayangkan pula betapa
lihainya ilmu silat yang dimiliki orang-orang tersebut
Bilamana dugaannya tak meleset, di atas bahunya
sekarang tertanam dua macam beban yang sangat
berat.Dendam orang tua dan musibah dari gurunya.
Berbicara soal kemampuan yang dimiliki nya sekarang,
membalas dendam bukan pekerjaan yang terlampau sulit
baginya, tapi untuk menghadapi tiga manusia aneh dari luar
lautan, dia tak mempunyai suatu keyakinan pun berhubung
http://kangzusi.com/
dia sendiri juga tak tahu sampai dimanakah kekuatan
mereka yang sesungguhnya.
Pepatah kuno berkata, satu hari menjadi guru, budi
bagaikan orang tua sendiri.
Seandainya, gurunya benar-benar, menjumpai musibah,
sekalipun tubuh harus hancur, lautan api mesti diterjang,
dia tak akan menampik untuk melakukannya.
Semakin membayangkan apa yang telah terjadi, anak
muda itu semakin ketakutan, saking gelisahnya peluh
sampai jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya, ia
bertekat untuk membakar semangat sendiri dan adik-adik
seperguruannya agar lebih tekun melatih ilmu silat masingmasing.
Dengan kepergian To Seng cu yang tak pernah kembali
lagi, kedudukan Lan See giok dihati Si Cay soat dan Siau
thi gou pun bertambah penting, Saban hari mereka bertiga
selalu hidup berdampingan, dan tak pernah berpisah barang
sejengkalpun.
Sikap Si Cay soat berubah menjadi lebih lembut dan
hangat, dalam suasana murung dan sedih, dia semakin
menyayangi engkoh Giok nya dan memperhatikan adik
Gou nya.
Siau thi gou yang polos dan lugu, sejak itu tak pernah
menampilkan senyuman bloon-nya yang menggiurkan di
atas wajah bulatnya yang hitam berkilat lagi.
Waktu berlalu sangat cepat, kini musim dingin telah tiba,
bunga salju turun dengan derasnya menyelimuti seluruh
permukaan tanah.
Permukaan bukit Hoa-san dengan beberapa buah
bukitnya yang tinggi, kini telah berubah menjadi serba
putih.
http://kangzusi.com/
To Seng-cu, tokoh persilatan nomor wahid dikolong
langit sudah setahun meninggalkan gunung, namun hingga
saat itu belum juga ada kabar beritanya tentang mereka.
Lan See giok dan Si-Cay soat sudah tak dapat
menenangkan hatinya lagi, setiap kali Siau Thi-gou sedang
menanak nasi di dapur, mereka berdua selalu
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berunding
bagaimana caranya mencari berita tentang guru mereka.
Hasil dari perundingan mereka menyimpulkan bahwa si
naga sakti pembalik sungai sudah tidak berada di tepi telaga
Phoa yang lagi bisa juga dia telah menyusul ke luar lautan
untuk mencari jejak suhu, kalau tidak, dia pasti akan
mengunjungi bukit Hoa-san untuk mengetahui apakah guru
mereka sudah pulang atau belum.
Akhirnya kedua orang itu memutuskan akan menunggu
sampai setengah bulan lagi, jika selewatnya tahun baru guru
mereka belum juga kembali, maka See-giok eng ambil
keputusan untuk turun gunung dan mencari berita tentang
gurunya.
Sebagaimana diketahui, dalam gua mereka tersimpan
kitab pusaka cinkeng warisan su-cou mereka, apalagi guru
mereka pun berpesan agar tidak meninggalkan gua tersebut
itulah sebabnya mereka bertiga tak berani turun gunung
bersama-sama.
Lan See giok memang sebelumnya telah memperoleh ijin
dari gurunya untuk turun gunung mencari balas, dengan
diutusnya pemuda tersebut, selain tidak melanggar pesan
guru mereka. hal inipun merupakan pilihan yang paling
tepat, tak heran kalau kedua orang itu terpaksa mengambil
jalan tersebut.
Meski keputusan ini disambut Si Cay soat dengan
perasaan berat, namun berhubung dendam berdarah engkoh
http://kangzusi.com/
Giok nya belum terbalas, jejak gurunyapun merupakan
sebuah tanda tanya besar, kesemuanya ini membuat si nona
tak berani banyak berbicara.
Pikiran dan perasaan seorang gadis memang selalu lebih
sempit dan cupat, tidak terkecuali Si Cay soat, semenjak
mengambil keputusan tersebut, hampir setiap saat ia selalu
berdoa agar gurunya bisa cepat-cepat kembali ke rumah.
Tekanan jiwa yang dialaminya membuat gadis itu sukar
tidur dan tak enak bersantap tidak sampai berapa hari,
tubuhnya menjadi kurus dan mukanya pucat.
Baru sekarang dia menyadari bahwa diri nya sudah tak
mungkin lagi berpisah dengan engkoh Gioknya.
DALAM setahun belakangan ini, boleh di bilang mereka
bertiga selalu berkumpul bersama, tak sedetikpun berpisah,
entah berlarian di tanah perbukitan ditengah malam, atau
bermain air di telaga Cui-oh, mereka selalu berduaan dan
bermesraan, dan biasanya dalam keadaan begini Siau thi
gou yang blo’on selalu menghindar jauh-jauh.
Lewat beberapa hari lagi Lan See-giok akan genap
berusia delapan belas tahun, selama dua tahun ini, dari
seorang bocah tanggung yang binal See-giok berubah
menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa,
tidak heran kalau Si Cay soat menjadi begitu tergiur dan
kesemsem kepadanya, is sering-kali melamun. kalau bisa
dia ingin bersama engkoh Giok nya hidup sepanjang tahun
di tempat yang terpencil ini dan tak akan mengadakan
hubungan lagi dengan dunia luar.
Tapi Lan See giok harus turun gunung untuk menelusuri
gurunya, sebelum hal ini benar-benar terjadi, dia berusaha
untuk menjauhkan diri dengannya, tapi alhasil malah
kebalikannya yang diperoleh.
http://kangzusi.com/
Sekarang dia mulai sadar, jika See giok sudah turun
gunung, maka kehidupannya akan menjadi kering, kosong,
sepi dan layu, keadaan yang harus dialaminya selama
bertahun lamanya mungkin.
Betul di sisinya masih ada Siau thi gou yang polos dan
lugu. diapun sangat menyayangi adiknya yang menawan
tersebut, tapi bagaimanapun juga perasaan kasih sayang
sebagai kakak terhadap adik tentu saja berbeda sekali
dengan kasih sayang terhadap pujaan hatinya..
Selain itu, masih ada satu hal lagi yang membuat
perasaannya tidak tenang, yaitu si gadis cantik lainnya yang
sering dipuja oleh gurunya. Ciu Siau cian.
Setiap kali ia membicarakan soal Ciu Siau cian, di atas
wajah engkoh Giok nya tentu terlintas setitik cahaya tajam,
selain rasa hormat terselip juga perasaan cinta.
Selama setahun ini, diapun menyaksikan bahwa engkoh
Giok nya tak pernah sedikit pun melupakan Ciu Siau cian,
kejadian ini membuatnya lebih cemburu, lebih mendongkol
dan tak tenang.
Pernah terbayang olehnya bagaimana eng-koh Giok dan
Ciu Siau cian bertemu kembali, apa yang mereka lakukan
setelah perjumpaan itu? Sudah pastila
tak berani berpikir lebih jauh, sebab saban kali
membayangkan hal tersebut, hati nya pasti berdebar keras,
wajahnya berubah merah dan sepanjang malam tak bisa
tidur nyenyak-
Lan See giok pun merasa sangat tak tenang melihat
keadaan adik Soat nya yang makin lama semakin kurus dan
murung.
Seringkali dia menghibur nona tersebut selain berpesan
kepada Siau-thi gou agar selalu memperhatikannya.
http://kangzusi.com/
Ia juga tahu, dalam perjalanannya turun gunung nanti,
mungkin sekali banyak kesulitan dan percobaan yang bakal
dialaminya.
Diapun berharap gurunya bisa kembali dengan selamat,
hal ini berarti bisa membebaskannya untuk berangkat ke
luar lautan.
Meski diapun pernah memikirkan bibi Wan dan enci
Cian nya, namun masalah dendam orang tua dan musibah
gurunya jauh lebih memenuhi jalan pemikirannya.
Tahun baru kedua semenjak See-giok tiba di bukit Hoasan,
akhirnya menjelang tiba, salju masih menyelimuti
seluruh permukaan tanah.
Biarpun suasana tahun baru merupakan hari-hari yang
paling bahagia, namun Lan See giok, Si Cay soat dan Siau
thi gou nampak lebih masgul dan murung.
Akhirnya tanggal tiga bulan pertama, Lan See-giok
mengambil keputusan untuk turun gunung.
Si Cay soat sibuk di dapur untuk menyiapkan hidangan
bagi perjamuan perpisahannya dengan Lan See giok.
Siau-thi-gou membantu See giok membereskan
perbekalannya.
Lan See-giok telah bertukar pakaian dengan baju baru
pemberian bibi Wan serta enci Cian, gurdi emasnya
disembunyikan dibalik pinggang dan senjata rahasia
andalan ayah nya peluru cahaya perak, digantungkan di
balik jubahnya.
Perjamuan perpisahan berlangsung cukup meriah,
meskipun masing-masing pihak berusaha untuk
menyembunyikan perasaan dukanya di dalam hati.
http://kangzusi.com/
Malam semakin kelam, akhirnya Lan See giok harus
membesarkan hati untuk bangkit berdiri.
"Adik Soat, Adik Gou, aku harus berangkat sekarang!"
ujarnya kemudian dengan suara tenang.
Si Cay-soat dan Siau- thi-gou manggut-manggut pedih,
serentak mereka bangkit untuk mengantar ke luar ruangan:
Barisan bambu dan pohon siong mereka lewati dengan
perasaan yang sangat berat dan masgul.
Sepanjang perjalanan, Siau-thi-gou diam-diam berdoa
bagi keberhasilan engkoh Giok-nya dan menemukan
kembali jejak guru mereka serta berhasil membalas sakit
hati.
Sedangkan Si Cay coat harus mengucurkan air mata
sambil menahan isak tangisnya, selain berharap engkoh
Gioknya bisa berhasil dengan sukses, di hati kecilnya pun
dipenuhi oleh pelbagai kemurungan yang serasa
menyumbat hatinya.
Lan See giok pun merasakan hatinya berat dan murung,
untuk kesekian kalinya dia harus merasakan kembali betapa
berat nya saat-saat perpisahan dengan orang-orang yang
dicintainya.
Namun ia tak berani banyak berbicara, ia berusaha untuk
menjaga ketenangan hatinya serta mencari akal bagaimana
mesti bertindak untuk menyelidiki jejak gurunya sesudah
turun gunung nanti.
Karena itulah meski wajahnya nampak -sangat tenang,
sesungguhnya dia merasa amat murung dan kesal.
Akhirnya hutan bambu sudah dilewati, sejauh mata
memandang, lapisan salju nan putih menyelimuti seluruh
jagad.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Lan See giok menghentikan langkahnya,
kemudian sambil menengok adik Gou dan adik Soatnya
yang tampak sangat murung, ia berkata sedih:
"Adik Soat, adik Gou, kalian harus menjaga diri baikbaik,
begitu selesai pekerjaanku, secepatnya aku akan
pulang kembali."
Siau thi gou membuka matanya lebar-lebar sambil
mengangguk, matanya berkaca kaca dan hampir saja air
matanya jatuh bercucuran:
Si Cay-soat juga berusaha untuk mengendalikan gejolak
perasaannya, namun dia tak mampu mengendalikan diri
untuk membungkam terus, dengan wajah yang basah oleh
air mata dan wajah yang amat layu, dia menengok pemuda
itu sambil bisiknya dengan suara gemetar:
"Engkoh Giok ."
Namun hanya sebutan itu yang sempat meluncur ke luar,
tubuhnya segera gemetar keras, sambil menutupi wajah
sendiri dengan kedua belah tangan, dia menangis tersedu
sedu.
Sedih nian perasaan Lan See giok menyaksikan kejadian
seperti ini, namun bila teringat dia tugas berat yang berada
dibahunya, pemuda tersebut tak berani berpikir lebih jauh.
Dengan lemah lembut dipegangnya lengan gadis itu
kemudian dengan perasaan pedih dia berkata:
"Adik Soat. bila akan ingin mengucapkan sesuatu,
katakanlah sekarang juga.."
Dalam keadaan begini Si Cay soat tidak memperdulikan
lagi kehadiran Siau thi gou di tempat tersebut, sambil
menangis tersedu dia menubruk ke dalam pelukan See giok
lalu bisiknya.
http://kangzusi.com/
"Apa yang hendak kukatakan, telah kau ketahui semua”
Sebagai seorang yang pintar, sudah barang tentu pemuda
itu cukup mengetahui bagaimanakah perasaan gadis
tersebut sekarang.
Dengan perasaan sedih dan terharu, pemuda itu segera
menghibur.
"Adik Soat, kau jangan kelewat menyiksa diri, seusai
bertugas aku pasti akan kembali lagi!"
Si Cay soat pun cukup tahu bahwa anak muda tersebut
tak mungkin bisa kembali sedemikian cepatnya, sebab di
samping menyelidiki musuh-musuh besar pembunuh
ayahnya. diapun harus menelusuri jejak gurunya, bahkan
bisa jadi perjalanannya didampingi Ciu Siau cian,
mungkinkah pemuda itu akan kembali secepatnya?
Melihat gadis itu membungkam diri dalam seribu
bahasa. Lan See-giok mengerti, tak mungkin ia bisa
menghibur perasaannya yang duka dengan sepatah dua
patah kata saja, akhirnya sambil membulatkan tekad ia
berkata:
"Adik Soat, adik Gou, jagalah diri kalian baik-baik, aku
akan berangkat dulu!"
Si Cay-soat mengangkat kepalanya memandang pemuda
itu sedih, lalu mengangguk lirih.
"Berangkatlah engkoh Giok, semoga kau jangan terlalu
memikirkan siau-moay berdua sehingga mengganggu
pikiranmu.."
Lan See giok mengerti apa yang dimaksudkan, dia
menghela napas sedih seraya menjawab:
http://kangzusi.com/
"Perasaanku hanya Thian yang maha tahu, moga-moga
adik Soat bisa menjaga diri baik-baik dan merawat adik
Gou semestinya.”
"Jangan sampai membuat kau sendiri jatuh sakit!"
Kata-kata tersebut amat menghibur perasaan Si Cay-soat,
ia segera menyeka air matanya dan mengangguk.
Sekali lagi Lan See giok memandang wajah ke arah Si
Cay-soat serta Siau-thi gou, kemudian diiringi ucapan
selamat tinggal ia membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh Lan See giok
sudah lenyap di balik pepohonan sana.
Perasaan sedih, kosong. sepi dengan cepat menyelimuti
seluruh perasaan Si Cay-soat, tak tahan lagi air matanya
sekali lagi jatuh bercucuran dengan derasnya.
"Sudahlah enci Soat" Siau-thi-gou segera menghibur.
"mari kita masuk, engkoh Giok telah pergi jauh."
Namun Si Cay soat tidak memberikan reaksi apapun, dia
masih berdiri termangu sambil memandang ke muka
dimana bayangan tubuh Lan See-giok melenyapkan diri
tadi.
Lan See giok mengerahkan segenap tenaganya untuk
berlari kencang. begitu pesatnya dia berkelebat membuat
pemuda itu tercengang sendiri atas kemajuan yang telah
dicapainya selama ini.
Sawah dan gunung sudah dilalui, dengan menelusuri
jalan raya yang ramai dia bergerak terus menuju ke arah
tenggara.
Langit mulai terang, matahari mulai muncul dari ufuk
timur, namun Lan See giok masih meneruskan
perjalanannya dengan cepat.
http://kangzusi.com/
Ketika tiba di sebuah kota besar, Lan See giok mendapat
tahu kalau tempat itu terletak paling dekat dengan benteng
Pek hoo cay milik si toya besi berkaki tanggal Gui Pak
ciang ketimbang bukit Tay ang san dari beruang berlengan
tunggal.
Mengetahui hal tersebut, ia mengambil keputusan untuk
berangkat ke Benteng Pek hoo cay mencari si toya baja
berkaki tunggal, meski Gui Pak ciang tidak termasuk orang
yang paling mencurigakan, namun siapa tahu kalau dari
mulutnya akan diperoleh sedikit informasi yang
menguntungkan?
Malam itu, dia tiba di sebuah kota yang jaraknya tinggal
sepuluh li dari benteng Pek hoo cay.
Setelah menempuh perjalanan jauh, Lan See giok merasa
perutnya lapar, dia pun memasuki sebuah rumah makan
yang berada tak jauh dari situ.
Suasana dalam rumah makan ramai sekali, hampir
semua tempat dipenuhi dengan tamu yang minum arak
sambil bermain dadu.
Lan See giok memilih sebuah tempat yang dekat dengan
jendela, sesudah memesan hidangan, dia bersantap sambil
tiada hentinya menyusun rencana bagaimana menghadapi
Gui Pak ciang nanti.
Sementara masih melamun, tiba-tiba dari luar jendela
berkumandang suara derap kaki kuda yang ramai sekali.
Menyusul kemudian terdengar suara orang yang
berteriak-teriak kaget dari arah jalan raya.
Serentak semua keramaian dalam rumah makan terhenti
sama sekali, orang berhenti bermain dadu, yang semula
berkaok-kaok kini pun membungkam diri dalam seribu
bahasa, suasana menjadi hening sekali.
http://kangzusi.com/
Hal tersebut tentu saja mengherankan Lan See giok,
tanpa terasa dia membuka daun jendela sambil menengok
ke depan.
Pada saat itulah seorang pelayan telah membuka jendela
sambil mengintip ke luar, tapi paras mukanya segera
berubah hebat serunya tiba-tiba:
"Aduh celaka, ji-hujin dari benteng Pek hoo cay. Tok nio
cu (wanita beracun) telah datang!"
Berkilat sepasang mata Lan See giok mendengar ucapan
itu, dengan cepat dia bangkit berdiri dan melongok ke luar.
Sementara itu dari ujung jalan sana terlihat ada enam
ekor kuda jempolan sedang dilarikan kencang kencang,
orang yang semula berlalu lalang, kini kelihatan lari kian
kemari mencari perlindungan, suasana amat kalut dan
panik.
Dibagian paling depan nampak seekor kuda putih
ditunggangi seorang nyonya cantik bermantel hitam yang
nampaknya baru berusia dua puluh enamtujuh tahunan.
Sedangkan lima ekor lainnya ditunggangi oleh lima lelaki
kekar yang semuanya menyoren senjata, ketika Lan see
giok menengok ke luar, kebetulan sekali nyonya cantik
itupun sedang menengok ke arahnya.
Tiba-tiba saja mencorong sinar tajam dari balik mata
nyonya cantik bermantel hitam itu, ia berseru kaget dan
segera menarik tali les kudanya kencang-kencang.
Diiringi suara ringkikan panjang, kuda putih itu segera
mengangkat kakinya ke atas meski begitu, nampaknya
nyonya muda itu mahir sekali menunggang kuda, ia sama
sekali tidak terjatuh dari kudanya.
http://kangzusi.com/
Kelima ekor kuda lainnya serentak menahan pula kuda
masing-masing secara mendadak, hal ini membuat suasana
bertambah kalut, para pejalan kaki yang sudah menyingkir
ke samping. sama-sama menjerit kaget sambil
membubarkan diri ke empat penjuru ..
Lan See giok, sendiri meski tidak pandai menunggang
kuda, tapi setahun telah berselang, ketika ia sedang kabur
dari benteng Wi-lim-poo, pemuda itu pernah mengalami
suatu pengalaman yang cukup mengagetkan di tepi telaga
Phoa-yang -oh.
Tak heran kalau dia segera bersorak memuji setelah
menyaksikan kemahiran Tok-nio-cu dalam ilmu
menunggang kudanya.
Tapi perasaan tak puas segera muncul pula sesudah
menyaksikan para rakyat jelata pada membubarkan diri
dalam keadaan panik dan kalut karena ketakutan.
Dilihat dari cara orang-orang Pek hoa cay yang berani
melarikan kudanya kencang-kencang ditengah jalan yang
ramai, bisa diketahui bagaimanakah sepak terjang mereka
diwaktu waktu biasa.
Sekalipun demikian, ia tak ingin banyak menimbulkan
urusan daripada belum-belum sudah mengejutkan
lawannya, bila hal tersebut sampai terjadi, berarti dia telah
memberi kesempatan kepada si Toya baja berkaki tunggal
Gui Pak ciang untuk mempersiapkan diri dengan sebaik
baiknya.
Sementara ingatan tersebut masih melintas di dalam
benaknya, nyonya cantik berbaju hitam itu sudah melejit ke
tengah udara dengan suatu gerakan yang sangat enteng..
http://kangzusi.com/
Mantel hitamnya yang lebar segera berkibar pula ketika
terhembus angin, bagaikan sekuntum awan hitam, dia
melayang turun di depan pintu rumah makan.
Kelima orang lelaki lainnya yang menyaksikan kejadian
tersebut, serentak meninggalkan kuda kudanya dan
berlarian menuju ke depan rumah makan itu.
-ooo0dw0ooo-
BAB 17
LAN SEE-GIOK segera berkerut kening, dengan
perasaan tak habis mengerti ia berpaling, dilihatnya para
tamu yang semula berada dalam ruang rumah makan, kini
sedang membereskan uang dan gundu mereka dengan
wajah panik dan peluh dingin bercucuran deras.
Tak selang berapa saat kemudian, dua orang lelaki
berwajah penuh amarah telah muncul di atas loteng.
Menyusul kemudian bayangan hitam berkelebat lewat,
Tok Nio-cu si perempuan cantik berbaju hitam itu diiringi
ketiga orang lelaki lainnya telah muncul pula di ruang
loteng dengan langkah tergesa gesa..
"Blaammm !"
Serentak para tamu bangkit berdiri seraya
membungkukkan badan memberi hormat. semuanya
menahan napas sambil mengawasi Tok Nio-cu yang cantik
dengan senyuman dikulum itu dengan perasaan panik
bercampur tegang.
kebetulan sekali pada waktu itu hanya Lan See giok
seorang yang duduk di kursinya, sebab dia sedang
mengawasi Tok Nio-cu yang menampakkan diri sehingga
tidak terlalu memperhatikan gerak gerik para tamu lainnya.
http://kangzusi.com/
Sejak muncul dalam dunia persilatan hingga kini sudah
ada beberapa orang gadis cantik yang pernah dijumpainya.
..Orang pertama yang masuk ke dalam lembaran
hidupnya adalah enci Cian yang lembut, kemudian adik
seperguruannya Si Cay-soat yang lincah dan ketiga adalah
Oh Li cu yang genit.
Dan kini, Tok Nio-cu yang usianya sudah mencapai dua
puluh enam-tujuh tahunan ini ternyata dirasakan berwajah
mirip sekali dengan Oh Li cu, seolah-olah mereka berdua
adalah saudara sekandung saja.
Rambutnya yang lembut, wajahnya berbentuk bulat telur
dengan biji mata yang bening, hidung mancung dan bibir
kecil mungil. dia memang seorang perempuan cantik yang
sangat menawan hati.
Sementara dia masih melamun. mendadak seorang lelaki
kekar berjalan mendekatinya. kemudian dengan mata
melotot besar hardiknya keras-keras:
"Bocah keparat, kau benar-benar tak tahu adat, setelah
bertemu dengan hujin, mengapa tidak bangkit berdiri untuk
memberi hormat?"
Di tengah bentakan keras, tubuhnya menerjang ke muka
dan telapak tangan kanannya siap dibacokkan ke atas tubuh
Lan See giok.
Sesungguhnya Lan See giok tidak berniat mencari
urusan. tapi setelah menyaksikan sikap kasar lawan yang
jelas hendak mencari gara-gara itu, keningnya langsung
berkerut, api amarah pun berkobar.
"Koan-ki, kembali!" mendadak Tok- Nio-cu membentak
keras.
http://kangzusi.com/
Sayang bentakan itu sudah terlambat, te-lapak tangan
kanan Koan-ki sudah diayunkan ke muka membacok tubuh
Lan See giok yang masih duduk dengan tenang itu.
Lan See giok tertawa dingin, sambil menarik muka dia
membalikkan pergelangan tangannya sambil mengayun ke
atas, jurus tiang sakti penahan langit segera dipergunakan.
Tidak terlihat secara jelas gerakan apakah yang
dipergunakan olehnya, tahu-tahu saja pergelangan tangan
lelaki itu sudah kena dicengkeram olehnya, menyusul
kemudian sekali bentakan saja. dia telah melemparkan
tubuh lelaki itu ke belakang.
"Blaammm!"
Diiringi suara benturan yang sangat keras. debu dan pasir
beterbangan kemana mana, diiringi jerit kesakitan lelaki itu
terlempar ke luar dari jendela -
Melihat hasil dari gerakannya itu, Lan See giok merasa
amat terkejut. Dia jadi teringat kalau di belakang jendela
merupakan jalan raya, namun sayang keadaan sudah
terlambat baginya untuk menarik kembali serangan
tersebut.
Jeritan kaget dan teriakan panik dengan cepat
berkumandang dari luar jendela.
Lan See-giok mencoba untuk melongok ke bawah, di
jumpainya orang-orang yang semula berkerumun melihat
keramaian di bawah loteng situ kini sedang saling berdesakdesakan
saja, suasana kalut sekali.
"Duuk!"
Tak ampun tubuh koan-ki yang kekar mencium di atas
tanah keras-keras, begitu kerasnya bantingan tersebut,
http://kangzusi.com/
membuat untuk sementara hanya bisa mengaduh-aduh
lemah.
Bersamaan waktunya ketika Lan See-giok melongok ke
bawah, dari belakang tubuh nya telah bergema lagi dua kali
bentakan keras yang memekikkan telinga.
"Dengan kehadiran nyonya di sini, kau si keparat berani
turun tangan dengan semaunya sendiri?"
Angin pukulan yang sangat kencang mendadak
meluncur kearah belakang kepalanya.
Ucapan yang tersebut tadi kembali membangkitkan
amarah dalam dada Lan See-giok
Dengan cepat dia memutar badannya sembari
membentak nyaring.
"Kawanan tikus, pingin mampus rupanya kalian!"
Kedua belah tangannya dipergunakan bersama dengan
suatu gerakan cepat ia mencengkeram lengan kedua orang
lelaki tersebut kemudian mengayunkan ke belakang.
Diiringi jeritan kesakitan. kedua orang -lelaki itu kembali
terlempar ke luar dari luar jendela.
Meski pun suasana di atas jalan raya amat ramai dengan
jeritan kaget, namun di ruang loteng dengan berpuluh orang
tamunya justru dicekam dalam keheningan yang luar biasa,
semua orang hanya bisa membelalakkan matanya dengan
perasaan terkejut.
Semula Tok Nio-cu sebetulnya hanya tertarik oleh
ketampanan wajah Lan See giok dia merasa pemuda
tampan dengan pakaian tipis yang dikenakan di musim
dingin ini sudah pasti mempunyai asal usul yang luar biasa.
Apa mau dikata Koan-ki, lelaki kekar tadi kelewat
sombong dan tak mau memandang sebelah mata kepada
http://kangzusi.com/
orang lalu, bukan saja serangannya mengalami kegagalan,
bahkan nyaris terbanting mampus di bawah loteng.
Akibat dari peristiwa tersebut, Tok Nio-cu ikut
kehilangan muka sehingga mustahil lagi baginya untuk
berdiam diri belaka.
Apalagi sekarang, bertambah dua orang anak buahnya
lagi terlempar ke bawah loteng, posisinya boleh dibilang
semakin terdesak.
Selama berkelana di dalam dunia persilatan, belum
pernah Tok Nio-cu diperlakukan orang semacam ini, tak
heran kalau paras mukanya segera berubah menjadi hijau
membesi dan tubuhnya gemetar keras.
Sambil tertawa dingin, katanya kemudian dengan suara
berat dan dalam:
"Masih muda sudah tak tahu diri, berani amat melukai
anak buahku? Hmm, kau pasti seorang anak ayam yang
baru muncul dalam dunia persilatan sehingga tak tahu
tinggi nya langit dan tebalnya bumi!"
Kemudian setelah mengamati wajah Lan See giok sekali
lagi, dia berkata lebih lanjut, hanya kali ini suaranya jauh
lebih lembut. "Jika kulihat dari gerak seranganmu yang
hebat, semestinya kau berasal dari perguruan kenamaan,
ayo cepat kau sebut kan nama gurumu dan asal
perguruanmu, bila ada hubungannya dengan kami,
memandang di atas hubungan kita dimasa lalu aku bersedia
melepaskan dirimu dan menyudahi persoalan sampai disini
saja. kalau tidak. hmmm . . ."
"Kalau tidak mau apa kau?" jengek Lan See giok dengan
nada yang amat sinis.
http://kangzusi.com/
Sebetulnya Tok Nio-cu berniat mengalah dengan
harapan Lan See giok bisa mencari alasan untuk menyudahi
persoalan tersebut.
Siapa tahu, anak muda itu justru lebih berani lagi,
bahkan mengejek pula. bisa di bayangkan betapa
amarahnya perempuan itu.
Sepasang matanya segera melotot besar, keningnya
berkerut kencang, dengan suara keras bentaknya:
"Bagus. kalau toh kau tekebur terus dan tak tahu diri,
akan kusuruh kau rasakan sampai di manakah kelihaian
dari aku Tok nio-cu!"
"Haah..haah..haah." Lan See-giok tertawa tergelak, "biar
aku masih muda, belum pernah kujumpai manusia tekebur
yang begitu jumawa macam kau.."
"Anak muda yang tak tahu diri, tampak nya sebelum
kuberi sedikit pelajaran, kau tak akan mengetahui kelihaian
orang teriak Tok Nio-cu bertambah gusar.
Tiba-tiba dia mengayunkan telapak tangan nya ke
muka.."
Segulung bola api kecil yang memancar kan cahaya
hijau, diiringi suara mendesis yang keras dan memancarkan
asap merah kehitam hitaman, langsung menerjang ke arah
Lan See-giok.
Anak muda itu sangat terkejut, ia cukup tahu akan
kelihaian dari peluru api beracun tersebut, namun diapun
dapat melihat dengan jelas bahwa peluru api beracun itu
bukan ditujukan ke arahnya, itulah sebabnya ia tetap tidak
berkutik.
Tok Nio-cu sendiri yang menjadi pucat melihat sikap
lawannya. tiba-tiba ia menjerit.
http://kangzusi.com/
"Eeeh, Cepat menyingkir ke samping!"
Belum habis dia berseru, Peluru beracun itu sudah
melesat lewat duri samping Lan See giok dan langsung
menerjang ke atas daun jendela.
"Blaammm!"
Asap belerang dan gulungan api segera muncrat ke
mana-mana dan memercik ke atas tubuh Lan See-giok.
Anak muda tersebut sangat terkejut, cepat-cepat dia
melompat mundur ke belakang, bersamaan itu pula dia
mengangkat ujung bajunya untuk melindungi muka.
Sekalipun begitu, beberapa puluh percikan bunga api toh
sempat memercik ke atas jubah birunya.
Suatu kejadian aneh tiba-tiba saja berlangsung di depan
mata, percikan bunga api yang jatuh di baju birunya itu
tahu-tahu saja rontok semua ke atas tanah, sedang
pakaiannya tidak mengalami cedera barang sedikitpun juga.
Dalam hati kecilnya See-giok tahu apa yang telah terjadi,
sementara dia bermaksud untuk turun tangan memberi
hukuman pada Tok Nio-cu, tiba-tiba suasana dalam ruang
loteng itu menjadi kalut, jeritan kaget bergema dari manamana.
Cepat-cepat pemuda itu mendongakkan kepalanya, apa
yang terlihat membuatnya amat terkejut, ternyata jilatan api
telah membakar daun jendela yang dengan segera menjalar
ke mana-mana, kebakaran besar mengancam gedung
tersebut.
Tanpa berpikir panjang lagi, pemuda itu menghimpun
tenaga Hud -kong-sin-kangnya lalu diiringi bentakan keras.
ujung baju kanannya dikebutkan ke arah jendela dengan
http://kangzusi.com/
ilmu ujung baju baja menggapai angkasa semacam ilmu
kebasan yang sangat hebat
"Weess!"
Asap tebal berputar di angkasa, percikan api yang
menjilat gedung seketika padam semua.
Pucat pias Tok Nio-cu melihat kejadian ini, saking
terkejutnya untuk sesaat dia sampai berdiri tertegun,
sedangkan dua orang lelaki kekar lainnya semenjak tadi
sudah berdiri bodoh.
Rupanya dalam suasana gugup tadi, Lan See-giok telah
mendemonstrasikan kelihaian ilmu silatnya, setelah
kejadian. pemuda itu merasa menyesal sekali, otomatis
niatnya untuk memberi pelajaran kepada Tok Nio-cu pun
ikut lenyap.
Sambil menatap wajah perempuan itu, katanya
kemudian dengan suara dalam.
"Mengingat kau adalah seorang wanita, hari ini aku
bersedia memberi sebuah kesempatan kepadamu untuk
menyesali ulah dan tingkah lakumu selama ini. ayo cepat
keluarkan uang untuk membayar kerugian yang diderita
rumah makan ini. kemudian cepat pulang ke Pek ho cay
dan sampaikan kepada Toya baja berkaki tunggul Gui Pak
ciang, bahwa aku ada urusan khusus datang kemari untuk
minta petunjuknya, Kalian boleh berangkat dulu. aku akan
segera menyusul
Air muka Tok Nio-cu sekali lagi berubah hebat. dia sama
sekali tidak mengira kalau pemuda tampan berilmu silat
tinggi ini memang khusus datang ke Pek ho cay untuk
mencari gara-gara.
http://kangzusi.com/
Bila ditinjau dari kemampuan yang dimiliki semula
tersebut, agaknya hasil jerih payah Gui Pak-ciang selama
banyak tahun sudah terancam kebangkrutan.
Namun sebagai seorang jagoan yang sudah
berpengalaman dalam dunia persilatan, dengan cepat
wanita tersebut berhasil mengendalikan perasaan sendiri,
jawabnya kemudian dengan suara dingin.
"Pesan dari siauhiap tentu akan siauli laksanakan dengan
baik, kalau toh siauhiap akan segera berkunjung ke benteng
kami, baiklah siauli berangkat selangkah lebih dulu. .
Buru-buru dia membalikkan badan dan melayang turun
dari ruang loteng itu.
Dua orang lelaki kekar lainnya cepat-cepat merogoh
kantung mengeluarkan empat tahil perak. setelah dibuang
ke atas meja, mereka segera mengikuti di belakang Tok Nio
cu dan berlalu dari situ.
Mendadak satu ingatan melintas di dalam benak Lan See
giok sepeninggal Tok Nio-cu sekalian.
"Aaah, bodoh amat aku ini, mengapa kubiarkan mereka
pulang ke Pek ho cay lebih dulu? Bila Gui Pak ciang
berusaha menghindarkan diri dari pertemuannya denganku,
bukankah hal tersebut akan menghambat usahaku untuk
menyelidiki pembunuh ayahku yang sesungguhnya”
Kemudian dia pun berpikir lebih jauh.
"Yaa, aku harus berangkat sekarang juga, kalau bisa tiba
di tempat tujuan sebelum Tok Nio-cu tiba di situ. dengan
demikian aku pasti dapat mengawasi gerak gerik Gui Pak
ciang-."
http://kangzusi.com/
Belum habis dia berpikir, para pelayan, pemilik rumah
makan dan para tamu lainnya sudah berbondong bondong
menghampiri nya sembari menyatakan terima kasih.
Lan See giok sama sekali tidak berniat untuk melayani
orang-orang tersebut, segera tanyanya.
"Boleh aku tahu berapa jauh letak Pek hoo cay dari sini?
Dan aku harus lewat mana?"
Mendapat pertanyaan itu, semua orang segera berebut
menjawab.
"Pek-hoo-cay terletak diarah barat, kurang lebih sembilan
li dari sini, dimuka benteng terdapat sebuah hutan siong
yang sangat luas, sedang di sisi kiri, kanan dan belakangnya
di batasi oleh tanggul sungai. bagaimana keadaan di
dalamnya jarang sekali diketahui oleh orang luar!"
Dalam keadaan demikian, Lan See giok ingin sekali
secepatnya berangkat ke situ, cepat dia mengeluarkan
sekeping uang perak diletakkan di meja, kemudian dengan
langkah cepat berjalan menuju ke belakang jendela.
Dalam sekali kelebatan saja, bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan mata.
Setelah meninggalkan rumah makan Lan See-giok
menentukan arahnya kemudian sambil mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya bergerak menuju ke barat.
Setelah ke luar dari kota, sawah dan ladang terbentang
luas, di tepi jalan masih tersisa pula tumpukan salju yang
belum melumer.
Sepanjang jalan Lan See-giok beberapa kali berpaling,
namun ia tak nampak Tok Nio-cu berenam menyusul
dirinya, bisa jadi mereka sedang mencari kuda-kuda mereka
http://kangzusi.com/
yang lari ketakutan serta merawat setiap anak buahnya yang
terluka.
Setelah menempuh perjalanan beberapa li, ia mulai
menangkap beberapa titik cahaya lentera di kejauhan sana,
bahkan lama lamat terdengar juga suara pohon siong yang
di hembus angin serta suara air yang mengalir di selokan.
Lan See giok tahu cahaya lampu yang muncul di depan
sana sudah pasti benteng Pek-hoo cay. maka tanpa terasa
dia percepat larinya menuju ke depan.
Jarak sejauh tujuh-delapan li ditempuh dalam waktu
yang amat singkat, kini Lan See-giok sudah berada dalam
hutan pohon siong yang cukup lebat.
Suasana dalam hutan itu cukup hening lagi gelap gulita,
yang terdengar hanya suara ranting yang terhembus angin
serta suara air yang mengalir, kesemuanya itu
mendatangkan perasaan tak tenang bagi siapa pun yang
mendengarnya.
Lan See-giok tak berani bertindak gegabah. dengan
pandangan mata yang cermat dan pendengaran yang tajam
diperiksa dulu sekeliling tempat itu, setelah tidak
menjumpai sesuatu yang mencurigakan. Dia baru
meneruskan perjalanannya memasuki hutan tersebut.
Hutan pohon siong itu mencapai ratusan kaki, di ujung
hutan adalah sebuah gundukan tanah serta sebuah jalan
beralas batu yang menanjak ke atas, pada ujung jalan itulah
terletak pintu gerbang benteng yang tingginya mencapai
puluhan kaki:
Batas pagar benteng terbentuk dari batang pohon yang
besar lagi tinggi, sedemikian tingginya sehingga seseorang
dengan ilmu meringankan tubuh yang sempurna pun
jangan harap dapat melampauinya.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok tidak ingin kehadiran di situ diketahui
musuh kelewat dini, dengan berhati hati sekali dia
meninggalkan jalan raya yang lebar dan menyusup ke sisi
kanan dinding benteng:
Disaat tubuhnya sedang menerjang ke muka dengan
kecepatan bagaikan kilat itu lah-
"Sreeet!" Mendadak sebatang anak panah dibidikkan ke
arahnya disertai tenaga sambaran yang sangat kuat.
Lan See giok sangat terkejut, dia tidak menyangka kalau
jejaknya telah diketahui musuh dengan begitu cepat, serta
merta dia percepat gerakan tubuhnya untuk lewat ke muka.
Anak panah tersebut dengan cepat menyambar lewat
dari atas kepalanya dan rontok beberapa kaki di
belakangnya.
Menyusul kemudian beberapa kali desiran angin tajam
berhamburan dari arah benteng menuju ke arahnya,
Dalam keadaan begini, Lan See giok tak berani bertindak
secara gegabah, bagaikan segulung asap ringan dia
meluncur ke muka, sebelum anak panah tersebut mencapai
sasaran, dia telah meluncur ke muka dan tanpa
menghentikan gerakannya ia langsung melejit ke tengah
udara-
Baru saja badannya hampir mencapai dinding benteng,
seorang pemanah yang berdiri tak jauh dari situ telah
membentak keras, kemudian dengan busurnya orang itu
menyerang secara ganas dan bengis ..
Tujuan dari kedatangan Lan See-giok kali ini adalah
menemukan si toya besi berkaki tunggal secepatnya, tentu
saja ia tak berminat sama sekali untuk -melayani orangorang
tersebut.
http://kangzusi.com/
Tidak membuang banyak waktu, tubuhnya kembalimelejit
ke muka dan meluncur sejauh beberapa kaki ke
depan..
Dengan gerakannya itu. sapuan dari lelaki berbusur itu
menjadi mengenai sasaran kosong, mungkin karena
menggunakan tenaga kelewat keras, hampir saja ia
terjerumus ke bawah benteng.
Rekan rekannya yang menjumpai hal itu serentak
membentak marah dan bersama sama datang memberi
bantuan, sayang sekali kedatangan mereka terlambat,
tatkala orang-orang itu sampai di tempat kejadian,
bayangan musuh telah hilang lenyap tak berbekas.
Tak heran kalau suasana di sekeliling tempat itu segera
berubah menjadi amat kacau.
Sementara itu, Lan See-giok yang berada ditengah udara
sama sekali tidak menghentikan gerakan tubuhnya, dengan
gerakan naga bermain ditengah angkasa, ia meluncur lebih
ke atas wuwungan rumah. beberapa kaki dari posisi semula.
kemudian ujung kakinya kembali menjejak tanah dengan
cepat ia meluncur lebih ke depan.
Sepanjang jalan yang terlihat hanya bangunan rumah
yang berlapis, semuanya teratur rapi dan bersih sekali
Puluhan kaki kemudian, pemuda itu menangkap cahaya
lentera yang amat terang muncul dari sebuah gedung di
depan situ, bangunan itu sangat besar dan paling megah,
bentuknya mirip sekali dengan sebuah balai pertemuan.
Dengan langkah tubuh yang berhati hati Lan See giok
mendekati bangunan itu. dari atas wuwungan rumah ia
dapat melihat banyak orang sedang berkumpul di dalam
ruangan tersebut.
http://kangzusi.com/
Sebagai tuan rumah yang duduk dikursi utama adalah
seorang kakek berambut putih, beralis tebal, bermata besar
dan membawa sebuah toya besi yang berat sekali, orang itu
tak lain adalah Gui Pak-ciang..
Tanpa membuang waktu lagi. anak muda itu segera
melayang turun ke tengah ruangan tersebut.
Kehadirannya yang sangat tiba-tiba dan di luar dugaan
tersebut segera membuat para hadirin tertegun, kemudian
kecuali Gui Pak ciang beserta seorang kakek berjubah hijau
dan seorang nenek berbaju abu-abu, air muka mereka hebat
sekali.
Lan See giok mengawasi semua orang yang berada
dalam ruangan dengan cepat, menurut perkiraannya,
jumlah mereka semua hampir mencapai dua tiga puluhan
orang.
Sementara itu, si toya baja berkaki tunggal Gui Pak-ciang
telah berhasil menguasai perasaan sendiri, apalagi setelah
mengetahui bahwa pendatang cuma seorang pemuda baju
biru yang berwajah tampan, ia semakin tidak
memikirkannya di dalam hati.
Kakek berjubah hijau yang berdiri di sisi Gui Pak-ciang
memiliki wajah yang bengis, mata ikan dan alis mata
tumpul. dari sorot matanya yang tajam sewaktu mengawasi
Lan See-giok. bisa diduga kalau, ia seorang manusia berhati
licik. Sebaliknya si nenek berbaju hijau yang telah ubanan
rambutnya, bermuka persegi beralis tebal dan sepasang
mata yang bagaikan mata seekor ayam jago. dari kilatan
matanya yang menggidikkan serta tongkat digenggamnya,
dapat diduga orang ini merupakan seorang nenek yang
sukar dihadapi.
http://kangzusi.com/
Sementara Lan See giok baru selesai mengawasi orangorang
yang berada di situ. Tongkat besi berkaki tunggal Gui
Pak ciang dengan wajah hijau membesi telah menegur.
"Saudara cilik, siapa namamu, datang dari mana? Ada
urusan apa kau berkunjung ke mari ditengah malam begini?
Silahkan kau utarakan saja secara terus terang."
Bertemu dengan Gui Pak-ciang, Lan See giok lantas
teringat kembali akan perlakuan orang itu terhadap dirinya
ketika masih berada dalam kuburan kuno, ditambah pula
dengan sikap sombongnya sekarang, tiba-tiba saja hawa
amarahnya berkobar.
Namun Pemuda itu segera mengendalikan hawa
amarahnya. dia ingin berusaha mencari keterangan yang
banyak dari orang ini, maka ujarnya kemudian dengan
suara tenang.
"Aku Lan See giok ingin mencari tahu suatu persoalan
yang amat penting dari caycu, bila kedatanganku sangat di
luar dugaan, harap lo-caycu jangan marah!"
Gui Pak-ciang semakin tak senang hati terutama melihat
sikap musuhnya yang angkuh dan sama sekali tidak
memberi hormat kepadanya, namun dia sendiripun tak
berani bertindak gegabah. sebab ia tahu bila pemuda ini
tidak memiliki pegangan yang kuat, tak mungkin ia berani
bertindak begini.
Setelah tertawa terbahak-bahak, katanya kemudian:
"Kalau toh ada urusan penting yang hendak
disampaikan, mari silahkan masuk ke dalam ruangan untuk
berbincang-bincang!"
Sambil berkata, dengan cepat dia mengulapkan
tangannya dan menitahkan semua orang untuk menyingkir
ke samping dan memberi jalan lewat kepadanya.
http://kangzusi.com/
Lan See-giok memandang sekejap ke dalam ruangan. di
situ sudah tersedia meja perjamuan yang lengkap dengan
hidangan lezat namun perjamuan belum dimulai, bisa jadi
orang-orang, itu sedang menanti kedatangan Tok Nio-cu.
Setelah termenung sejenak, pemuda itu pun berkata
seraya menggelengkan kepala nya berulang kali:
"Tidak usah, aku hanya ingin bertanya beberapa patah
kata saja, lebih baik ku ajukan dari sini."
Dari sikap pemuda tersebut, sebagai jago-jago yang
berpengalaman dalam dunia persilatan, Gui Pak-ciang
sekalian segera merasa bahwa kedatangan pemuda berbaju
biru itu nampaknya tidak berniat baik. Berkilat sepasang
mata nenek berbaju abu-abu itu, mendadak ujarnya kepada
Gui Pak ciang:
"Pak ciang, kalau begitu suruh saja ia berbicara
secepatnya, To Siok adalah tamu agung kita dari tempat
jauh. ia sudah cukup lama menantikan kedatangan Tok
Nio-cu, masa kau ingin mempertontonkan kejelekan ini
dihadapannya lagi?"
Lan See giok segera tertawa dingin, berdasarkan
panggilan si nenek atas Gui Pak ciang, bisa jadi nenek
tersebut adalah istri tuanya, sedangkan yang disebut sebagai
To Siok mungkin sekali adalah kakek berjubah hijau itu.
Gui Pak ciang segera manggut-manggut kepada Lan See
giok ujarnya kemudian dengan tidak sabar:
"Kalau toh kau ingin mengucapkan beberapa patah kata
saja, nah katakan sekarang juga."
Lan See giok mengerutkan dahinya rapat-rapat,
kemudian dengan suara dalam tegur nya:
http://kangzusi.com/
"Aku hanya ingin tahu, sebetulnya mendiang ayahku
Lan Kong tay terbunuh di tangan siapa? Siapakah diantara
kalian lima manusia cacad yang telah melakukan perbuatan
keji itu- “
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, Gui Pak ciang
serta To Siok si kakek berjubah hijau itu sudah berubah
muka.
Gui Pak ciang nampak agak tertegun, sebaliknya, To
Siok segera mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
Tergerak hati Lan See-giok menyaksikan hal tersebut.
bila dugaannya tak keliru, bisa jadi antara kakek berjubah
hijau itu dengan ayahnya pernah terjalin hubungan
permusuhan yang sangat mendalam sekali.
Betul juga dugaannya, setelah berhenti tertawa seram,
kakek berjubah hijau itu segera berseru dengan penuh
kebencian.
"Aku, si pukulan pasir merah To Siok sedang kecewa
karena dendam sakit hati yang kuterima tiga belas tahun
berselang tak mungkin bisa menuntut balas kembali, hmm -
rupanya Thian memang memberi kesempatan kepadaku
untuk melampiaskannya, atas kesempatan ini aku pasti
berterima kasih kepada Lo thian ya!"
Lan See-giok tertawa dingin, ia merasa si pukulan pasir
merah To Siok pandai sekali bersandiwara, ini
menunjukkan pula bahwa orangnya licik dan sangat
berbahaya.
Sementara Lan See-giok masih termenung, si pukulan
pasir merah To Siok telah melompat ke depannya,
kemudian sambil mengawasi pemuda itu dengan sorot mata
benci, ia menegur keras.
http://kangzusi.com/
"Kau benar-benar adalah putra dari gurdi emas peluru
perak Lan Khong-tay ?"
"Sekarang aku tak punya banyak waktu untuk berbicara
denganmu, jika kau memang berniat membalas dendam
atas sakit hati yang pernah kau terima dari ayahku dulu,
silahkan saja kau menuntutnya kepadaku.."
Sekali lagi si pukulan pasir merah To Siok
mendongakkan kepalanya sambil tertawa seram.
"Heeehhh. heeehhh.. heeehhh.. bocah keparat, kau tak
usah sombong dulu, lihat saja nanti apakah kau masih
mampu meninggalkan Pek hoo cay ini dalam keadaan
hidup?!
Sambil berkata, hawa murninya segera disalurkan ke
dalam telapak tangannya, warna kulit yang semula putih
seketika berubah menjadi merah membara.
Lan See-giok gusar sekali, namun sebelum ia sempat
berkata sesuatu, tiba-tiba Gui Pak-ciang telah berkata pula
dengan suara yang berat dan dalam.
"Saudara To, buat apa kau mesti terburu napsu? Untuk
membunuh ayam mengapa mesti memakai pisau
pembunuh kerbau? Biar siaute utus orang untuk membekuk
bangsat tersebut, kemudian baru diserahkan kepada saudara
To untuk menghukumnya."
Sebagai tamu yang datang dari jauh. pukulan pasir
merah To Siok merasa kurang leluasa untuk menampik
maksud baik Gui Pak ciang, setelah tertawa angkuh, pelanpelan
dia mengundurkan diri dari situ.
Lan See-giok berkerut kening. wajahnya berubah
menjadi hijau membesi, sambil mengawasi si toya besi
berkaki tunggal segera bentaknya keras-keras.
http://kangzusi.com/
Gui Pak ciang, kau tidak berani mengatakan siapa yang
telah membunuh ayahku?"
Toya baja berkaki tunggal Gui Pak ciang sama sekali
tidak menggubris pertanyaan Lan See giok, kepada seorang
lelaki cebol berwajah kuning yang berdiri di belakangnya, ia
berseru keras:
"Harimau berkaki cebol, cepat kau ringkus bocah keparat
she Lan itu!"
Pemuda cebol itu mengiakan, tanpa banyak bicara dia
menerjang ke muka Lan See giok, tangan kirinya
menggapai sementara kepalan kanannya langsung menjotos
ulu hati lawan.
Lan See giok mendengus marah, dengan cekatan dia
mengegos ke samping, gagal dengan serangannya. pemuda
cebol itu mendesak maju lebih jauh, kembali dia
melancarkan pukulan.
Lan See giok mendengus, tiba-tiba dia berputar kencang
dan menyelinap ke belakang pemuda cebol itu, diiringi
bentakan, keras sebuah tendangan kilat dilancarkan
menghantam belakang pinggang musuh . . . .
"Blaammm!"
Diiringi suara benturan keras, jerit kesakitan yang
menyayat hati seperti babi mau disembelih, bergema di
seluruh ruangan tubuhnya yang cebol tahu-tahu sudah
mencelat ke luar dari ruangan dan meluncur ke dinding
bangunan seberang.
peristiwa ini berlangsung amat cepat untuk sesaat Gui
Pak-ciang, si nenek dan To Siok sampai tertegun dibuatnya,
wajah mereka berubah hebat.
"Blaammm..! "
http://kangzusi.com/
Debu dan pasir beterbangan memenuhi angkasa,
rupanya pemuda cebol itu sudah menumbuk di atas dinding
bangunan seberang menyebabkan sebagian dindingnya
ambrol, tentu saja pemuda cebol itu sendiri segera jatuh tak
sadarkan diri
Lan See-giok cukup mengerti keadaan situasi yang
dihadapinya sekarang, mustahil masalah yang dihadapi bisa
diselesaikan secara damai, karenanya kepada si pukulan
pasir merah To Siok, kembali dia menantang.
"Hei, kalau ingin membalas dendam, ayo cepat turun
tangan, aku sendiri memang ingin selekasnya
menyelesaikan persengketaanmu dengan mendiang ayahku
dulu"
Sebagai seorang jago kawakan yang cukup termasyhur
namanya di dalam dunia persilatan, tentu saja si pukulan
pasir merah To Siok tidak memandang sebelah matapun
terhadap Lan See giok, mendengar tantangan itu. dia segera
berteriak keras dan langsung menerjang ke muka.
"Saudara To. tunggu dulu! Biar aku saja yang
mematahkan kaki anjing bajingan cilik ini!" tiba-tiba nenek
berbaju abu-abu itu menjerit marah.
Ditengah bentakan. dia turut menerjang pula ke arah
Lan See giok. -
Tergerak hati si pukulan pasir merah To Siok mendengar
ucapan itu, mendadak timbul niat jahat dihati kecilnya.
Dengan suara dalam sahutnya kemudian:
"Enso, kau mesti berhati hati!"
Kemudian dia sendiri menyelinap ke belakang tubuh Lan
See giok. Sementara itu, si nenek berbaju abu-abu itu sudah
memutar toyanya menciptakan selapis bayangan toya yang
langsung mengurung batok kepala anak muda tersebut.
http://kangzusi.com/
Betapa gusarnya Lan See-giok melihat tingkah laku
nenek berbaju abu-abu itu, sementara ia bersiap sedia
melancarkan serangan, tiba-tiba dari atas rumah terdengar
seseorang berseru merdu.
"Lan siauhiap, harap tahan dulu!"
Dengan wajah tertegun Lan See giok berpaling, tapi pada
saat itulah desingan angin tajam menyambar dari belakang
kepalanya, bersamaan waktunya si nenek berbaju abu-abu
itu juga membentak keras, toya bajanya mendadak berubah
arah menyapu lutut musuh dengan gerakan secepat kilat.
Keadaan menjadi kritis dan berbahaya sekali..
Untung saja Lan See-giok tidak menjadi panik, sambil
membentak keras ia keluarkan gerakan naga sakti
melambung ke udara, suatu gerakan sakti dari tujuh
gerakan naga harimau, dengan gerakan secepat sambaran
petir dia melejit ke atas atap rumah,
Tiba-tiba saja terdengar suara bentrokan yang amat keras
disusul suara jerit kesakitan yang sangat memilukan hati.
Ketika Lan See-giok berpaling, ternyata sepasang kaki si
pukulan pasir merah To Siok yang sedang melancarkan
sergapan licik dari belakang itu, sudah terhajar oleh sapuan
toya baja si nenek berbaju abu-abu sehingga hancur tak
karuan.
Sedangkan Gui Pak-ciang sekalian yang menyaksikan
peristiwa tersebut menjadi panik dan buru turun semua ke
gelanggang.
Pada saat itulah dari atas atap rumah melayang turun
sesosok bayangan manusia, dia tak lain adalah Tok Nio-cu
yang baru saja menyusul pulang.
http://kangzusi.com/
Tatkala sadar bahwa serangannya mengenai sasaran
yang keliru, si nenek berbaju abu-abu itu nampak tertegun
dan berdiri mematung, kemudian sambil menjerit kaget ia
buang toya nya ke atas tanah.
Dengan wajah pucat pias dan peluh dingin jatuh
bercucuran, cepat-cepat ia berusaha membantu si pukulan
pasir merah To Sio! untuk bangkit dari genangan darah .
Mendadak..
Berkilat sinar bengis dari balik mata pukulan pasir merah
To Siok, sambil membentak keras tiba-tiba saja telapak
tangan kanannya yang berwarna merah darah itu
dibacokkan ke atas thian-leng hiat di ubun-ubun si nenek
berbaju abu-abu.
Peristiwa ini berlangsung sangat tiba-tiba dan sama sekali
di luar dugaan, d tambah lagi jarak diantara mereka begitu
dekat, Gui Pak-ciang dan Tok Nio-cu sekalian yang
berusaha menolongpun jadi terlambat selangkah.
"Plaaakkk!"
Suara retakan yang sangat keras bergema diangkasa, lalu
isi benak nampak berceceran dimana mana, tulang dan
darah berhamburan menyelimuti seluruh permukaan tanah.
Diiringi jeritan lengking yang memilukan hati, nenek
berbaju abu-abu itu tewas seketika.
Berhasil membunuh nenek tersebut, tiba-tiba saja si
pukulan pasir merah To Siok melejit ke udara dan
menumbukkan kepala nya ke atas lantai, tak ampun
kepalanya hancur seketika dan jiwanya turut melayang
meninggalkan raganya.
http://kangzusi.com/
Gui Pak ciang serta Tok Nio-cu hanya bisa berdiri
melongo menghadapi perubahan yang berlangsung secara
tiba-tiba itu.
Ujung baju terhembus angin bergema memecahkan
keheningan, dengan suatu gerakan yang ringan Lan See
giok melayang turun ke atas tanah..
Gui Pak ciang yang melihat hat tersebut segera
membentak keras. "Bocah keparat, aku akan beradu jiwa
denganmu!"
Bagaikan seekor harimau gila, dia mendorong beberapa
orang yang berdiri di sekitarnya dan sambil mengayunkan
toya menyerbu ke hadapan Lan See giok..
Tok Nio-cu sangat terkejut melihat ke kalapan orang,
cegahnya tanpa terasa:
"Pak ciang, jangan.."
Belum habis ia berseru, tubuhnya telah menubruk ke
muka dan mencengkeram pergelangan tangan Gui Pak
ciang.
Seketika gerak maju Gui Pak ciang terhenti, dengan
pandangan tak habis mengerti ia menengok kearah gundik
kesayangannya itu, sementara sorot matanya penuh dengan
tanda tanya:
Lan See giok sendiripun turut tertegun melihat tindak
tanduk dari Tok Nio-cu itu.
"Pak ciang!" terdengar Tok Nio-cu berkata dengan
gelisah, "tenangkan dahulu pikiranmu, kau bukan
tandingan dari Lan siauhiap.
Sementara berbicara, dia masih tetap menggenggam
pergelangan tangan kanan Gui Pak ciang erat-erat.
http://kangzusi.com/
Di hari-hari biasa Gui Pak ciang memang paling
menyayangi Tok Nio-cu serta menuruti semua
perkataannya, saat tersebut tanpa terasa ia berseru tertahan
dan mengalihkan pandangannya yang kaget ke wajah Lan
See giok dua kaki dihadapannya.
Sambil melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan
Gui Pak-ciang, kembali Tok nio-cu berkata.
"Pak-ciang, kalau dihitung-hitung kau, toh masih
termasuk seorang jago kawakan dalam dunia persilatan,
masa kau tidak dapat melihat bahwa ilmu si1at Lan
siauhiap telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar
biasa, dimana panas dingin tak akan mempengaruhi
tubuhnya menyerang dengan menurut kemauan
pikirannya?"
Menggigil keras sekujur badan Gui Pak -ciang setelah
mendengar ucapan itu, tanpa terasa dia mengalihkan
pandangan matanya ke atas pakaian tipis yang dikenakan
pemuda itu, sementara toya besinya pelan-pelan di
turunkan kembali ke bawah:
Tok Nio-cu mengerling sekejap ke arah Lan See giok,
kemudian katanya lebih jauh:
"Lan siauhiap ada urusan yang khusus hendak
ditanyakan kepadamu, mengapa kau tidak mempersilahkan
Lan siauhiap masuk ke dalam ruangan ."
Dengan cepat Gui Pak ciang berhasil me-ngendalikan
perasaan cepat dia mengangguk berulang kali kemudian
sambil menjura katanya:
"Lan siauhiap, silahkan masuk dan mengambil tempat
duduk!"
http://kangzusi.com/
"Maksud baik caycu dan hujin biar kuterima di dalam
hati saja .." tampik Lan See giok cepat, sebelum pemuda itu
menyelesaikan kata katanya, Tok nio-cu kembali menyela:
"Mana mungkin masalah besar yang penting artinya bisa
di selesaikan dengan dua tiga patah kata saja? Apalagi
pembicaraan secara tergesa-gesa, akan menyebabkan
banyak masalah yang tertinggal. bila sampai hal tersebut
menyebabkan hal yang tidak diinginkan, bukankah berabe
jadinya? Aku rasa lebih baik kita bicarakan secara seksama
dan mendalam saja!"
Lan See giok menganggap perkataan tersebut memang
ada benarnya juga, mesti tidak diketahui olehnya apakah
Tok Nio-cu mempunyai rencana lain dibalik kesemuanya
ini, namun demi sakit hati ayahnya dia tak ingin
memperdulikan hal-hal semacam itu.
"Perkataan hujin memang benar." katanya kemudian,
"cuma dengan berbuat begitu kehadiranku tentu akan
mengganggu kalian berdua."
Begitulah, dengan diiringi kata-kata merendah, Gui Pakciang
dan Tok Nio-cu mengiringi Lan See-giok masuk ke
dalam ruangan.
Dalam pada itu, ke tujuh-delapan orang dayang sudah
menyembunyikan diri ke balik ruangan dengan ketakutan,
sedangkan kedua puluhan lelaki kekar itu sama-sama
berkumpul di sekitar arena, ada diantara mereka yang justru
berdiri di depan jenazah pukulan pasir merah dan si nenek
berbaju abu-abu guna menghindari segala kemungkinan
yang tak diinginkan.
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2 dan anda bisa menemukan artikel Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-abg-smk-anak-harimau-2.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita ABG SMK : Anak Harimau 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-abg-smk-anak-harimau-2.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar