Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 03 Agustus 2012

Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3-Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3-Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3-Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3-Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3

Setelah perjamuan diselenggarakan, dengan tak sabar
Lan See giok segera berkata:
http://kangzusi.com/
"Lo caycu, sekarang kuharap kau suka menjelaskan
kepadaku siapakah pembunuh sebenarnya yang telah
menghabisi nyawa mendiang ayahku? Dengan bantuanmu,
aku harap bisa selekasnya membalaskan dendam bagi
kematian ayahku sehingga arwah nya di alam baka pun bisa
secepatnya memperoleh ketenangan."
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut ia seperti tak bisa
menahan rasa pedih dalam hatinya lagi, air mata segera
mengembang dalam kelopak matanya.
Menghadapi pertanyaan tersebut, si toya besi berkaki
tunggal Gui Pak ciang hanya termangu-mangu untuk
beberapa saat lama nya. kemudian setelah menghela napas
sedih ia berkata:
"Walaupun aku merupakan salah satu di antara lima
orang yang menguntit ayahmu namun sesungguhnya aku
sendiripun tak tahu sebetulnya ayahmu tewas di tangan
siapa, sekalipun begitu aku berani bersumpah kepada langit
bahwa kematian ayahmu bukan disebabkan oleh
perbuatanku."
Secara diam-diam Lan See giok mengamati wajah Gui
Pak ciang dengan seksama kemudian dikombinasikan pula
dengan dugaan sendiri, maka katanya kemudian sambil
manggut-manggut:
"Yaa, aku memang tak pernah mencurigai lo caycu
sebagai pembunuh ayahku, itulah sebabnya aku sengaja
datang kemari untuk mohon petunjuk dari Lo caycu, sebab
pada malam itu lo-caycu juga pernah menggeledah seluruh
tubuhku dengan toya besimu, meski kau hanya sebagai
manusia kedua!"
Berubah hebat paras muka Gui Pak ciang setelah
mendengar ucapan tersebut tiba-tiba ia mendongakkan
kepalanya dan mengawasi wajah Lan See giok dengan
http://kangzusi.com/
perasaan terkejut, tanyanya kemudian dengan nada tak
habis mengerti:
"Jadi si bocah yang menggeletak mati di lantai adalah
adik kandungmu?"
"Tidak, mendiang ibuku hanya melahirkan aku seorang"
Perasaan tak tenang segera menyelimuti perasaan Gui
Pak ciang, katanya kemudian dengan wajah menyesal.
"Waktu itu aku benar-benar tidak tahu kalau Lan
siauhiap belum mati, dalam gelisah dan gusarku, aku sangat
berharap bisa muncul suatu keajaiban didepanku, itulah
sebabnya aku sampai melakukan perbuatan bodoh yang
sangat menggelikan, kuharap siauhiap sudi melupakan
kesalahanku dimasa lampau."
Melihat rasa menyesal yang meliputi wajah Gui Pakciang,
perasaan tak puas yang sudah lama tersimpan dalam
benak Lan See-giok pun segera hilang lenyap tak berbekas.
"Dendam sakit hati terbunuhnya ayahku jauh lebih berat
ketimbang sedikit siksaan dan penderitaan dibadan"
katanya kemudian "bila lo-caycu bersedia menerangkan
kepadaku siapa pembunuh sebetulnya, bukan cuma arwah
ayah dialam baka akan bergembira akupun tak akan pernah
melupakan budi kebaikan lo caycu "
Gui Pak ciang berkerut kening, ia seperti teringat akan
sesuatu, kemudian tanyanya dengan perasaan tak mengerti.
"Bukankah waktu itu siauhiap hadir di arena? Masa kau
tidak tahu siapa pembunuh sebenarnya?"
"Waktu itu, kebetulan sekali aku baru pulang dari
berpergian, begitu ku jumpai mendiang ayahku tewas,
saking sedihnya aku lantas jatuh pingsan, itulah sebab nya
tidak kuketahui siapakah pembunuh sebenarnya. Itu pula
http://kangzusi.com/
sebagai alasanku mengapa datang kemari hari ini, kuharap
lo-caycu bersedia memberi penjelasan, bila dendam ini bisa
kubalas budi kebaikanmu tak akan pernah kulupakan ."
Di atas wajah Gui Pak-ciang segera menunjukkan
perasaan serba salah, dia menjadi ragu dan tampaknya
seperti ada sesuatu masalah yang tak bisa dijelaskan
olehnya.
Tok Nio-cu yang melihat kesulitan suaminya segera
menimbrung dengan cepat.
"Pak-ciang, kalau toh kau berada di luar garis dalam
persoalan itu, sudah-sepantasnya bila kau memberi tahukan
hal yang sebenarnya kepada Lan Siauhiap, daripada orang
lain menaruh curiga terus kepadamu."!
Lan See-giok segera mendapatkan kesan bahwa Tok Niocu
meski berwajah genit dan berjulukan tak sedap,
sesungguhnya ia berhati baik dan pandai memahami
perasaan orang, tanpa terasa dia melirik sekejap ke arahnya
dengan pandangan berterima kasih.
Gui Pak-ciang termenung beberapa saat lamanya,
kemudian katanya pelan:
"Untuk tetap memegang janji, terus terang saja
kukatakan bahwa banyak persoalan yang tak mungkin bisa
ku jelaskan secara leluasa, tapi bila Lan siauhiap ingin
mengajukan suatu pertanyaan, silahkan saja di sampaikan,
asal aku tahu pasti akan kujawab seluruhnya. entah
bagaimana pendapat Siauhiap?"
"Lan See giok cukup mengetahui watak umat persilatan
yang sangat memegang janji, bagi mereka kepala boleh
dipenggal, darah boleh mengalir, namun janji tetap janji
dan sekali berjanji tak pernah akan diingkari kembali.
http://kangzusi.com/
Karenanya pemuda itu lantas mengangguk sambil
ujarnya:
Baiklah kalau begitu aku ingin lo-caycu menjelaskan apa
sebabnya kalian, berlima yang masing-masing menjagoi
wilayah yang berbeda, ternyata pada malam yang sama
telah muncul semua di tepi telaga Phoa-yangoh, apakah
sebelum kejadian kalian telah berhasil mendapat tahu
alamat ayahku?!
Gui Pak ciang meneguk habis secawan arak, kemudian
ia baru menjawab lirih:
"Kami berlima dari tiga telaga telah bertekad untuk
mencari barang yang hilang tersebut sampai ketemu. untuk
itu kami telah mencari jejak ayahmu dan Hu-yong siancu di
mana-mana, selain itu kamipun berjanji setiap tahun
bertemu dua kali untuk melaporkan hasil penyelidikan
masing- masing sepuluh tahun kami tak pernah beristirahat
namun kamipun tak pernah berhasil menemukan sesuatu
jejakpun."
Kembali dia meneguk habis secawan arak untuk
melampiaskan gejolak emosi di dalam hatinya, lalu setelah
memandang ke tempat kejauhan sana, ia berkata lebih jauh.
"Menjelang tahun ke sembilan, ada orang yang secara
diam-diam telah melihat Hu-yong siancu muncul ditengah
sebuah hutan lebih kurang dua puluh li di sebelah barat
telaga phoa-yangoh."
Tiba-tiba ia menatap wajah Tok Nio-cu dan Lan Seegiok
sekalian, lalu serunya dengan nada serius:
"Kelihaian ilmu silat Hu-yong siancu dan kecekatannya
dalam menghadapi setiap persoalan, pada hakekatnya sama
termasyhurnya dengan kecantikan wajahnya, jangan lagi
orang yang melihatnya cuma seorang mata-mata biasa, biar
http://kangzusi.com/
si makhluk bertanduk tunggal yang kesohor karena
kecerdasannyapun belum tentu bisa menguntit di belakang
Hu-yong siancu serta menyelidiki tempat tinggalnya.
Tok Nio-cu menjadi sangat cemburu setelah mendengar
suaminya memuji muji kecantikan wajah Hu-yong siancu,
segera dia bertanya:
"Kalau toh Hu-yong siancu amat cantik hingga
termasyhur dikolong langit, mengapa aku tak pernah
mengetahuinya selama ini?
Gui Pak ciang segera tertawa terbahak bahak.
"HAAAAAAHHHHH.. haaahhh.. haaahhh.. Cui-peng
bukan, aku sengaja hendak mengucapkan kata-kata yang
tidak menyenangkan hatimu, sesungguhnya disaat
kecantikan Hu-yong siancu termasyhur dalam dunia
persilatan, waktu itu kau masih seorang budak ingusan yang
tak tahu urusan!"
Diam-diam Lan See giok terkejut, menurut
pandangannya bibi wan paling banter baru berusia dua
puluh enam tujuh tahunan dan tak bakal melewati tiga
puluh tahun, tapi kalau mendengar dari perkataan Gui Pak
ciang, bukankah bibi wan nya sudah mendekati usia empat
puluh tahun?
Sementara dia masih termenung, Tok Nio-cu dengan
wajah merah jengah telah bertanya lagi.
"Kalau menurut keteranganmu, bukankah saat ini semua
rambut Hu-yong siancu telah berubah menjadi putih?"
"Bagi mereka yang memiliki tenaga dalam sempurna,
kebanyakan mereka masih dapat mempertahankan
kecantikan wajahnya tetap awet muda, berbicara ketika Huyong
siancu termasyhur dan sedang hangat hangatnya
bermain asmara dengan Lan Khong tay.."
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasakan hatinya bergetar keras, tiba-tiba
saja matanya memancarkan sinar berkilat..
Dengan cepat Gui Pak ciang menyadari akan kekhilafan
sendiri sambil tertawa tergelak dan wajah memerah katanya
kemudian. "Pokoknya usia. Hu-yong siancu saat ini paling
tidak sudah mencapai tiga puluh tujuh delapan tahun,
haaahhh . . haaahhh. tapi mungkin juga sudah tiga puluh
sembilan, empat puluh tahunan .."
Sementara itu, Tok Nio-cu yang melihat sinar mata Lan
See giok yang begitu tajam seperti sembilu, ia jadi
terbungkamdalam seribu bahasa karena terkejut.
Berbicara yang sebenarnya, Lan See giok sendiripun
ingin sekali mengetahui sampai dimanakah hubungan dari
ayahnya dengan Hu-yong siancu dimasa lampau.
Namun sekarang, dia tak ingin membongkar masalah
tersebut lebih jauh, karena kuatir duduknya persoalan akan
kabur dari maksud tujuan kedatangannya juga gagal total.
Melihat semua orang terbungkam untuk sesaat, dia pun
segera berkata lagi:
"Apakah orang yang pertama kali menjumpai jejak Huyong
siancu tersebut berhasil menguntit sampai di tempat
kediaman Han lihiap?"
Sampai sekarang Gui Pak ciang masih belum
mengetahui apakah hubungan dari Lan See giok dengan
Hu-yong siancu, mendengar pertanyaan itu, diapun segera
menjawab dengan wajah bersungguh sungguh.
"Apa kau anggap gampang untuk mengejar perempuan
itu? Tampaknya Hu-yong siancu sendiripun sudah merasa
kalau jejaknya sedang di ikuti orang, dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuhnya dia lantas menerobos masuk
ke dalam hutan dan lenyap dalam waktu singkat.
http://kangzusi.com/
"Setelah kejadian, kami semua memperoleh laporan
tersebut, maka hasil perundingan memutuskan akan
mengadakan pencarian secara besar besaran di wilayah
hutan dan bukit kecil di seputar barat telaga Phoa yang Oh.
Minggu pertama gagal, minggu berikutnya kembali gagal-..
"Lalu dengan cara apa Lo caycu sekalian berhasil
menemukan kuburan tempat tinggal ayahku?" tanya
pemuda itu tak habis mengerti,.
Gui Pak ciang menghela napas panjang, kemudian
berkata:
"Kalau dibicarakan yang sebenarnya, hal ini merupakan
suatu kejadian yang sangat kebetulan sekali, waktu itu
kentongan pertama baru menjelang, udara gelap dan awan
sangat tebal, sewaktu aku melewati daerah yang berhutan
lebat itu, tanpa sengaja telah melihat ada sesosok bayangan
manusia yang bergerak cepat ke depan, bayangan itu sering
kali berhenti sebentar sambil celingukan kesana kemari,
keadaannya amat mencurigakan, ini membuat hatiku
bertambah curiga, hanya saja berhubung jaraknya amat
jauh hingga tidak kuketahui siapakah dia.
"Waktu itu tergerak hatiku dan segera melakukan
pengejaran, alhasil kulihat orang itu memasuki sebuah
hutan yang lebat, menanti aku menyusul ke situ, bayangan
tadi tahu-tahu sudah hilang lenyap, ketika aku mengejar
lebih ke utara, sampailah dimuka kuburan Leng ong-bong.,"
Melihat Gui Pak -ciang telah berbicara sampai ke
masalah yang amat diperhatikan olehnya, ia pun memasang
telinga sambil mendengarkan dengan seksama.
Sebaliknya Tok Nio-cu seperti tidak tertarik sama sekali
atas persoalan tersebut namun ia toh berlagak seakan-akan
ikut mendengarkan dengan seksama meski matanya yang
http://kangzusi.com/
jeli tiada hentinya mengawasi wajah Lan See-giok dengan
lembut.
Terdengar Gui Pak-ciang bercerita lebih jauh:
"Aku tidak percaya, kalau di tanah pekuburan yang
sudah terbengkalai itu terdapat rumah tinggal manusia
hidup, karena itu kulanjutkan pengejaran ke utara, puluhan
li kemudian kusaksikan di arah barat laut muncul kembali
sesosok bayangan manusia yang bergerak cepat, bila dilihat
dari arah tujuannya, orang itu seperti lagi bergerak menuju
ke kuburan-Leng ong bong. Ini semua membuat aku sadar
bahwa sesuatu kejadian pasti berlangsung di sana, akupun
berhenti sambil mengamati orang tadi lebih seksama,
akhirnya baru kuketahui kalau orang itu bukan orang yang
pertama kali tadi, namun aku toh mengejarnya juga."
Ia berhenti sejenak, wajahnya selain nampak murung
juga mendongkol, mungkin ia kesal karena tak berhasil
mendapatkan kotak kecil itu atau mungkin juga merasa
menyesal karena datang terlambat.
Setelah menarik napas panjang, ia berkata lebih jauh.
"Menanti aku menyusul ke kuburan Leng ong bong
orang itupun tak kutemukan lagi, tapi aku segera
menemukan pintu belakang sebuah kuburan besar terbuka
lebar, kuatir kalau pintu itu akan tutup dengan segera, maka
tanpa memperdulikan ancaman bahaya 1agi, aku segera
menerjang masuk!"
Berbicara sampai di situ. dia menengok kearah Lan See
giok dengan permintaan maaf, katanya penuh rasa
menyesal.
Keadaan selanjutnya telah, siauhiap alami sendiri, jadi
aku pun tak. usah bercerita lebih jauh"
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang melihat si toya besi berkaki tunggal
Gui Pak ciang meski sudah berbicara sekian lama, namun
belum juga menjelaskan siapa pembunuh ayahnya, hatinya
menjadi gelisah, tiba - tiba dia menimbrung:
"Lo caycu, bukankah si beruang berlengan tunggal Kiong
Tek ciong telah bersembunyi dalam lorong jauh sebelum
peristiwa itu terjadi, ketika jejaknya berhasil kau temukan,
apakah kau tidak bertanya kepadanya dengan kesempatan
yang bagaimanakah dia turun tangan terhadap mendiang
ayahku. . .
Ketika berbicara sampai disini, dia sudah tak dapat
menahan rasa sedih di dalam hatinya lagi, sepasang
matanya segera berkaca- kaca, dan kata-kata selanjutnya tak
mampu dilanjutkan lagi.
Gui Pak ciang segera berkata:
"Pada mulanya aku tidak mengetahui kalau dia adalah si
beruang berlengan tunggal, karena suasana dalam lorong
sangat gelap, ditambah pula ada pantulan sinar lentera di
atas meja, setelah kususul sampai di luar kuburan barulah
kuketahui bahwa orang itu adalah Kiong Tek ciong.."
Lan See-giok merasakan tubuhnya bergetar keras, dia
seperti teringat akan sesuatu, tanpa terasa tanyanya dengan
cemas:
"Lo caycu, sebenarnya kalian masuk ke dalam kuburan
lewat mana? Sudah banyak tahun aku berdiam di kuburan
itu, kuketahui kuburan tersebut hanya terdapat sebuah pintu
masuk, barang siapa hendak memasuki kuburan itu, dia
harus melalui kuburan kosong di mana mendiang ayahku
berdiam. Ya, sekarang aku baru ingat, ketika kalian saling
berkejaran ke luar dari kuburan malam itu, rasanya tidak
melalui tempat di mana aku roboh?"
http://kangzusi.com/
Gui Pak ciang pun merasa terkejut.
"Ya, hingga kinipun aku masih curiga, siapa gerangan
yang telah membuka pintu ke luar itu?"
Lan See giok terkejut sekali, cepat-cepat ia bertanya
kemudian:
"Jadi maksud Lo-caycu, ada orang yang telah membuka
pintu masuk baru sebelum peristiwa itu terjadi?"
"Benar" Gui Pak-ciang mengangguk berulang kali,
"setelah aku mengejar si beruang berlengan tunggal malam
itu, dapat kulihat bahwa pintu ke luar di bawah batu nisan
kuburan tersebut masih baru sekali .."
-ooo00dw00ooo-
BAB 18
SEKARANG Lan See-giok baru merasa terkejut sekali,
dia yakin orang yang membunuh ayahnya pasti sudah lama
mengetahui jejak ayahnya, sehingga segala sesuatunya dia
laksanakan dengan rencana yang sangat rapi dan matang. "
Sementara itu Tok Nio-cu ikut menimbrung pula.
"Bila Kiong Tek-ciong tahu kalau dia bisa kabur melalui
tempat tersebut, berarti mulut masuk itu dibuka olehnya!"
"Aaah, akupun berpendapat demikian" Gui Pak ciang
mengangguk tanda menyetujui pendapat tersebut.
Lan See-giok sangat setuju dengan pendapat ini, sebab
ketika si Setan iblis bermata tunggal Toan ki tin memasuki
kuburan tersebut dan kemudian ke luar lagi dari situ sambil
membawa si makhluk bertanduk tunggal si Yu-ih dia tidak
melalui pintu baru tersebut, ini menunjukkan bahwa Toan
ki-tin pun tidak mengetahui letak pintu baru tersebut .."
http://kangzusi.com/
Berpikir sampai disini, dia merasa semakin yakin kalau si
beruang berlengan tunggal lah si pembunuh ayahnya tapi ia
pun teringat kembali akan tingkah laku si setan bermata
tunggal yang sama sekali tidak menggeledah jenazah
ayahnya, malahan membongkar pembaringan dan almari
yang ada, kejadian ini kembali membuatnya bingung dan
merasa tidak habis mengerti.
Berpikir demikian, ia lantas berpaling ke arah Gui Pak
ciang dan bertanya dengan nada menyelidik.
"Menurut keterangan tersebut, pembunuh ayahku yang
sesungguhnya tentulah si beruang berlengan tunggal?"
Sebelum Gui Pak-ciang sempat menjawab, dengan nada
meyakinkan Tok Nio-cu menimbrung.
"Seharusnya hal ini sudah tak perlu diragukan lagi,
menurut pandangan pada umum nya Kiong Tek-ciong bisa
mempersiapkan pintu baru untuk memasuki lorong kuburan
ini berarti dia sudah mempunyai rencana sebelumnya, aku
rasa bayangan yang di lihat Pak-ciang malam itu pun bisa
jadi adalah Kiong Tek ciong."
Gui Pak ciang mengangguk berulang kali sambil
berguman.
"Yaa, kalau dilihat dari segala bukti yang ada,
semestinya pembunuhan itu merupakan hasil karya Kiong
tua. tapi kalau dinilai dari kemampuan ilmu silat yang
dimilikinya. mestinya dia bukan tandingnya Lan tay-hiap.,.
Sebelum Gui Pak-ciang menyelesaikan kata katanya.
Tok Nio-cu telah mendengus sembari menukas.
"Mengapa sih makin tua kau seperti semakin pikun?
Beruang berlengan tunggal bisa menyusup masuk secara
diam-diam dan bersembunyi di tempat kegelapan, berarti
http://kangzusi.com/
dia dapat pula menyerang Lan tayhiap secara tiba-tiba,
masa hal seperti ini tak mungkin ia lakukan?"
Gui Pang ciang segera terbungkam oleh perkataan itu.
Sebenarnya Lan See giok ingin menceritakan semua
pengalamannya, tapi kemudian ia merasa hal ini tak perlu,
sebab hanya akan mengalutkan keadaan saja hingga
merugikan diri sendiri.
Lagi pula tujuan kedatangannya ke Pek hoo cay juga tak
lain hanya ingin menyerap lebih banyak hal-hal yang
mencurigakan dari beruang berlengan tunggal, dari
pembicaraannya dengan Gui Pak ciang. . . .
Betul lima manusia cacad dari tiga telaga terlibat semua
dalam usaha melacaki jejak ayahnya, tapi diapun percaya
orang yang membunuh ayahnya pasti orang lain.
Sebagai seorang pemuda yang saleh, dia tak ingin
mengandalkan kepandaian silatnya untuk sembarangan
membunuh hingga akibat nya mereka yang tak bersalahpun
ikut mengorbankan selembar jiwanya.
Bila hal ini sampai dilakukan, bukan saja bibi Wan nya
tak akan senang hati, gurunya pasti marah dan bila sampai
tersiar luas dalam dunia persilatan, bukan cuma dirinya
akan dikucilkan orang, arwah ayahnya yang berada dialam
baka pun akan turut menanggung malu.
Oleh sebab itu pemuda tersebut bertekad hendak
menyelidiki dulu persoalan tersebut sampai jelas sebelum
melakukan tindakan pembalasan.
Dari penuturan Gui Pak ciang tentang di buatnya pintu
baru oleh beruang berlengan tunggal untuk melarikan diri,
kecurigaannya terhadap Kiong Tek ciong memang
bertambah besar, tapi diapun tak ingin menyingkirkan rasa
curiganya terhadap tingkah laku Setan bermata tunggal
http://kangzusi.com/
yang menggeledah pembaringan serta barang-barang
miliknya..
Tok Nio-cu yang menjumpai pemuda itu hanya
termenung saja, segera-menegur sambil tertawa genit:
"Siauhiap, bagaimana menurut pendapatmu tentang
perkataanku barusan?"
Lan See giok segera memusatkan kembali pikirannya
seraya menjawab. "Hal ini tergantung bagaimana
penjelasan si beruang berlengan tunggal setelah berhasil
disusul oleh Lo caycu."
Gui Pak ciang menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kami berdua segera bertarung begitu berjumpa,
akibatnya aku tidak menegur, dia pun tidak bertanya, jadi
berbicara yang sesungguhnya aku sama sekali tidak tahu
dengan cara bagaimana si beruang berlengan tunggal bisa
mendapat tahu alamat ayahmu dan bagaimana mungkin ia
bisa membuka lorong rahasia tersebut. Apalagi berbincang
soal jalan pemikiranku waktu itu, masalah-masalah
demikian sama sekali tidak penting bagiku"
Lan See-giok merasa perkataan dari Gui Pak ciang ada
benarnya juga, sebab waktu itu apa yang terpikir olehnya
hanya bagaimana cara merebut kotak kecil itu, sehingga
masalah-masalah demikian memang sama sekali tidak
penting baginya.
Walaupun hasil pembicaraan kali ini tidak berhasil
baginya untuk mendapat tahu siapa gerangan pembunuh
sebenarnya, tapi kalau dilihat dari keberhasilannya
mendapat tahu bahwa si beruang berlengan tunggal
mengetahui pintu rahasia tersebut, boleh di bilang
perjalanannya ke Pek ho cay kali ini tidak sia-sia belaka.
http://kangzusi.com/
Lan See giok menganggap pertanyaannya sudah cukup,
maka ia segera bangkit berdiri dan ujarnya seraya menjura:
"Aku berterima kasih sekali atas sambutan dan jamuan
yang diselenggarakan Lo-caycu bagi kehadiranku ini,
mumpung waktu belum terlampau larut malam, aku
bermaksud untuk mohon diri lebih dulu."
Tok Nio-cu segera bangkit berdiri sambil berseru cepat:
"Siauhiap, saat ini tengah malam sudah lewat, mengapa
kau harus meninggalkan tempat ini? Apa salahnya kalau
beristirahat dulu semalam, besok baru melanjutkan
perjalanan lagi.
Gui Pak ciang serta ke enam orang lainnya serentak
bangkit berdiri dan berusaha pula menahan pemuda itu.
Namun Lan See giok menampik dengan tegar.
"Sekarang aku masih mempunyai urusan penting lainnya
sehingga tak berani berdiam kelewat lama, maksud baik Lo
caycu dan nyonya biar kuterima dalam hati saja."
Seusai berkata dia lantas meninggalkan meja perjamuan.
Melihat maksud hati sang pemuda yang teguh, Tok Niocu
tahu kalau percuma saja ia mencoba menahannya, maka
katanya kemudian:
"Bila siauhiap masih ada urusan penting, tentu saja kami
tak berani menahannya lebih jauh, cuma dalam perjalanan
siauhiap untuk menelusuri jejak musuh besarmu kali ini ,
aku pikir pasti membutuhkan seekor kuda jempolan. bila
siauhiap tidak menampik aku bersedia menghadiahkan
kuda Pek liang kou milikku untuk siauhiap . . .
Lan See-giok sangat terharu, namun dia pun enggan
menerima hadiah orang dengan begitu saja, maka sebelum
http://kangzusi.com/
perempuan itu menyelesaikan kata-katanya, dia telah
menjura sambil tukasnya:
"Aku tak pandai menunggang kuda dan lagi sama sekali
tak berpengalaman merawat kuda. maksud baik nyonya
biar ku terima di hati saja..
Selesai berkata kembali dia melangkah ke luar dari
ruangan.
Tok Nio-cu tentu saja tak ingin memaksa kan
kehendaknya, katanya kemudian sambil tersenyum:
"Lan siauhiap, kau terlampau merendah saja.?
"Bersama si toya baja berkaki tunggal Gui Pak-ciang
sekalian, mereka menghantar pemuda itu sampai di luar
ruangan?
Dalam keadaan begini, Lan See-giok hanya ingin
secepatnya meneruskan perjalanan, begitu sampai di luar
ruangan, dia lantas menjura kepada Gui Pak-ciang dan Tok
Nio-cu sambil katanya:
"Harap Kalian berdua menghantar sampai di sini saja,
kini tengah malam sudah lewat, tidak usah merepotkan
orang lain untuk membuka pintu benteng lagi, aku pikir
ingin memohon diri disini saja.?
Gui Pak ciang tertawa terbahak-bahak bersama Tok Niocu
katanya.
"Jalan pemikiran siauhiap memang amat sempurna, tapi
sebagai tuan rumah paling tidak kami harus menghantar mu
sampai di atas benteng .. ..
Lan See-giok tak ingin menampik lebih jauh, tanpa
banyak berbicara dia segera melejit ke atas atap rumah dan
melayang ke bangunan seberang.
http://kangzusi.com/
Berhubung Gui Pak-ciang dan Tok Nio-cu sudah
mengetahui kalau Lan See giok memiliki kepandaian silat
yang tinggi, meski kagum dan memuji dihati. mereka sama
sekali tidak tercengang, serentak kedua orang itu menyusul
dari belakang.
Dalam waktu singkat mereka telah tiba di depan pintu
gerbang benteng. .
Ketika menyaksikan kemunculan pemimpin benteng
beserta istri di situ, serentak para penjaga membungkukkan
badan nya memberi hormat, sementara sorot mata penuh
rasa terkejut dialihkan ke wajah sang pemuda, Lan See-giok
menghentikan langkahnya sambil berkata lagi.
"Harap kalian menjaga diri baik-baik, aku akan mohon
diri lebih dulu."
Dengan mengerahkan ilmu Hud kong sin kang untuk
menunjang gerakan tubuh menunggang angin terbang
melayang, pemuda itu meluncur ke bawah secepat
sambaran kilat dan langsung meluncur ke arah hutan pohon
siong yang lebat itu.
Tampaknya Lan See giok memang ada maksud untuk
mendemonstrasikan kehebatannya, dia telah
mempergunakan tehnik "melayang" untuk meluncur ke
bawah bukit, meski kelihatannya lamban, padahal cepatnya
bukan alang kepalang, dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah berada dimuka hutan.
Gui Pak-ciang maupun Tok Nio-cu dan para penjaga
lainnya untuk sesaat dibikin tertegun saking kagetnya,
belum pernah mereka dengar tentang ilmu meringankan
tubuh yang begini hebatnya.
Sementara mereka masih melamun, bayangan tubuh Lan
See giok telah lenyap dibalik hutan sana.
http://kangzusi.com/
Segera Gui Pak ciang dan Tok Nio-cu berseru lantang.
"Lan siauhiap, harap kau menjaga diri baik-baik, maaf
bila kami tak bisa mengantar lebih jauh."
Dari kejauhan sana segera berkumandang suara Jawaban
dari Lan See giok:
"Silahkan kalian kembali, bila ada jodoh kita akan
berjumpa kembali lain kesempatan."
Menyaksikan kehebatan pemuda itu, tanpa terasa Gui
Pak-ciang menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
berguman:
"Ya, dengan ilmu meringankan tubuh yang begini
hebatnya, menunggang kuda justru malah akan
merepotkan"
Dia lantas membalikkan badan dan kembali dulu ke
dalam ruangan..
Lan See giok ingin secepatnya menempuh perjalanan,
maka sambil mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
yang sempurna dia melaju menuju ke bukit Tay ang san.
Dalam perjalanan, otaknya berputar tiada hentinya
memikirkan soal perbuatan si Beruang berlengan tunggal
yang membuka pintu masuk baru secara diam-diam. sudah
jelas pekerjaan tersebut tak akan selesai di kerjakan selama
satu hari.
Padahal seingatnya ayahnya adalah si orang yang sangat
cekatan, bagaimana mungkin perbuatan orang tersebut
sampai tak di ketahui olehnya..?
Darimana si beruang berlengan tunggal mendapat tahu
kalau ayahnya bersembunyi dalam kuburan..
Berdasarkan keterangan dari Gui Pak ciang,
berkumpulnya lima manusia cacad di pekuburan raja hanya
http://kangzusi.com/
merupakan suatu kejadian yang kebetulan saja, memang
sebelum peristiwa mereka tak pernah mengadakan kontak
satu sama lainnya.
Tapi benarkah peristiwa itu hanya suatu kebetulan?
Jika dipikirkan dengan lebih mendalam dia dapat merasa
bahwa di antara kelima orang tersebut tampaknya sudah
mempunyai perjanjian secara diam-diam.
Teringat persoalan ini, diapun lantas berpendapat bahwa
keterangan yang diberikan Gui Pak-ciang kepadanya, belum
tentu betul semuanya, sebab bukankah dia berkata akan
tetap memegang janji?
Setelah memikirkan masalah tersebut berulang kali,
akhirnya dia merasa persoalan baru akan menjadi terang
bila ia sudah tiba Tayang-san dan mengorek keterangan dari
mulut si beruang berlengan tunggal Kiong Tek-ciang.
Tanpa terasa hari sudah terang tanah.
Dibalik kabut pagi yang lamat-lamat menyelimuti
permukaan tanah, tampak bayangan bukit menjulang jauh
di depan sana, di situlah terletak bukit Bu-tong-san.
Lan see-giok tidak berniat sama sekali untuk berpesiar,
dia hanya ingin secepatnya sampai di bukit Tayang-san dan
mengungkap misteri yang menyelimuti pikirannya selama
ini, karenanya dia memutuskan untuk menyeberangi bukit
Bu-tong-san dan langsung menuju ke kota Siang yang.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang
sempurna, dia melesat ke depan memasuki bukit Bu-tongsan
melalui kaki bukit sebelah barat.
Semakin jauh dia menempuh perjalanan dirasakan
semakin sukar dan berbahaya, bukan begitu saja bahkan
http://kangzusi.com/
kabut makin lama semakin menebal sehingga untuk
beberapa saat dia kehilangan arah mata angin.
Setelah mendaki sebuah dinding tebing dan melalui
sebuah bukit curam, dihadapan nya sekarang terbentang
sebuah lembah hijau yang luasnya mencapai puluhan
hektar.
Aneka bunga yang indah tumbuh di dalam lembah
tersebut, hawa udara terasa hangat bagaikan di musim semi,
rumput bagaikan permadani hijau, tiga empat batang pohon
siong raksasa tumbuh di sana sini, betul-betul sebuah
tempat pengasingan yang amat romantis dan indah.
Lan See giok memperhatikan sekitar tempat itu beberapa
saat, tiba-tiba berkilat sepasang matanya, rasa kaget
bercampur gembira menyelimuti seluruh wajahnya ..
Di bawah ranting - ranting pohon siong yang rindang,
tampak seekor bangau kecil sedang memandang ke arahnya
dengan seksama, binatang tersebut sama sekali tidak
menunjukkan rasa takut terhadap kehadiran orang asing.
Lan See giok merasa tertarik sekali, pelan-pelan dia
berjalan menghampirinya, takut kalau burung-burung
bangau itu terbang ketakutan, ia tak berani menubruk
secara sembarangan.
Kedua ekor burung bangau itu memang kelihatan aneh,
menghadapi Lan See giok yang berjalan mendekat sambil
tersenyum itu, mereka tidak nampak takut atau berniat
untuk kabur, kepalanya malah berulang kali berpaling
mengawasi orang asing tersebut.
Lan See giok mendekati tepi kolam, dia menjumpai air
kolam amat jernih dengan aneka ikan berenang kian
kemari, anehnya burung bangau tersebut tiada menyantap
http://kangzusi.com/
ikan-ikan tersebut, mereka justru mematuki pohon siong
dengan paruh paruhnya.
Peristiwa ini membuat Lan See-giok tidak habis
mengerti, mungkinkah sepasang burung bangau itu
peliharaan orang? Kalau benar berarti si pemelihara tersebut
adalah seorang tokoh persilatan yang sedang hidup
mengasingkan diri di sini.
Sementara pemuda itu masih termenung, tiba-tiba dari
tengah udara berkumandang suara pekikan bangau yang
sangat keras.
Dengan perasaan "terkejut "Lan See-giok mendongakkan
kepalanya ..
Tampak seekor burung bangau besar sedang meluncur
datang dari arah utara dan menukik ke bawah sambil
menyambar sang pemuda yang berdiri di tepi kolam itu.
Pemuda itu lantas menduga, bisa jadi burung bangau
besar ini adalah sang induk dari sepasang burung bangau
kecil itu.
Bangau raksasa tersebut sungguh hebat, sambil menukik
ke bawah dengan paruhnya yang panjang itu menyerang
ubun-ubun Lan See giok.
Pemuda itu sama sekali tak berniat melukainya, karena
menganggap sebagai kewajiban sang induk untuk
melindungi anak anaknya, itulah sebabnya ketika sang
bangau menyerang, serta merta dia melompat mundur
sejauh dua kaki lebih untuk meloloskan diri.
Siapa sangka. baru saja Lan See giok menggerakkan
tubuhnya, sayap kanan bangau itu sudah menyerang
dengan membawa deruan angin pukulan yang amat
dahsyat, begitu dahsyatnya kebasan tadi membuat anak
muda itu tertegun.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melayang mundur
sejauh lima kaki lebih.
Bangau raksasa tersebut memang sangat hebat, disaat
Lan See giok sedang melompat ke belakang itulah,
mendadak ia rentangkan sayapnya sambil menyerang ke
depan, sepasang cakarnya secepat kilat mencengkeram jalan
darah cian keng hiat dibahu pemuda itu.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menghadapi
kejadian ini, sekarang dia yakin kalau burung bangau itu
merupakan binatang peliharaan orang, sebab sudah jelas
mengerti gerakan ilmu silat.
Karenanya anak muda itu mengebaskan kembali ujung
bajunya dan melesat mundur ke belakang.
Bangau raksasa itu memang luar biasa sambil
menyingkap sayapnya, kini dia me-nyerang dengan
paruhnya.
Sebagai pemuda yang berjiwa luhur, Lan See giok tak
ingin melukai burung itu, diiringi bentakan keras dia
mengeluarkan tehnik lembek dari ilmu kebasan baju
menyapu angkasa, untuk menghantam burung itu . .
Segulung angin pukulan yang lembut tapi sangat kuat
dengan cepat menyambar burung bangau tersebut.
Agaknya burung bangau itu cukup mengetahui akan
kelihaian serangan mana, sambil berpekik keras ia lantas
melayang ke tengah udara untuk menghindarkan diri.
Kedua ekor burung bangau kecil itupun segera turut
terbang pula ke atas tebing.
Pada saat itulah ..
http://kangzusi.com/
Bentakan gusar yang amat keras mendadak
berkumandang dari balik pepohonan siong.
"Tak tahu malu, ingin mencuri bangau kecil milikku
rupanya..?"
Lan See giok amat gusar pada mulanya setelah
mendengar tuduhan itu namun setelah mengetahui
orangnya, hilang lenyap semua amarah dalam dadanya, tak
tahan dia tertawa geli:
Ternyata pendatang adalah seorang gadis cilik berumur
sebelas dua belas tahunan. dia mengenakan baju hijau dan
menyoren pedang pendek di punggung, waktu itu dia
sedang meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Gadis itu mengenakan baju hijau, mempunyai sepasang
mata yang besar, kulit badan yang halus dan muka
berbentuk buah apel, selain cantik, juga nampak polos,
lincah dan amat menyenangkan.
Sementara dia masih mengamati nona cilik itu, si nona
telah berada dihadapannya sambil berteriak marah:
"Baru saja ia pergi dari sini, kau sudah datang mencuri
bangau ku. hmm! Baiklah, akupun tak ingin menyalahkan
kau, juga tak ingin memukulmu, ayo cepat pergi dari sini!"
Sembari berkata, dia mengulapkan tangannya
berulangkali memberi tanda agar pemuda itu pergi
secepatnya.
Lan See giok segera tertawa, dia merasa gadis cilik ini
memang menarik sekali, tanpa terasa semua rasa kesal
hilang lenyap dari benaknya, sambil tersenyum katanya
kemudian.
http://kangzusi.com/
"Adik. cilik, aku hanya tersesat dan kehilangan arah,
sehingga tidak kuketahui bagaimana caranya ke luar dari
sini!”
Nona cilik itu seperti tak percaya, ia mendengus.
"Hmmm, bohong! Kau sudah dewasa, masa tidak tahu
jalan?"
Dengan cepat Lan See giok menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Sungguh, aku betul-betul tersesat!" katanya
sambil berlagak kebingungan.
Gadis cilik itu segera menuding ke empat penjuru seraya
berseru keras,
"Di situ adalah timur, sana utara, sana selatan dan sini
barat “
Lan See giok mencoba untuk mengamati sekeliling situ,
segera terasa olehnya arah utara dan selatan sukar dilewati,
hanya tebing di sebelah timur yang nampaknya paling
mudah dilalui, kepada nona cilik berbaju hijau itu kata nya
kemudian sambil tersenyum:
"Adik cilik, selamat tinggal kalau begitu, semoga kita
berjodoh dan bisa berjumpa kembali.,!”
"Hmm, siapa sih yang sudi bertemu lagi dengan mu?"
nona cilik itu mencibir dengan sinis, "kau orang dewasa
sedang aku cuma anak kecil, aku tak senang bermain
denganmu!”
Lan See giok merasa gadis ini menarik sekali, tanyanya
kemudian sambil tersenyum:
"Kalau begitu kau senang bermain dengan siapa?.,
"Huuh, aku mah tak sudi memberitahukan kepadamu!"
http://kangzusi.com/
Timbul kegembiraan Lan See giok setelah melihat
kelincahan dan kepolosan gadis cilik itu, ditambah pula dia
memang berniat menyelidiki asal usul nona itu, maka
sambil berpura pura menebak katanya kemudian setelah
termenung sebentar.
"Apakah paman gurumu?"
Nona cilik berbaju hijau itu segera mendengus. "Hmmm,
paman guru punya jenggot aku sih tak senang bermain
dengannya!"
"Kalau begitu dengan suhumu?" desak See giok lagi. .
Kali ini nona cilik itu hanya mengerutkan hidungnya
sebagai pertanda tidak benar Lan See giok tahu kalau gadis
cilik itu senang bermain dengan burung bangau, tapi ia
justru tak mau menanyakan hal itu.
Keningnya dikerutkan kemudian dan berlagak seakan
akan tak mampu menebaknya.
Nona cilik itu menjadi mendongkol sekali melihat Lan
See-giok tak bisa menebaknya secara jitu, serunya tiba-tiba:
"Kau memang goblok, sudah begini besar masa tak bisa
menebaknya dengan tepat!"
"Oooh. tahu aku sekarang, tentunya si burung bangau
raksasa itu bukan ?" pemuda itu segera berlagak seakan
akan baru mengerti.
Siapa tahu nona cilik berbaju hijau itu justru
menganggap Lan See giok sebagai manusia yang paling
bodoh, dengan suara keras ia berteriak tiba-tiba:
"Kau memang goblok sekali, orang itu adalah Tek lim
siau suheng, mengerti?”
"Haaahhh. haaahhh..haaahhh..sumoay suka dengan
suheng, kejadian semacam ini memang lumrah, ya, yaa aku
http://kangzusi.com/
memang goblok sekali, masa hal seperti inipun, tak dapat
kuduga.."
Merah padam selembar pipi si nona karena jengah, buruburu
dia berseru:
"Kau jahat, aku harus menghajarmu !"
Tubuhnya menubruk ke depan, sepasang tangannya yang
kecil direntangkan dan segera menyerang dada pemuda itu.
Pada dasarnya Lau See giok tidak berminat sama sekali
untuk bertarung dengan nona cilik itu. begitu usahanya
menyelidiki asal usul nona itu menemui kegagalan. dia
memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut
secepatnya.
Sekali lagi ia tertawa terbahak bahak.
"Adik cilik, selamat tinggal kalau begitu, harap kau
jangan marah-marah!"
Dengan cepat dia melompat ke muka dan bergerak
menuju ke bawah tebing sebelah timur,
Tiba-tiba paras muka nona berbaju hijau itu berubah
hebat. cepat dia bergerak mengejar sambil berteriak keras.
"Berhenti-berhenti, kau tak boleh kesana!"
Lan See giok tahu pasti ada hal yang tak beres diarah
tersebut, cepat dia menghentikan langkahnya, kemudian
bertanya dengan nada tak habis mengerti.
”Kenapa adik cilik?"
"Sucou sedang bersemedi disini, siapapun dilarang
mengusik ketenangannya!"
"Oooh ."
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan kaget Lan See giok berpaling, betul
juga, di bawah tebing di belakang deretan pepohonan ia
saksikan sebuah mulut gua secara lamat-lamat.
Tergerak hatinya untuk sekali lagi menyelidiki asal usul
nona cilik itu, tanyanya kemudian.
"Adik cilik. siapa sih sucoumu itu?"
Berhubung Lan See-giok masih saja berdiri tak bergerak
di situ, dengan cemas nona cilik berbaju hijau itu mendepak
depakkan kaki-nya berulang kali sambil berseru.
"Hei, kemarilah dulu, setelah kemari aku baru akan
memberitahukan kepadamu."
Lan See giok sudah menduga bahwa nona cilik ini binal
dan banyak akal muslihatnya tentu saja dia tak ingin
dipecundangi orang dengan begitu saja.
Maka katanya kemudian sambil tetap tak bergerak dari
posisinya semula.
"Kau enggan memberitahukan kepadaku juga tak
mengapa, aku kan bisa masuk dan menanyakan sendiri
kepada sucou mu."
Paras muka nona cilik berbaju hijau itu berubah hebat, ia
menjadi gugup sekali, serunya kemudian dengan gelisah:
"Baik, baik , aku akan memberitahukan kepadamu, kau
jangan ke situ sucou ku adalah Keng-hian sian tiang!"
Lan See-giok terkejut sekali sesudah mendengar nama
tersebut, ia tak menyangka kalau penghuni lembah hijau ini
adalah keng-hian sian tiang, tianglo angkatan yang tua dari
Bu-tong-pay.
Sadar kalau dia sudah melanggar pantangan besar umat
persilatan, pemuda itu memutuskan untuk berlalu
http://kangzusi.com/
secepatnya dari situ, dari pada menimbulkan hal-hal yang
tidak diinginkan.
Pada saat dia hendak melangkah pergi, satu ingatan
kembali melintasi di dalam benaknya, dia teringat kembali
dengan surat gurunya To Seng cu yang konon dititipkan
kepada Keng hian Sian tiang dari luar lautan.
Cepat pemuda itu melayang ke hadapan si nona,
kemudian tanyanya lirih.
"Adik cilik, maksudmu sucou mu Keng hian sian tiang
sedang menutup diri"
Nona cilik berbaju hijau itu nampak lega sekali setelah
melihat Lan See giok menghampirinya, mendengar
pertanyaan itu dengan cepat dia mengangguk,
Lan See giok kembali bertanya dengan nada penuhperhatian.
"Sudah berapa lama dia orang tua menutup diri?"
"Sudah hampir tiga tahun" jawab si nona cilik itu tanpa
ragu-ragu, Berubah hebat paras muka Lan See giok, saking
kagetnya dia sampai termangu mangu.
Suatu firasat tak enak cepat menyelimuti hatinya. Dia
seperti merasa bahwa kepergian- To Seng-cu menuju ke luar
lautan nampaknya lebih banyak bahayanya dari pada
selamat.
Nona cilik itu mengira Lan See-giok di buat ketakutan
oleh nama besar sucounya sehingga mukanya berubah jadi
pucat, peluh bercucuran dan sinar matanya mendelong,
bentaknya kemudian:
"He!, mengapa kau belum juga pergi?"
Lan See-giok berusaha mengendalikan perasaan sendiri
dengan cepat, kemudian dengan membawa suatu
pengharapan ia bertanya lagi.
http://kangzusi.com/
"Adik cilik, apakah tahun berselang Keng hian sian tiang
pernah meninggalkan daratan Tionggoan menuju ke luar
lautan?"
Nona cilik itu menjadi tak senang hati berhubung Lan
See-giok bertanya terus tiada hentinya, sedikit agak marah
dia berseru:
"Kau ini memang aneh sekali, aku kan sudah bilang
sucou telah tiga tahun menutup diri? Itu berarti dia tak
pernah meninggalkan guanya barang selangkahpun, buat
apa dia mesti bersusah payah pergi ke luar lautan?"
Habis sudah semua pengharapan Lan See giok, kini dia
sudah tidak berminat untuk bertanya lebih lanjut, sambil
mengendalikan gejolak perasaannya yang panik dan tak
tenang, kepada bocah perempuan itu kata nya kemudian:
"Selamat tinggal adik cilik, maaf kalau aku telah
mengganggu ketenanganmu!"
Tiba-tiba saja dia meluncur kearah tebing sebelah muka.
Sekali lagi paras muka bocah perempuan itu berubah
hebat, sambil membentak keras ia berusaha untuk mengejar
dari belakang. tapi, baru saja dia menggerakkan badannya,
Lan See-giok sudah mencapai tebing sebelah muka dan
melambung ke tengah udara, dalam waktu singkat ia sudah
mencapai puncak tebing dan sekali berkelebat, bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Belum pernah nona cilik berbaju hijau itu menyaksikan
ilmu meringankan tubuh seperti ini, tanpa sadar dia
hentikan gerak majunya dan membelalakkan matanya
lebar-lebar sambil menyaksikan bayangan tubuh Lan Seegiok
lenyap dari pandangan mata.
Perasaan Lan See-giok saat itu amat kalut dengan
membawa perasaan-perasaan pedih bercampur gusar dia
http://kangzusi.com/
menembusi hutan mendaki bukit, semua perjalanan
ditempuh dengan ilmu Liat-hong-hui-heng yang hebat
sehingga gerakannya cepat bagaikan kilat.
Dalam keadaan begini, dia hanya ingin secepatnya
kembali ke telaga Phoa yangoh dan mencari si naga sakti
pembalik sungai untuk menanyakan apa maksudnya
dengan permainan surat palsu tersebut
Walaupun begitu, diapun tidak membenci si Naga sakti
pembalik sungai sebab ia tahu si naga sakti pembalik sungai
sampai berbuat demikian pasti diperuntungkan maksud
baik.
Kemudian diapun membayangkan kembali bagaimana si
naga sakti pembalik sungai sudah setengah tahun lamanya
tak pernah berkunjung ke bukit Hoa-san, menurut Si Caysoat,
kejadian semacam ini belum pernah dialaminya.
Dari sini bisa dibuktikan pula bahwa si naga sakti
pembalik sungai bisa jadi sudah tidak berada di
perkampungan nelayan lagi.
Diapun masih ingat perkataan dari si naga sakti pembalik
sungai yang mengatakan di saat menerima surat tersebut
dari gurunya. bibi Wan juga kebetulan hadir di situ. bila
dipikirkan kembali, bisa jadi itupun merupakan tipuan si
naga sakti pembalik sungai.
Ke luar dari wilayah Bu tong-pay. hari sudah mendekati
malam, pemuda itu mengisi perutnya secara tergesa-gesa di
sebuah kota kecil bawah bukit, kemudian meneruskan
kembali perjalanannya menuju kota Kou-sia.
Pada hari ketiga, ketika matahari sudah tenggelam di
langit barat, sampailah pemuda itu di depan kota Siangyang.
http://kangzusi.com/
Suasana di dalam kota ramai sekali, apalagi malam itu
adalah malam Cap go-meh tidak heran kalau banyak orang
yang berlalu lalang ditengah jalan.
Sementara dia masih melamun tak karuan tiba-tiba dari
belakang tubuhnya berkumandang suara derap kaki kuda
yang amat ramai.
Menyusul kemudian terdengar seseorang berseru dengan
nada terkejut bercampur kegirangan.
"Adik Giok-adik Giok, akhirnya aku berhasil juga
menyusulmu .."
Dengan perasaan terkejut Lan See-Giok berpaling,
ternyata Tok Nio-cu dengan mantel dan pakaian ringkasnya
berwarna hitam sedang menggapai ke arahnya dari atas
kudanya yang berwarna putih.
Pemuda itu segera berkerut kening, berbagai ingatan
melintas dalam benaknya dia tak habis mengerti mengapa
perempuan itu menyusulnya?
Belum habis dia berpikir, Tok Nio-cu telan
menghampirinya sambil tersenyum, malah tubuhnya sudah
melompat turun dari atas kuda.
Kehadiran yang secara tiba-tiba dari Tok Nio-cu dengan
cepat meningkatkan kewaspadaan dalam hati Lan See giok,
namun diluarnya dengan senyuman dikulum dia segera
menyapa:
"Nyonya, ada urusan apa kau buru-buru datang ke kota
Siang yang,.."
Tok Nio-cu tersenyum, "Mari kita masuk kota sebelum
berbincang!"
"Baik mari kita berangkat."
http://kangzusi.com/
Sambil menuntun kudanya Tok Nio-cu masuk ke kota
bersama-sama Lan See-giok, senyuman manis selalu
menghiasi ujung bibirnya, sementara rasa - penat yang di
alaminya selama beberapa hari, nampaknya sudah ikut
lenyap tak berbekas.
Sebaliknya Lan See-giok penuh diliputi perasaan curiga,
ia tak tahu apa maksud dan tujuan Tok-Nio-cu
menyusulnya sampai di situ, tapi bila ditinjau dari
kehadirannya yang cuma seorang diri, bisa jadi ia tidak
membawa maksud jahat.
Makin ke kota, orang yang berlalu lalang dijalananpun
semakin ramai, kini mereka harus jalan berdesak-desakan.
Sepanjang jalan boleh dibilang Tok Nio-cu selalu
menempel di sisi badan See giok, bau harum semerbak yang
memancar ke luar dari tubuhnya, selalu masuk hidung
pemuda itu, apalagi sepasang payudaranya yang montok
dan padat berisi, setiap kali seperti sengaja tak sengaja di
gesek-gesekan pada lengan pemuda itu.
Tok Nio-cu adalah seorang nyonya muda yang berusia
dua puluh lima-enam tahunan, badannya boleh dibilang
sudah matang dan menyiarkan api birahi yang membara,
penampilannya itu tentu saja sangat memancing perhatian
orang banyak.
Namun sayang pikiran dan perasaan Lan See-giok waktu
itu diliputi kekalutan, dia hanya tahu menempuh perjalanan
cepat, di tambah lagi dia belum mengetahui secara pasti
akan maksud kedatangan Tok Nio-cu. hal mana membuat
hatinya kesal dan murung.
Itulah sebabnya, pemuda itu sama sekali tidak
merasakan ataupun menggubris terhadap senggolansenggolan
payudara yang montok dari perempuan tersebut.
http://kangzusi.com/
Sementara perjalanan ditempuh, tiba-tiba Tok Nio-cu
menjawil tangan pemuda itu sambil berbisik lembut:
"Adik Giok, bagaimana kalau kita menginap di rumah
penginapan yang merangkap dengan rumah makan ini?"
Lan See giok memang berharap bisa selekasnya
mengetahui sebab musabab Tok Nio cu menyusulnya
sampai ke situ, melihat bangunan rumah itu memang
megah, diapun manggut-manggut menyetujui,
Ketika mereka berdua tiba di pintu rumah penginapan,
dua orang pelayan segera menyambut kedatangan mereka,
seorang menerima kuda sedang yang lain membawa Lan
See giok berdua memasuki ruangan.
Tok Nio-cu segera minta sebuah pavilliun dengan
perabot lengkap dan pelayan.
Walaupun Lan See giok menganggap pembicaraan
mereka membutuhkan suatu tempat yang tenang, namun ia
tak setuju menyewa sebuah pavilliun secara tersendiri,
apalagi dengan kehadiran pelayan, otomatis pembicaraan
akan semakin tak leluasa.
Tapi sebelum ia kemukakan pikiran tersebut kepada Tok
Nio-cu, pelayan telah membawa mereka ke depan sebuah
pavilliun yang indah sekali, karenanya pemuda itu pun
mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih jauh . . .
Pelayan segera mengetuk pintu, empat dayang membuka
pintu dan menyambut kedatangan mereka.
"Tuan, nona, silahkan masuk !" seru mereka hampir
bersama sama. Pavilliun itu sangat indah dengan perabot
yang mewah dan dekorasi yang menawan hati. selain dua
kamar yang mewah, dilengkapi juga dengan sebuah ruang
tamu.
http://kangzusi.com/
Setelah masuk ke dalam ruangan. Lan See-giok baru
menjura sambil katanya:
"Nyonya, silahkan duduk."
Tok Nio-cu tertawa genit.
"Siauhiap adalah tamu, sudah sepantasnya kau yang
duduk di kursi utamanya, maafkan sebutan adik Giok yang
kupakai tadi, maklum karena banyak orang"
"Aaah, sebutan siauhiap atau adik, bagiku sama saja,
nyonya tak perlu memikirkannya di hati"
Tanpa sungkan dia lantas mengambil tempat duduk.
Paras muka Tok Nio-cu berseri, katanya kemudian
penuh rasa gembira.
"Kalau memang begitu, biar aku membahasa diri sebagai
enci saja. cuma aku takut sebutan ini justru akan menodai
nama adik"
Sebenarnya Lan See-giok bermaksud untuk bersungkan
sungkan saja, ia tak menyangka kalau Tok Nio-cu justru
menunggangi kesempatan tersebut.
Untuk sesaat ia dibikin mendongkol selain geli, namun
diapun tak bisa berbuat banyak.
Sementara itu dua orang dayang telah menghidangkan
makanan kecil dan air teh, kemudian muncul dua orang
dayang menghidangkan sebuah mangkuk besar yang
diberikan kepada Lan See giok dan Tok Nio-cu seraya
berkata:
"Tuan, nyonya, silahkan makan Goan siau dulu."
Dengan hormat sekali mereka letakkan mangkuk ke atas
meja sambil membuka penutupnya, nampak ronde yang
hangat di atas mangkuk tersebut.
http://kangzusi.com/
Merah jengah selembar wajah Lan See giok mendengar
sebutan yang digunakan pelayan-pelayan itu, meski sebutan
itu memang tak ada salahnya. tapi jika digabungkan dengan
Tok Nio cu, maka akan menimbulkan makna yang lain.
Biarpun demikian, tentu saja pemuda itu pun merasa
kurang leluasa untuk mencegah pelayan-pelayan tersebut
menggantikan sebutan demikian.
Lain dengan Tok Nio cu, ia segera mengerling sekejap ke
arah Lan See giok sambil tersenyum jengah.
Lan See giok sama sekali tak berniat makan ronde
sebelum mengetahui maksud kedatangan Tok Nio-cu,
kepada perempuan itu dia segera bertanya:
"Nyonya, sebetulnya ada urusan apa sih kau menyusulku
sampai disini?"
Tok Nio-cu melirik sekejap wajah Lan See giok yang
gelisah, kemudian tertawa genit:
"Sebenarnya urusan itu penting sekali, tapi sesudah
berhasil menyusulmu, urusan menjadi tak penting lagi"
Lan See giok segera berkerut kening dengan perasaan tak
mengerti, rasa tak senang hati pun segera menyelimuti
wajahnya:
Tok Nio cu tertawa cekikikan.
"Sudahlah, jangan panik dulu, mari kita habiskan
wedang ronde ini lebih dulu, tak usah kuatir, cici tentu akan
memberitahukan kepadamu..”
Menyaksikan tingkah laku Tok Nio-cu, Lan See-giok jadi
teringat kembali dengan Oh Li-cu dari Wi-lim-poo, ia
merasa perempuan ini bagaikan duplikat dari Oh Li-cu,
apalagi jika dihubungkan dengan julukannya yang tak
http://kangzusi.com/
sedap, tiba-tiba saja timbul perasaan muak dihati kecil arak
muda itu.
Tapi untuk melepaskan diri secepatnya dari perempuan
itu, terpaksa dia habiskan semangkuk wedang ronde
tersebut.
Hampir tertawa geli Tok Nio-cu melihat sikap Lan Seegiok
yang seolah-olah dibuat apa boleh buat.
Kalau pemuda Itu menghabiskan wedang nya secara
tergesa gesa. maka Tok Nio-cu justru meneguk wedangnya
amat lamban, ini membuat pemuda itu semakin
mendongkol, tentu saja yang bisa dilakukan olehnya hanya
menahan diri belaka.
Jangan dilihat sikap Tok Nio cu yang genit dan jalang,
sewaktu bersantap caranya halus lagi anggun, selesai makan
wedang, dia mengeluarkan secarik sapu tangan untuk
menyeka bibirnya yang merah.
Setelah itu semua dia baru memandang sekejap kearah
Lan See giok yang sudah marah sambil tertawa dan
tanyanya hambar:
"Bukankah kau hendak pergi ke bukit Tayang-san?"
Sudah setengah harian Lan See giok menunggu, ternyata
pertanyaan pertama adalah bertanya apakah dia akan ke
bukit Tayang san, saking gemasnya dia mengangguk seraya
menjawab singkat:
"Benar!"
Sekali lagi Tok Nio cu memandang wajah sang pemuda
dengan lembut, lalu tanyanya lagi.
"Tahukah kau, bagaimana caranya menuju ke sana?"
http://kangzusi.com/
Pertanyaan itu segera mengobarkan hawa amarah dalam
dada Lan See-giok. tapi ia masih berusaha untuk menahan
diri, sahut nya dingin.
"Aku bisa menelusuri jalan raya menuju ke sana. dalam
hal ini nyonya tak perlu menguatirkan."
Tok Nio cu tertawa tenang, kembali dia bertanya:
"Tay ang san dengan tiga tebing, sembilan puncak serta
dua belas benteng merupakan daerah yang rawan dan
berbahaya, pos penjagaan berada dimana mana, penjaganya
terdiri dari jagoan-jagoan tangguh, di samping anak
buahnya mencapai puluhan ribu, terdapat pula perangkapperangkap
serta jebakan-jebakan yang berbahaya, jangan
lagi manusia, burungpun sulit terbang melewati nya.
Apakah kau sudah tahu tentang keadaan-keadaan tersebut?"
Lan See giok cukup sadar bahwa persoalan-persoalan
tersebut merupakan masalah yang besar dari penting,
apalagi dia memang tak pernah menyangka kalau Tay ang
san memiliki kekuasaan dan pengaruh sebegitu besarnya.
Namun ia masih mendongkol sekali terhadap perempuan
itu, maka katanya kemudian lantang.
"Biarpun Tay ang san terdiri dari bukit golok dan hutan
pedang, apa yang mesti ku-takuti”
Tok Nio cu tidak memberi kesempatan kepada Lan See
giok untuk menyelesaikan kata katanya, dengan cepat dia
menyela lagi.
”Oooh. jadi maksudmu asal kau labrak ke tiga tebing,
sembilan puncak lain merobohkan kedua belas pemimpin
benteng, maka si beruang berlengan tunggal dapat
ditemukan secara mudah?"
http://kangzusi.com/
Lan See-giok tertegun, ditatapnya Tok Nio-cu yang
tampaknya sudah mempunyai persiapan matang itu lekatlekat,
sementara mulutnya terbungkam dalam seribu
bahasa.
Tok Nio-cu kembali tertawa ringan. Terusnya:
"Berbicara soal kepandaian silatnya, si Beruang
berlengan tunggal memang hanya bisa dibandingkan
dengan kawasan jago lihay biasa, pada hakekatnya ia tak
akan mampu menandingi kemampuanmu.
"Tapi ia didukung dan dilindungi oleh begini banyak
pemimpin benteng serta jago-jago berilmu tinggi. apalagi
orang-orang tersebut merupakan kawanan manusia nekad
yang tak takut mati, biar kau hendak membantai
merekapun tak bakal habis dibantai, keadaannya masih
mendingan jika kau termasuk manusia kejam, tapi aku tahu
kau saleh dan penuh welas kasih, kecuali terhadap
seseorang manusia yang sangat jahat dan berdosa, kau tak
akan tega untuk membunuhnya . . . "
"Aaah. belum tentu" Lan See giok segera mendengus,
namun ia sadar apa yang diucapkan Tok Nio-cu memang
merupakan titik kelemahannya, "bila keadaan memang
memaksa, aku tidak akan memperdulikan hal-hal semacam
itu"
Kembali Tok Nio-cu tertawa.
"Misalkan si Beruang berlengan tunggal selalu berusaha
menghindarkan diri dan enggan berjumpa dengan dirimu,
bila kau datang ke tebing Bong thian nia, ia pergi ke puncak
Ti seng hong. bila kau pergi ke benteng Gi sim cay. dia
pergi ke benteng Ka cu cay . . . bagaimana tindakanmu.
Ooh. adik Giok ku! Kau toh bukan dewa, Ji long seng atau
Na cha si pangeran ketiga yang mampu merubah diri,
http://kangzusi.com/
akhirnya kau sendirilah yang bakal kehabisan tenaga dan
mati lelah di bukit Tay ang san"
Diam-diam Lan See giok gelisah sekali, setelah
mendengar keterangan tersebut. namun dia toh masih juga
tak mau mengaku kalah. kembali katanya:
"Aku toh bisa menyusup ditengah malam buta, dan
secara langsung menuju ke puncak utama, dengan suatu
sergapan mendadak, aku yakin musuh pasti akan
kelabakan. dan asalkan si Beruang berlengan tunggal sudah
kutemukan, aku yakin dia tak bakal bisa kabur lagi!"
Tok Nio-cu mengerling sekejap ke arah Lan See-giok,
lalu manggut-manggut memuji. tapi dia toh berkata lagi.
”Bagaimana kalau sebelum, kedatanganmu sudah ada
orang lain tiba dulu di bukit Tay ang san dan melaporkan
kejadian ini kepada si Beruang berlengan tunggal? Bila ia
sudah mendapat kabar bahwa di dalam waktu singkat kau
hendak mencari balas kepadanya, apakah dia bakal
menantikan kedatanganmu?.”
Lan See-giok merasa terkejut sekali, paras mukanya
berubah hebat dan tanpa sadar ia berseru.
"Aaah, masa akan terjadi peristiwa semacam ini?"
Tok Nio co tertawa dingin.
"Kau anggap dengan susah payah aku menempuh
perjalanan ratusan li untuk menyusulmu, tujuannya cuma
ingin membohongi diri-mu saja . ?"
Dengan cepat si anak muda tersebut merasakan betapa
gawatnya masalah yang sedang dihadapi, seandainya ada
orang telah menyampaikan kabar tersebut, dengan wilayah
yang begitu luas di bukit Tay ang san, memang menjadi
kesulitan yang besar bagi nya untuk menemukan si Beruang
http://kangzusi.com/
berlengan tunggal bila yang bersangkutan berniat
menghindarkan diri.
Apalagi di seputar wilayah tersebut memang telah
dipersiapkan pelbagai macam jebakan dan alat perangkap,
selangkah saja kurang berhati hati, akibatnya dia bakal mati
konyol di tangan musuh.
Membayangkan kesemuanya itu, Lan See-giok merasa
bertambah gelisah, tiada henti nya ia berusaha untuk
bertanya kepada diri sendiri, siapa gerangan orang yang
menyampaikan berita tersebut kepada musuhnya?
Tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam benaknya, ia
segera berseru tertahan:
"Apakah Lo caycu sudah berangkat ke Tay ang san?"
Sementara itu Tok Nio-cu sedang mendongkol karena
maksud baiknya tidak ditanggapi sebagaimana yang
diharapkan semula, mendengar pertanyaan itu, dia hanya
mendengus dingin:
"Hmm! Mereka adalah musuh bebuyutan, setiap kali
bertemu pasti saling gebuk-gebukan sampai muncrat darah,
mana mungkin ia berkesudian hati untuk memberi kabar
kepada Beruang berlengan tunggal?"
"Lantas siapakah orang itu?" tanya Lan See giok berkerut
kening, wajahnya gelisah bercampur tak habis mengerti.
Tok Nio-cu menjadi tak tega sendiri melihat kegelisahan
si pemuda tersebut, kata nya Kemudian lirih:
"Orang itu tak lain adalah pelindung benteng kami, si
harimau berkaki cebol! "
"Oooh, kau maksudkan manusia yang kutendang sampai
mencelat pada malam itu?" Lan See giok seperti baru
memahami.
http://kangzusi.com/
"Ya. betul, dialah orangnya!"
"Sejak kapan ia meningggalkan Pek-ho cay!"
"Setengah jam setelah kau meninggalkan benteng Pek
hoo cay!"
Diam-diam Lan See giok memperhitungkan waktunya,
mendadak berkilat sepasang matanya, cepat ia bangkit
berdiri dan berseru kepada Tok Nio-cu sambil menjura.
"Aku mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian
nyonya. budi kebaikanmu pasti akan kubalas di kemudian
hari, nah aku hendak memohon diri lebih dulu."
Namun Tok Nio-cu masih tetap duduk tak bergerak
sama sekali, ditatapnya Lan See-giok kemudian katanya
sambil tertawa dingin.
"Kau anggap bila berangkat ke Tang ang san sekarang
juga, maka kau sudah dapat mendahului si Harimau
berkaki cebol sampai di tempat tujuan?"
Tanpa ragu-ragu Lan See giok mengangguk.
Sekali lagi Nio-cu tertawa dingin.
"Heeehhh..heeehhh..heeehhh.. si harimau berkaki cebol
itu membawa bekal banyak, lagi pula dia telah bertekad
untuk sampai di tempat tujuan mendahuluimu, saban
tempat pemberhentian ia pasti menukar kuda, siang malam
ia menempuh perjalanan tiada hentinya, selang beberapa
hari berselang ia telah menyeberangi Han-sui, aku rasa hari
ini sudah tiba di Tiang-an tian dan mulai memasuki wilayah
bukit Tayang-san."
Lan See-giok benar-benar merasakan hati nya gelisah
sekali, alis matanya berkerut sepasang matanya berapi-api.
peristiwa semacam ini benar-benar merupakan suatu
peristiwa yang mimpipun tak pernah dibayangkan olehnya.
http://kangzusi.com/
Tanpa terasa ia bertanya dengan suara mendongkol:
"Menurut pendapatmu, apa yang harus kulakukan?"
Tok Nio-cu tertawa cekikikan penuh perasaan bangga,
katanya kemudian angkuh:
"Bukankah sudah kujelaskan tadi? Sebetulnya persoalan
ini penting sekali- tapi setelah berhasil menyusulmu menjadi
sama sekali tak berarti lagi."
Dengan perasaan tidak habis mengerti Lan See-giok
menengok kearah Tok Nio-cu, kemudian tanyanya pula
dengan gelisah,
"Mengapa demikian?",
Kebetulan sekali para pelayan datang menghidangkan
sayur dan arak sehingga pembicaraanpun terhenti sejenak.
Tok Nio cu memandang sekejap hidangan-hidangan
yang lezat itu. lalu tertawa gesit.
"Sekarang, minumlah arakmu dengan hati tenang,
pokoknya enci jamin akan memberikan seorang Beruang
berlengan tunggal yang utuh kepadamu untuk diperiksa dan
membalas dendam."
Lan See giok pun sadar bahwa gelisah terus tidak ada
gunanya, hal ini memang perlu diatasi dengan pemikiran
yang masak, lagi pun Tok Nio-cu berani berkata demikian,
hal ini sudah mempunyai keyakinan untuk berhasi1.
Walaupun demikian, berhubung pikirannya sedang
kalut, biarpun hidangan yang berada dihadapannya ratarata
sangat lezat, tak sesuappun yang tega ditelan.
Tok Nio cu turun tangan sendiri memenuhi cawan Lan
See giok dengan arak, sikapnya wajar senyuman manis
dikulum, seakan akan dia sedang merayakan hari cap-gomeh
tersebut bersama sama kekasihnya.
http://kangzusi.com/
Lama kelamaan habis sudah kesabaran Lan See giok,
tidak tahan kembali dia bertanya.
"Nyonya mempunyai akal bagus apa sih yang bisa
memaksa Beruang berlengan tunggal untuk munculkan diri
menjumpai aku?"
Tok Nio cu tertawa misterius.
"Selesai bersantap nanti, mari kita berdua berjalan jalan
melihat keramaian dulu di jalan raya- “
"Kalau kau ingin pergi, pergilah sendiri" tampik Lin See
giok agak marah, "aku mah tak berhasrat sama sekali untuk
merayakan hari cap go meh ini!"
Sekali lagi Tok Nio tertawa cekikikan, dengan cepat dia
memberi penjelasan.
"Setelah mendapat laporan bahwa Harimau berkaki
cebol melarikan diri pada malam itu, segera kukirim dua
puluh ekor kuda cepat untuk mengejarnya dengan pesan
entah dibunuh atau ditawan hidup-hidup, mereka harus
bertindak menurut keadaan, selain telah kujanjikan pula
agar malam ini berkumpul semua di kota Siang-yang.Maka
selesai bersantap nanti kita memakai alasan melihat
keramaian di dalam kota, padahal yang sebetulnya kita
pergi mencari mereka.”
Lan See giok tidak bisa berbicara lagi, dia mengerti
biarpun si harimau berkaki cebol berhasil disusul olehnya.
namun dengan anggota benteng yang begitu banyak di bukit
Tay ang san, rasanya memang bukan suatu pekerjaan yang
gampang untuk berjumpa dengan si beruang berlengan
tunggal.
Begitu selesai bersantap, kedua orang itu segera
meninggalkan rumah penginapan.
http://kangzusi.com/
Suasana di jalan raya sangat ramai, manusia yang berlalu
lalang sangat banyak sehingga mereka harus saling berdesak
-desakan.
Sementara Lan See giok dan Tok Nio-cu masih berdiri di
depan pintu menyaksikan manusia yang berdesakan di
tengah jalan. tiba-tiba berkilat sepasang mata pemuda itu
sekujur tubuhnya gemetar keras dan sorot matanya
ditujukan ke arah sebuah jendela dengan pandangan
tertegun:
Tok Nio-cu segera merasakan keanehan dari pemuda itu,
ia segera menyikutnya pelan.
Dengan cepat Lan See-giok menjadi sadar kembali, dia
seperti teringat akan sesuatu tanpa mengucapkan sepatah
katapun, tergopoh-gopoh membalikkan badan dan lari
masuk ke dalam ruangan.
Tertegun Tok Nio-cu melihat hal ini, serunya cepat.
"Adik Giok!"
Sambil membalikkan tubuh. dia menyusul ke dalam
ruangan.
Pada saat yang bersamaan, dari arah jendela rumah
makan seberang berkumandang pula suara teriakan keras
yang penuh mengandung nada terkejut bercampur gembira.
"Adik Giok!"
Tok Nio-cu yang sedang kabur menjadi tertegun, segera
ia berhenti seraya berpaling, namun apa yang terlihat
membuatnya tertegun.
Rupanya seorang gadis berwajah cantik dengan pakaian
ringkas warna putih dan menyoren pedang di punggungnya,
sedang menyeberangi jalan mengejar ke arahnya.
http://kangzusi.com/
Tok Nio cu merasa wajah gadis itu seperti sangat dikenal
olehnya seakan akan pernah bersua di suatu tempat,
hidungnya yang mancung. matanya yang jeli, bibirnya yang
mungil serta wajah berbentuk kwaci yang diliputi
kegelisahan.
-ooo0dw0ooo-
BAB 19
YANG lebih aneh lagi, ternyata gadis itu berwajah mirip
sekali dengan wajah sendiri.
Sementara dia masih mengawasi gadis tersebut dengan
seksama, si nona berbaju putih itu sudah sampai
dihadapannya dan langsung mengejar ke ruang dalam-
Dengan cepat Tok Nio-cu berhasil memperoleh kembali
ketenangan pikirannya, segera bentaknya penuh amarah:
"Hei, hei!Mau mencari siapa kau?"
Sambil membentak gusar, dia menerjang ke arah gadis
tersebut-
Nona berbaju putih itu sama sekali tidak menggubris, dia
masih melanjutkan pengejarannya ke ruang dalam.
Meledak amarah Tok Nio cu melihat tindakan lawan,
sambil membentak ia melejit ke tengah udara dan langsung
melayang turun di hadapan gadis tersebut.
Disaat tubuhnya sedang melayang turun itulah, si nona
berbaju putih itu sudah mengeluarkan jurus burung hong
kembali ke sarang dan langsung menyusup ke dalam
pavilliun. .
Gagal dengan hadangannya, Tok Nio-cu malu
bercampur gelisah, dengan cepat dia nyusul di belakangnya.
http://kangzusi.com/
Kali ini dia berhasil menghadang persis di hadapan gadis
berbaju putih itu, lalu dengan kening berkerut bentaknya
keras-keras:
"Hei. siapakah kau? Mengapa berniat mengejar adik
Giok?"
Sementara itu si nona berbaju putih itu merasa gelisah
bercampur mendongkol karena melihat Lan See-giok
berusaha menghindari dirinya, pucat pias wajahnya dan
titik air mata jatuh bercucuran, sekujur badannya gemetar
keras menahan emosi.
Ketika dilihatnya Tok Nio-cu menghadang di depan
mata sambil membentak-bentak, amarahnya segera
memuncak, dia membentak pula dengan suara keras.
"Siapa kau? Siapa suruh kau mencampuri urusanku?"
Sebagai seseorang yang sudah lama berkecimpungan
dalam dunia persilatan dan memiliki pengalaman yang
matang. Tok Nio-cu tahu kalau antara si nona dengan Lan
See-giok pasti mempunyai hubungan yang luar biasa itulah
sebabnya sambil menahan hawa amarahnya, ia tertawa
dingin:
"Dia adalah adik Giok ku, sedangkan aku adalah
encinya. mengapa aku tak boleh mencampuri urusannya?"
Nona berbaju putih itu semakin gusar:
"Dia adalah suamiku, aku adalah istrinya Oh Li cu,
mengapa pula aku tidak boleh mengejarnya?"
Tok Nio cu melongo kemudian berdiri tertegun.
Sementara ke empat dayang yang berada dalam ruangan
menjadi kaget dan ketakutan.
http://kangzusi.com/
Selama berapa tahun terakhir ini, boleh dibilang Oh Li
cu sudah banyak menderita, dia berkelana ke seantero jagad
dengan tujuan mencari Lan See-giok.
Akhirnya setelah bersusah payah, ia berhasil juga
menemukan adik Giok yang di cintainya, apa mau dikata,
belum saja berjumpa. adik Giok nya sudah lari terbirit birit
karena ketakutan, seakan akan ia telah melihat kalajengking
yang sangat berbisa saja.
Teringat akan hal yang sangat menyedihkan hati ini, dia
pingin menangis saja -jadinya, sambil memandang ke ruang
pavilliun, serunya berulang kali dengan suara gemetar:
"Adik Giok, adik Giok. aku adalah Li cu, sudah hampir
setahun lamanya aku mencarimu!"
Namun ruang pavilliun berada dalam keadaan sunyi dan
hening, tak terdengar jawaban dari Lan See giok.
Dalam pada itu, Tok Nio cu telah berhasil menenangkan
hatinya, dia seperti memahami sesuatu, sambil tertawa
dingin jengeknya kemudian:
"Hei, kalau memang kau adalah bininya, heran mengapa
ia justru sama sekali tidak menggubrismu ?"
Oh Li cu naik darah, keningnya berkerut dan bentaknya
keras-keras, "Minggir kau se jauh jauhnya dari sini, siapa
suruh kau banyak bertanya?"
Ditengah bentakan keras, telapak tangan nya secepat
kilat menyapu wajah Tok Nio cu dengan jurus menyapu
rata bukit mega.
Tok Nio-cu semakin berani setelah mengetahui Lan See
giok sama sekali tidak menggubris Oh Li cu, sambil
membentak dia bertekuk pinggang lalu melejit ke depan,
http://kangzusi.com/
telapak tangannya dibalik mencengkeram urat nadi Oh Li
cu.
Sebagai ahli waris dari Oh Tin san serta Say nyoo-hui,
ilmu silat yang dimiliki Oh Li cu memang luar biasa sekali,
dia tertawa dingin, telapak tangannya yang sedang
menyapu ke muka mendadak berubah menjadi bacokan
langsung membabat dada lawan.
Dengan pengalamannya yang cukup luas dalam dunia
persilatan, meskipun Tok Nio cu agak terkejut menghadapi
ancaman tersebut, namun dia tak sampai menjadi gugup
atau panik.
Serta merta tubuh bagian atasnya dibuang ke belakang,
ujung kakinya menjejak permukaan tanah dan melompat
mundur ke belakang,
Ke empat dayang yang berdiri didekatnya menjerit kaget
karena ketakutan, dengan wajah pucat pias serentak
melarikan diri mencari selamat.
Setelah berhasil mendesak mundur Tok Nio-cu, Oh Li cu
sama sekali tidak menggubris lawannya lagi, dia langsung
menerjang masuk ke ruang dalam.
Amarah Tok Nio-cu segera meledak ledak sambil
membentak keras telapak tangannya diputar menciptakan
selapis bayangan telapak tangan yang diiringi desingan
angin tajam mendesak mundur tubuh Oh Li cu . .
Sejak melihat Lan See giok memasuki ruang pavilliun,
kemudian menjumpai pemuda itu, begitu tega mengurung
diri dan menghindarinya, Oh li cu lantas berpendapat
bahwa pemuda tersebut sudah pasti telah dipengaruhi
perempuan muda yang genit itu.
Semua kekesalan dan amarahnya segera berubah
menjadi api cemburu yang entah dari mana datangnya.
http://kangzusi.com/
Ketika tubuhnya kena didesak oleh serangan gencar Tok
Nio cu sehingga terpaksa harus mundur dari ruangan, ia
menjadi nekad dan tangannya diputar kencang. "Criing . !"
Diiringi desingan suara nyaring, cahaya tajam berkilauan
di udara, sebilah pedang tajam tahu-tahu sudah berada
dalam genggamannya .
Kemudian sambil mengawasi Tok Nio cu dengan sorot
mata penuh kebencian dan hawa napsu membunuh
menyelimuti seluruh wajahnya dia berkata sambil menggigit
bibir:
"Sudah pasti kau.. pasti kau siluman rase yang telah
mempengaruhi adik Giok, bila hari ini nonamu tak bisa
mencincang tubuhmu sehingga hancur menjadi perkedel.
nonamu lebih suka menggorok leher dan menghabisi nyawa
sendiri!"
Sembari berbicara, dia mengawasi Tok Nio cu lekatlekat,
sementara pedangnya disiapkan di depan dada dan
selangkah demi selangkah maju mendekati ke muka.
Tok Nio-cu tertawa dingin, di atas wajah nya sama sekali
tidak terlintas rasa takut, sahutnya:
"Bila kau tak mampu memikat adik Giok mu, berarti kau
sendiri yang tidak memiliki kepandaian, hari ini, bila kau
tidak menggorok lehermu sendiri, jangan harap dapat
meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat!"
Tangannya segera merogoh ke dalam saku kulit kecil
yang tergantung di pinggangnya dan mengeluarkan tiga
butir peluru Tok-leng tan .."
Lan See giok yang melihat kejadian tersebut dari tempat
persembunyiannya menjadi kaget, tiba-tiba wajahnya
berubah, ia tahu bagaimanapun juga harus munculkan diri
guna mengatasi masalah tersebut..
http://kangzusi.com/
Berbicara yang sebenarnya, dia bukannya takut bertemu
dengan Oh Li cu yang benar adalah dia merasa tak bisa
memberi penjelasan kepada gadis itu atas usahanya
melarikan diri waktu dulu.
Selain itu, diapun menaruh curiga kepada Oh Tin-san
sebagai salah seorang pembunuh keji ayahnya, karena itu
dia enggan bertemu dengan putrinya.
Tapi sekarang, Oh li-cu dan Tok Nio-cu telah saling
berhadapan dengan senjata terhunus, entah siapa yang
akhirnya menjadi korban, yang jelas kejadian semacam ini
sama sekali tak diharapkan olehnya.
Baginya, Oh Li cu mempunyai budi pertolongan dan
membantunya kabur dariWi-lim-poo.
Sedang mengenai pengumuman Oh-Tin san tentang
perkawinan mereka, kejadian tersebut hanya merupakan
keputusan sepihak, baginya hal tersebut tak pernah diakui.
Sedangkan Tok Nio-cu, perempuan ini lebih-lebih tak
boleh sampai terluka, besok dia masih harus berangkat ke
Tay ang san dan segala sesuatunya, ia masih mengharap
kan petunjuk jalan darinya, terutama sekali rencananya
untuk memancing Beruang berlengan tunggal ke luar dari
tempat persembunyiannya.
Di samping itu . orang-orang Pek-ho-cay telah berjanji
akan berkumpul di kota ini malam nanti, Perempuan itu
diperlukan untuk mengadakan kontak dengan mereka.
karena itu kehadiran perempuan tersebut amat diharapkan.
Sementara dia masih berpikir, Oh-li-cu dengan pedang di
depan dada telah meng-himpun tenaganya siap
melancarkan serangan.
Tok Nio-cu dengan peluru api beracunnya sedang
mengawasi pedang ditangan Oh Li-cu lekat-lekat,
http://kangzusi.com/
tampaknya dia hendak mengatasi serangan dengan
ketenangan.
Asal pedang Oh-Li-cu digerakkan, niscaya ketiga butir
peluru api beracunnya akan di sambit ke luar.
Lan See giok dapat melihat betapa gawatnya situasi yang
terbentang dihadapannya sekarang, cepat-cepat dia
menampakkan diri dari tempat persembunyiannya,
kemudian berseru keras:
"Hei, kalian jangan salah paham, kalian jangan salah
paham dulu.!"
Sambil berseri, dia melompat ke tengah ruangan.
Melihat si anak muda itu telah menampakkan diri, Tok
Nio cu memandang sekejap ke arah Oh Li-cu sambil
tertawa dingin, kemudian memasukkan kembali peluru api
beracunnya ke dalam saku.
Oh Li-cu pun memperlihatkan rasa gembira yang tak
terlukiskan dengan kata-kata setelah menyaksikan
kemunculan pemuda itu ia menjumpai Lan See giok lebih
tampan dan lebih dewasa, kini ia sudah menjadi seorang
pemuda yang matang sekali.
Namun bila teringat kembali sikap Lan See-giok yang
melarikan diri serta berusaha menghindari pertemuan
dengannya tadi, kembali ia merasakan hatinya bagaikan
ditembusi beratus batang anak panah, air matanya tak
terbendung lagi dan segera bercucuran seperti air bah yang
menjebol kan tanggul.
Sebagai seorang pemuda yang berhati baik apa lagi Oh
Li cu selalu menunjukkan sikap yang amat memperhatikan
diri nya, anak muda itu tak bisa melukai hatinya lebih jauh..
Sembari menjura katanya kemudian:
http://kangzusi.com/
"Enci Cu, silahkan duduk di dalam ruangan!"
Panggilan "enci" itu segera mengobati jerih payah Oh Li
cu yang telah merantau dan berusaha mencarinya hampir
setahun lamanya, namun biarpun hatinya sedikit agak
terhibur, tapi teringat kejadian tadi rasa sedih dalam hatinya
belum juga hilang.
Menyaksikan keadaan si nona yang masih saja berdiri
termangu seolah-olah tidak mendengar sama sekali apa
yang dikatakan barusan, dengan nada minta maaf sekali
lagi dia berkata:
"Enci Cu. harap kau sudi memaafkan siaute yang
mempunyai kesulitan untuk memberi keterangan
kepadamu. tadi, sesungguh nya aku bukan bermaksud
menghindarimu, tapi aku berbuat demikian disebabkan
keadaan yang terpaksa. atas kesalahan tadi biar siaute minta
maaf, harap cici jangan marah lagi."
Sembari berkata, ia betul-betul menjura dalam-dalam
kepala gadis tersebut.
Oh Li cu menghela napas sedih, dia menyarungkan
kembali pedangnya lalu berkata dengan air mata
bercucuran:
"Semua duduknya persoalan telah di jelaskan Hu-yong
siancu Han lihiap kepadaku, dan cici bersedia membantu
untuk mengungkap latar belakang kejadian itu sampai
tuntas, seandainya pembunuh ayahmu Lan tayhiap benarbenar
adalah ayahku, yaa anggaplah nasibku memang jelek,
kau tak usah berkata apapun, cici akan mengakui sendiri
bahwa nasibku memang buruk."
Lan See giok manggut-manggut sedih, ia segera
mempersilahkan gadis itu untuk memasuki ruangan.
http://kangzusi.com/
Sementara itu, Tok Nio-cu yang turut mendengarkan
pembicaraan mana, kian lama ia kian bertambah
kebingungan, apalagi Lan See giok memang tak pernah
membicarakan soal Oh Tin san kepadanya, jadi untuk
beberapa saat diapun tak habis mengerti.
Oh Li cu melangkah masuk ke dalam ruangan, selama
ini dia tidak berpaling ke arah Tok Nio-cu, bahkan
memandang sekejappun tidak, ia langsung menuju ke ruang
dalam.
Sebaliknya Tok Nio-cu yang melihat Lau See giok
menyebut "cici" kepada Oh Li cu, ini menandakan bahwa
pemuda tersebut telah mengakui Oh Li cu sebagai bininya
tiba-tiba saja ia merasa sedih bercampur cemburu.
Setelah mempersilahkan Oh Li cu, Lan See giok segera
mempersilahkan juga Tok Nio cu untuk masuk.
Tok Nio-cu tertawa genit, ia merasa gembira sekali
dengan sikap pemuda itu, maka sambil membalikkan badan
bersama pemuda itu masuk ke dalam ruangan
Ke empat dayang yang semula ketakutan, sekarang telah
bekerja kembali menghidang kan air teh.
Setelah semua orang duduk, Lan See giok baru
menuding ke arah Tok Nio-cu dan memperkenalkan kepada
Oh Li cu.
"Dia adalah Gui hujin, dari benteng Pek hoo cay,”
Tok Nio-cu yang mendengar itu segera menyambung
dengan cepat:
"Aku adalah Tok Nio cu Be Cui peng."
Kemudian Lan See giok segera memperkenalkan Oh Li
cu kepada perempuan itu:
http://kangzusi.com/
"Dan dia adalah putri kesayangan dari Oh Po cu dari
Wi-lim-poo, nona Oh Li cu."
"Oooh, rupanya putri kesayangan dari Oh Pocu selamat
berjumpa, selamat berjumpa" seru Tok Nio-cu kemudian
sambil tertawa nyaring.
Ketika Lan See giok melihat di atas wajah On Li cu
masih diliputi hawa amarahnya. dia mengangguk pelan
terhadap Tok Nio-cu, seolah kuatir perempuan itu
mengejek lebih jauh, maka dia segera memberi penjelasan.
"Gui caycu dari benteng Pak ho cay adalah sahabat karib
dari Oh lo pocu, hubungan persahabatan mereka amat
akrab dan sekarang kalian berdua telah berjumpa,
kesempatan untuk berkumpul pun akan bertambah banyak,
dengan pengalaman Gui hujin yang luas dan pengetahuan
yang banyak, sudah sepantasnya bila enci Cu sering-kali
memohon petunjuk dari Gui hujin "
Selama ini Oh Li cu selalu menaruh curiga kepada Tok
Nio cu bahwasanya perempuan itu mempunyai hubungan
yang luar biasa dengan adik Giok nya. itulah yang
menyebabkan timbul perasaan cemburu dalam hatinya.
Kendaripun demikian, diapun enggan menyusahkan
pemuda pujaan hatinya, karena itu dengan memaksakan
diri dia harus mengucapkan beberapa patah kata merendah
untuk perempuan tersebut.
Melihat perkataan dari Oh Li cu diutarakan amat
terpaksa, sebaliknya Tok Nio-cu menunjukkan sikap acuh
tak acuh, seakan akan sama sekali tidak menaruh perhatian
atas hal mana, buru-buru Lan See giok mengalihkan
pembicaraan ke soal lain, ujarnya kemudian kepada Oh Licu:
http://kangzusi.com/
"Enci Cu, semenjak berpisah di pesisir telaga tempo hari,
baik-baiklah kau selama satu tahun belakangan ini?"
Sebelum menjawab, tiba-tiba saja sepasang mata Oh Li
cu berubah menjadi merah, matanya berkaca kaca.
Tok Nio-cu sebagai seseorang yang berpengalaman luas.
tentu saja enggan mendengarkan urusan pribadi kedua
orang itu, ditambah pula dia kuatir orang-orang Pek ho cay
belum berkumpul semua, maka sambil bangkit berdiri
katanya kemudian:
"Silahkan adik Giok dan nona Oh berbincang-bincang
dulu, aku hendak pergi ke pekan raya dulu untuk melihat
apakah saudara-saudara ku sudah berkumpul semua.."
Sembari berkata, dia lantas beranjak ke luar dari
ruangan.
Buru-buru Lan See giok bangkit berdiri sambil
mengantar, malah mengucapkan pula rasa terima kasihnya.
Karena pemuda itu bangkit berdiri, terpaksa On Li cu
turut bangkit pula, sekarang ia sudah dapat menilai bahwa
hubungan antara adik Giok dengan Tok Nio-cu tersebut
ternyata masih jauh di bawah apa yang diduganya semula.
Walaupun begitu, dia toh masih rada curiga, karenanya
sepeninggal Tok Nio-cu ia segera bertanya dengan perasaan
tidak habis mengerti:
"Adik Giok. bagaimana sih ceritanya sehingga kau dapat
bergaul dengan orang-orang dari Pek-ho-cay?"
Sampai sekarang Lan See-giok masih belum tahu apa
saja yang telah dibicarakan Hu-yong siancu kepadanya,
karena itu diapun tak berani menceritakan pengalaman nya
belajar silat di bukit Hoa san.
http://kangzusi.com/
Secara ringkas dia hanya bercerita tentang kepergiannya
ke Pek ho cay untuk menuntut balas terhadap Gui Pak
ciang .. selesai mendengarkan penuturan itu, Oh Li cu
segera bertanya dengan perasaan tak mengerti.
"Lantas ke mana kau hendak pergi dalam langkah kedua
ini?"
"Bukit Tay ang San!" jawab Lan See giok tanpa raguragu.
Berubah hebat paras muka Oh Li cu mendengar nama
tersebut, ia berseru tertahan:
"Bukit Tay ang san? Aku dengar Tay ang san meliputi
daerah seluas berapa ratus li, semuanya terdiri dari tiga
bukit, sembilan puncak dan dua belas benteng, semuanya di
jaga oleh jago-jago kenamaan dari golongan hitam dan
konon ilmu silat mereka luar biasa sekali, jangan lagi cuma
kau seorang biar kami bertiga pergi bersama pun masih
merupakan masalah besar” Ditinjau dari perubahan sikap
Oh Li cu, dengan cepat Lan See giok mendapat tahu kalau
keterangan dari Tok Nio cu tadi, memang tidak bohong
selain itu dia juga mendapat tahu kalau Oh Li cu belum
tahu jika ia telah belajar silat di bukit Hoa san.
Setelah tertawa hambar, katanya kemudian dengan nada
sedih:
"Dendam sakit hati ayahku lebih dalam dari-pada
samudra, sekalipun aku tahu jalan tersebut merupakan
sebuah jalan kematian bagiku, mau tak mau aku toh harus
mendatanginya juga!"
"Baiklah" akhirnya Oh Li cu menghela napas. "cici akan
mengiringi kepergianmu ini, bila aku bisa mati bersamamu,
hatiku pun rela ."
http://kangzusi.com/
Lan See-giok benar-benar terharu sekali oleh ucapan
mana, akan tetapi diapun enggan membiarkan gadis
tersebut mengorbankan jiwa demi dirinya. dengan perasaan
berterima kasih katanya kemudian.
"Dendam sakit hati ayahku lebih dalam dari samudra,
aku tak ingin musuh besarku itu mampus ditangan orang
lain. Cici kau adalah seorang putri seorang kenamaan, kau
amat bernilai tinggi, bila sampai menderita cedera atau
sesuatu yang tak diinginkan, sudah pasti siaute akan
menyesal sepanjang jaman "
Sebelum anak muda itu menyelesaikan kata katanya,
dengan air mata bercucuran dan sekujur badan gemetar
keras, Oh Li-cu telah menyela.
"Gara-gara kau, cici telah meninggalkan rumah,
memutuskan hubungan dengan orang tua. setiap hari aku
melakukan perjalanan, menembusi angin dan salju untuk
mencari jejakmu, setahun terakhir ini aku telah banyak
menderita bagimu, sukar makan tak nyenyak tidur
memikirkan kau. sungguh tak kusangka. kau hari ini.."
Gadis itu tak sanggup melanjutkan, kembali kata katanya,
air mata bercucuran dengan deras dan meledaklah isak
tangisnya yang memilukan hati.
Lan See giok turut merasa sedih, rasa terima kasih
memenuhi dadanya, dia dapat merasakan perubahan dari
Oh Li-cu, terutama selama setahun belakangan ini.
Dengan perasaan terharu dan gelisah, cepat-cepat ia
berseru:
"Budi kebaikan cici tak pernah akan siaute lupakan,
hanya saja.."
http://kangzusi.com/
"Sudah, jangan berbicara lagi, jangan dibicarakan lagi.."
teriak Oh Li-cu sambil menutupi wajahnya dengan kedua
belah tangan lalu menangis tersedu.
Lan See giok tak ingin Oh Li cu bersedih hati, ia
terbungkam untuk sesaat dan cuma bisa mendengarkan isak
tangis nona itu dengan wajah melongo.
Untuk sesaat suasana dalam ruang pavilliun itu hanya
dipenuhi oleh suara sedu sedan yang memilukan hati..
Entah berapa saat sudah lewat, akhirnya isak tangis dari
Oh Li-cu pun mulai mereda.
Lan See giok segera manfaatkan kesempatan itu untuk
mengalihkan pembicaraan ke soal lain, katanya:
"Enci Cu, bukankah kau telah bersua dengan Hu-yong
siancu bibi Wan? Apa saja yang telah ia katakan
kepadamu?"
Dengan sapu tangannya Oh Li cu menyeka air mata
yang berlinang, bukan menjawab dia malah berbalik
bertanya:
"Ketika kau menunggang kuda putih tempo hari,
agaknya memang berniat untuk melarikan diri rupanya.."
Terhadap pertanyaan tersebut, Lan See- giok memang
telah mempersiapkan diri semenjak tadi, maka tanpa sangsi
barang sedikitpun jua dia menjawab:
"Kalau menurut pandanganmu waktu itu, apakah siaute
memang mempunyai rencana untuk melarikan diri?"
Oh Li-cu seperti belum juga mau percaya, kembali
tanyanya dengan nada tak mengerti.
"Tapi mengapa aku tak berhasil menemukan jejakmu
meski seluruh bukit dan hutan telah kucari?"
http://kangzusi.com/
"Kalau dibicarakan sesungguhnya merupakan suatu
kebetulan saja." Lan See-giok menjelaskan dengan kening
berkerut, "kalau tidak, mungkin aku sudah terbanting
mampus oleh kuda putih tua itu. Sewaktu mendekam di
punggung kuda waktu itu aku dilarikan ke atas sebuah bukit
kecil, tiba-tiba saja terhembus segulung angin kuat yang
menerpa datang, kuda tua tadipun segera berhenti berlari."
"Apakah kau ditolong oleh kakek berjubah kuning?"
tanya Oh Li cu tak sabar.
Cepat-cepat Lan See-giok mengangguk.
"Ya, masih ada pula Hu-yong siancu bibiWan!"
Oh Li cu segera mengangguk berulang kali, ia merasa
penjelasan anak muda tersebut mirip sekali dengan
penjelasan dari Hu-yong siancu, maka tanyanya lebih jauh
dengan perasaan tak mengerti:
"Apakah kau segera dibawa pergi oleh kakek berjubah
kuning itu?"
Lan See giok segera teringat kembali bagaimana gurunya
To Seng-cu masih sempat menampakkan diri dihadapan Oh
Tin san suami istri dari balik rumah bibi Wan hingga
membuat gembong iblis itu kabur ketakutan.
Karenanya dia menggelengkan kepalanya.
"Tidak, kami pulang dulu ke rumah kediaman bibi Wan,
baru malam berikutnya aku meninggalkan rumah kediaman
bibiWan."
Sekali lagi Oh Li-cu menganggukkan kepalanya, maka
diapun bertanya dengan perasaan kuatir.
"Apakah selama setahun belakangan ini, kau selalu
mengikuti tokoh sakti itu belajar silat?"
http://kangzusi.com/
Lan See giok mengiakan sambil mengangguk
"Bagaimana dengan taraf kepandaian silat mu sekarang?
Apakah telah memperoleh kemajuan yang pesat?” gadis itu
bertanya lebih jauh.
"Tentu saja ada kemajuan yang telah ku peroleh, cuma
saja sampai di manakah kemajuan yang berhasil kucapai
itu, siaute sendiri juga tidak tahu."
Meninjau dari mimik muka anak muda itu Oh Li-cu
menyimpulkan bahwa kemajuan yang dicapai pemuda
tersebut dalam ilmu silatnya tidak begitu pesat, karenanya
dia bertanya lagi:
"Adik Giok, kau belajar silat dimana,? Siapa pula kakek
berjubah kuning Itu.?"
"Maafkanlah daku cici, nama besar guru ku tak bisa
disebut sebut, perguruankupun merupakan rahasia orang
luar."
Kemudian sewaktu dilihatnya Oh Li cu menunjukkan
perasaan tak senang hati. ia menjelaskan lebih jauh.
"Cuma ayahmu mengetahui dengan jelas akan asal usul
guruku itu, asal cici bertanya kepadanya, bukankah akan
segera kau ketahui?"
Oh Li cu sangat tidak puas dengan jawaban dari Lan See
giok sebelum ia bertanya lebih lanjut, bayangan manusia
telah berkelebat lewat di depan pintu, tahu-tahu Tok Nio-cu
sudah berjalan masuk dengan langkah tergesa gesa:
Lan See giok menjumpai Tok Nio cu berkerut kening,
wajahnya nampak berat dan serius, hal ini membuatnya
berkesimpulan bahwa orang-orang dari Pek ho cay tidak
berhasil menyusul si harimau berkaki cebol
http://kangzusi.com/
Sambil menyambut kedatangan perempuan itu, Lan See
giok segera menegur:
"Apakah mereka telah berhasil menyusul si harimau
berkaki cebol..?"
Dengan kening berkerut Tok Nio-cu menghela napas
panjang.
"Aai. si harimau berkaki cebol memang seorang setan
alas yang licin, laporan dari setiap pos mengatakan bahwa
mereka tidak melihat orang itu berganti kuda di tempat
mereka, setelah sampai di kota Huan-sia, jejaknya baru
ketahuan..
"Apakah sudah berhasil dikejar?" tanya Lan See giok
gelisah.
Dengan sedih Tok-Nio-cu menggelengkan kepalanya
berulang kali:
"Dia sudah lewat semenjak dua hari berselang."
"Aneh betul" seru Lan See giok kemudian makin
gelisah."jarak dari tempat itu sampai di Pek hoo cay hampir
mencapai ratusan li diantaranya terpisah oleh perbukitan
Bu -tong san, Dengan cara bagaimana ia dapat berlalu dari
situ?"
"Menurut dugaan dari para pengejar, bisa jadi dia
menelusuri Pek hoo cay, melalui Tin-siang langsung
menuju ke Kong-hua dan tiba di kota huan sia. Bisa jadi
pada hari pertama ia telah menduga akan datangnya
pengejar dari pihak benteng, karena itu dia
menyembunyikan diri di tempat kegelapan. menanti para
pengejar sudah lewat, dia baru mulai melakukan perjalanan
menuju kota Han sia dan sekarang bisa jadi telah memasuki
wilayah Tayang san di bawah pengaruh si Beruang
berlengan tunggal, dalam keadaan demikian sekalipun para
http://kangzusi.com/
jago dari Pek-ho cay berhasil menyusulnyapun belum tentu
berani menangkapmya."
Diam-diam Lan See-giok merasa gelisah, namun diapun
merasa kagum sekali, sejak perjumpaan di Pek ho cay
tempo hari dia sudah menduga kalau si harimau berkaki
cebol adalah seorang manusia yang pandai bekerja.
Oh Li cu yang selama ini mendengarkan pembicaraan
tersebut, tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik
matanya, ia segera bertanya dengan gelisah:
"Adik giok, kau mempunyai kuda?"
Sebelum pemuda itu menjawab. Tok Nio cu telah
menyela lebih dulu.
"Aku telah memilihkan seekor kuda Wu-wi dari antara
dua puluhan "ekor kuda jempolan."
"Sayang sekali biar adu kudapun, aku tak mau
menaikinya!" tukas pemuda itu sedih.
Dengan gemas Oh Li cu segera berseru:
"Tempo hari, kau toh tidak sampai di banting oleh kuda
tua itu hingga terluka? Apa sih yang mesti kau takuti?
Dengan kepandaian silat yang kau miliki, asal kau
bertindak lebih hati-hati saja, tanggung tak bakal ada
persoalan."
Tampaknya Tok Nio cu sudah mengambil keputusan
untuk menyerahkan kuda kesayangannya untuk Lan See
giok, dengan cepat dia menimbrung dari samping.
"Kalau memang begitu, biar aku yang menunggangWu
wi, sedang adik giok boleh memakai kuda pek liong kou
milikku, bukan cuma cepat, kuda itupun bisa lari tenang,
sewaktu berlari biar kita menaruh semangkuk air di atas
pelannya pun, air dalam mangkuk tak bakalan tumpah.”
http://kangzusi.com/
Oh Li cu tahu kalau kata-kata semacam itu hanya
bermaksud untuk memuji kehebatan kudanya saja.
memanfaatkan kesempatan tersebut katanya kemudian.
"Nah, itu lebih bagus lagi, Pek liong kou memang salah
satu kuda jempolan yang sangat langka dalam dunia ini, dia
bisa lari cepat tapi tenang, adik Giok, sekarang kau tak
perlu kuatir untuk menungganginya lagi"
Kemudian sambil berpaling kearah Tok Nio cu. kembali
dia berkata.
"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga? Kuda Ci
hwee kou milikku adalah keturunan dari Ci toh-kou. kuda
kesayangan Kwan Kong dimasa lampau, biarpun tak bisa
menempuh seribu li dalam sehari, delapan ratus li mah
masih bisa dicapai, asal kita berangkat pada malam ini, esok
juga, kita sudah pasti telah-sampai di bukit Tayang san.."
"Sayang sudah tak sempat lagi" cegah Tok Nio cu,
”sekalipun si harimau berkaki cebol belum tiba di tempat
tujuan, burung-burung merpati pos milik Tay ang san sudah
pasti telah tiba lebih dulu di tempat tujuan."
Waktu itu Lan See giok sudah dibuat kehabisan akal oleh
pembicaraan kedua orang itu, tanpa terasa tanyanya
kemudian dengan perasaan sangat gelisah:
”Lantas apa yang mesti kita lakukan menurut pendapat
nyonya?"
Dengan rencana yang matang. Tok Nio cu menjawab:
"Kalau toh masalahnya sudah tak mungkin ditolong lagi.
lebih baik kita bertindak secara tenang saja, perjalanan yang
seharusnya bisa dicapai dalam dua hari. kita boleh
menempuhnya di dalam lima hari .
http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, bukankah hal tersebut berarti kita akan
memberi kesempatan yang lebih banyak bagi Beruang
berlengan tunggal untuk mempersiapkan diri?" seru Oh Li
cu tidak setuju.
Tok Nio-cu tertawa dingin:
"Kecepatan orang-orang Tay ang san menerima berita
sangat mengejutkan hati, bila kau tak percaya lihat saja
besok, kita bersama-sama ke luar dari Siang-yang, tanggung
ada orang yang segera akan menguntit perjalanan kita."
Walaupun Lan See giok dan Oh Li cu mengangguk
berulang kali, toh mereka tetap tidak begitu percaya.
Terdengar Tok Nio cu berkata lebih jauh.
"Saat ini kita harus menghimpun tenaga sebaik baiknya
sambil menjaga kondisi badan tetap prima, sampai
waktunya meski kita tak usah mendobrak kedua belas
benteng mereka, namun setelah memasuki puncak Keng
thian hong, aku yakin para caycu yang lain akan
berdatangan untuk memberi bantuan kepada rekannya, dan
saat itu pertarungan berdarah tak akan bisa dihindari lagi!"
Kemudian ia mengerling sekejap ke arah Lan See giok
dengan sorot mata yang lembut dan genit, dengan nada
suara yang memikat terusnya: "Tentu saja semuanya ini
tergantung keputusan dari adik Giok sendiri, bila adik Giok
memutuskan akan berangkat pada malam ini juga, sekarang
aku akan perintah kan para pelayan untuk menghubungi
kasir agar rekening dihitung dan kuda dipersiapkan!"
Selama ini, Oh Li-cu selalu berkesimpulan bahwa Tok
Nio-cu mempunyai maksud tujuan yang kurang baik atas
adik Giok nya, ini dilihat dari sorot matanya yang jalang
serta nada suaranya yang memikat hati..
http://kangzusi.com/
Sementara dia berniat untuk membujuk Lan See giok
agar segera berangkat, si anak muda itu telah memutuskan
secara tegas.
"Kalau memang begitu, kita berangkat besok pagi saja!"
Tok Nio-cu tertawa renyah, kepada Oh Li cu katanya
kemudian. "Walaupun sekarang waktu masih pagi, namun
besok kita harus menempuh perjalanan pagi-pagi sekali,
mari kita pergi beristirahat saja ..
Tiba- tiba satu ingatan melintas dalam benak Oh Li cu,
sambil berpaling kearah Lan See giok segera ujarnya,
"Meskipun aku telah menitipkan kudaku di dalam rumah
penginapan seberang, tapi sebetulnya aku belum memesan
kamar.."
"Itu mah gampang sekali" sambung Tok Nio cu penuh
keramahan. "biar kuperintahkan kepada pelayan untuk
menyediakan sebuah kamar lagi untukmu”
"Tidak usah" cegah Lan See giok, ia merasa tindakan
semacam itu hanya merupakan, suatu pemborosan belaka.
"satu dua jam" akan lewat dengan cepat, biar nyonya
tinggal di kamar sebelah timur sedang enci Cu di kamar
sebelah barat. sedang aku sendiri cukup bersemedi di ruang
tengah saja"
Napsu birahi yang semula menyelimuti wajah Tok Niocu
seketika hilang lenyap tak membekas, tapi ia masih
memaksakan diri untuk berkata sambil tersenyum:
"Begitu pun ada baiknya, cuma hal ini akan menyiksa
adik Giok, Besok kita bersua lagi. maaf kalau aku akan
mengundurkan diri lebih dulu"
Lan See giok dan Oh Li cu serentak bangkit berdiri
sambil berseru:
http://kangzusi.com/
"Selamat malam!"
Dengan senyum dikulum Tok Nio cu mengundurkan diri
dari ruangan dan langsung menuju ke ruang timur, dua
orang dayang mengikuti di belakangnya untuk melayani
keperluan nyonya tersebut.
Oh Li cu mengawasi sampai Tok Nio-cu masuk ke ruang
timur, kemudian dengan cekatan dia berpaling ke arah sang
pemuda sambil bisiknya lirih:
"Hei, pil pemunah racun Ban leng ciat tok wan
pemberianku dulu apakah masih berada disakumu?"
Lan See giok tertegun, lalu mengangguk dengan
perasaan tak mengerti.
"Yaa, masih berada disakuku!"
Bagaikan seorang istri yang sangat memperhatikan
suaminya, Oh Li cu kembali berbisik.
"Ayo cepat kau telan sebutir!"
Lan See giok sungguh dibuat kebingungan oleh sikap
gadis tersebut tapi dia- toh menjelaskan juga.
"Aku pernah minum cairan kemala Leng-sik-giok-ji,
secara otomatis di dalam cairan darahku sudah terkandung
hawa sakti yang dapat melawan pengaruh racun "
Oh Li cu sudah pernah mengalami kegagalan, karena itu
dia cukup mempercayai perkataan anak muda tersebut,
maka sambil tertawa genit ujarnya lembut:
"Tidurlah sampai berjumpa esok pagi!"
Setelah melemparkan sekulum senyuman manis, dia
membalikkan badan dan beranjak ke luar dari ruangan,
Dua orang dayang segera mengikuti pula di belakangnya
untuk melayani keperluan perempuan itu.
http://kangzusi.com/
Lan See giok termangu mangu untuk beberapa saat
lamanya, ia merasa Oh Li cu telah berubah sama sekali,
terutama setelah perpisahannya dalam setahun ini.
Kini si nona berubah menjadi begitu cantik, menawan
hati, lembut dan memberikan kesan yang indah bagi
siapapun yang memandangnya.
Bila membayangkan kembali sikapnya ketika masih
berada di BentengWi-lim-poo tempo hari, dia begitu cabul,
jalang keji dan buas, terutama kesombongannya, sedikitsedikit
lantas turun tangan melakukan pembunuhan, waktu
itu dia benar-benar termasuk seorang perempuan berhati
sejahat bisa ular beracun.
Tapi sekarang, dia seperti telah berubah sama sekali, tapi
persoalan apakah yang membuatnya berubah? Waktu?
Cinta? Atau pengalaman? Atau mungkin kasih sayang
membuat hatinya berubah selembut kapas ..
Membayangkan kesemuanya itu, dia hanya bisa
menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
Sepeninggal kedua orang perempuan itu Lan See-giok
duduk bersila di atas kursi dan bersemedi untuk melatih
ilmu Hud-kong sinkangnya.
Waktu berlalu sangat cepat, tanpa terasa kentongan
ketiga sudah lewat.
Kota Siang-yang yang selalu sibuk dan ramai, lambat
laun sudah berubah menjadi lengang kembali.
Oh Li cu merasa sangat gundah, pikiran nya kalut dan
hatinya tak pernah tenang, membayangkan kesulitan,
penderitaan dan jerih payahnya selama setahun terakhir,
akhirnya hanya begini hasil yang diperolehnya.
http://kangzusi.com/
Membayangkan kesemuanya itu, tanpa terasa dua titik
air mata jatuh berlinang.
Berkat doa restu, akhirnya adik Giok berhasil ditemukan
kembali, namun bagaimanakah nasibnya kemudian?
Apakah semuanya bisa diramalkan mulai sekarang?
Dia hanya bisa berdoa, moga-moga saja ia dapat
mendampingi adik Gioknya sepanjang jaman.
Berpikir sampai di sini ia segera teringat kembali dengan
Lan See-giok yang tidur di ruang tengah. .
Pelan-pelan dia turun dari ranjang dan menuju ke ruang
tengah, dia ingin tahu bagaimana keadaan adik Gioknya
sekarang
Bersamaan waktunya melompat turun dari ranjang, tibatiba
terdengar pula pintu dibuka orang dari ruang sebelah.
Oh Liu cu terkejut, ia segera teringat akan Tok Nio cu,
maka sambil menahan napas, dan perlambat langkahnya,
pelan-pelan dia menuju ke depan jendela.
Tiba di depan jendela, dengan jari tangannya dia
melubangi kertas jendela kemudian mengintip ke luar.
Betul juga, Tok Nio-cu dengan langkah yang berhati hati
sekali sedang membuka pintu kamar.
Tak terlukiskan rasa gusar Oh Li cu menyaksikan hal ini,
diam-diam dia mengumpat dihati kecilnya
"Keparat, ternyata siluman rase itu memang mempunyai
tujuan yang amat jahat.."
Baru saja dia hendak melompat ke luar dari jendela,
mendadak dilihatnya Tok Nio-cu, mengempit segulung
selimut di bawah ketiak nya.
http://kangzusi.com/
Hawa amarah kontan berubah menjadi kobaran api
cemburu setelah melihat hal ini, diam-diam Oh Li cu
mendengus dingin, kemudian pikirnya lagi.
"Siapa yang suruh kau memperhatikan suamiku?"
Dengan cepat dia melompat ke depan pembaringan
sambil menyambar sebuah selimut, tapi sebelum melompat
ke luar dari ruangan, satu ingatan telah melintas dalam
benaknya.
Niatnya semula segera diurungkan, dia ingin menyelidiki
perbuatan apakah yang hendak dilakukan Tok Nio cu.
Tapi setibanya di depan jendela dan menyaksikan apa
yang terbentang di depan mata. kembali nona ini dibuat
tidak habis mengerti.
Tok Nio-cu berdiri ditengah halaman dan memandang
ke ruang tengah dengan wajah termangu. dia seakan akan
dibuat terkesiap oleh pemandangan yang terbentang
dihadapannya.
Dari posisi Oh Li cu berada saat ini, Sulit baginya untuk
memandang keadaan di ruang tengah, maka ia melompat
ke arah pintu dan mengintip dari situ.
Suasana di ruang tengah terang benderang bermandikan
cahaya, tiada sesuatu gejala yang aneh hanya saja dia tak
dapat melihat tempat dimana adik Giok berada sekarang.
Sementara ia bermaksud untuk menyelinap ke luar,
mendadak dilihatnya Tok Nio-cu sedang menggelengkan
kepalanya berulang kali kemudian setelah berguman
memuji, dia masuk kembali ke dalam kamarnya.
Dalam keadaan begini meskipun Oh Li cu tidak habis
mengerti, namun dia sendiri pun mengurungkan niatnya
untuk mengantar selimut buat sang pemuda, andaikata
http://kangzusi.com/
perbuatannya sampai ditampik oleh adik Giok, bukankah
hal ini akan ditertawakan oleh TokNio cu?
Setelah berbaring kembali di atas pembaringan, dia
membayangkan kembali gumaman memuji dari Tok Nio cu
tadi, agaknya ia telah menjumpai suatu keajaiban pada diri
adik Giok.
Sudah barang tentu dia tak pernah akan menyangka
kalau Tok Nio-cu telah menyaksikan lingkaran cahaya di
atas kedua belah bahu dan ubun-ubun Lan See giok yang
sedang duduk bersemedi.
Untung saja Tok Nio cu yang sudah berpengalaman luas
yang melihat kejadian ini, coba kalau ke empat orang
dayang tersebut, niscaya mereka sudah berteriak teriak
panik.
Ada satu hal yang mungkin tak pernah disangka oleh
Tok Nio-cu serta Oh Li-cu, yakni gerak gerik mereka
berdua ternyata tak sebuahpun yang lolos dari pengamatan
Lan See giok dengan Hud kong sinkangnya.
Cuma dia enggan membuyarkan tenaga latihannya
hanya untuk menangkap perbuatan mereka berdua..
Kentongan kelima sudah berbunyi. fajar pun mulai
menyingsing..
Selesai sarapan, Lan See giok bertiga mulai
merencanakan perjalanan mereka.
Berhubung Tok Nio cu tidak membicarakan tentang
peristiwa semalam, Oh Li cu juga tidak mengungkapnya,
otomatis Lan See giok pun berlagak pilon.
Selesai membayar rekening, mereka bertiga ke luar dari
rumah penginapan, kuda Ci hwee kou milik Oh Li cu juga
telah dipersiapkan.
http://kangzusi.com/
Pek liong kou adalah seekor kuda berwarna putih mulus
dengan pelana emas dan alas perak.
Sedangkan kuda Wu-wi kou berbulu hitam pekat, tinggi
kekar dan gagah, sebaliknya Ci hwee kou berbulu serba
merah.
Dengan menunggang kuda, berangkatlah ketiga orang itu
menuju kearah timur kota.
Pada mulanya Lan See giok masih ragu dengan
kemampuan kudanya yang dikatakan sangat hebat itu,
namun setelah perjalanan sekian lama, dia merasakan kuda
putih itu memang bisa lari dengan cepat tapi mantap, sama
sekali tidak menderita dan kemungkinan. terjatuh kecil
sekali.
Tanpa terasa dua belas li sudah dilewatkan dengan cepat.
Mendadak terdengar Tok Nio-cu berbisik dengan suara
rendah. "Adik Giok, cepat berpaling, orang kelima di
belakangmu sudah lama sekali menguntit perjalanan kita."
Tergerak hati Lan See giok mendengar perkataan itu,
dengan cepat ia berpaling.
Lebih kurang puluhan kaki di belakangnya terlihat ada
lima ekor kuda dengan lima lelaki kekar, berpakaian ringkas
sedang, melarikan kudanya menguntit mereka.
Oh Li-cu sangat gusar setelah melihat kejadian tersebut,
dengan kening berkerut seru nya. "Kawanan tikus itu betulbetul
tak tahu diri, rupanya mereka sudah bosan hidup
semua."
Lan See giok sendiri meski agak mendongkol, namun dia
enggan mencari banyak urusan, segera katanya.
"Kalau begitu mari kita percepat lari kuda kita untuk
meninggalkan mereka jauh-jauh!"
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu tersenyum hambar, suatu senyuman yang
penuh mengandung arti, namun ia tidak berkata apa-apa.
Lan See giok yang menyaksikan hal tersebut menjadi
tidak habis mengerti, namun dia pun tidak banyak bertanya
dan segera melarikan kudanya meninggalkan tempat itu . .
Dengan kemampuan ketiga ekor kuda itu, dalam waktu
singkat mereka telah menempuh perjalanan sejauh sepuluh
li lebih..
Menanti Lan See giok berpaling kembali di belakang
tubuhnya hanya nampak debu yang mengepul di angkasa.
sementara ke lima orang penunggang kuda tadi sudah
tertinggal jauh di belakang, bahkan sama sekali sudah tak
nampak lagi.
Tetapi pada saat itulah-
Terdengar suara sayap yang berkebas menembusi
angkasa melintasi di atas kepala ke tiga orang itu-
Tok Nio cu mendongakkan kepalanya sambil menengok
sekejap, kemudian ia tertawa senang.
Tentu saja Lan See giok dan Oh Ii cu tidak habis
mengerti, mereka ikut mendongakkan kepalannya, tampak
setitik bayangan abu-abu melintas ditengah angkasa dan
meluncur ke arah timur dengan kecepatan bagaikan
sambaran petir.
Dalam waktu singkat bayangan tersebut sudah berada
ratusan kaki jauhnya dari tempat semula.
Dengan cepat mereka berdua menjadi sadar, rupanya
bayangan abu-abu itu adalah burung merpati pos yang di
lepaskan ke lima orang penguntit tersebut.
Di samping itu. mereka berdua juga segera mengerti apa
sebabnya Tok, Nio-cu tertawa bangga tadi, tentunya dia
http://kangzusi.com/
seperti hendak berkata demikian. Menempuh perjalanan
lebih cepatpun percuma, lebih baik melanjutkan, perjalanan
sesuai jadwal.
Berpikir sampai disini, Lan See giok segera
memperlambat lari kudanya, otomatis Oh Li cu dan Tok
Nio cu pun ikut mengurangi kecepatan lari kudanya.
Tiba-tiba ..
Dari arah belakang kembali berkumandang suara burung
yang terbang melintasi di angkasa.
Lan See giok, Tok Nio cu serta Oh Li cu sama-sama
tergerak hatinya, mereka tahu kelima orang yang berada di
belakang kembali telah melepaskan burung merpati pos.
Ketika mereka bertiga berpaling, benar juga seekor
burung merpati pos sedang terbang melintas, jarak
ketinggian dari permukaan tanah paling banter cuma enam
kaki.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benak Lan See
giok, disaat Tok Nio-cu dan Oh Li cu sedang mengamati
burung merpati tersebut, diam-diam ia menghimpun hawa
murninya yang disalurkan ke dalam lima jari tangannya,
kemudian segera menyentil nya ke udara..
Suara desingan angin tajam langsung meluncur ke
tengah udara dan persis menghantam burung merpati yang
kebetulan sedang terbang melintas.
"Prakkk!"
Burung merpati itu terguling guling di tengah udara
kemudian meluncur ke muka dan akhirnya menukik ke
arah persawahan beberapa puluh kaki di depan sana.
http://kangzusi.com/
Tok Nio cu maupun On Li cu sama-sama terperanjat
setelah menyaksikan kejadian itu, serentak mereka menjerit
kaget.
Burung merpati itu menukik langsung ke arah
persawahan dan menggeletak mampus,
Tok Nio cu serta Oh Li cu tertegun untuk sesaat,
kemudian mereka melarikan kudanya menghampiri bangkai
merpati tadi.
Lan See giok memperhatikan sekejap keadaan di
sekeliling tempat itu, setelah sadar kalau di sekitar situ tiada
orang lain, dia baru turut menyusul ke bawah.
Sementara dia mendekat, Tok Nio cu telah melayang
turun ke bawah dan memungut bangkai burung merpati itu,
ternyata sudah mampus.
Maka kepada Lan See giok serta Oh Li cu ujarnya
kemudian:
"Ayo cepat berangkat, ini namanya kemauan takdir,
sungguh tak nyana merpati pos ini bisa terserang angin
duduk sehingga mampus secara mendadak"
Dengan cepat dia melompat naik ke atas kudanya dan
menyembunyikan bangkai merpati itu ke dalam kantung
senjata rahasia.
Oh Li cu merasa agak bimbang, tentu saja ia tak percaya
ada kejadian yang begini kebetulan, Lan See giok yang
melihat hal tersebut cuma membungkam diri mesti hati
kecilnya tertawa geli.
Dengan cepat mereka bertiga melanjutkan perjalanan
lagi menuju ke depan.
http://kangzusi.com/
Tidak sampai lima li, di depan situ muncul sebuah
jembatan batu, ketika tiba dimuka jembatan, tampak air
yang mengalir di sungai itu deras sekali.
Tergerak hati Tok Nio cu, dia mengeluarkan bangkai
merpati itu, melepaskan tabung kecil yang terikat di kakinya
kemudian membuang bangkai tersebut ke dalam sungai.
Melihat cara kerja perempuan itu, diam-diam Lan See
giok dan Oh Li cu memuji ketelitian cara kerjanya.
Selesai membuang bangkai burung itu, Tok Nio-cu
melanjutkan perjalanannya kembali sambil mengeluarkan
selembar kertas dari dalam tabung kecil itu, setelah diamati
sekejap, ia pun berkata sambil tertawa.
"Sekarang kita boleh melanjutkan perjalanan dengan
berlega hati, tak usah kuatir, sepanjang jalan tak bakal ada
orang yang akan menguntit kita lagi."
Dia melarikan kudanya mendekati Lan See giok dan
menyerahkan surat tersebut kepadanya.
Lan See-giok menerima surat tersebut dan dibaca isinya.
ternyata berbunyi demikian:
"Sasaran ada tiga, diantara nya Tok Nio cu. Tertanda
ketua cabang kota Kang tin."
Selesai membaca surat itu, Lan See giok
menyerahkannya ke tangan Oh Li cu.
Ia merasa terkejut bercampur kagum atas kecepatan
pihak Tay ang san untuk menyampaikan berita, di samping
itu diapun, mengagumi cara kerja Tok Nio cu yang begitu
cekatan dan seksama dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sementara itu Oh Li cu telah berpaling kearah Tok Nio
cu sambil bertanya dengan nada tak habis mengerti.
http://kangzusi.com/
"Mengapa di tengah jalan kita tak perlu kuatir" dikuntit
orang lagi..
Sambil berkata ia menggulung kertas itu, meremasnya
lalu disentilkan ke dalam semak belukar di sisi jalan.
Tok Nio cu merasa sangat tak senang hati melihat Oh Li
cu tidak menyebut sesuatu kepadanya, namun berhubung
Lan See giok hadir di situ, tentu saja ia tak dapat
membungkam diri terus menerus.
Karena itu setelah tertawa hambar, sahutnya dingin:
"Berhubung burung merpati ini tak mencapai kota Pang
kang tin, maka para ketua cabang di kota berikutnya jadi
kehilangan berita, otomatis mereka tak akan mengetahui
siapakah sasaran yang sebetulnya, dengan terputusnya
berita itu mereka pun akan kehilangan jejak”
"Tapi. bukankah sudah dikirim burung merpati yang
pertama?" tanya Oh Li cu tidak habis mengerti.
"Merpati yang pertama tadi sudah barang tentu
dikirimkan kepada si Beruang berlengan tunggal Kiong Tek
ciong yang berada di bukit Tay ang san . . . "
Lan See giok segera mengangguk memuji setelah
mendengar perkataan itu.
Pada dasarnya Oh Li cu memang tak puas melihat Tok
Nio-cu turut serta dalam perjalanan mereka menuju ke
bukit Tay ang san, apalagi setelah menjumpai sikap
mengejek dan menghina yang menghiasi wajahnya,
sekarang hatinya semakin panas, maka dengan nada
menyindir diapun berkata ketus:
"Bukankah di pihak Kiong-ciong situ sudah mendapat
kabar dari si harimau, berkaki cebol dari benteng kalian
yang menyampaikan berita kepadanya ? Buat apa oranghttp://
kangzusi.com/
orang itu mesti memberi kabar lagi kepada pemimpin
mereka di Tay ang san? "
Tok Nio-cu tidak menjadi marah oleh ejekan, sahut
sambil tertawa bangga. "Tujuan mereka melepaskan burung
merpati itu tak lain adalah memberi tahu kepada Kiong Tek
ciong agar berhati hati. sebab terdapat aku Tok Nio-cu yang
mendampingi adik Giok !"
Berubah hebat paras muka Oh Li cu saking
mendongkolnya namun ia masih berusaha untuk menahan
amarahnya dengan berkata ketus:
"Jarak dari Pek hoo cay sampai di Tay ang san mencapai
ribuan li jauhnya, aku lihat Gui hujin tidak usah berangkat
ke situ lagi."
Tok Nio cu segera berkerut kening, agak mendongkol dia
berseru.
"Aku pergi ke Tay ang san tujuannya tak lain untuk
menyeret pulang Harimau berkaki cebol si penghianat itu.
kebetulan saja aku bersua dengan adik Giok ditengah jalan
sehingga akhirnya kami putuskan untuk berangkat
bersama"
Dengan cepat Lan See giok menjumpai situasi yang
semakin tak beres, jika dia tidak berusaha melerai, sudah
pasti percekcokan antara Tok Nio cu dengan Oh Li cu akan
semakin bertambah sengit, malah bisa jadi suatu
pertarungan tak terelakkan.
Dalam keadaan demikian, satu ingatan segera melintas
di dalam benaknya dengan perasaan tak sabar serunya.
"Kalian berdua tak usah cekcok terus biar siaute
berangkat ke sana seorang diri saja!”
http://kangzusi.com/
Dengan diutarakannya perkataan tersebut, Tok Nio cu
dan Oh Li cu segera terbungkam dalam seribut bahasa.
Lan See giok segera merasa bahwa cara tersebut sangat
manjur sekali, Ini berarti dia pun sudah mengetahui sebabsebab
utama dari perselisihan antara Tok Nio-cu dengan Oh
Li cu.
Tengah hari itu mereka bertiga bersantap di kota peng
kang tin, walaupun sepanjang ja1an mereka jumpai satu
dua orang lelaki berpakaian ringkas yang mirip orang-orang
dari kantor cabang Pek kang tin, namun orang-orang itu
sama sekali tidak menaruh perhatian khusus terhadap Lan
See giok bertiga.
Setelah meninggalkan kota Peng kang tin, betul juga,
seperti apa yang diduga Tok Nio-cu, tiada orang yang
menguntit mereka lagi.
Hal ini membuat Lan See giok, merasa semakin kagum
terhadap kemampuan Tok Nio cu, dia merasa perlu sekali
mengajak seseorang yang amat berpengalaman semacam
Tok Nio cu di dalam perjalanannya menuju ke Tay ang san
kali ini.
Sebaiknya Oh Li-cu merasa kagum juga terhadap
kecerdasan dan pengalaman Tok Nio cu, kendatipun
demikian, dia tetap merasa tak puas terhadap kesombongan
serta sikap tinggi hati Tok Nio-cu.
Sesuai dengan rencana dari Tok Nio cu, menjelang
maghrib hari ke dua mereka bertiga telah tiba di Tiang siu
tian, sebuah kota di kaki selatan bukit Tay ang san.
Tiang siu tian adalah sebuah kota keresidenan yang
cukup banyak penduduknya, banyak orang berdagang di
situ, sehingga tak heran kalau suasana kota ramai sekali.
http://kangzusi.com/
Deretan tanah perbukitan Tay ang san yang terjal dan
berbahaya terletak di sebelah utara kota.
Setelah memasuki kota, Lan See giok bertiga turun dari
kudanya di depan sebuah rumah penginapan yang paling
besar di kota itu.
Berhubung Tok Nio-cu berusia paling tua diantara ketiga
orang itu, secara otomatis Lan See giok membiarkan ia
berjalan di muka, sedangkan Oh Li cu dengan gembira
berjalan bersama pemuda itu di belakang nya.
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di sebuah
pavilliun yang letaknya di ujung belakang rumah
penginapan.
Sementara mereka bertiga masih duduk bergurau,
mendadak seorang pelayan muncul dalam ruangan itu
dengan wajah panik dan langkah terburu-buru.
Lan See-giok tahu, tentu ada sesuatu yang tak beres,
ternyata pelayan itu membawa selembar kartu merah.
Seorang kacung yang melayani pavilliun itu cepat ke luar
dari ruangan, pelayan itupun menyerahkan kartu merah itu
ke tangan si kacung sambil meninggalkan pesan dengan
suara lirih.
Kemudian terlihat kacung itu manggut-manggut dan
masuk kembali-ke dalam ruangan.
Lan See-giok tidak begitu memahami atas semua
peraturan dunia persilatan, namun ia yakin kartu merah itu
dikirim oleh pihak orang-orang Tay ang san.
Setibanya lima langkah di depan meja, kacung itu
mengangkat kartu merah itu tinggi-tinggi, kemudian berseru
dengan suara nyaring.
http://kangzusi.com/
”Ketua cabang kota Tiang-siu tian. Liang Si-gwan, anak
buah ketua benteng dari Tay-ang-san dengan tiga puncak
sembilan tebing dua belas benteng, si lengan tunggal
penggetar langit Kiong Tek-ciong khusus datang
menghadap setelah mendengar akan kehadiran Gui hujin
dari Pek-ho-cay!”
Berubah paras muka Lan See giok mendengar perkataan
itu, dia tak mengira kalau Tok Nio cu mempunyai nama
yang begitu termasyhur dalam dunia persilatan.
Di samping itu diapun tahu akan julukan Kiong Tekciong
di bukit Tayang-san sebagai si lengan tunggal
penggetar langit.
-ooo0dw0ooo-
BAB 20
OH LI-CU yang melihat kejadian ini segera menjadi
percaya kalau burung merpati pertama yang terlihat mereka
tempo hari. dilepaskan lawan tak lain karena kehadiran Tok
Nio cu, hal ini membuat rasa tak puas yang semula
menyelimuti wajahnya seketika hilang lenyap tak berbekas.
Seorang dayang segera maju untuk menerima kartu
merah itu kemudian diangsurkan ke hadapan Tok Nio cu
dengan sikap yang amat menaruh hormat.
Tok Nio cu sama sekali tidak memandang sekejap pun,
kepada sang pelayan yang masih berdiri di depan halaman,
katanya kemudian dengan suara dalam.
"Tolong sampaikan kepada Liang toucu, kami baru
bersantap sampai di tengah jalan sehingga kurang leluasa
untuk menyambutnya, tunggu dulu sebentar, seusai
http://kangzusi.com/
bersantap akan kuutus seorang pelayan untuk mengundang
kehadiran Liang toucu ."
Pelayan yang berdiri ditengah halaman itu mengiakan
dengan hormat, kemudian buru-buru meninggalkan
halaman.
Tok Nio-cu tahu bahwa Lan See giok serta Oh Li-cu
sudah tak bernapsu lagi untuk bersantap. maka kepada
pelayan sekalian yang berdiri di situ ia menitahkan:
"Bersihkan semua sisa hidangan!"
Selesai berkata, ia memberi tanda kepada Lan See giok
sertaOh Li-cu kemudian mengundurkan diri dari ruangan.
Lan See giok berdua memahami maksud tersebut dan
mengikuti dari belakang.
Setibanya di halaman belakang, Tok Nio cu
memperhatikan sekejap keadaan di sekeliling tempat itu,
kemudian ujarnya dengan suara yang amat lirih.
"Tiang siu kian merupakan pintu gerbang Tay ang san,
ketua cabang yang berada di sini merupakan seorang jagoan
yang setaraf kedudukannya dengan para caycu di atas
gunung, selain ilmu silatnya sangat hebat, kecerdasan dan
kelicikan mereka pun luar biasa. dia termasuk satu satunya
jagoan kepercayaan si beruang berlengan tunggal yang
paling tangguh, Liang si gwan orangnya sederhana. halus
dan seorang seniman. dia disebut orang Say go yong
(Tandingan Go Yong), akalnya tajam otaknya cerdas, bila
Liang Si gwan telah datang nanti, adik Giok boleh
mengutarakan maksud tujuanmu secara berterus terang.
sedangkan masalah lain lakukan menurut kode mataku"
Lan See giok segera mengangguk sambil mengiakan
berulang kali, Tok Nio cu segera berpaling pula kearah Oh
Li cu sambil menambahkan.
http://kangzusi.com/
"Jika Liang Si gwan menanyakan soal asal usul nona Oh,
kau harus menjawab seadanya saja dan tidak usah
membicarakan masalah orang tuamu serta masalah Wi-limpoo
dengannya”
"Mengapa?" tanya Oh Li cu sambil berkerut kening
dengan wajah tidak mengerti.
Tok Nio cu tertawa hambar.
"Setelah ku utarakan nanti, harap nona Oh jangan
marah, sesungguhnya kedua belas orang caycu dari Tay ang
san seperti tak pernah memandang sebelah matapun
terhadap Wi-lim-poo, terutama sekali antara Kiong Tek
ciong dengan ayahmu agaknya seperti mempunyai suatu
dendam kesumat yang dalam."
Berubahlah paras muka Oh Li cu, dia menjadi marah,
serunya kemudian dengan cepat.
"Kali ini. akan kusuruh mereka rasakan kelihaian dari
anggotaWi-lim-poo!"
Lan See giok sendiripun segera merasa bahwa Tok Nio
cu kelewat memandang rendah pihak Wi-lim-poo, dengan
cepat dia memberi penjelasan.
"Wi-lim-poo mempunyai kekuatan yang besar di telaga
Phoa yang oh, kapal perang nya mencapai ratusan buah,
anggota benteng pun semuanya kekar dan berdisiplin tinggi,
berbicara soal kekuatan, belum tentu mereka berada di
bawah kekuatan Tay ang san."
Gembira nian perasaan Oh Li cu oleh karena Lan Seegiok
membelai Wi-lim-poo tanpa terasa dia memandang
sekejap kearah pemuda itu dengan pandangan mesra.
Tok Nio-cu tertawa hambar.
http://kangzusi.com/
"Dalam soal ini, cici rasanya jauh lebih jelas
daripadamu, kau lupa rupanya bahwa Tayang-san bukan
Phoa yang oh."
Merah jengah selembar wajah Lan See giok, sekarang dia
baru teringat, biarpun Wi-lim-poo memiliki angkatan laut
yang kuat, namun memang tak berdaya sama sekali untuk
menghadapi pihak Tay ang san.
Oh Li cu tertawa dingin, dengan perasaan tak puas
kembali dia bertanya.
"Apa kau anggap keadaan medan dari bentengmu itu
jauh melebihi ketiga tebing sembilan puncak dari Tay ang
san, dan anggotanya jauh lebih banyak daripada kedua
belas caycu dari Tay ang san ."
Tok Nio-cu berkerut kening, kemudian menjawab
dengan angkuh:
"Walaupun Pek ho cay bukan terdiri dari dinding baja
tembok besi, namun penjagaan serta pertahanan kami kuat
sekali. kalau bukan seorang jago yang benar-benar sangat
hebat, jangan harap bisa memasuki Pek ho cay secara
mudah, bahkan mungkin jauh lebih sukar ketimbang
memasuki Tay ang san apalagi biarpun pihak Tay ong san
memiliki jago-jago yang tak terhitung jumlahnya, namun
belum tentu ada yang mampu menandingi kami suami istri
berdua."
Lan See giok pernah menyaksikan dengan mata kepala
sendiri bagaimana si Beruang berlengan tunggal didesak
oleh Gui Pak ciang dari Pek ho cay sehingga mati kutunya,
karena itu dia lebih mempercayai perkataan perempuan itu.
PUCAT pias selembar wajah Oh Li cu setelah
mendengar perkataan itu, sekujur badannya gemetar keras,
dengan perasaan yang amat mendongkol katanya:
http://kangzusi.com/
"Kalau toh benteng kalian begitu tangguh dan hebat,
mengapa adik Giok bisa memasuki benteng kalian secara
mudah?"
Tok Nio-cu mengerling sekejap ke arah Lan See giok,
lalu tertawa menggiurkan:
"Berapa banyak sih manusia di dunia ini yang memiliki
kepandaian silat sehebat adik Giok?"
Ucapan tersebut kontan membuat Oh Li cu tertegun.
seketika itu juga dia melupakan kegenitan Tok Nio-cu, dia
tidak tahu perkataan dari perempuan itu adalah kenyataan
ataukah hanya sengaja menyanjung adik Giok nya.
Lan See-giok kuatir kedua orang itu ribut lagi. cepat
ujarnya kepada Tok Nio-cu.
"Sisa hidangan di meja sudah dibersihkan aku rasa kau
harus mengirim orang untuk mengundang kehadiran Liang
toucu!"
Tok Nio-cu tertawa seraya mengangguk, mereka bertiga
segera kembali ke ruang tengah. .
Sementara Itu meja di tengah ruangan telah diatur
kembali dengan rapi, tiga cawan teh telah dihidangkan.
Kepada seorang kacung yang berdiri di luar ruangan.
Tok Nio-cu segera berseru dengan suara dalam.
"Undang kehadiran Liang toucu!"
Kacung itu mengiakan dengan cepat kemudian buruburu
berjalan ke luar dari! halaman.
Beberapa saat kemudian, kacung itu sudah muncul
kembali dengan langkah tergesa gesa, begitu sampai di
depan pintu, dia segera berseru keras.
"Liang toucu tiba."
http://kangzusi.com/
"Silahkan!" jawab Tok Nio-cu tersenyum.
Kacung itu segera membalikkan badan dan berseru
kembali dengan lantang:
"Hujin mempersilahkan Liang toucu masuk!"
Dari depan pintu halaman segera berjalan masuk sesosok
bayangan manusia.
Dengan senyuman dikulum dan mata memancarkan
cahaya berkilat, Tok Nio-cu bangkit berdiri dari kursinya,
Lan See giok dan Oh Li-cu serentak turut bangkit berdiri
pula . . .
Yang dinamakan Liang Si gwan adalah seorang
sastrawan berusia tiga puluh tahunan, dia mengenakan
pakaian model sastrawan dengan wajah yang bersih, dari
kesederhanaannya bisa diketahui bahwa orang ini sangat
berbahaya.
Terutama sekali sepasang matanya yang memancarkan
sinar tajam dan wajahnya yang memancarkan keseriusan,
ini menunjukkan bahwa diapun seorang yang cerdas.
Begitu bersua dengan Tok Nio-cu, Liang Si gwan buruburu
masuk ke ruang tamu dan memberi hormat sambil
katanya:
"Liang Si-gwan, ketua cabang Tiang-lu-tian dari Tay ang
san khusus datang menjumpai nyonya Gui!"
Tok Nio-cu tertawa hambar, kemudian menjawab
nyaring:
"Liang toucu tak usah banyak adat, silahkan duduk
berbincang-bincang!"
http://kangzusi.com/
Liang Si gwan mengiakan, dia melirik sekejap ke arah
Lan See giok dan Oh Li cu yang duduk bersanding,
kemudian baru duduk di sisi sebelah kanan.
Lan See-giok dapat merasakan bahwa sikap hormat
Liang Si-gwan terhadap Tok Nio-cu sebagian disebabkan
karena baik Tok Nio-cu maupun si beruang berlengan
tunggal sama-sama merupakan jagoan yang mempunyai
kedudukan dalam dunia persilatan, selain itu juga
dikarenakan orang itu agak segan terhadap ilmu silatnya
yang hebat
Tapi jika dilihat dari kemampuan Tok Nio-cu sewaktu
bertempur melawan Oh Li cu di kota Siang-yang tempo
hari rasanya perempuan tersebut tidak memiliki ilmu silat
yang kelewat tangguh.
Dalam pada itu, Liang Si gwan telah memandang
sekejap kearah Lan See giok serta Oh Li cu, kemudian
sambil menjura sekali lagi kepada TokNio-cu, ia berkata:
"Berhubung berita kami terputus ditengah jalan sehingga
tak bisa menyambut kedatangan nyonya serta Lan siauhiap
suami istri di luar kota, sengaja aku datang kemari sekarang
untuk memohon maaf atas kekhilafan tersebut"
Lan See giok merasa sangat tidak tenang sesudah
mendengar Liang Si gwan salah mengira dia dan Oh Li cu
sebagai suami istri, namun diapun merasa kurang leluasa
untuk membantahnya, dihati kecilnya dia tahu, sudah pasti
hal tersebut terjadi karena percekcokan Oh Li cu dengan
Tok Nio-cu di Siang yang tempo hari.
Sebaiknya Oh Li cu kelihatan agak tersipu sipu, namun
dihati kecilnya menunjukkan senyuman penuh kepuasan.
Tok Nio-cu memandang sekejap ke arah Liang Si gwan,
kemudian sahutnya lembut.
http://kangzusi.com/
"Liang toucu kelewat merendah, adapun kedatangan
Kami kemari ada kalanya melalui jalan raya. ada kalanya
melalui jalan samping, mungkin soal inilah yang membuat
kalian tidak peroleh berita kami secara pasti.”
Atas pertanyaan tersebut. Liang Si gwan cuma dapat
mengangguk seadanya saja, setelah itu dia baru berkata
lebih jauh.
"Untuk kehadiran Nyonya serta Lan siauhiap suami istri,
aku telah peroleh pemberitahuan secara langsung dari
markas pusat, sehingga segala persiapan telah dilakukan
secara baik. Kini aku khusus datang kemari untuk
mengundang kalian bertiga, sudi mengunjungi
pesanggrahan Eng pia kek kami agar dapat dilayani lebih
baik."
"Tidak usah." tampik Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu.
"sekarang hari sudah malam, apa lagi kamarpun sudah
dipesan, tak usah mengganggu ketenangan kalian lagi.*
"Nyonya telah datang dari jauh untuk menjenguk kami,
sudah sewajarnya bila kami sambut kedatangan nyonya
dengan suatu perjamuan besar, paling tidak sebagai penebus
bagi kekhilafan kami yang tidak menyambut dari kejauhan"
cepat-cepat Liang Si gwan mendesak lagi.
Lan See-giok sadar, bila mereka sampai datang ke
pesanggrahan penyambut tamu agung itu, niscaya gerakgeriknya
menjadi kurang leluasa, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, Tok Nio-cu telah berkata sambil
tertawa merdu.
"Kami sudah kenyang bersantap maupun minum arak,
perjamuan dari Liang Toucu biar kuhadiri di kemudian hari
saja."
http://kangzusi.com/
Liang Si gwan sedikit mengerutkan dahi nya lalu berdiri
dengan sopan, katanya lembut:
"Nyonya dan Lan siauhiap telah menempuh perjalanan
selama berhari-hari, sekarang tubuh pasti penat dan perlu
beristirahat, aku tak akan mengganggu lebih lama lagi, biar
memohon diri sampai di sini saja."
Melihat hal ini Tok Nio-cu seperti teringat akan sesuatu,
keningnya berkerut dan matanya cerah, sekulum senyuman
halus dengan cepat menghiasi bibirnya yang merah.
Cepat dia bangkit berdiri lalu menjawab dengan riang.
"Selamat jalan Liong toucu, maaf bila aku tidak
menghantarmu”
Sementara berbicara, menggunakan kesempatan disaat
Liang Si gwan sedang memberi hormat, dengan cekatan
sekali dia memberi tanda kepada Lan See giok danOh Li cu
yang berdiri di sisinya.
Pada waktu. itu Lan See Giok dan Oh Li cu sedang
merasa geli atas sikap Liang Si Gwan yang begitu sopan
santun dan mau mengundurkan diri dengan begitu saja.
begitu melihat tanda rahasia dari Tok Nio-cu, ke dua orang
tersebut menjadi melongo dan tidak habis mengerti.
Sebaliknya Liong Si gwan yang mendengar ucapan Tok
Nio-cu yang merdu dan nyaring tersebut menjadi menggigil
karena terkejut, apalagi setelah menjura, ia menjumpai
senyuman yang begitu cerah di wajah perempuan tersebut,
wajahnya kontan berubah hebat.
Buru-buru serunya berulang kali.
"Nyonya tak usah menghantar lagi, nyonya -tak perlu
menghantar lagi . , . !"
http://kangzusi.com/
Sembari berkata. matanya mengawasi tubuh Tok Nio-cu
lekat-lekat, sementara tubuhnya mengundurkan diri dengan
tergesa- gesa.
Berkerut kening Tok Nio-cu melihat sikap lawan,
sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat dan tanpa
terasa ia perdengarkan suara tertawa dingin yang penuh
mengandung hawa napsu membunuh.
Paras muka Liang Si gwan segera menunjukkan
perubahan yang semakin ngeri dan takut, sementara
gerakan tubuhnya yang mundur pun semakin bertambah
cepat.
Lan See giok sebagai seorang pemuda yang saleh dan
penuh cinta kasih, meski belum mempunyai pikiran yang
kelewat mendalam, toh ia dibuat tertegun juga oleh
peristiwa itu, tak tahu apa gerangan yang sesungguhnya
telah terjadi?
Dalam pada itu Liang Si gwan telah mengundurkan diri
dari ruangan, sedang paras muka Tok Nio-cu telah berubah
menjadi hijau membesi mengerikan sekali . . .
Tiba. tiba . . .
Secepat sambaran petir Liang Si gwan membalikkan
tubuhnya, kemudian melejit ke tengah udara.
Berkilat sepasang mata Tok Nio-cu, bentaknya secara
tiba-tiba, "Kawanan tikus, kau berarti kurang ajar . .”
Belum habis bentakan tersebut, tangan kanannya sudah
merogoh ke dalam saku dan cahaya biru berkilauan, dia
siap melepaskan serangan ke muka.
Lan See giok yang awas dengan cepat maju setindak, dia
cengkeram pergelangan tangan Tok Nio-cu, kemudian
http://kangzusi.com/
berpaling pula ke arah Liang Si gwan, ternyata orang itu
sudah tak nampak lagi bayangan tubuhnya.
Baru sekarang Lan See giok mengerti apa sebabnya
Liong Si gwan mengundurkan diri dari ruangan secara
tergesa - gesa, nampak nya orang itu kuatir sekali bila Tok
Nio-cu melepaskan serangannya yang keji.
Hanya ada satu hal yang tidak dipahami olehnya, yaitu
apa sebabnya Tok Nio-cu hendak membunuh Liang-Si
gwan?
Ketika ia menunduk kembali, terlihat olehnya cahaya
biru berkilauan diantara jari-jari tangan Tok-Nio-cu yang
lembut, ada tiga bilah pisau terbang liu yap hui to berwarna
biru yang berada dalam genggamannya, jelas pisau-pisau
terbang tersebut sudah diberi racun yang amat jahat.
Pemuda itu tertegun, kemudian melepaskan
genggamannya atas tangan lawan.
Dengan sorot mata tajam Tok Nio-cu mengamati wajah
Lan See giok lekat-lekat, kemudian ujarnya dingin.
"Bila kau membiarkan dia kabur sekarang akhirnya pasti
akan menyesal sekali"
Lan See giok tertawa hambar, sahutnya serius:
"Biarkan saja perbuatan mereka mencurigakan, asal kita
tidak terlepas dari arah dan rel yang sebenarnya."
Merah padam selembar wajah Tok Nio-cu ucapan anak
muda tersebut membuatnya terbungkam dalam seribu
bahasa.
Oh Li cu yang berdiri di sampingnya memuji sekali atas
kecerdasan dan kecekatan Liang Si gwan bertindak, di
samping itu diapun merasakan betapa kejamnya Tok Niocu,
bahkan jauh di atas kekejaman sendiri,
http://kangzusi.com/
Namun begitu, dia pun tidak habis mengerti mengapa
Tok Nio-cu hendak turun tangan membunuh Liang Si
gwan.
Akhirnya dia bertanya keheranan.
"Apakah kau beranggapan dengan membunuh Liang Si
gwan, maka hal ini akan bermanfaat sekali dengan usaha
kita menuju Tay ang san . . . ?"
"Tentu saja," jawab Tok Nio-cu tanpa ragu-ragu, "aku
berani memastikan Kiong Tek ciong dari Tay ang san
hingga kini masih belum tahu kalau kita bertiga sudah
berada di Tiang siu tian."
"Atas dasar apa kau berkata begini?", tanya oh Li cu
tidak puas,
Tok Nio-cu tertawa angkuh.
"Ditinjau dari kedatangan Liang Si gwan yang tergesagesa,
dapat dibuktikan kalau kehadiran kita disini telah
memberikan rasa kaget yang luar biasa baginya. dari situ
pula terbukti kalau pihak Tay ang san masih belum
mengetahui gerak gerik kita, Liang Si gwan mengundang
kita agar menginap di pesanggrahan penerima tamu, hal
tersebut tak lain bertujuan untuk mengurangi gerak gerik
kita, karena itulah tawarannya ku tampik, dia sudah
memastikan rupanya bahwa malam ini kita akan berangkat
ke Tay ang san, dan hal tersebut membuatnya merasakan
betapa gawatnya situasi, karena itu dia buru-buru minta diri
agar ada waktu cukup untuk melaporkan kejadian ini ke
markas besar dan membuat persiapan seperlunya."
Mendengar penjelasan tersebut, Lan See giok.
mengangguk berulang kali sembari memuji.
"Pandangan nyonya memang tepat sekali aku merasa
sangat kagum . . . !? "
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu merasa sangat tak senang karena selama ini
Lan See giok selalu memanggil dirinya dengan sebutan
"nyonya", namun dia sendiripun tak bisa memaksa pemuda
tersebut untuk memangginya dengan sebutan cici.
Melihat pemuda itu memuji Tok Nio-cu, Oh Li-cu segera
mendengus sambil segera mengalihkan pokok pembicaraan.
"Kalau dia menduga kita naik gunung tadi malam ini,
lebih baik kita sengaja berangkat esok pagi saja"
Waktu itu Tok Nio-cu sedang merasa tak senang hati,
mendengar ucapan mana dia segera tertawa dingin.
"Jika besok baru berangkat, aku yakin kecuali adik Giok
seorang, kau dan aku jangan harap bisa kembali dalam
keadaan hidup,"
Mendengar betapa seriusnya persoalan yang mereka
hadapi Lan See giok menyela.
"Kalau memang begitu mari kita berangkat sekarang
juga!"
"Bila berangkat sekarang, aku kuatir sudah agak
terlambat," kata Tok Nio-cu sambil memandang sekejap
pemuda tersebut dengan pandangan apa boleh buat.
Oh Li-cu menganggap sikap tersebut merupakan
kesengajaan Tok Nio-cu bersikap sok tegang, segera ujarnya
dingin.
"Aku tidak percaya kalau Tay ang san begitu hebat dan
menakutkan sehingga jauh lebih mengerikan dari pada
akherat . . : "
"Hmm. jika kau tak percaya mengapa kita tidak segera
berangkat untuk membuktikan sendiri?".
Berbicara sampai di situ, berangkatlah mereka bertiga
menuju ke ruang-belakang.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu para pelayan dan kacung yang melayani
pesanggrahan tersebut sudah pada ketakutan dan
menyembunyikan diri di sudut ruangan, tak seorangpun
diantara mereka yang berani bersuara.
Tiba di halaman belakang, Lan See giok bertiga segera
melejit dan melompat naik ke atas atap rumah.
Waktu itu langit masih agak terang karena cahaya
rembulan. perkiraan baru mendekati kentongan kedua.
Memandang jauh ke muka, bukit Tayang san yang
angker berdiri di depan mata, bukit yang terjal dan
bayangan hitam yang menyelimuti seluruh tanah
perbukitan mendatangkan suasana, yang menggidikkan hati
bagi yang melihat .
Memandang tanah perbukitan itu. Tok- Nio-cu berkata
kemudian kepada sang pemuda
"Kalau dilihat dari keadaan, agaknya mereka masih
belum melakukan suatu persiapan yang ketat .”
Habis kesabaran Lan See giok setelah memandang bukit
Tayang san yang berada di depan mata, ujarnya cepat.
"Kalau toh memang begitu, mari kita berangkat sekarang
juga:"
Tidak membuang waktu lagi, ketiga orang itu segera
mengerahkan ilmu meringankan tubuh masing-masing dan
berangkat menuju ke kaki bukit sebelah selatan.
Sementara mereka sedang menempuh per jalanan cepat
menuju ke arah tanah perbukitan itu, tiba-tiba .
Ditengah udara bergema suara burung yang terbang
melintas dari atas kepala mereka..
Lan See-giok segera menghentikan langkahnya sambil
mendongakkan kepalanya, di tengah kegelapan tampak ada
http://kangzusi.com/
selapis titik hitam sedang terbang melintas dengan gerakan
yang cepat sekali, jumlahnya mencapai puluhan. dan
burung-burung merpati itu semuanya terbang menuju
kearah bukit.
Berkerut kening Tok Nio-cu menyaksikan kesemuanya
itu, dia memandang sekejap ke arah Lan See giok yang
sedang memperhatikan burung-burung merpati itu, lalu
ujarnya agak mendongkol.
"Bila bersikap lemah terhadap kaum durjana, akibatnya
diri sendiri yang rugi, coba kalau Liang-Si-gwan kita bunuh,
tidak bakal kita jumpai kesulitan macam begini."
Sembari berkata, sinar matanya yang dingin seperti es
kembali dialihkan ke wajah Oh li-cu.
Berkobar amarah di dalam dada Oh Li-cu melihat sikap
lawannya. ia seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun
secara tiba-tiba ia lihat diantara rombongan burung merpati
itu ada satu titik bayangan hitam yang menukik ke bawah
dan meluncur ke arah tanah tebing bersinar lentera di depan
situ.
Mencorong sinar terang dari balik mata Tok Nio-cu,
segera serunya keras-keras.
"Adik giok, di depan sana rupanya adalah Tebing mayat
menggelapar. ketuanya adalah si hakim paku hati, jika kita
serbu tebing tersebut secepatnya, aku rasa para bukit
lainnya pasti akan kelabakan dibuatnya.”
Selesai berkata dia lantas meluncur ke arah bukit itu
lebih dulu, Lan See-giok dan Oh li-cu yang tidak begitu
mengenal keadaan medan hanya bisa mengikuti di belakang
perempuan itu.
Memasuki mulut, bukit, angin malam terasa berhembus
kencang. menggunakan batuan karang dan pohon siong
http://kangzusi.com/
yang tumbuh di situ sebagai perlindungan, mereka bertiga
meneruskan perjalanannya ke atas.
Mendekati tempat bersinar lentera itu, Lan See giok
memandang sekejap sekitar sana, keningnya segera
berkerut, dia merasa keadaan medan di atas bukit Tay angsan
ini tidak sebahaya apa yang dilukiskan Tok Nio-cu
sebelumnya.
Tok Nio-cu sendiri walaupun sudah dua kali
mengunjungi bukit Tay ang san, namun setiap kali bersama
Gui Pak ciang diundang sebagai tamu.
Kini keningnya berkerut setelah memandang keadaan
sekitar situ dan wajahnya memperlihatkan perasaan serba
salah, diam-diam ia mencoba untuk melihat kembali kearah
manakah mereka harus meneruskan perjalanannya,
Berbeda sekali denganOh li-cu, sesudah melihat keadaan
medan dibukit-bukit
Tay ang-san ini, dia baru sadar bahwa keadaan Wi-limpoo
dimana ia berdiam memang tidak sebahaya dan seterjal
keadaan medan di tempat ini.
Sementara itu Lan See-giok telah melihat sebuah terjalan
dinding tebing pada puluhan kaki diarah barat daya mereka,
satu ingatan tiba-tiba melintas dalam benaknya lalu ia
berbisik.
"Bila keadaan medan sudah curam dan berbahaya,
kebanyakan penjagaan yang mereka lakukan tidak terlalu
ketat, mari kita turun ke bawah melalui dinding tebing itu
saja"
Tok Nio-cu dan Oh li-cu menjumpai dinding tebing yang
dimaksud tingginya mencapai ratusan kaki, di atas
ditebingpun seperti dipenuhi batuan cadas dan semak
http://kangzusi.com/
belukar, karena yakin mereka masih sanggup untuk
melewatinya, maka kedua orang itu segera mengangguk.
Mereka bertiga tidak ragu lagi dan langsung menuju ke
tebing curam tersebut, tiba di situ Lan See-giok segera
memimpin dengan melompat naik lebih dahulu.
Agak tertegun Oh li-cu sesudah menyaksikan gerakan
tubuh Lan See-giok ketika melompat naik, gerakan begitu
cepat seperti burung elang, dalam sekali lompatan saja
beberapa kaki bisa melampaui secara mudah.
Baru sekarang dia membuktikan ucapan dari Tok Niocu,
jadi rupanya perempuan itu bukan mengumpak atau
menyanjung kehebatan adik giok nya.
Di samping itu diapun amat terkejut atas kepesatan ilmu
silat yang diperoleh pemuda tersebut dalam setahun
belakangan ini. .
Ketika memandang pula kearah Tok Nio-cu, dilihatnya
perempuan itu pun bisa bergerak dengan enteng dan
cekatan, kenyataan menunjukkan bahwa-ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki nya masih kalah setingkat jika
dibandingkan dengan perempuan tersebut.
Dalam keadaan was-was dan prihatin, gadis tersebut
turut melompat naik dengan menghimpun seluruh
kekuatannya.
Sementara itu Lan See-giok telah berubah wajahnya
setelah memandang keadaan di seputar sana, rupanya di
sepanjang tebing itu ditemukan banyak sekali balok kayu
dan batu-batu cadas yang digulingkan ke bawah.
Mungkin saking kagetnya, tanpa terasa dia sampai
menghentikan langkahnya di atas sebatang pohon
http://kangzusi.com/
Menengok ke bawah. di jumpainya Tok Nio-cu serta Oh
li-cu masih berada puluhan kaki di bawahnya, baru
sekarang ia merasakan betapa berbahayanya keadaan di
sekitar situ.
Sedikit saja mereka bertindak kurang hati-hati, batu besar
dan kayu raksasa yang dipersiapkan di tepi tebing niscaya
akan mengguling ke bawah, dan bila hal ini sampai terjadi,
niscaya mereka bertiga akan mati dengan tubuh hancur
berantakan.
Dalam keadaan begini. tiba-tiba saja pemuda itu
merasakan bahwa kehadiran Tok, Nio-cu bersama Oh li cu
justru merupakan suatu beban baginya, karena itu dia
mengulapkan tangannya berulang kali memberi tanda agar
mereka berdua mendekati ke arahnya.
Tok Nio-cu dan Oh Li-cu segera menangkap tanda
tersebut, di dalam beberapa kali lompatan saja mereka
sudah menghampirinya. Tok Nio-cu tiba pada sasaran lebih
dulu, tapi berhubung pohon itu pendek lagi kecil
memanfaatkan kesempatan tersebut dia berpegangan pada
lengan kanan sang pemuda sambil menempelkan tubuhnya
ke depan payudaranya yang montok dan empuk otomatis
menempel sebagian di atas lengan kanan si anak muda
tersebut.,
Sayang sekali Lan See-giok yang berada dalam keadaan
berbahaya sama sekali tidak berminat untuk
memperhatikan kesemuanya itu, dia segera bertindak pula
menarik tangan Oh li-cu.
Setibanya di atas pohon, Oh li cu baru menjumpai
bagaimana Tok Nio-cu bersandar di atas tubuh kekasihnya,
api cemburu segera membara dan api amarahpun berkobar.
Tapi sebelum ia sempat mengumpatkan kata katanya,
Lan See-giok telah menunjuk ke atas tebing di depan sana.
http://kangzusi.com/
Apa yang terlihat hampir saja membuat Oh li-cu
menjerit, tubuhnya segera menggigil karena ketakutan,
nyaris dia jatuh tertelungkup ke bawah, api cemburu yang
semula berkobar pun seketika menjadi padam.
Mimpi pun dia tak menyangka bahwa tempat dimana ia,
berada sekarang merupakan suatu tempat yang begitu
berbahaya sehingga setiap saat besar kemungkinannya akan
merenggut jiwa mereka.
Berbeda sekali dengan keadaan Tok Nio-cu dia tetap
bersikap acuh tak acuh terhadap batuan besar dan balok
kayu di sekitarnya tebing tersebut, malah sambil tertawa
hambar, dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
menempelkan bibirnya di sisi telinga sang pemuda sembari
berbisik lirih:
"Adik Giok keselamatanku dan nona Oh sudah
mencapai titik yang kritis dan kemungkinan besar akan
hilang setiap saat, aku ingin tahu dengan cara apakah
engkau menyelamatkan kami sekarang?”
Oh li-cu yang melihat kesemuanya ini, di samping
merasa kagum atas ketenangan Tok Nio-cu di dalam
menghadapi masalah, ia pun mendongkol kepadanya
karena perempuan itu pandai memanfaatkan kesempatan
untuk bermesraan dengan kekasihnya.
Sedemikian mendongkolnya dan mangkelnya dia,
hampir saja dia tak tahan untuk berteriak-teriak agar pihak
atas tebing melepaskan batu dan balok kayunya sehingga
mereka bertiga mampus bersama.
Merah padam selembar wajah Lan See -giok atas
pertanyaan tadi, agak tersipu-sipu sahutnya:
"Mari kalian ikuti aku naik ke atas tebing setibanya di
situ, gunakanlah kesempatan disaat ku terjang para
http://kangzusi.com/
penjaganya. kalian berdua menggunakan tali untuk
melompat naik."
Tok Nio-cu dan Oh li cu mengangguk bersama dan
mengikuti di belakang Lan See -giok untuk melanjutkan
gerakannya menuju ke atas tebing, sebisa mungkin mereka
mencoba untuk mengurangi suara yang di timbulkan dari
baju mereka
Setibanya dibawa tumpukan batu cadas dan balok kayu
tersebut, pertama tama Lan See giok memberi tanda dulu
kepada Tok Nio-cu serta Oh Li cu, kemudian tubuhnya
melejit ke atas dan menerjang ke arah tali yang
mengendalikan tumpukan batu karang serta balok kayu
tersebut
Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu serta Oh Li cu
melihat kejadian itu, saking kagetnya hampir saja mereka
menjerit tertahan.
Tiba-tiba mereka saksikan Lan See giok menyambar tali
sambil berayunan ditengah udara, kemudian dalam satu
jumpalitan ia sudah melenting ke atas.
Disaat sepasang kaki Lan See giok mencapai permukaan
tebing dan belum sempat melihat pemandangan di
sekitarnya, mendadak dari tebing itu kedengaran seseorang
membentak keras.
"Siapa di situ?"
Sebilah anak panah tiba-tiba dibidikkan ke arahnya.
Lan See giok sangat terkejut, dia rendahkan bahunya
sambil menghindar, anak panah itu segera melesat melalui
sisi telinga nya, keadaan berbahaya sekali.
http://kangzusi.com/
Setelah itu dia baru melihat seorang lelaki kekar sedang
mengangkat goloknya dengan gugup untuk siap dibacokkan
ke atas tali pengendali jebakan.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menyaksikan
kejadian tersebut, ia membentak keras, tubuhnya melejit ke
udara dan kelima jari tangan kanannya memancarkan lima
gulung desingan angin jari yang tajam menyambar tubuh
lelaki itu.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera bergema
memecahkan keheningan, lelaki bergolok itu melejit lalu
roboh terkapar di atas tanah..
Apa mau dikata, goloknya yang besar kebetulan sekali
terjatuh di sisi tali tersebut dan tak ampun tali tadi menjadi
putus.
Melihat hal ini Lan See giok membentak keras, dengan
hati terkejut ia meluncur ke bawah secepat kilat, dengan
bentakan kaki kanannya dia injak tali yang putus itu agar
berhenti.
Disaat ujung kaki Lan See-giok menginjak tali yang
putus itu, dua kali desingan tajam telah meluncur tiba, dua
batang anak panah menyambar ke tubuhnya disertai
desingan angin tajam.
Lan See-giok sama sekali tidak bergeser dari posisi
semula, dengan menghimpun tenaga dalamnya ke ujung
baju kanan ia mengebaskannya ke muka, kedua batang
anak panah tersebut segera disapunya sehingga mencelat.
Sementara itu di atas tebing tadi sudah berkumandang
suara teriakan-teriakan yang gegap gempita, diantara
cahaya tajam yang berkilauan. segenap lelaki penjaga tebing
telah mengayunkan goloknya untuk membacok putus tali
pengendali alat jebakan itu.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat suasana menjadi sangat ramai dan
gaduh, keadaanpun terasa bertambah tegang.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring bergema di udara,
bayangan manusia berkelebat lewat, Tok Nio-cu telah
melompat naik ke atas puncak tebing. menyusul kemudian
Oh Li-cu dengan pedang terhunus mengikuti di
belakangnya.
Bagaikan melepaskan beban yang berat Lan See-giok
mengangkat kaki kanannya..
Suara gemuruh yang memekikkan telinga pun bergema
memecahkan keheningan, berhubung tali pengendali alat
jebakan itu terlepas, maka secara otomatis batu cadas dan
balok kayu raksasa yang telah dipersiapkan pun
berhamburan memuntah ke bawah tebing sana ..Bentakan -
bentakan keras bergema dari empat penjuru, kawanan
penjaga di situ bersama-sama mengayunkan senjatanya
sambil menerkam ke arah muka.
Oh Li-cu berkerut kening, wajahnya dingin seperti es,
sambil membentak dia menerjang ke muka, pedangnya
diayun kian kemari melepaskan bacokan-bacokan maut.
Dalam pada itu Lan See-giok beranggapan kalau
tujuannya datang ke sana adalah menemukan Beruang
berlengan tunggal Kiong Tek ciong secepatnya, dia merasa
tidak ada perlunya untuk melibatkan diri dalam
pembantaian di situ.
Mendadak ia membentak dengan suara keras.
"Enci Cu. hentikan seranganmu!"
Belum habis ia berseru, puluhan orang lelaki kekar itu
sudah menerjang tiba, mereka masing - masing
mengayunkan senjatanya mengancam tubuhOh Li cu.
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Oh Li cu diiringi senyuman
dingin yang menggidikkan hati, dia lepaskan sebuah
bacokan kilat ke arah dua bilah golok yang berada di
hadapannya dengan jurus serangan menyikap awan melihat
sang surya:
"Trriiing traang . . . "
Letupan bunga api segera memancar ke empat penjuru,
dua bilah golok besar itu tersampok hingga mencelat ke
samping. menyusul bentakan keras, cahaya tajam
menyambar lewat dan dua jeritan ngeri yang memilukan
hati segera bergema memecah kan keheningan.
Diantara darah segar yang memancar ke mana-mana, ke
dua orang lelaki itu tergeletak mampus di atas tanah.
Puluhan orang lelaki lainnya serentak menyerbu ke
depan dan mengepung Oh Li cu ketat-ketat, diiringi
bentakan-bentakan nyaring serangan dilancarkan bertubi
tubi. Tentu saja oh Li cu tak akan memandang sebelah
matapun terhadap kawanan manusia tersebut, pedangnya
dengan jurus Hujan angin di delapan penjuru, ia ciptakan
lapisan cahaya pedang yang membukit dan mendesak
kawanan lelaki itu,
Sementara itu dari kejauhan sana tampak cahaya api
memancar ke udara, nampaknya sebatang anak panah
berapi telah dibidikkan ke tengah udara.
Dengan cepat Lan See giok dapat melihat bagaimana
kawanan lelaki yang memenuhi itu kian lama kian
bertambah banyak, bila keadaan semacam ini dibiarkan
berlangsung terus, sebagaimana yang dikatakan Tok Niocu,
dia harus melakukan pembantaian secara besar besaran
atas orang-orang yang berada di tiga tebing sembilan
puncak dan dua belas benteng sebelum bisa bertemu dengan
http://kangzusi.com/
sasaran utamanya. bila hal sampai terjadi, niscaya dia
sudah akan mati kelelahan lebih dulu dibukit Tay ang-san.
Baru saja dia hendak membentak Oh Li cu agar
menghentikan pertarungan, mendadak Tok Nio-cu yang
berdiri angkuh di arena telah membentak nyaring.
"Tok Nio-cu berada disini, kalian semua cepat hentikan
pertarungan”
Mendengar nama "Tok Nio-cu". kawanan lelaki
bersenjata yang sedang menerjang tiba serentak
menghentikan langkahnya, sedangkan puluhan orang lelaki
yang mengepung Oh Li cu juga serentak mengundurkan
diri, beratus ratus pasang mata yang kaget dan ngeri
bersama sama dialihkan ke wajah Tok Nio-cu.
Lan See giok serta Oh Li cu yang menjumpai hal tersebut
menjadi tertegun, mereka berdua sama sekali tak menduga
kalau Tok Nio-cu memiliki daya pengaruh yang begitu
besar.
Kembali terdengar Tok Nio-cu membentak dengan suara
dingin:
"Mana hiangcu kalian yang bertanggung jawab di tempat
ini?"
Mendapat pertanyaan tersebut, puluhan orang lelaki
yang berada di sekitar tempat Itu menjadi celingukan kian
kemari tak lama kemudian dari kejauhan sana tampak tiga
sosok bayangan manusia sedang bergerak mendekat dengan
kecepatan tinggi.
"Ho hiangcu telah datang!"- serentak puluhan orang
lelaki itu berseru bersama.
Lan See-giok segera menengok ke muka, ternyata ketiga
sosok bayangan manusia yang sedang bergerak mendekat
http://kangzusi.com/
itu adalah tiga orang lelaki yang berusia diantara tiga puluh
tahunan.
Salah seorang diantaranya mengenakan baju merah
dengan senjata tombak pendek, alis matanya tebal matanya
besar dan berperawakan tinggi besar lagi kekar.
Sedangkan dua orang lainnya berbaju abu-abu dengan
menyoren golok dipunggungnya mungkin para komandan
regu di bawah pimpinannya. Tatkala ketiga orang itu sudah
mencapai lima kaki dari mereka, tampak kawanan lelaki
lainnya sama-sama menyingkir ke samping untuk memberi
jalan lewat.
Lelaki berpakaian ringkas yang berada ditengah itu
segera maju ke muka dengan dada dibusungkan dan
langkah lebar. sepasang matanya yang bulat besar dan
bercahaya mula-mula memandang sekejap ke arah dua
sosok mayat yang terkapar di atas genangan darah itu.
Tok Nio-cu tidak menunggu sampai lelaki tadi berdiri
tegak, dengan suara dalam ia lantas menegur:
"Apakah kau adalah Ho hiangcu yang bertanggung
jawab atas tebing sebelah timur ini ?"
Lelaki itu berhenti melangkah lalu menjawab dengan
suara tajam: "Betul, akulah Ho hiangcu, ada urusan apa
nyonya datang membunuh orang ditengah malam buta
begini?"
Sambil berbicara, sorot matanya yang tajam memandang
sekejap kearah Oh Li cu yang membawa pedang terhunus
serta Lan See-giok yang berdiri tak jauh darinya.
Sebelum Tok Nio-cu menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba
terdengar Oh Li-cu menimbrung sambil tertawa dingin.
http://kangzusi.com/
"Akulah yang membunuh mereka, urusan sama sekali
tiada sangkut pautnya dengan dia!"
Ho Hiangcu segera berpaling dan menatap wajah Oh Licu
penuh amarah, tegurnya kemudian.
"Nona, siapa namamu? Ada urusan apa kau datang
membunuh orang ditengah malam buta?"
"Hmm!" Oh Li cu mendengus menghina, "siapakah
namamu, selain Kiong Tek-ciong sendiri, siapa saja tidak
berhak untuk mengetahuinya."
Ho hiangcu seketika naik darah. alis mata nya berkernyit
lalu bentaknya keras-keras.
"Biarpun aku tidak berhak untuk menanyakan namamu,
namun aku berhak untuk membunuhmu guna
membalaskan dendam bagi kematian kedua orang anak
buahku"
Sambil membentak tubuhnya menerjang ke muka,
senjata tombak pendeknya disapu ke muka, menyambar
pinggang Oh Li cu.
Tampaknya Tok Nio-cu ada maksud untuk menilai ilmu
silat yang dimiliki Oh Li cu, sebaliknya Oh Li cu sendiripun
berhasrat untuk menunjukkan kehebatan Wi-lim-poo,
karenanya sambil tertawa dingin tubuhnya bergerak secepat
kilat, dengan begitu sapuan senjata lawan mengenai sasaran
kosong,
Menyusul kemudian ia membentak nyaring pedangnya
dilancarkan secara bertubi tubi melepaskan tiga serangan
berantai yang mengancam atas tengah dan bawah tubuh
lawan, yaitu bagian tenggorokan, dada serta lambung.
Sesungguhnya Ho Hiangcu datang ke situ dengan tugas
untuk berusaha mengulur waktu selama lamanya, tidak
http://kangzusi.com/
heran kalau dia manfaatkan kesempatan tersebut untuk
mengajak Oh Li-cu bertarung.
Kendaripun demikian, mimpi pun dia tidak mengira
kalau kekejaman Oh Lieu sebetulnya jauh melebihi
kekejaman Tok Nio-cu sendiri.
Baru saja serangannya gagal, cahaya tajam telah
menyambar tiba, dalam kaget nya dia segera melompat
mundur ke belakang
Sudah barang tentu Oh Li-cu tak sudi membiarkan
musuhnya kabur, ia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan
melakukan pengejaran dari belakang.
Belum sempat sepasang kaki Ho hiangcu menginjak
tanah, tahu-tahu Oh Li cu sudah menyusul tiba, diiringi
bentakan keras, pedangnya meluncur ke muka menusuk
lambung Ho hiangcu.
Melihat pemimpin mereka diserang, dua orang lelaki
berbaju abu-abu lainnya segera membentak keras, sambil
mengayunkan golok mereka membacok Oh Li cu.
Lan See giok sangat gusar atas kejadian ini, dia hendak
melepaskan sentilan jarinya untuk merobohkan lawan, tapi
sebelum ia bertindak, Tok Nio-cu telah membentak lebih
dulu.
"Kawanan tikus, pingin mampus rupanya kau!"
Dua titik cahaya biru diiringi desingan angin tajam
menyambar ke wajah ke dua orang lelaki tersebut,
kecepatannya luar biasa sekali, dalam sekilas berkelebat
tahu-tahu sudah tiba di sasaran.
Tiga kali jeritan ngeri yang memilukan hati bergema
memenuhi angkasa, dua orang komandan pasukan itu
membuang senjatanya sambil menutupi wajah sendiri
http://kangzusi.com/
dengan kedua belah tangan, tubuhnya segera terjungkal ke
tanah.
Ho Hiangcu pun berteriak keras, dada dan lambungnya
tersayat hingga robek, isi perutnya berhamburan ke luar
semua, tentu saja selembar jiwanya turut melayang
meninggalkan raganya.
Suasana dalam arena menjadi amat kalut dan kacau
tidak karuan, berpuluh puluh orang lelaki bersenjata golok
itu sama-sama mengayunkan senjatanya sambil menjeritjerit,
namun tak seorang pun di antara mereka yang berani
mendekati lawannya.
Tok Nio-cu segera melihat bahwa kesempatan baik ini
tak boleh dibuang dengan begitu saja, kepada Lan See giok
serunya:
"Ayo berangkat!"
Mereka bertiga segera berangkat menuju kearah mana
cahaya lentera bersumber.
Melihat musuhnya beranjak pergi. Puluhan orang lelaki
itu sama - sama memutar senjata sambil membentak,
serentak mereka lakukan pengejaran.
Ditengah gerakannya meluncur ke depan tiba-tiba Lan
See giok berpaling dan ujarnya kepada Tok Nio-cu serta Oh
Li-cu.
"Kita tak usah membuang waktu percuma di tempattempat
semacam itu, yang penting terus menemukan si
Beruang berlengan tunggal secepatnya!"
Oh li cu manggut berulang kali tanpa menjawab,
sedangkan Tok Nio-cu segera menjelaskan:
http://kangzusi.com/
"Tanpa melalui sembilan puncak dengan tiga tebingnya
mustahil kita dapat memasuki puncak Keng thian hong
dimana markas besar Kiong Tek ciong terletak."
Sementara pembicaraan berlangsung, cahaya lentera
yang terang benderang dimuka situ tinggal sepuluh kaki
lagi, sementara kawanan lelaki yang mengejar dari belakang
makin lama semakin mendekat.
Tatkala Tok Nio-cu melihat cahaya api itu berasal dari
obor-obor yang disulut di atas dinding benteng, mendadak
ia menjerit kaget, "Hei, cepat berhenti!"
Lan See-giok tahu tentu ada sesuatu hal yang tak beres,
tiba-tiba saja dia hentikan gerakan tubuhnya.
Oh Li cu juga berusaha untuk menghentikan gerakan
tubuhnya, namun berhubung peringatan tersebut datangnya
terlalu mendadak, membuat tubuhnya tetap maju sejauh
tujuh depa sebelum bisa berhenti.
Bersamaan waktunya dengan berhentinya ketiga orang
itu, dari atas dinding benteng kedengaran suara teriakan
keras. lalu secara tiba-tiba muncul puluhan sosok bayangan,
manusia, suara gendewa dipentang orangpun bergema,
panah-panah berapi berhamburan ke arah mereka seperti
sambaran petir.
Gusar sekali Lan See giok melihat kejadian ini, serta
merta ia meraba pinggangnya sambil melepaskan senjata
gurdinya, cahaya emas dengan cepat, memancar ke empat
penjuru, bayangan gurdi membukit dan semua panah berapi
yang menyambar datang kena dipukul sampai terpental ke
mana-mana.
Tok Nio-cu berkelebat maju ke muka lalu
menyembunyikan diri di belakang tubuh Lan See-giok.
Mendadak terdengar jeritan lengking bergema di udara.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan terperanjat Lan See-giok berpaling, apa
yang terlihat membuatnya sangat kaget, secepat sambaran
petir dia memutar senjata gurdi emasnya sambil buru-buru
bergeser mendekatiOh Li cu.
Ketika mendengar jeritan dari Oh Li cu, Tok Nio-cu
sadar bahwa keadaan tidak menguntungkan, apalagi setelah
menengok ke samping, ia bertambah kaget,
Ternyata bahu bagian belakang gadis itu sudah tertancap
sebatang anak panah, biarpun api sudah padam tapi masih
mengepulkan asap tebal.
Sebaliknya Oh Li cu masih memutar pedangnya ke sana
kemari tanpa berhenti.
Tok Nio-cu tahu, panah itu menancap di tubuh sang
gadis karena terpental oleh putaran senjata Lan See-giok
sendiri, dengan perasaan terkejut ia segera berteriak keras
"Ayo cepat kembali!"
Sementara berbicara, Lan See giok sudah berada tiga
depa dari Oh Li cu, ujung baju kirinya segera dikebaskan ke
muka, anak panah yang menancap dibahu belakang Oh Li
cu pun segera rontok ke tanah.
Sekali lagi Tok- Nio-cu berseru.
"Adik Giok, cepat mundur, panah berapi itu
mengandung racun belerang yang sangat jahat, luka dari
nonaOh perlu diohati dengan segera.."
Lan See giok merasa sangat tidak tenang apalagi setelah
mendengar panah berapi itu beracun, hilang niatnya untuk
melanjutkan perjalanan.
Setelah mengangguk berulang kali. dia memutar senjata
gurdi emasnya sambil mengundurkan diri.
http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, puluhan orang lelaki yang semula
mengejar mereka, semenjak tadi telan menghentikan diri di
luar jangkauan anak-anak panah beracun itu. tiada
seorangpun yang maju ke depan, tiada orang pula yang
berteriak.
Sewaktu menyaksikan Lan See giok dan Tok Nio-cu
bertiga muncul kembali, serentak mereka membubarkan diri
untuk mencari selamat.
Lan See giok, Tok Nio-cu dan Oh Li-cu mengundurkan
diri sampai di luar jangkauan anak panah berapi. dengan
cepat mereka mencari batu besar sebagai tempat
perlindungan,
Pada saat inilah mendadak dari atas dinding benteng
berkumandang suara gelak tertawa seseorang yang penuh
kegembiraan.
"Haaahhh . haaahhh . haaahhh. . Tok Nio-cu, malam ini
aku si Hakim paku hati pasti akan menyuruh kau
menggoyang pinggul kian kemari sebelum, merasakan
kehebatanku."
Ucapan itu sudah jelas mengandung nada yang cabul lagi
kotor, tidak heran jika Lan See giok menjadi amat gusar,
hawa napsu membunuhnya segera timbul, tapi dia tak bisa
menghukum manusia jahanam tersebut pada detik itu juga.
Sebaliknya paras muka Oh Li cu dan Tok Nio-cu
berubah menjadi merah membara, tentu saja Tok Nio-cu
segan-menjawab kata-kata cabul dari si Hakim paku hati
tersebut.
Dengan cepat dia memeriksa keadaan luka yang diderita
On Li-cu, kemudian bertanya.
"Nona Oh, apakah kau mempunyai obat penawar racun
yang lebih mustajab?"
http://kangzusi.com/
Oh Li cu hanya menggelengkan kepalanya tanpa
menjawab.
Dengan nada susah Tok Nio-cu kembali berkata.
"Walaupun aku mempunyai bubuk penawar racun, tapi
sayang setelah dibubuhkan akan menimbulkan rasa sakit
yang luar biasa."
Oh Li cu menjadi sangat mendongkol.
"Walaupun ayahku mempunyai pil penawar racun yang
bagus, sayang aku tidak membawanya,"
Tergerak perasaan Lan See giok mendengar perkataan
itu, tanyanya kemudian tak mengerti.
"Apakah kau maksudkan ketiga butir pil mestika yang
kau berikan kepadaku tempo hari?"
Berkilat sepasang mata Oh Li-cu, kejut dan girang dia
menganggukkan kepalanya berulang kali.
"Benar, benar, ayo cepat keluarkan dan berikan
kepadaku adik Giok”
Lan See giok tak berani berayal lagi, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah botol porselen kecil lalu diserahkan
kepada Oh Li cu- -
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu
membentak sambil menggertak gigi:
"Manusia-manusia bodoh, nampaknya kalian benarbenar
ingin mencari mampus!"
Lan See giok segera berpaling, ternyata puluhan orang
lelaki berpakaian ringkas itu dengan langkah berhati hati
dan senjata terhunus sedang mendekati tempat mereka
berada.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Tok Nio-cu membentak keras, tangannya
disambit ke depan melepaskan dua butir peluru api beracun.
Dua gulung bola api yang memancarkan sinar biru,
diiringi suara desingan dan mengepulkan kabut hijau yang
tebal segera meluncur ke tubuh puluhan orang lelaki
tersebut.
Berubah hebat paras muka puluhan lelaki itu, suasana
menjadi kalut dan serentak
semua orang membubarkan diri dengan perasaan panik
ketakutan setengah mati.
Sambil tertawa dingin sekali lagi, Tok Nio-cu
membentak keras. "Sebelum meninggalkan nyawa. Apakah
kalian ingin pergi dengan begitu saja?"
Kembali tangannya diayunkan ke depan, segulung api,
biru secepat kilat meluncur ke depan menubruk ke dua butir
peluru api beracun pertama yang sedang meluncur ke
bawah.
"Blaammm! Blaammm!"
Sewaktu ke empat butir peluru api beracun itu saling
bertumbukan di tengah udara terjadilah ledakan yang gegap
gempita.
Akibat dari ledakan tersebut, ke empat gumpalan api biru
tadi segera berubah menjadi beratus ratus api bintang yang
meluruk ke empat penjuru dan berhamburan kemana mana.
Melihat bunga api yang beterbangan itu, pucat pias
wajah puluhan lelaki kekar itu, mereka jadi ketakutan
setengah mati hingga sukma serasa melayang meninggalkan
raganya.
Suasana jadi panik, semua orang berdesak desakan agar
bisa kabur lebih cepat lagi,
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat sembilan orang, di antara mereka
yang sudah terpercik api tersebut, tak ampun mereka
bergulingan di atas tanah sambil menjerit jerit kesakitan,
suasana mengerikan dan mengenaskan sekali.
Berubah hebat wajah Lan See giok melihat kesemuanya
itu, tanpa terasa ia menggelengkan kepalanya berulang kali.
Bagaimana pun juga Tok Nio-cu memang pantas diberi
julukan perempuan beracun, sebab dari kekejamannya hal
ini, memang sesuai dengan keadaan tersebut.
Sesungguhnya Tok Nio-cu bisa disebut orang sebagai
perempuan beracun karena konon dia memiliki enam
macam senjata rahasia yang beracun itu, di samping itu
entah masih terdapat beberapa macam lagi benda-benda
beracun yang digembolnya.
Menjumpai Lan See-giok menggeleng sambil menghela
napas, Oh Li cu segera berkata dingin.
"Sewaktu terkena panah berapi tadi, nyaris akupun ikut
hendak bergulingan di atas tanah, waktu itu, mengapa kau
tidak merasa sakit hati dan sedih? Mengapa kau tidak
mengeluh sambil memeriksa keadaan lukaku?"
Sambil berkata dia melemparkan sebutir pil berwarna
merah yang diserahkan kepada Tok Nio-cu. kemudian
mengembalikan botol kecil itu ke tangan sang pemuda. .
Merah jengah selembar wajah Lan See giok, setelah
menerima botol tadi diapun segera memeriksa keadaan luka
dari Oh Li-cu.
Di atas bahu bagian belakangnya yang putih dan halus,
sekarang telah bertambah dengan sebuah jalur panjang
mulut luka yang berdarah, darah hitam yang busuk masih
ke luar tiada hentinya,
http://kangzusi.com/
Ditengah suasana penuh jerit kesakitan yang memilukan
hati, sikap Tok Nio-cu masih tetap acuh tak acuh seolaholah
sama sekali tidak terpengaruh oleh suasana di
hadapannya.
Setelah menerima pil kecil itu, cepat dia meremasnya
menjadi bubuk lalu ditebarkan di atas mulut luka Oh Li-cu.
Kemudian dari tangan si nona dia mengambil secarik
sapu tangan, menyingkap pakaiannya dan menyeka air
darah berwarna hitam itu . . .
Mendadak sekujur badan Tok Nio-cu gemetar keras,
wajahnya berubah hebat, sorot matanya yang jeli
mengawasi mulut luka Oh Li-cu tanpa berkedip, ia seolaholah
tertegun dibuatnya.
Dengan perasaan terkejut bercampur tidak habis
mengerti, Lan See giok segera menegur:
"Nyonya, mengapa . . . mengapa kau. . .?"
Oh Li-cu juga merasakan keanehan lawan, cepat ia
berpaling lalu mengawasi Tok Nio-cu yang masih termangu
mangu, sedih itu dengan perasaan tak habis mengerti.
Menanti Tok Nio-cu peroleh kesadarannya kembali,
mendadak dia memeluk tubuh Oh Li-cu kencang-kencang
sambil menangis tersedu sedu penuh kesedihan.
Sambil menangis terisak, ia berseru berulang kali.
"Adikku., ooh..kau adalah adik ku yang patut dikasihani. ."!
Tentu saja sikap Tok Nio-cu yang sangat tiba-tiba ini
sama sekali di luar dugaan Lan See giok serta Oh Li cu,
tidak heran kalau mereka dibuat tertegun dan kelabakan,
lama sekali mereka berdua hanya bisa memandang
perempuan itu tanpa memahami apa gerangan yang
sebenarnya telah terjadi.
http://kangzusi.com/
Puluhan lelaki yang sudah kabur di kejauhan sana,
sekarang juga menoleh dengan perasaan kaget.
Sebaliknya ke sembilan lelaki yang tubuhnya terjilat api
beracun itu sudah melarikan diri kalang kabut, tentu saja
mereka tak sempat lagi memperdulikan jerit tangis Tok Niocu
yang mendadak itu
Memang semenjak pandangan pertama tempo hari, Lan
See-giok sudah merasa bahwa wajah Tok Nio-cu agak mirip
dengan wajah Oh Li cu, keadaan yang terpentang di depan
mata sekarang membuatnya segera mengerti.
Sambil menjerit kaget katanya kemudian. "Apa? Kau
maksudkan enci Cu adalah adik kandungmu" sambil
menemukan Oh Li cu dan menangis tersedu sedu, Tok Niocu
mengangguk berulang kali.
"Benar, dia adalah adik Cui lan ku!"
Kemudian sambil memandang Oh Li cu yang masih
berdiri melongo, dia melanjutkan sambil menangis terisak.
"Kau adalah Cui-lan, kau tak akan teringat dengan
keadaan kita yang amat tragis .."
Bagaikan orang gila, dia menggoyangkan badan Oh Li
cu tiada hentinya, seakan akan dia berharap dari guncangan
tersebut bisa membuat Oh Li cu teringat kembali dengan
masa lalunya
Dalam pada itu Oh Li cu seperti tak bisa menyambut
perubahan yang datangnya secara tiba-tiba ini setelah
melihat sikap gila Tok Nio-cu, apalagi diapun merasa raut
wajahnya memang mirip sekali dengan wajah perempuan
itu, betul masih ada keraguan di hati kecilnya, namun air
matanya tak urung toh jatuh bercucuran juga.
http://kangzusi.com/
Lan See giok seperti dapat merasakan bahwa Oh Li cu
enggan mengakui hal tersebut secara gegabah, cepat ia
memperingat kan kepada Tok Nio-cu:
"Nyonya, dari mana kau bisa tahu kalau enci Cu adalah
adik kandungmu?"
Tok Nio-cu menjadi sadar kembali, sembari menyeka air
matanya, ia menunjuk ke bahu Oh Li-cu sambil berkata.
"Aku telah melihat tahi lalat tiga bunga yang berada
dibahu adikku, tahi lalat tersebut dibuat oleh ibu kami. . .”
Lan See giok bisa menyimpulkan kalau di atas bahu Tok
Nio-cu pun pasti terdapat juga sebuah tahi lalat, maka
selanya kemudian.
"Itu mah gampang sekali, nyonya kan boleh
mempersilahkan enci Cu untuk melihat pula tahi lalat di
atas bahumu . . , "
Belum habis ia berkata, paras muka Tok Nio-cu telah
berubah menjadi merah dadu, bibirnya bergerak seperti
hendak mengucapkan sesuatu, namun seperti sukar untuk
diutarakan.
Lan See giok menjadi tertegun, ketika ia berpaling pula
ke arah Oh Li-cu, ternyata gadis itupun menunjukkan
wajah semu merah, malah merahnya sampai ke telinga,
diantara kejengahan terselip pula perasaan bangga.
Tahun ini, Lan See giok memang sudah berusia delapan
belas tahun, namun ia belum tahu bahwa seorang gadis
yang sudah kehilangan keperawanannya, maka tanda tahi
lalat tersebut akan turut menjadi hilang, tentu saja persoalan
semacam ini sulit bagi Tok Nio-cu yang sudah kawin itu
untuk menerangkan.
http://kangzusi.com/
Sementara ke tiga orang itu berada dalam keadaan serba
salah. mendadak terdengar lagi dengan dua kali desingan
angin tajam,
Lan See giok yang pertama tama menyadari hal tersebut,
tahu-tahu dua batang anak panah sudah meluncur datang , .
. .
Oh Li-cu dapat melihat kejadian tersebut dengan jelas ia
membentak keras dan pedang nya segera diayunkan ke
depan, anak panah itupun rontok seketika.
Lan See giok ikut naik pitam sambil membentak keras
dia menerjang ke arah mana berasalnya bidikan anak panah
itu.
Disaat tubuh Lan See giok sedang menerjang ke luar dari
tempat persembunyiannya, terdengar teriakan keras
bergema memecahkan keheningan lalu hujan panah pun
berhamburan ke seluruh udara.
Lan See giok menghentikan sebentar gerakan tubuhnya.
hawa napsu membunuh kini sudah membara di dadanya,
sambil memutar senjata gurdi emasnya dia menerkam
kembali ke arah puluhan pemanah tersebut secara kalap.
Dari atas dinding benteng berkumandang suara gelak
tertawa keras, menyusul kemudi an terdengar seseorang
membentak nyaring,
"Lepaskan panah berapi!"
Mengiringi bentakan itu, panah berani bagaikan ular
meluncur ke tubuh Lan See giok secara gencar.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu menjerit
kaget. "Adik Giok, cepat kembali.”
Lan See giok tahu ada sesuatu yang tak beres, dia
membalikkan badan lalu mundur kembali secepat kilat.
http://kangzusi.com/
Tidak sampai pemuda itu berdiri tegak, Oh li-cu segera
menuding ke muka sambil serunya:
"Adik Giok, cepat lihat!"
Mengikuti arah yang ditunjuk, Lan See giok merasa
sangat terkejut, ternyata dari atas sebuah puncak bukit di
sebelah depan situ, tampak asap tebal mengepul diangkasa
agaknya ada beberapa buah bangunan rumah yang sudah
terjilat api.
Bagaikan sedang berguman. Tok Nio-cu berbisik tibatiba.
"Sungguh aneh, siapa lagi yang mendatangi Tay ang- san
pada malam ini?"
Lan See giok sendiripun tidak habis mengerti, ia sedang
tiada hentinya bertanya kepada diri sendiri, siapakah orang
ini?
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, suara
bentakan merdu yang amat dikenal olehnya tiba-tiba
berkumandang dari puncak tebing itu.
Gemetar keras seluruh badan Lan See giok mendengar
suara tersebut, wajahnya berubah hebat, sambil membentak
keras secepat kilat ia menerjang ke depan..
Pucat pias selembar wajah Tok Nio-cu melihat hal ini,
buru-buru teriaknya keras
"Adik Giok, jangan ke situ .."
Sesudah mendengar teriakan dari Tok Nio-cu, Lan See
giok baru teringat kalau jalan di depan sana buntu, serentak
ia mengalihkan gerakan tubuhnya dengan menerjang
kearah dinding benteng.
-ooo0dw0ooohttp://
kangzusi.com/
BAB 21
DALAM pada itu, suasana di atas dinding benteng telah
terjadi kekalutan, apalagi dari teriakan "kebakaran" yang
bergema di mana-mana, dapat diduga bahwa kebakaran
besar telah melanda bangunan rumah mereka.
Mendadak terdengar si Hakim paku hati berteriak.
"Lepaskan panah api !"
Jeritan yang kalut kembali berubah menjadi teriakan
ramai, panah-panah berapi mulai berhamburan kemanamana.
Gerakan tubuh Lan See giok cepat bagai-kan sambaran
petir, baru selesai si Hakim paku hati berbicara. ia telah
menerjang ke depan benteng, sewaktu panah berapi
dibidikkan, tubuhnya telah melayang ke tengah udara:
Cahaya emas segera menyambar lewat, dua kali jeritan
ngeri yang memilukan hati mengiringi robohnya dua orang
lelaki berbusur dari pagar benteng.
Pada saat itulah ditengah kekalutan yang melanda
kawanan lelaki itu, terdengar bentakan keras bergema
memecahkan keheningan, sesosok bayangan manusia
melompat ke luar.
Waktu itu Lan See-giok sedang meroboh kan beberapa
orang lelaki kekar dengan senjata gurdi emasnya, merasa
datangnya terjangan cepat ia mendongakkan kepalanya
Ternyata orang yang sedang menerjang datang itu adalah
seorang lelaki berusia empat puluh tahunan yang berjubah
merah, membawa senjata poan-koan pit, beralis segi tiga
mata bulat hidung paruh betet dan berjenggot hitam.
http://kangzusi.com/
Tampaknya orang inilah yang menamakan dirinya
sebagai si Hakim paku hati.
Bertemu dengan Lan See-giok, si Hakim Paku hati
melotot besar, lalu sambil berteriak aneh dia menerjang ke
muka, senjata poan-koan-pit nya dengan jurus bintang
timur menubruk bintang, dia serang ubun-ubun lawan.
Lan See-giok benci kepada si Hakim Paku hati karena
mulutnya cabul sekali, di tambah pula dia ingin selekasnya
tiba di puncak seberang, maka tubuhnya begitu berkelebat
lewat, senjata gurdi emasnya di ayunkan ke muka dan
mengikat senjata poan-koan-pit lawan.
Hakim paku hati sangat terkejut, sambil membentak dia
melompat mundur dengan sepenuh tenaga.
Lan See-giok tertawa dingin, tangannya digetarkan ke
muka dan tahu-tahu senjata poan-koan-pit tersebut sudah
terlepas dari cekalan.
Hakim paku hati jadi ketakutan setengah mati,
sukmanya merasa melayang Meninggalkan raganya, sambil
menjerit aneh, dia melompat naik ke atap rumah dan
melarikan diri terbirit-birit ..
"Hakim paku hati, tinggalkan dulu jiwa mu.. ." Tok Niocu
tahu membentak keras.
Bersamaan dengan bentakan tersebut, tangannya segera
diayunkan ke depan, segumpal jarum lembut seperti bulu
kerbau, diiringi percikan cahaya tajam Langsung
menyambar kearah si Hakim paku hati yang sedang
melarikan diri itu.
Berubah hebat paras muka Lan See-giok ia cukup
mengetahui akan kelihaian jarum lembut tersebut, selain
cepat dan hebat, serangan datang tanpa menimbulkan suara
http://kangzusi.com/
bahkan seseorang yang berilmu tinggi jangan harap bisa
menghindari secara mudah.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, si Hakim
Paku hati telah menjerit kesakitan lalu roboh dari atas atap
rumah dan jatuh berguling, dalam waktu singkat jiwanya
turut melayang meninggalkan raga nya.
Kematian dari si Hakim paku hati tersebut segera
membuat paniknya kawanan lelaki di atas dinding benteng,
suasana menjadi kacau dan semua orang berusaha untuk
menyelamatkan diri.
Pada saat itulah. dari atas puncak bukit di seberang yang
terjadi ledakan-ledakan yang memekikkan telinga, cahaya
api membumbung tinggi ke angkasa, asap tebal
menyelimuti pandangan, kobaran api yang menggila
seakan-akan menyambar benda apa saja yang di
jumpainya..
Di bawah cahaya api yang membara suasana di seputar
situpun dapat terlihat dengan jelas.
Oh Li-cu sangat mendendam karena bahunya termakan
bidikan panah, dia segera melompat naik ke atas dinding
benteng, diambinya obor-obor di situ kemudian
disambitkan kearah bangunan benteng
Dalam pada itu Lan See giok hanya memikirkan soal
teriakan merdu yang didengarnya tadi, walaupun dia belum
berani memastikan, tapi suara yang amat dikenalnya itu
cukup menimbulkan kecurigaan dalamhatinya.
Maka sambil menengok kearah Tok Nio-cu, tanyanya
kemudian dengan gelisah.
"Nyonya, apakah harus lewat situ menuju ke utara ?"
http://kangzusi.com/
Tangan kirinya yang menuding ke arah depan kelihatan
agak gemetar.-.
Dari sikap Lan See giok yang gelisah dan cemas setelah
mendengar suara bentakan merdu tadi. Tok Nio-cu tahu
bahwa orang tersebut sudah pasti mempunyai hubungan
yang sangat akrab dengan Lan See-giok.
Biarpun saat ini dia sudah tak ingin bersaingan lagi
dengan adiknya, tapi mau tak mau dia harus menguatirkan
kebahagian adiknya itu, terutama sekali ia dapat melihat
bahwa Lan See-giok sebenarnya tidak berniat sama sekali
untuk memperistri Oh Li-cu ..
Ia manggut-manggut, lalu dengan kening berkerut segera
tanyanya lagi:
"Adik Giok, siapa sih perempuan itu?,"
Menjumpai Tok Nio-cu mengangguk, Lan See-giok sama
sekali tak berminat untuk berbicara lagi dengannya,
sahutnya singkat:
"Dia adalah sumoay ku.."
Belum selesai berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
telah meluncur ke utara.
Dengan jawaban ini. selintas wajah benci dan dendam
menghiasi wajah Tok Nio-cu, hawa napsu membunuh
segera menyelimuti wajahnya, ditatapnya bayangan
punggung Lan See-giok tanpa berkedip, kemudian tertawa
dingin tiada hentinya.
Pada mulanya Oh Li cu menyangka bentakan tersebut
berasal dari Hu-yong siancu atau Ciu Siau-cian, tapi
sesudah mendengar kata "sumoay". . paras mukanya
berubah hebat, memandang bayangan punggung Lan Seehttp://
kangzusi.com/
giok yang menjauh, titik air mata tanpa terasa jatuh
bercucuran..
Tok Nio-cu amat menyayangi adiknya, sambil menggigit
bibir ia segera berseru.
"Ayo kita kejar, asal cici masih hidup selain kau, aku tak
akan membiarkan siapa pun berbaik dengan Lan See-giok!"
Sambil berkata, dia lantas membungkuk kan badan dan
memungut sebilah golok dari sisi sesosok mayat. kemudian
melakukan pengejaran lebih dulu.
BERUBAH paras muka Oh Li-cu menyaksikan hal ini,
dengan cepat ia menubruk ke muka dan menarik
pergelangan tangan Tok Nio-cu sambil pintanya dengan air
mata bercucuran.
"Cici, kau tak boleh membunuhnya!"
Dengan cekatan Tok Nio-cu mengigos ke samping
sehingga goloknya tidak sampai terampas, setelah
mendengus marah segera serunya:
"Bila Lan See-giok tidak mencintaimu dengan sesungguh
hati, buat apa kita mesti biarkan ia tetap hidup bagi
keuntungan orang lain.?"
"Dia tentu akan mencintaiku." pinta Oh Li cu lagi
dengan air mata bercucuran, "dia bersikap dingin kepadaku,
hal ini dikarenakan ia mencurigai Oh Tin san sebagai
pembunuh ayahnya, tapi setelah ia mengetahui asal usulku
sekarang"
Perkataan itu terpaksa terhenti sampai separuh jalan
karena gadis itu melihat Tok Nio-cu semakin mengejar
semakin cepat.
http://kangzusi.com/
Sementara itu, semua orang yang berada di benteng
tersebut telah kabur menyelamatkan diri, dengan begitu tak
nampak sesosok bayangan manusia pun di situ.
Beberapa buah obor yang dilemparkan Oh Li cu ke
dalam bangunan rumah tadi kini mulai membara besar dan
menimbulkan asap hitam yang amat tebal..
Oh Li cu sangat gelisah, dia takut encinya Tok Nio-cu
benar-benar akan turun tangan keji terhadap Lan See giok,
ketika mendongakkan kembali kepalanya. ia tidak melihat
bayangan tubuh si anak muda itu lagi..
Waktu itu, Lan See giok dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya sedang bergerak menuju ke utara,
dia yakin suara bentakan merdu yang didengar berasal dari
adik seperguruannya Si Cay soat, tapi ia tak habis mengerti
apa sebabnya gadis itu bukan berdiam di dalam gua.
sebaliknya turun gunung dan berkelana dalam dunia
persilatan?
Dalam gerakan larinya, tiba-tiba ia melihat lebih kurang
puluhan kaki didepannya terbentang sebuah jurang yang
dalam sekali, tanpa terasa dia memperlambat gerakan
tubuhnya.
Ketika mendekat, ternyata jurang itu lebarnya mencapai
sepuluh kaki dasarnya sama sekali tak nampak, hanya
lamat-lamat masih kedengaran suara air yang sedang
mengalir.
Disaat itulah dari puncak bukit seberang berkelebat
cahaya tajam yang meluncur dari atas ke bawah,
keadaannya bagaikan sebutir bintang yang sedang
meluncur.
Tatkala Lan See giok mengamati lebih seksama lagi,
perasaannya segera bergetar keras, ternyata bayangan
http://kangzusi.com/
manusia yang sedang meluncur ke bawah itu tak lain adalah
Si Cay soat yang membawa pedang Jit hoa kiam.
Kejut dan gembira membuat pemuda itu segera berteriak
keras: "Adik Soat, adik Soat. aku berada disini!"
Di tengah seruan mana, dia lari menuju ke kanan dengan
menelusuri sisi jurang.
Agaknya Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah itu
sempat pula menangkap teriakan Lan See giok, begitu
kakinya mencapai tanah, ia lantas menubruk datang.
"Tunggu dulu adik Soat," teriak Lan See giok lagi
memperingatkan, "di sini terbentang jurang yang lebar!"
Tapi Si Cay soat yang sedang meluncur ke bawah seolaholah
tidak mendengar peringatan tersebut, tanpa
mengurangi kecepatan tubuhnya yang sedang meluncur, dia
bergerak terus menuju ke bawah, sementara cahaya pedang
yang terpantul cahaya api memekikkan sekuntum awan
merah yang menyilaukan mata.
Lan See giok yakin, Si Cay soat tentu sedang
terpengaruh emosi yang menggelora, ditambah lagi letusanletusan
keras sedang menggelegar dari arah puncak, ini
semua membuatnya tidak mendengar suara peringatannya.
Dalam kejutnya peluh dingin sempat bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya.
Dengan cepat dia memandang sekejap sekitar itu, tibatiba
ia melihat ada seutas tali yang terikat pada sebatang
pohon besar di sisi jurang, ujung tali tersebut justru tepat
pada puncak pohon setinggi delapan sembilan kaki.
Tergerak hatinya melihat hal itu, cepat ia meluncur ke
depan.
http://kangzusi.com/
Bersamaan waktunya, ia pun menjumpai Si Cay soat
sudah berada cuma dua puluh kaki dari tepi jurang, cepatcepat
teriak-nya lagi dengan keras:
"Berhenti adik Soat, cepat hentikan langkahmu adik
Soat.."
Tubuhnya yang telah mendekati pohon besar itu cepat
menyambar tali tersebut, sementara gurdi emas yang berada
ditangan kanannya diayunkan ke depan memutuskan ujung
tali yang terikat pada pohon di ujung seberang.
Sesudah itu dia menjejakkan kakinya ke tanah dan
tubuhnya berayun menggunakan tali tadi menuju ke pantai
seberang, sambil berayunan sekali lagi ia berteriak:
"Adik Soat, cepat berhenti, aku telah datang.."
Si Cay-soat yang terkejut bercampur gembira bahkan
seperti agak tertegun itu masih saja berlarian menuju ke tepi
jurang, kini jarak nya tinggal satu kaki.
"Engkoh Giok.."
Si Cay-soat tidak mampu menahan diri lagi, sambil
menjerit ia langsung menubruk ke tubuh anak muda
tersebut.
Lan See-giok sangat terkejut, baru saja dia bermaksud
menghalangi perbuatan gadis itu, mendadak dari tepi
seberang kedengaran suara dari Oh Li-cu sedang menjerit
kaget.
"Aaah, jangan .."
Tapi.
"Kraas!" tali itu putus secara tiba-tiba, sebilah golok
berkelebat lewat sambil memancarkan cahaya tajam.
http://kangzusi.com/
Waktu itu Lan See giok sedang bersiap -siap untuk
menyambar pinggang Si Cay soat, ia tak menduga kalau tali
yang digunakan untuk berayun mendadak putus menjadi
dua.
Dengan lenyapnya keseimbangan badan maka tidak
ampun lagi tubuhnya segera meluncur ke bawah.
Pemuda itu terkejut sekali, sambil membentak keras,
ujung baju kirinya dikebaskan ke muka dengan sepenuh
tenaga.
"Weess..!"
Tubuhnya mengikuti sisa tenaga yang terpantul dari tali
yang terputus meluncur lagi sejauh enam depa ke arah
pantai seberang, namun tubuh Si Cay soat yang menubruk
tiba telah menerjang di atas badannya.
Lan See giok mendengus tertahan, dengan cepat
tubuhnya meluncur ke bawah, padahal selisihnya dengan
tepi jurang hanya tinggal tiga depa saja
Si Cay soat memeluk tubuh si anak muda itu kencangkencang,
ia jatuh tak sadarkan diri, pedang Jit hoa kiam
yang berada di tangannya ikut meluncur ke dasar jurang ..
Dari pantai seberang, masih kedengaran dengan jelas
suara teriakan dan isak tangis Oh Li cu yang memilukan
hati .
Lan See giok benar-benar berada dalam keadaan yang
amat kritis, masih untung dia tak sampai panik atau
gelagapan.
Sementara tubuhnya masih meluncur ke dasar jurang
dengan kecepatan tinggi, mendadak sepasang matanya
menangkap sebatang pohon yang tumbuh di sisi jurang .
http://kangzusi.com/
Serta merta ia membentak keras, senjata gurdi emas di
tangan kanannya secepat kilat diayunkan ke muka..
"Sreeet!"
Senjata gurdi emas itu persis melingkar pada batang
pohon yang besar itu, dengan demikian tubuhnya yang
sedang meluncur ke bawahpun terhenti secara mendadak.
Namun dengan terhentinya gerakan meluncur itu,
sepasang tangan Si Cay soat yang memeluknya. juga turut
mengendor lepas, berhubung si nona berada dalam keadaan
tak sadar.
Lan See giok sangat terkejut, dengan cepat ia memeluk
tubuh si nona kencang-kencang. Dengan tangan kanan
berpegangan pada senjata gurdi emasnya, tangan kiri di
pakai untuk memeluk Si Cay soat, bergelantungan di udara,
tubuhnya bergoyang kian kemari tiada hentinya . .
Sekuat tenaga pemuda itu berusaha untuk menenangkan
hatinya, membiarkan pikirannya yang kalut menjadi jernih
kembali. Kini dia tahu bahwa Si Cay soat telah jatuh
pingsan, tapi sayang ia tak dapat menundukkan kepalanya
untuk memeriksa keadaan gadis tersebut.
Begitu tubuhnya yang bergelantungan di tengah udara
sudah menjadi tenang, pemuda itu baru mengangkat tubuh
Si Cay soat ke atas. lalu menggigit pakaian bagian dadanya
kuat-kuat. setelah melepaskan tangan kiri nya, dengan
tangan yang lengkap dia baru merangkak naik ke atas
pohon.
Segenap tenaga dalamnya telah disalurkan ke luar
dengan menyelimuti badan, gerakan merangkaknya
dilakukan amat berhati-hati, tiba di atas pohon, dia
membaringkan tubuh si nona diantara dahan dengan
ranting pohon yang kuat.
http://kangzusi.com/
Mula-mula dia mengikat diri di atas dahan pohon
dengan senjata gurdi emasnya, kemudian baru
membaringkan Si Cay soat dalam pelukannya, baru
sekarang pemuda itu merasakan amat penat memandang
adik Soat dalam pelukannya tanpa terasa titik air mata jatuh
berlinang-
Air muka Si Cay soat pucat pias bagaikan mayat.
wajahnya sayu, matanya terpejam rapat-rapat sementara
alis matanya yang lembut berkernyit menjadi satu.
Bibirnya yang pucat sedikit terbuka hingga kelihatan dua
baris giginya yang putih diantara bulu matanya masih
tampak basah oleh air mata.
Lan See giok sedih sekali setelah melihat kesemuanya
ini, air mata terasa jatuh bercucuran, hanya berpisah
setengah bulan, sungguh tak disangka adiknya menjadi
begitu layu dan lemas bagaikan baru sembuh dari penyakit
parah.
Teringat akan kejadian yang memedihkan hati, tanpa
terasa dia menyusupkan kepalanya di atas dada Si Cay soat
dan menangis, sementara tangannya memeluk gadis itu
makin kencang.
Pipi kanannya ditempelkan di atas payudara sebelah kiri
si nona, ia dapat mendengar detak jantungnya yang lemah,
hal tersebut membuat air matanya bercucuran semakin
deras.
Isak tangis yang memedihkan hati membuat seluruh
kemurungan dan kemasgulan dalam hatinya terlampiaskan
ke luar, yang dipikirkan olehnya saat ini hanya
pengorbanan dan cinta kasih si nona kepadanya.
Dia tak ingin mencari tahu lagi mengapa adik Soatnya
bisa muncul di bukit Tay ang san, diapun tak menggubris
http://kangzusi.com/
apa sebabnya tali yang digunakan berayun tadi bisa putus
secara tiba-tiba?
Mendadak suara panggilan yang lemah tak bertenaga
bergema di sisi telinganya-
"Eeeh ..engkohGiok.."
Cepat-cepat Lan See-giok mendongakkan kepalanya, dia
melihat Si Cay soat sedang membuka matanya dengan
sayu, butiran air mata nampak bercucuran sangat deras.
"Adik Soat, kau telah mendusin.." sapa nya kemudian
sambil menyeka air mata si nona dengan penuh kasih
sayang.
Si Cay Soat hanya menggerakkan matanya yang sayu,
setelah mengetahui bahwa dirinya sedang berbaring dalam
pangkuan kekasih hatinya, gadis itu memejamkan kembali
matanya.
Seperti diketahui, Lan See-giok adalah seorang pemuda
yang sama sekali belum berpengalaman, ia tak tahu bahwa
Si Cay-soat bisa demikian lantaran gejolak emosi yang
melampaui batas membuat darahnya tersumbat, dalam
anggapannya gadis itu baru sembuh dari penyakit parah
hingga kondisi tubuhnya masih lemah.
Padahal asal dia tepuk jalan darah Mia bun-hiatnya,
niscaya gadis tersebut akan nampak segar kembali.
Tak terlukiskan rasa kalut dan bingung yang menghantui
pikiran Lan See-giok sekarang, melihat kondisi Si Cay soat
yang makin melemah, napasnya yang lirih, dia hanya bisa
memeluk tubuhnya sambil bercucuran air mata, wajahnya
ditatap lekat-lekat seakan-akan raut wajah yang cantik itu
tak bakal dijumpai lagi.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, tanpa
terasa dia mulai menciumi seluruh wajah Si Cay soat yang
sayu, dalam keadaan demikian, ia benar-benar tak tahu
bagaimana mesti mengutarakan rasa kuatir dan sayangnya
terhadap gadis itu.
Ketika dirasakan badan gadis itu mulai gemetar. dengan
perasaan terkejut dipeluk si nona semakin kencang .
Memandang butiran air mata yang bercucuran dari balik
matanya yang lentik. tak tahan dia mencium matanya, dia
hendak mencium air matanya sampai mengering.
Kemudian dia pula mencium bibir Si Cay soat yang
pucat tak berdarah, dia ingin menciumnya sampai menjadi
merah segar kembali seperti sedia kala.
Sementara tubuhnya dipeluk semakin kencang, dia
hendak mempergunakan tenaganya untuk menghangatkan
hatinya.
Betul juga, ia menjumpai paras muka Si Cay soat mulai
memerah, bibirnya mulai membara bagaikan api, tubuhnya
yang ramping justru gemetar semakin keras.
Di samping itu dia pun menjumpai tangan si nona
memeluknya kencang-kencang sambil menggosokkan
dadanya di atas dada sendiri, bibirnya bergetar dan
memanggil namanya tiada hentinya.
Pemuda Itu segera menghentikan ciumannya lalu
mengawasi wajah Si Cay soat yang kini merah membara
hingga telinganya.
Dengan perasaan kaget bercampur keheranan, tanyanya
tiba-tiba dengan perasaan kuatir:
"Adik Soat, bagaimana rasanya sekarang?"
http://kangzusi.com/
Walaupun pikiran Si Cay soat telah jernih sekarang,
namun ia justru merasa malu sampai tak berani membuka
matanya, sementara dadanya terasa sesak sukar bernapas,
akhirnya tak tahan lagi dia berbisik lirih.
"Engkoh Giok, jalan darah Mia bun hiat. . "
Setelah mendengar seruan itu. Lan See giok baru
mendusin, cepat-cepat dia menepuk jalan darah Mia bun
hiat di tubuh gadis tersebut.
Si Cay soat menarik napas panjang lalu membenamkan
kepalanya makin dalam ke dalam pelukan pemuda itu,
wajahnya berubah semakin merah membara.
Dalam pada itu, api kebakaran di atas jurang telah
merubah langit menjadi merah membara, ditengah jeritan
dan teriakan yang amat ramai lamat-lamat ia pun
mendengar suara seorang gadis sedang menangis tersedu
sedu.
Lan See giok terkejut, ia segera teringat kembali dengan
Oh Li-cu serta Tok Nio-cu..
"Adik Giok..uuh. uuh.. adik Giok, uuh. uuh . . ."
Lan See-giok masih mengenali suara isak tangis tersebut
dari Oh Li-cu.
la mencoba untuk memeriksa keadaan jurang tersebut,
ternyata jaraknya dari permukaan masih dua puluh kaki
lebih, di bawah sinar merah yang membara, ia masih dapat
melihat pohon besar di tepi jurang tersebut. dia pun melihat
pula ujung tali yang terputus di atas pohon tersebut.
Melihat tali yang putus itu, satu ingatan segera melintas
di dalam benak pemuda tersebut. baru sekarang terpikir
olehnya mengapa tali yang diikatkan pada pohon tersebut
dapat putus secara tiba-tiba.
http://kangzusi.com/
Dia pun masih ingat, tali itu baru putus setelah
mendengar Oh Li-cu berteriak kaget. hal ini membuktikan
bahwa tali itu memang sengaja diputus oleh seseorang, tapi
siapakah dia? Mungkinkah para jagoan dari Tay ang san?
Biarpun Lan See giok cerdik, tentu saja mimpi pun dia
tak pernah akan menyangka kalau orang yang memutuskan
tali tersebut, tak lain tak bukan adalah Tok Nio-cu yang
bersedia untuk berbakti kepadanya.
Ketika didengarnya suara tangisan Oh Li cu makin lama
semakin memedihkan hati, tak tahan lagi pemuda itu segera
mendongakkan kepalanya dan berteriak keras. .
"Hei, kalian tak usah menangis lagi, aku belum lagi
mampus- .!"
Teriakan itu begitu bergema. isak tangis di atas jurang
pun segera terhenti, mungkin mereka kaget, mungkin juga
tertegun.
Sementara Si Cay soat yang berada dalam pelukannya
tiba-tiba bangun dan duduk, lalu bertanya keheranan.
"Siapa sih mereka itu?"
Sementara berbicara matanya mengawasi sekeliling
tempat itu dengan mata terbelalak, kemudian ia menjerit
lengking dengan perasaan kaget, sambil memeluk tubuh
Lan See giok kencang-kencang, tanyanya ketakutan.
"Engkoh Giok, mengapa - mengapa kita bisa berada
disini-.?"
Lan See giok tertawa riang.
"Thian lah yang mengatur kesemuanya itu untuk kita,
agar kita berdua bersama sama terjatuh ke dalam jurang!"
Si Cay soat tidak memahami maksud perkataan dari Lan
See giok, ia mengerdipkan matanya berulang kali sambil
http://kangzusi.com/
mengawasi engkoh Gioknya yang masih tersenyum, setelah
itu kembali dia bertanya.
"Thian yang mengatur kesemuanya ini?"
"Tentu saja, pemuda itu mengangguk sambil tertawa
misterius, "sebab Thian telah mengatur kita berdua tidak
mati di sini “
Dengan cepat Si Cay soat memahami apa yang
dimaksud itu. dengan wajah tersipu sipu karena malu,
tanyanya lagi sambil tersenyum:
"Engkoh Giok, maksudmu kita lolos dari musibah maka
di kemudian hari tentu banyak rejeki? "
"Tidak!" sengaja Lan See giok menggeleng dengan serius
"Thian telah memberi keberanian kepadaku!"
"Keberanian apa?" gadis itu tertegun.
Lan See giok tersenyum tanpa menjawab, tapi matanya
mengawasi bibir si nona yang mungil sambil menunjukkan
senyuman hangat
Dengan cepat Si Cay soat menjadi paham, ia tahu yang
dimaksudkan adalah menciumnya, tak heran mukanya
berubah menjadi merah karena jengah, segera serunya
manja.
"Engkoh Giok jahat, kau jahat”
Sambil berseru, tangannya segera memukul dada
pemuda itu dengan gemas.
Tiba- tiba..
Si Cay soat menghentikan perbuatannya, air mukanya
berubah hebat lalu serunya dengan kaget.
"Aaah, mana pedangku.-? Mana Jit hoa kiam itu?”
http://kangzusi.com/
Wajahnya berubah menjadi pucat pasi, peluh dingin
bercucuran deras dengan perasaan gelisah dia celingukan
kesana ke-mari.
Lan See-giok sendiripun merasa terkejut, tapi dia tahu
pedang mestika itu tentu sudah terjatuh ke dalam jurang
biar begitu, dia mencoba untuk memeriksa di sekitar sana,
jangan-jangan pedang itu tidak sampai terjatuh ke dasar
jurang?
Pada saat itulah dari atas permukaan jurang kedengaran
Oh Li cu sedang berteriak dengan rasa terkejut bercampur
gembira.
"Adik Giok, apakah kau terluka?"
Dalam gelisahnya Lan See-giok menengok ke atas, di
bawah sinar api yang membara dia melihat bayangan tubuh
Oh Li cu dan Tok Nio-cu yang berdiri di tepi jurang. dia
pun melihat bagaimana Oh Li-cu berjalan mondar mandir
di sekeliling jurang, tampak nya dia seperti hendak
menyusulnya ke bawah.
Menjumpai hal ini, buru-buru dia berteriak lagi dengan
perasaan gelisah.
"Aku tidak terluka dan kalian tak usah turun, aku bisa
berusaha untuk naik ke atas"
Waktu itu, Si Cay-soat sudah dicekam perasaan gugup
dan kalut, ia sama sekali tak berniat lagi untuk mencari tahu
siapakah yang berbicara di atas, kepada Lan See-giok
kembali katanya dengan gelisah.
"Engkoh Giok, aku hendak turun ke bawah untuk
mencari pedang ..”
http://kangzusi.com/
Lan See-giok cukup mengetahui akan asal usul pedang
Jit-hoa-kiam tersebut, apalagi merupakan pemberian
gurunya, tentu saja senjata tersebut tak boleh sampai hilang.
"Baik, kutemani kau turun ke bawah sana ayo berangkat"
sahutnya manggut-manggut.
Dengan cepat dia melepaskan senjata gurdi emasnya lalu
dililitkan pada pinggang nya.
Sementara itu Si Cay-soat sudah melayang turun ke
bawah, ia melayang turun di atas sebuah batu tonjolan
berapa kaki di bawah sana.
Lan See giok memang mempercayai kebolehan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki adik Soatnya, biar lebih
berbahaya pun keadaan medannya tak bakal akan
menyulitkan dirinya.
Biarpun begitu, dia toh berkata juga dengan penuh
kekuatiran.
"Adik Soat, kau mesti berhati hati, biar aku saja yang
turun lebih dulu!"
Tenaga sakti Hud Kong sin kang yang dimilikinya
dengan cepat disalurkan mengelilingi seluruh badan, lalu
sambil mengebaskan sepasang ujung bajunya, dengan jurus
naga sakti masuk ke samudra, dengan kaki di atas kepala di
bawah, dia meluncur ke dasar jurang.
Tatkala melalui batu tonjolan dimana Si Cay soat
sekarang berdiri, Lan See giok sama sekali tidak
menghentikan gerakan tubuhnya, hanya secara tiba-tiba saja
dia merubah posisi badannya sambil mengebaskan kembali
ujung bajunya ke arah batu tonjolan tersebut,
Dengan demikian posisinya sekarang terbalik, kakinya
kembali berada di bawah dengan kepalanya di atas,
http://kangzusi.com/
kemudian melanjutkan luncurannya menuju ke atas batu
tonjolan lain yang berada di bawah.
Tiba di atas batu tonjolan yang dimaksud, pemuda
tersebut menjejakkan lagi kakinya dan melanjutkan gerakan
meluncurnya menuju ke bawah..
Suara gemuruhnya air di dasar jurang mulai kedengaran
sangat memekikkan telinga, hawa dingin yang merasuk
tulang dan menyayat kulit mulai menyerang seluruh
tubuhnya.
Berhubung kobaran api di atas tebing sangat besar
sehingga langitpun menjadi merah membara, lamat-lamat
pemandangan di dasar jurang itu dapat terlihat dengan
jelas, apalagi Lan See-giok dan Si Cay soat berdua memiliki
ketajaman mata yang jauh melebihi orang biasa. tentu saja
mereka dapat melihat keadaan di sekitar situ bagai kan
ditengah hari saja
Kedalaman jurang itu mencapai ratusan kaki lebih,
dengan gerakan tubuh yang sangat cepat Lan See-giok tiba
lebih dulu di tepi jurang berisi air tadi
Dengan berdiri di atas batuan karang, pemuda itu
mencoba untuk memeriksa keadaan di sekitar sana.
Hampir semua permukaan dasar jurang itu dipenuhi
aneka batuan karang yang besar lagi tajam. airpun mengalir
sangat deras, sedemikian derasnya sampai bunga air
muncrat setinggi satu kaki, hawa dingin yang mencekam
dan suara air yang gemuruh memekikkan telinga terasa
merupakan suatu siksaan yang berat.
Kedalaman air tidak terlalu dalam, tapi kecepatan
arusnya luar biasa sekali, dari balik air itulah terlihat
bayangan bersinar berkilauan, tidak diketahui bendakah
atau ikankah?
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah bayangan merah berkelebat lewat, Si
Cay soat telah melayang turun pula ke atas sebuah batuan
karang di tepi jurang tersebut.
Sebagaimana tempat-tempat yang sepanjang tahun tidak
terkena cahaya matahari, tidak heran kalau permukaan
jurang itu di liputi oleh lumut yang tebal, ditambah lagi arus
air yang begitu deras. hal tersebut membuat permukaan
batu menjadi sangat licin.
Si Cay soat tidak menduga sampai ke situ, karena
kegegabahannya, tiba -tiba saja gadis itu menjerit tertahan
dan tubuhnya tergelincir masuk ke dalam air.
Lan See-giok menjadi terkejut, sambil membentak
tubuhnya meluncur ke muka dan terjun ke air dengan cepat
dia menarik tubuh Si Cay soat yang mulai terseret arus itu.
Si Cay goat tidak berdiam diri, setelah tubuhnya tertarik
oleh sang pemuda, ia mulai berenang mengikuti arus
menuju ke tepian.
Sebagaimana diketahui, Lan See-giok mengenakan
pakaian yang terbuat dari ulat sutera langit, sebuah pakaian
yang berkhasiat ganda, hal ini membuatnya sama sekali
tidak merasa kedinginn.
Biarpun begitu, tatkala tangannya menyentuh air
tersebut, terasa juga betapa dinginnya sehingga sakit
bagaikan disayat sayat pisau dengan cepat dia menjadi
paham apa sebabnya Si Cay soat hanya membungkam diri
sambil berenang dengan sekuat tenaga menuju ke tepian.
rupanya dia merasa kesakitan karena rasa dingin yang
menyayat-nyayat badan.
Maka tidak membuang waktu lagi pemuda itu melompat
ke depan sambil membentangkan tangannya, kemudian
http://kangzusi.com/
bergerak mendekati si nona yang masih meronta di dalam
air.
Beruntung sekali ketika pemuda itu berhasil mencapai di
tempat kejadian. Si Cay- soat yang sudah berapa hari tidak
tertidur dan tak sempat makan itu telah jatuh tak sadarkan
diri.
"Untung pula air di dasar jurang itu tidak terlalu dalam”,
dengan cepat Lan See-giok merangkul pinggang si nona
kemudian melompat ke udara dan melayang turun di atas
sebuah batuan karang.
Ternyata di belakang batu karang dimana ia berada
sekarang terdapat sebuah gua. sewaktu diamati, permukaan
gua itu nampak menjurus kearah atas.
Lan See-giok merasa gelisah sekali. dia merasa perlu
untuk menyadarkan Si Cay soat lebih dulu, sementara dia
hendak membaringkannya ke atas tanah, mendadak
dilihatnya ada sebuah gagang pedang berpita merah
tergeletak tak jauh dari sana.
Tergerak hatinya melihat hal itu dan cepat-cepat
menghampirinya ternyata pedang itu tak lain adalah Jit
hoa-kiam yang sedang dicarinya, cuma seluruh tubuh
pedang itu terbenam dibalik batu, ini bisa membuktikan
sampai dimanakah ketajaman senjata tersebut..
Kejut den gembira pemuda itu berseru keras.
"Adik Soat, cepat lihat, pedangnya berada di sini."
Tapi dengan cepat ia teringat kembali kalau Si Cay soat
berada dalam keadaan tak sadar.
Pemuda itu semakin terkejut lagi setelah menundukkan
kepalanya, menggigil seluruh badannya melihat keadaan si
nona.
http://kangzusi.com/
Ternyata bibir Si Cay soat telah berubah menjadi hijau
kehitam hitaman, mukanya pucat pias bagaikan kertas,
sementara dengusan napasnya seolah-olah sudah tak ada
lagi.
Tak terlukiskan betapa kaget dan paniknya Lan See giok
setelah menjumpai keadaan itu, dia merasa seluruh jagat
seakan akan berputar kencang, matanya terbelalak dan
mulutnya melongo, badannya menjadi sempoyongan
hampir saja roboh terjengkang.
Cepat-cepat dia memusatkan seluruh pikirannya menjadi
satu dan cepat berjongkok gagang pedang digenggamnya
erat-erat lalu membetotnya dengan sepenuh tenaga, seperti
terbenam dibalik tahu yang empuk, tanpa bersusah payah
pedang mestika itu segera tercabut ke luar .
Seketika itu juga cahaya tajam memancar ke empat
penjuru. hawa dingin yang merasuk tulang pun seketika
terusir pergi oleh pancaran cahaya itu.
Lan See giok tidak terlalu memperhatikan keadaan
seperti ini, sambil membopong Si Cay soat dan membawa
pedang itu buru-buru dia masuk ke dalam gua.
Berkat pancaran sinar yang begitu terang dari pedang Jit
hoa kiam, seluruh pemandangan dalam gua tersebut dapat
terlihat pula dengan jelas.
Ruang gua itu sempit lalu memanjang, berhubung sangat
lembab maka kedua sisi, dindingnya sudah dipenuhi oleh
lumut yang tebal.
Terpaksa pemuda itu harus melanjutkan langkahnya
menuju ke ruang gua yang lebih dalam.
Makin lama permukaan gua itu semakin menjorok ke
atas, permukaan tanahnya pun semakin mengering. ada
http://kangzusi.com/
yang lebar ada pula yang sempit, tinggi rendahnya juga tak
menentu.
Dalam keadaan begini, Lan See giok hanya ingin
secepatnya menyadarkan kembali Si Cay soat, namun
meski sudah tiga empat puluh kaki dia menelusuri gua
tersebut, masih juga belum ditemukan suatu tempat yang
bisu dipakai mereka berdua untuk duduk, hal ini
membuatnya makin lama semakin gelisah.
Akhirnya habis sudah kesabaran pemuda itu. dia mulai
berlarian dengan cepat, tak sampai sepuluh kaki. pemuda
itu menjumpai anak-anak tangga terbuat dari alam yang
agaknya terbentang menuju ke atas sana,
Dengan perasaan terkejut Lan See giok segera
menghentikan langkahnya sambil berpikir.
"Waah, jangan-jangan gua ini ada penghuni nya? Atau
mungkin juga para anggota Tay ang san?"
Namun ketika ia mencoba meneliti anak tangga itu,
dijumpai debu yang tebal, ini menunjukkan kalau tempat
tersebut sudah cukup lama tak pernah dijamah manusia.
Berada dalam keadaan begini, tiada waktu lagi baginya
untuk berpikir lebih mendalam, cepat-cepat pemuda itu
melanjutkan perjalanannya menuju ke atas.
Selisih jarak antara anak tangga yang situ dengan lainnya
tidaklah menentu, ada yang selisih lima depa, tapi ada pula
yang mencapai satu kaki, semuanya dirubah menurut
keadaan alam yang sesungguhnya.
Setelah naik setinggi belasan kaki berakhirlah anak
tangga itu, sekarang dihadapannya muncul sebuah pintu
batu yang terbuat sangat sederhana.
http://kangzusi.com/
Lan See giok tidak ragu-ragu lagi, sambil mengerahkan
tenaga dalamnya untuk melindungi badan, dia
menempelkan ujung pedangnya di atas pintu lalu pelanpelan
mendorongnya ke belakang, pintu batu itu segera
terbuka.
Dengan terbukanya pintu itu, segera terendus bau harum
yang sangat aneh tersiar ke luar dari balik ruangan.
Lan See-giok sangat terkejut, bau harum semerbak
semacam ini teramat dikenal olehnya, sebab tidak berbeda
sama sekali dengan bau harum Leng-sik-giok-ji yang pernah
diberikan gurunya kepadanya ketika masih berada dalam
kuburan kuno dulu
Dengan sorot mata yang tajam dia awasi ruangan tadi,
ruang tersebut kecil sekali hanya mencapai satu kaki, di
dalamnya tertumpuk kain halus berwarna putih, ada yang
tinggi ada yang rendah. ketebalannya tak menentu, yang
tinggi hampir mencapai langit-langit ruangan, yang
rendahpun mencapai dua depa, kecuali itu tidak nampak
benda lainnya.
Lan See giok mencoba untuk memeriksa lagi dengan
seksama, namun tidak diketemukan jalan lain, ia lantas
menyimpulkan kalau gua tersebut bisa jadi pernah
digunakan oleh seorang tokoh silat sebagai tempat
pertapaan.
Ia kuatir dibalik kain halus tersebut masih terpendam
benda lain, maka dia melepaskan sepatunya yang basah
kuyup, tapi jubah panjang dan celananya justru tetap
kering, tak setetes air pun yang menempel.
Lan See giok menjelajahi hampir seluruh permukaan gua
itu. ia menemukan adanya daya pantulan yang besar dari
bawah kaki-nya, inipun membuktikan kalau lapisan kain
itupun bukan kain biasa.
http://kangzusi.com/
Mula-mula pemuda itu menancapkan pedang Jit hoa
kiam nya ke atas permukaan dinding, tanpa menimbulkan
suara pedang itu melesak sedalam setengah depa, menyusul
kemudian dia baru membaringkan tubuh si nona ke atas
lantai.
Di bawah sinar pedang yang terang benderang Lan See
giok dapat melihat keadaan Si Cay soat dengan lebih jelas
lagi, ia tertegun seketika karena terkejut, rupanya bibir si
nona itu sudah menghitam, mukanya pucat pasi. tak jauh
berbeda seperti sesosok mayat.
Ia mencoba untuk meraba pipinya, sama sekali tidak
terasa ada kehangatan lagi, pakaian ringkasnya yang
berwarna merah berada dalam keadaan basah kuyup, hawa
dingin yang terpancar ke luar sangat menusuk tulang,
untung saja lapisan kain di atas permukaan lantai gua justru
memancarkan kehangatan.
Di dalam gelisah dan gugupnya, pemuda itu perlu untuk
melepaskan semua pakaian Si Cay soat yang basah kuyup
itu kemudian mencari api untuk menghangatkan badannya.
Di dalam keadaan begini, dia tak berani banyak berpikir
lagi, pintu ruangan segera ditutup dan pemuda itu
berjongkok di sisi si nona ..
Namun ketika tangannya menyentuh ikat pinggang gadis
tersebut, tanpa sadar dia menghentikan perbuatannya.
Tapi setelah memandang kembali wajah si nona yang
pucat bagaikan mayat itu, terutama sekali bila teringat budi
kebaikan yang pernah diterimanya dari gadis tersebut, dia
menghela napas sedih dan segera turun tangan melepaskan
ikat pinggangnya:
Menyusul kemudian pakaian luar yang dikenakan gadis
itu juga turut dilepas, sehingga akhirnya yang masih
http://kangzusi.com/
melekat di tubuhnya cuma kutang dan pakaian dalam yang
berwarna merah.
Yang terpampang di depan matanya sekarang tak lain
adalah sesosok tubuh yang indah dan merangsang hawa
napsu.
Sambil melepaskan pakaian si gadis, Lan See-giok
mengucurkan airmatanya dengan sedih. sebab di mana
tangannya menyentuh tubuh si nona. ia tidak merasakan
lagi kehangatan tubuhnya barang sedikitpun juga.
Pemuda itu segera mencoba meraba dada gadis itu,
ternyata denyutan jantungnya masih ada, walaupun sudah
lemah sekali.
Biarpun begitu, namun setitik pengharapan, segera
muncul dalam hati kecilnya, dengan cepat pemuda itu
menyeka air matanya lalu bangkit berdiri, dicarinya kain
yang paling tebal dari sudut ruangan sana. kemudian
dipergunakan untuk menyelimuti tubuh Si Cay-soat yang
membugil.
Kemudian pemuda itu merasa bahwa pekerjaan pertama
yang harus dilakukan sekarang adalah membuat
seonggokan api unggun untuk meningkatkan kehangatan
dalam ruangan tersebut
Tapi. di tempat seperti ini ke manakah dia harus mencari
bahan untuk membuat api unggun?
Mendadak satu ingatan melintas kembali di dalam
benaknya, sambil melepaskan kaus kakinya yang basah, dia
duduk bersila di sisi si nona, hawa murninya segera
dihimpun dan disalurkan ke dalam telapak tangannya.
dengan sebelah tangan dia meraba dada gadis itu.
tangannya yang lain ditempelkan di atas pusarnya.
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat muncul dua gulung aliran hawa
panas yang segera menyusup ke dalam tubuh Si Cay-soat.
Selang berapa saat sudah lewat. Tapi Si Cay soat belum
juga memperlihatkan tanda- tanda akan mendusin, meski
kehangatan tubuhnya mulai bertambah dan tubuhnya mulai
hidup kembali, bahkan wajahnya mulai hidup kembali,
mulai bersinar dan bibirnya semakin memerah..
Lan See giok Sedikitpun tidak putus asa, diangkatnya
kain selimut itu kemudian menyusupkan kepalanya ke
dalam dengan menempelkan telinga kanannya di atas dada
si nona, ditemukan jantung meski berdenyut tapi masih
tetap lemah sekali.
Pemuda itu mulai berpikir, apa yang harus dilakukannya
sekarang agar meningkatkan kehangatan tubuh gadis itu
hingga denyutan jantungnya makin kuat dan napas nya
makin lancar . .
Mendadak sorot matanya terhenti di atas bibirnya Si Cay
soat yang merah itu, satu ingatan segera melintas dalam
benaknya.
Pemuda itu segera melompat bangun, dengan cepat
melepaskan senjata gurdinya, lalu mencopot pakaian yang
dikenakan, sesudah itu dia turut menyusup masuk ke dalam
balik selimut.
Agaknya pemuda ini bermaksud untuk menyalurkan
hawa murninya dengan sistim mulut ditempelkan di atas
mulut, dengan demikian hawa hangat akan lebih cepat
memasuki tubuh gadis tersebut.
Sistim pengobatan semacam ini memang merupakan
satu satunya cara pengobatan yang paling manjur, sekalipun
begitu cara semacam inipun paling banyak menghamburkan
tenaga, jadi seseorang yang tidak memiliki tenaga dalam
http://kangzusi.com/
yang amat sempurna, mustahil mereka berani
melakukannya .
Tapi sekarang Lan See-giok justru menumpukan segenap
pengharapannya pada sistim pengobatan tersebut.
Maka pertama dia memeluk erat-erat tubuh Si Cay-soat
yang sudah mulai menghangat itu, kemudian tangan
sebelah di tempelkan di atas jalan darah Ki-hay hiat,
sementara tangan yang lain ditempelkan di atas jalan darah
Mia-bun-hiat setelah itu dengan bibir menempel di atas
bibir, ia mulai mengerahkan tenaga murninya.
Tiga gulung aliran hawa panas serentak menyusup ke
dalam tubuh si Cay soat, segulung hawa aliran panas
menyusup ke dalam nadi Jin meh dan segulung lagi
menembus Tok-meh sementara aliran panas yang masuk
melalui bibir langsung mencapai isi perut.
Dalam waktu singkat seluruh badan Si Cay-soat telah
menjadi hangat sekali.
Seperminuman teh sudah lewat, panas badan Lan Seegiok
semakin meningkat hingga mencapai titik didih, peluh
telah membasahi seluruh tubuhnya, sementara dengusan
napas Si Cay soat juga mulai kedengaran, malah peluh
mulai bercucuran pula dari tubuhnya, Lewat berapa soat
lagi, Lan See giok mulai kehabisan tenaga, selain saluran
hawa murni nya mulai tersendat sendat, diapun mulai
pusing dan terasa penat sekali,
Sementara itu Si Cay-soat berada dalam pelukannya
meski sudah mulai bernapas namun masih juga belum
membuka matanya. Lan See-giok menjadi gugup,
jantungnya berdebar semakin keras sementara rasa
pusingnya kian lama kian bertambah berat,
Mendadak .. .
http://kangzusi.com/
Bau harum semerbak yang selama ini tersimpan di dalam
darahnya, sekali lagi timbul dan menyelimuti rongga
mulutnya, tapi pada saat itu pula Si Cay soat merintih dan
pelan-pelan membuka matanya kembali.
Hawa murni di tubuh Lan See giok segera membuyar,
hampir saja ia roboh tak sadarkan diri, sedemikian
penatnya pemuda itu sampai dia harus menyandarkan
kepalanya di atas wajah gadis itu, kemudian hawa
murninya mulai diatur kembali dengan harapan kondisi
badannya dapat pulih kembali dalam waktu singkat.
Si Cay soat pelan-pelan membuka matanya, memandang
sekejap keadaan sekeliling-nya dengan ragu, kemudian
memejamkan matanya kembali.
Kesadaran yang semula menghilang lambat laun pulih
kembali, gadis itu mulai teringat bagaimana ia tercebur ke
dalam air, bagaimana hawa dingin yang merasuk tulang
menyerang seluruh badannya, lalu bagaimana dia berusaha
keras untuk berenang mencapai tepian.
Tapi disaat itulah ia merasa jantungnya amat sakit
seperti di sayat-sayat pisau dan akhirnya apa yang
kemudian terjadi tidak diketahui lagi olehnya.
Ketika sekali lagi dia membuka matanya, ditemukan
engkoh Giok yang dicintainya berada di atas tubuh sendiri
sambil memeluknya erat-erat, seluruh badannya terasa
hangat, dari atas sampai bawah seperti tertutup oleh selimut
tebal.
Tiba-tiba..
Paras mukanya berubah hebat, jantungnya berdebar
sangat keras dan saking kagetnya hampir saja ia menjerit
tertahan.
http://kangzusi.com/
Rupanya dia menemukan tubuhnya yang dipeluk Lan
See giok dan ditindihi olehnya sekarang berada dalam
keadaan telanjang.
Akan tetapi setelah diketahui bahwa eng-koh Gioknya
masih mengenakan pakaian dalam, gadis itu baru merasa
tenang. apalagi setelah ia mencoba merasakan bagian
tertentu tubuhnya apakah ada gejala aneh atau sakit.
ternyata tidak ditemukan hal yang mencurigakan, gadis itu
semakin lega.
Ketika gadis itu mencoba untuk memperhatikan Lan
See-giok lagi yang masih memeluknya, ternyata pemuda itu
sudah tertidur.
Tanpa terasa ia membayangkan kembali apa yang telah
dialaminya sewaktu sadar tadi, ia merasa pemuda itu
seolah-olah sedang menciumnya, tapi sesudah melihat
wajahnya yang pucat, peluh yang membasahi tubuhnya
serta kondisi tubuhnya yang begitu lemah tak bertenaga,
dengan cepat gadis itu menyadari apa gerangan yang telah
terjadi.
Sudah pasti demi menyelamatkan jiwanya pemuda itu
telah mengorbankan banyak sekali tenaga dalamnya.
Berpikir sampai di situ, air mata keharuan segera
bercucuran ke luar, ia bertambah menyesal lagi bila teringat
akan dugaannya semula bahwa pemuda itu telah
memperkosanya, ia menegur diri sendiri yang dikatakan
menuduh yang bukan- bukan.
Gadis tersebut mulai bertanya kepada diri sendiri.
"Benarkah aku sangat mencintai si anak muda itu? Kalau
toh aku sangat mencintai-nya, bukankah aku bersedia
mengorbankan segala-galanya untuk demi engkoh Giok .
Asal ia bisa gembira, bukankah aku pernah bersumpah akan
http://kangzusi.com/
mempersembahkan segala sesuatu untuk-nya, termasuk
kesucian badanku? Yaa, aku bersedia, menemaninya
sepanjang masa, aku bersedia melahirkan anak untuknya
menjadi seorang istri yang paling setia .. bila aku tidak
menjadi istri-nya, mana mungkin aku bisa melahirkan anak
untuk engkoh Giok . . ?"
Tatkala ingatan tersebut melintas di dalam benaknya,
gadis itu segera merasakan membaranya cinta yang muncul
dari hati kecilnya, semua rasa takut dan malu hilang lenyap
seketika.
Sementara tubuhnya yang semula sudah digeserkan ke
samping, kini malah didekap kan makin keras di atas tubuh
pemuda itu, dengan tangannya yang lemah ia membantu
menyeka peluh di tubuh See giok, selain itu dengan bibirnya
yang kecil mungil. ia mencium wajah sang pemuda yang
tampan, matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung
serta bibirnya yang mengering.
Sementara itu Lan See giok telah selesai bersemedi, dia
hanya merasa penat sekali. tapi begitu diciumi oleh si nona,
jantungnya bergetar keras, dalam keadaan demikian
pemuda tersebut hanya ingin membuka mata secepatnya.
Kemudian ia menjumpai titik air mata membasahi gadis
itu, senyuman jengah menghiasi bibirnya yang merah
merekah.
Menyaksikan kesemuanya itu, pemuda itu segera
menyaksikan timbulnya segulung hawa panas yang muncul
dari pusar dan segera menyebar ke seluruh bagian
tubuhnya.
Pemuda itu tak tahan kemudian tanpa sadar ia balas
memeluk adik Soat nya kencang-kencang. sementara
seluruh rasa penat di badan hilang lenyap seketika
http://kangzusi.com/
Waktu itu. kendatipun Si Cay soat telah mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya untuk menjadi seorang istri yang
setia, toh tak urung dia dibikin terkejut sekali setelah
dipeluk pemuda itu erat-erat, saking kaget nya gadis itu
sampai berubah muka dan menjerit tertahan . . .
Jeritan itu membuat Lan See giok terkejut, ia merasa
bagaikan disambar geledek di siang hari bolong, rasa
menyesal segera muncul dari hatinya hingga tanpa terasa
dia menyusupkan kepalanya di balik kain selimut.
Si Cay- soat baru terkejut setelah melihat keadaan
pemuda itu, ia menjadi menyesal setengah mati.
Cepat-cepat ia menempelkan tubuhnya di atas tubuh
sang pemuda, lalu dengan wajah tersipu sipu malu,
tanyanya lirih: "Engkoh Giok. apakah kau ingin”
Lan See-giok menutupi wajah sendiri dengan kedua
belah tangan, kemudian menggelengkan kepalanya
berulang kali dengan penuh penyesalan..
Si Say soat sedih sekali, ia sadar jeritan kagetnya tadi
telah menyinggung perasaan pemuda itu, namun ia
bertekad akan berusaha membangkitkan kembali rasa
gembira pemuda itu.
Maka bagaikan anak yang manja, dia menyusupkan
tubuhnya ke dalam pelukan pemuda itu, kemudian ujarnya
dengan lembut penuh perasaan cinta kasih:
"Engkoh Giok, kau jangan marah, kau mesti tahu aku
sudah menjadi milikmu, masih ingatkah kau ? Ketika
hendak turun gunung tempo dulu, kau pernah berkata
kepadaku bahwa kesungguhan hatimu disaksikan oleh
Thian?"
Lan gee giok tetap menutupi, wajahnya dengan ke dua
belah tangan, namun ia toh mengangguk berulang kali.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat mencium pipi pemuda itu dengan hangat dan
mesra. kembali ujar nya dengan lembut:
"Engkoh Giok aku bersedia melayani kemauanmu, asal
kau senang aku..aku.. sudah siap menyambutmu sekarang
juga”
Lan See giok merasa terharu, malu bercampur terima
kasih yang tak terhingga, namun ia tetap menggelengkan
kepalanya
Si Cay soat semakin sedih, dia mengira pemuda itu tidak
bersedia memaafkannya, maka tanyanya lagi pedih,
"Engkoh giok, apakah kau tidak mencintai-ku?"
Lan See giok segera mengetahui kalau gadis itu salah
paham, serta merta dipeluknya gadis tersebut semakin
kencang, lalu bisiknya dengan lirih:
"Aku bersedia-cuma aku merasa amat penat"
Mendengar kata "aku bersedia ". Si Cay soat merasakan
jantungnya segera berdebar keras, wajahnya berubah
menjadi merah membara, tapi setelah mendengar kata "aku
penat". ia berbisik kembali.
”Kalau begitu, mari kita tidur sejenak:" Tiba-tiba gadis
itu seperti teringat akan sesuatu, setelah menghela napas
panjang. kembali ujarnya sedih.
"Nasibku memang sangat buruk, agaknya aku tidak
berjodoh untuk mempergunakan pedang mestika itu. lain
kali”
Sebelum gadis itu menyelesaikan kata katanya, Lan See
giok telah menongolkan kepalanya sambil berseru cepat.
"Adik Soat, coba kau lihat!"
http://kangzusi.com/
Sambil berkata ia lantas menunjuk ke arah pedang Jit
boa loam yang berada di atas.
Dengan perasaan ingin tahu Si Cay soat berpaling. apa
yang terlihat membuatnya segera melompat bangun karena
terkejut bercampur gembira
Namun ketika ia merasa tubuhnya terhembus angin
dingin, gadis itu baru sadar bahwa ia berada dalam keadaan
bugil, sambil menjerit kaget, cepat-cepat dia menggulingkan
tubuhnya lagi ke dalam pelukan sang pemuda.
Menjumpai sikap dan gerak gerik si nona yang kaget dan
panik, Lan See giok tak bisa menahan rasa gelinya lagi, ia
segera tertawa terbahak bahak.
Sebetulnya Si Cay soat merasa gembira sekali sampai
lupa daratan sehubungan ia melihat pedang mestikanya Jit
hoa kiam berhasil ditemukan kembali.
Tapi setelah ditertawakan oleh Lan See giok, dia menjadi
malu sekali tak tahan dicubitnya paha pemuda itu keraskeras.
Lan See giok segera menjerit kesakitan dan segera
menggelinding ke samping.
Sekali lagi Si Cay coat menongolkan kepalanya sambil
bertanya kemalu-maluan:
"Engkoh giok, bagaimana caramu menemukan pedangku
itu?"
"Pedang tersebut kujumpai, di atas batu cadas di mulut
gua sana..”
Berbicara soal gua. Si Cay soat baru teringat kalau
mereka sedang berada di sebuah ruang gua, matanya segera
bergerak mengawasi sekeliling tempat itu.
http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia menemukan sebuah botol kecil berwarna
hijau terletak di langit-langit ruangan pada ujung sebelah
kiri.
Ketika diendusnya, terasa bau harum semerbak tersiar
sampai dimana-mana, dan bau harum semacam ini mirip
sekali dengan bau Leng-sik-giok-ji yang pernah diberikan
kepadanya dari gurunya dulu.
Karena itu sambil menunjuk kearah botol kecil di sudut
ruangan tersebut, seru nya terkejut:
"Engkoh giok, cepat kau ambil botol kecil itu!"
Dengan perasaan tak mengerti Lan See giok berpaling
dan berjalan mendekatinya, sewaktu botol kecil itu di
kocok, terasa bau harum yang sangat tajam tersiar sampai
di seluruh ruangan.
Sambil mengendus bau harum yang semerbak itu, Si Cay
soat segera berseru dengan rasa terkejut bercampur gembira.
"Ya, benar, agaknya apa yang kuduga memang tak salah
lagi, cepat bawa kemari akan kulihat berapa tetes cairan
yang terdapat di dalamnya."
Sambil berkata buru-buru dia bangkit dan duduk,
dipakaianya kain untuk menutupi bagian dadanya, tapi
bahunya yang putih dan tangannya yang telanjang terlihat
jelas sekali.
Buru-buru Lan See giok menyerahkan botol kecil itu
kepada Si Cay-soat, kemudian tanyanya tidak mengerti:
"Adik Soat, kau bilang apa isi botol tersebut?"
"Cairan mestika Leng si giok ji" jawab Si Cay-soat
gembira, tanpa ragu-ragu.
"Apa? Masa benar Leng si giok ji?" seru Lan See-giok
lagi dengan perasaan terkejut.
http://kangzusi.com/
Cepat-cepat dia menghampiri nona itu dan memeriksa isi
botol porselen tadi,
Di dalam botol kecil itu nampak berisikan cairan hijau
yang agak kental, paling tidak isinya mencapai puluhan
tetes.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan kembali,
Si Cay-soat berseru:
"Aaah, mungkin cairan tersebut sudah seratus tahun
lebih usianya.."
Ketika dilihatnya- pemuda itu rada tidak percaya,
kembali gadis itu menjelaskan.
"Bayangkan saja, setiap tetes membutuhkan waktu
sepuluh tahun, padahal berapa banyak isi botol tersebut,
bukankah berarti isi botol tersebut sudah berusia ratusan
tahun?"
Mendengar penjelasan mana, Lan See giok mengangguk
berulang kali, kemudian untuk beberapa saat lamanya dia
jadi termenung.
Entah berapa saat lamanya sudah lewat, mendadak Si
Cay-coat menegur dengan keheranan:
"Engkoh Giok, apa yang sedang kau pikir kan?"
Pertanyaan tersebut segera membuat anak muda itu
sadar kembali, sahutnya kemudian:
"Aku sedang berpikir, apa sebabnya kau bisa mengejar
sampai di Tayang-san ini secara tiba-tiba!".
Si Cay-soat tahu, pemuda itu mempunyai kesulitan yang
tak bisa diutarakan, tapi persoalan tersebut memang
merupakan masalah yang hendak dijelaskan kepada Lan
See giok maka dengan wajah amat murung katanya.
http://kangzusi.com/
"Keesokan harinya setelah keberangkatan mu, naga sakti
pembalik sungai Thio loko telah datang.."
"Apakah dia membawa kabar tentang suhu?" tanya
pemuda itu dengan perasaan bergetar keras.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali,
sahutnya dengan wajah sedih.
"Tidak.., sewaktu Thio loko mendengar kau telah turun
gunung, dia hanya bisa mendepak depakkan kakinya
berulang kali dengan perasaan gelisah. ketika aku dan adik
Gou bertanya kepadanya mengapa. dia tidak menjawab,
akhirnya dia mendesak kepada kami untuk turun gunung
mengejar dirimu?”
"Mengapa?" tanya Lan See giok tidak habis mengerti.
Si Cay soat menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tampaknya Thio loko merasa kurang bebas untuk
menjelaskan kepada kami, aku-pun lantas bertanya
kepadanya apakah Hu-yong siancu dari enci Cian telah
menjumpai musibah . ."
Lan see giok sangat terkejut oleh perkataan mana, saking
kagetnya sekujur badan sampai gemetar keras, tanyanya
tanpa terasa, "Sungguh kah perkataanmu itu?"
Tampaknya Si Cay soat tidak berani membohongi
pemuda itu, secara jujur sahut nya.
"Tapi Thio loko sama sekali tidak memberi penjelasan,
jika dilihat dari perubahan mimik wajahnya serta kesedihan
yang mencekam sorot matanya, bisa diketahui bahwa ia
telah mengalami banyak percobaan berat."
”Apakah sampai sekarang Thio loko masih berada di
atas puncak?" sela Lan See giok dengan perasaan gelisah.
http://kangzusi.com/
Sambil berkata dia mengambil pakaian milik Si Cay-Coat
yang selesai dikeringkan dan diberikan kepada gadis itu,
sementara is sendiri mengenakan bajunya.
"Thio loko dan Thi-gou berangkat ke Pek ho-cay." Si
Cay-soat menjelaskan sambil menerima pakaiannya,
"sementara aku berangkat ke Tayang-san seorang diri, di
dalam anggapannya selama setengah bulan ini kau pasti
berada diantara ke dua tempat tersebut, secara khusus Thio
Loko berpesan kepadaku, entah kau ditemukan atau tidak,
aku harus selekasnya pulang ke kampung nelayan di tepi
Phoa-yangoh untuk menjumpainya.”
Sementara pembicaraan berlangsung, mereka selesai
berpakaian, Lan See giok juga telah melilitkan senjata gurdi
emasnya di pinggang.
Si Cay soat bagaikan seorang istri yang saleh, secara
khusus membantu Lan- See giok mengenakan jubah
panjangnya, bahkan membantunya pula menyisir
rambutnya yang kusut.
Sayang sekali Lan See-giok sedang murung dan bingung
sehingga ia tidak berminat sama sekali untuk merasakan
kasih sayangnya itu.
Sebab dia sedang memutar otak sambil mencari akal
bagaimana bisa menemukan si Beruang berlengan tunggal
secepatnya, kemudian pulang ke telaga Phoa yang -oh, yang
paling dikuatirkan olehnya adalah jika bibi Wan dan enci
Cian nya sampai menjumpai musibah.
Lan See-giok tidak percaya kalau si naga sakti pembalik
sungai, tidak menerangkan duduk persoalan yang
sebenarnya kepada gadis itu, dalam anggapannya Si Caysoat
memang sengaja hendak mengelabuhinya, agar dia tak
usah kelewat gelisah,
http://kangzusi.com/
Tapi, bukanlah tianglo Bu tong pay, Keng hian sian tiang
sudah tiga tahun lamanya hidup, mengasingkan diri?
Bagaimana mungkin tosu tersebut bisa membawakan surat
dari gurunya?
Tentang persoalan ini, dia sendiri pun tak ingin
menjelaskan kepada Si Cay soat terlalu awal.
Si Cay soat kembali menelan dua tetes Leng sik giok ji,
sekarang hawa murninya telah pulih kembali, semua rasa
penat terusir ke luar dari dalam tubuhnya, ia kelihatan
bertambah cantik, menarik dan mentereng.
Buru-buru Lan See giok mengenakan sepatunya,
kemudian mencabut pedang Jit hoa kiam dari atas dinding,
setelah itu dengan langkah tergesa gesa dia menarik tangan
Si Cay soat sambil serunya.
"Aku akan membawa pedang ini sebagai pembuka jalan,
ikutilah aku di belakang."
Dengan cepat mereka berdua meninggalkan ruangan itu
serta menutup kembali pintunya.
"Engkoh Giok, apakah kita akan berangkat ke Phoa yang
oh?" tanya si nona kemudian tidak mengerti.
"Tidak!" jawab Lan See giok tanpa ragu-ragu, "setelah
sampai di Tay ang san bagaimanapun juga kita harus
mencari si Beruang berlengan tunggal sampai ketemu"
Sementara berbicara, mereka berdua sudah melayang
turun, dalam waktu singkat mereka telah sampai di luar
gua.
Butiran air memercik deras di luar gua dan membentuk
kabut yang tebal, hal ini membuat kedua orang muda-mudi
itu sulit melihat keadaan cuaca, tapi berdasarkan sepercik
http://kangzusi.com/
sinar yang sempat menembusi jurang dapat diduga fajar
telah menyingsing.
Lan See-giok menyerahkan pedangnya kepada Si Caysoat,
lalu mendongakkan kepalanya memeriksa sekejap
keadaan di seputar sana, sesudah itu dia menghimpun
tenaga dalamnya dan melejit lebih dulu ke atas, Buru-buru
Si Cay soat masukkan pedangnya ke dalam sarung,
kemudian menyusul di belakangnya.
Dengan diteguknya leng sik-giok-ji oleh kedua orang
muda mudi itu, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki
kedua orang tersebut telah peroleh kemajuan yang pesat,
terutama sekali untuk Si Cay soat, kemajuan yang berhasil
dicapainya sungguh luar biasa,
Dengan gerakan tubuh seenteng burung walet, ke dua
orang itu melayang ke udara dan dalam sekejap mata
mereka telah muncul dari balik kabut.
Mereka berdua segera merasakan pandangan matanya
menjadi silau, pemandangan di atas tebing terlihat jelas,
langit nan biru dan sepercik sinar sang surya yang lembut
memancarkan cahayanya ke empat penjuru, saat itu sudah
merupakan fajar keesokan harinya.
Sekejap kemudian mereka telah sampai di atas
permukaan tebing, saat itu asap putih masih mengepul dari
arah puncak, namun kebakaran telah padam.
Lan See giok berpaling sambil memeriksa sekejap
keadaan di tebing seberang, suasana di situ sunyi senyap
dan tak kedengaran sedikit suarapun, Oh Li cu serta Tok
Nio-cu juga tak kelihatan lagi, dia yakin mereka tentu sudah
kembali ke Tiang siu tian.
http://kangzusi.com/
Dari sikap si anak muda itu, Si Cay soat segera teringat
pula akan isak tangis dari seorang gadis yang didengarnya
semalam, tanyanya kemudian dengan nada tak mengerti:
"Engkoh Giok, siapa sih nona yang menangisimu di atas
tebing semalam-?"
-ooo0dw0ooo-
BAB 22
LAN SEE GIOK sudah berapa kali berpengalaman
menghadapi adik Soat nya cemburu, betul pertanyaan yang
diajukan olehnya sekarang amat datar dan biasa, namun dia
yakin dihati kecilnya tentu terdapat benih-benih cemburu
Karenanya dengan suara hambar jawabnya:
"Yang seorang adalah Oh Li cu, putri Oh Tin san,
sedangkan yang lain adalah Tok Nio-cu, istri Pek ho
caycu!".
Si Cay soat merasa tidak habis mengerti, masalah Oh Licu
memang pernah didengarnya dari penjelasan engkoh
Giok, tapi mengapa pula Tok Nio-cu turut datang
bersamanya ke Tay ang san?
Terdorong oleh rasa ingin tahu. ia bertanya kembali.
"Tok Nio-cu itu - “
Sembari memeriksa keadaan di sekitar tebing cepat-cepat
Lan See giok menerangkan:
"Tok Nio-cu adalah kakak kandung Oh Li cu, Tok Niocu
datang ke Tay ang san gara-gara penghianatan si
harimau berkaki cebol, seorang anak buahnya yang kabur
dan kini mendapat perlindungan dari Beruang berlengan
tunggal,,."
http://kangzusi.com/
Belum selesai penjelasan tersebut diberikan, dari antara
dua bukit di sebelah kanan mendadak terdengar suara
bentakan nyaring.
Berkilat sepasang mata Lan See giok, cepat-cepat
serunya.
"Aai mereka belum pergi, ayo kita kejar mereka!"
Sembari berkata, tubuhnya bagaikan segulung asap
segera menerjang ke depan.
Si Cay soat tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya,
diapun tidak habis mengerti mengapa Tok Nio-cu bisa
menjadi kakak kandung Oh li cu dan siapa pula, si harimau
berkaki cebol itu. walaupun demikian tanpa mengucapkan
sepatah katapun diikutinya pemuda itu menuju ke depan
sana.
Mereka berdua melalui hutan yang lebat dengan aneka
batuan cadas, kemudian di depan situ dijumpainya sebuah
lembah hijau yang luasnya mencapai dua-tiga ratusan kaki
persegi.
Di empat sekeliling lembah tadi tumbuh aneka bambu
dan pohon siong, sedangkan dibagian tengah merupakan
sebuah daratan datar, suatu tempat yang baik sekali untuk
tempat latihan silat.
Ditengah lembah terdapat ratusan orang lelaki kekar
berpakaian ringkas yang melakukan pengepungan dengan
senjata terhunus, mereka sedang memusatkan semua
perhatiannya mengikuti jalannya pertarungan ditengah
arena.
Oh Li cu dengan rambut terurai kalut sedang memainkan
pedangnya bertarung melawan enam orang lelaki kekar
berpakaian ringkas, bajunya sudah compang camping
dengan beberapa lubang di sana sini, posisi nya amat kritis.
http://kangzusi.com/
Tak jauh dari arena pertarungan, pada sudut sebelah
utara tanah lapang, berdiri berjajar lima orang manusia
yang rata-rata berwajah buas dan menyeramkan.
Senyuman menyeringai menghiasi ujung bibir masingmasing,
mereka sedang mengawasi pertarungan antara ke
enam lelaki kekar itu melawanOh Li cu.
Diantaranya merupakan seorang hwesio pendek yang
bertubuh gemuk, beralis tebal, mata besar, hidung besar dan
mulut lebar, senjata yang dibawa berupa sebuah tongkat
berwarna hitam pekat.
Orang yang berada di sisi kirinya adalah seorang kakek
berusia lima puluh tahunan serta seorang nikou tua, si
kakek bertubuh ceking, berbaju hitam, mata cekung, kening
cembung dan bersenjatakan sebuah golok besar.
Sementara si nikou berusia enam puluh tahunan.
bermulut lancip, mata tikus, hidung menghadap ke atas
serta mengenakan jubah putih, ia memegang senjata giok ji
gi.
Dari sinar matanya yang memancar kan cahaya tajam,
bisa diduga bahwa ia bukan terhitung seorang murid
Buddha yang saleh.
Di sebelah kirinya merupakan seorang lelaki kekar
berpakaian ringkas warna biru, di sisinya lagi adalah
seorang pemuda berusia dua puluh delapan-sembilan
tahunan yang mengenakan pakaian ringkas warna merah.
Kalau si lelaki kekar itu beralis tebal bermuka merah dan
membawa sepasang kampak, maka sang pemuda berbaju
merah itu bertubuh ceking, dan berwajah bersih, sepasang
mata cabulnya tiada hentinya menoleh ke belakang.
Di belakang kelima orang itu masih berdiri puluhan
lelaki bersenjata lengkap, mereka berdandan sebangsa kaum
http://kangzusi.com/
hiangcu, ini berarti lima orang yang berada didepannya
adalah para caycu dari lima bukit sebelah selatan. Dengan
cepat Lan See-giok memandang sekejap ke seluruh lembah
tersebut, namun anehnya ia tidak melihat Tok Nio-cu.
Setelah maju ke depan beberapa kaki lagi, pemuda itu
baru terperanjat, dilihatnya pemuda berpipi bersih itu
rupanya sedang mengawasi Tok Nio-cu yang terikat
kencang.
Si anak muda itu benar-benar tidak habis mengerti, Tok
Nio-cu adalah seorang jagoan perempuan yang nama
besarnya sudah termasyhur sampai di mana-mana terutama
sekali ke enam macam senjata rahasia beracun yang hebat.
mengapa ia justru tertawan musuh?
Dalam pada itu. Tok Nio-cu dibelenggu di belakang
kelima orang caycu tersebut saking mendongkolnya paras
muka perempuan itu sudah berubah menjadi hijau membesi
giginya digertak kencang-kencang sedangkan sinar matanya
memancarkan cahaya yang menggidikkan hati, sudah jelas
kemarahannya sudah mencapai puncaknya.
Dalam waktu singkat Lan See giok sudah melihat
dengan jelas keadaan dalam lembah itu, meski Oh Li-cu
berada dalam keadaan kritis, namun jiwanya belum sampai
terancam, karena tujuan kelima orang caycu itu agaknya
hendak menangkap musuh dalam keadaan hidup-hidup.
DIANTARA kelima orang tersebut, yang paling
menyolok adalah si hwesio gemuk pendek itu, sepasang
matanya yang sedang mengikuti jalannya pertarungan
mencorong kan sinar cabul. sudah pasti orang itu, adalah
seorang pendeta cabul.
Oleh karena tak ingin mengejutkan kawanan lelaki kekar
yang mengepung di sekeliling tempat itu. Lan See giok
bertindak sangat hati-hati, dengan gerakan ombak panjang
http://kangzusi.com/
bagaikan awan, dia melejit ke udara melewati atas kepala
kawanan lelaki itu, kemudian melayang turun di tengah
lembah tersebut.
Tanpa menimbulkan suara barang sedikitpun juga Si Cay
soat mengikuti di belakang pemuda itu dengan gerakan
burung hong bermain di awan ..
Begitu mereka berdua melejit ke udara, perbuatan
tersebut segera diketahui oleh kelima orang caycu tersebut,
sepuluh buah sorot mata mereka bersama sama dialihkan
kemari.
Sambil melayang turun ke atas tanah, Lan See-giok
segera membentak keras:
"Tahan..!"
Ditengah bentakan nyaring, tubuhnya secepat kilat
meluncur ke depan, diantara berkibarnya jubah biru, ia
telah tiba di depan ke enam orang lelaki yang sedang
mengerubuti Oh Li-cu itu.
Menyusul kemudian bayangan merah berkelebat lewat,
Si Cay-soat mengikuti di belakangnya.
Kehadiran dua orang muda mudi itu segera mengejutkan
ratusan orang lelaki kekar yang berkerumun di sekitar situ,
namun berhubung Lan See giok dan Si Cay-soat berada di
depan ke lima orang caycu. maka tak seorangpun yang
berani membidikan anak panahnya.
Ke enam orang lelaki yang mengerubuti Oh Li cu juga
dibikin terkejut oleh suara bentakan Lan See-giok yang
menggeledek itu, sedemikian kerasnya suara bentakan itu
sampai mereka mundur dengan sempoyongan, kepalanya
pusing, matanya berkunang-kunang, masing-masing
melangkah mundur sejauh satu kaki lebih.
http://kangzusi.com/
Berjumpa dengan Lan See-giok, Oh Li cu merasa
bagaikan bertemu dengan sang suami, , ia segera menjerit
sambil menangis.
"Adik Giok.”
Sembari menangis dia merentangkan tangannya hendak
menubruk ke dalam pelukan Lan See giok, namun ketika
dilihatnya seorang gadis cantik berbaju merah berdiri di
belakang anak muda tersebut, dengan cepat ia
menghentikan langkahnya kemudian menutupi wajah
sendiri, sambil menangis tersedu-sedu.
Berada dalam keadaan begini, Lan See giok tidak sempat
menghibur Oh Li-cu ?, lalu kepada Si Cay soat segera
katanya:
"Adik Soat, dialah nona Oh, coba kau lihat apakah dia
menderita luka".
Kemudian dengan langkah cepat dia menghampiri ke
lima orang Caycu yang masih berdiri kaget itu.
Belum sampai lima langkah Lan See-giok berjalan ke
depan, rasa kaget ke enam orang itu sudah lenyap, serentak
para hiangcu dengan senjata yang berbeda itu membentak
keras lalu bersama sama menerjang kearah anak muda itu.
Si Cay soat gusar sekali, dia putar pergelangan
tangannya sambil meloloskan pedangnya, cahaya tajam
segera berkilauan memancar ke luar dari pedang Jit-hoa
kiam tersebut.
Sesungguhnya tujuan Lan See-giok adalah
menyelamatkan Tok Nio-cu dari cengkeraman musuh,
maka dengan gerakan yang sangat cepat serta tidak nampak
gerakan apa yang digunakan, tahu-tahu saja ia telah sampai
di hadapan kelima orang caycu itu.
http://kangzusi.com/
Ke enam orang hiangcu yang. mencoba mengepung tadi
hanya merasakan pandangan matanya kabur, tahu-tahu
bayangan musuh sudah hilang lenyap.
Di dalam kagetnya serentak mereka hentikan gerakan
majunya sambil menarik kembali senjatanya . . . . sayang
agak terlambat!
"Traang . . . "
Banyak senjata yang saling membentur bergema
memecahkan keheningan, ada dua orang hiangcu yang
terluka ditangan rekan sendiri, seruan kaget serentak
mereka mengundurkan diri ke belakang.
Pada hakekatnya lima orang caycu tersebut tidak
menyangka kalau Lan See giok mempunyai gerakan tubuh
sedemikian cepat nya
Mereka hanya merasakan bayangan biru berkelebat
lewat, tahu-tahu saja musuh sudah berada di depan mata,
diiringi jeritan kaget serentak mereka berlima
mengundurkan diri ke belakang . . .
Puluhan orang lelaki yang berdiri di belakang ke lima
prang itu menjadi panik lalu kacau balau tak karuan,
serentak mereka membubarkan diri dengan meninggal kan
Tok Nio-cu seorang diri di situ.
Memanfaatkan kesempatan disaat pihak lawan masih
kacau. Lan See giok menerjang maju ke muka dan
membangunkan Tok Nio-cu dari atas tanah, tak lama
Kemudian Si -Cay soat danOh li-cu telah menyusul pula ke
situ, sekali Oh li-cu menggerakkan pedangnya, semua tali
yang membelenggu tubuh Tok Nio-cu sudah putus semua.
Dengan perasaan menyesal bercampur terima kasih Tok
Nio-cu segera berkata:
http://kangzusi.com/
"Adik Giok terima kasih banyak, kau telah
menyelamatkan jiwaku..
Lan See giok tertawa ramah.
"Nyonya sudah membantuku sebagai petunjuk jalan.
budi kebaikanmu itu sangat besar. untuk berterima kasih
saja tak cukup mana berani kuterima rasa terima kasihmu!"
Tok Nio-cu tahu bahwa Lan See giok masih belum tahu
kalau dialah yang telah memotong tali penggantung.
karenanya dengan perasaan malu bercampur menyesal ia
menundukkan kepalanya rendah-rendah. Tentu saja Lan
See giok tidak akan tahu mengapa Tok Nio-cu yang
sombong, bisa kehilangan kecongkakannya, ketika ia
mengerling sekejap ke arahnya di temukan kantung berisi
senjata rahasia yang biasanya tergantung dipinggang Tok
Nio-cu, kini sudah tidak nampak lagi.
Dengan cepat dia menjadi paham apa gerangan yang
telah terjadi, sambil menengok kearah ke lima orang caycu
yang berada berapa kaki dihadapannya sana ia menegur
dengan suara dalam:
"Siapa yang telah menyerobot kantung senjata rahasia
milik nyonya Gui?"
Teguran tersebut segera menyandarkan Tok Nio-cu,
keningnya berkerut dan matanya memancarkan sinar tajam,
tiba-tiba bentaknya dengan suara nyaring.
"Hoa sam long, serahkan nyawa anjing mu”
Ditengah bentakan, ia langsung menerjang ke arah
pemuda berpakaian ringkas warna merah itu
Oh Li-cu terkejut sekali melihat kejadian ini, segera
cegahnya. "Cici, hati-hati! Dia.."
http://kangzusi.com/
Belum habis seruan itu, tubuhnya te1ah ikut menerjang
ke muka
Hoa sam long si pemuda berpakaian ringkas warna
merah itu sudah dibikin terkejut oleh kelihaian ilmu
meringankan tubuh mereka. meski demikian, sepasang
matanya yang cabul justru mengamati terus wajah Si Caysoat
yang cantik dengan penuh kerakusan.
Ketika melihat Tok Nio-cu datang menyerang seperti
orang gila, ia tertawa dingin, kemudian ujarnya kepada
ketiga orang hiangcu yang berada di belakangnya.
"Senjata rahasia milik Tok Nio-cu telah kurampas, ayo
cepat kalian bertiga turun tangan untuk meringkusnya"
Tiga orang lelaki segera membentak keras sambil maju
menyongsong datangnya terkaman dari perempuan itu.
Tok Nio-cu sama sekali tidak menggubris datangnya
ancaman mana, ia tetap melanjutkan terkamannya ke arah
Hoa-sam-long.
Sejak tiba di arena, Si Cay-soat sudah di bikin gusar
hatinya oleh pandangan cabul Hoa Sam long. apa lagi
setelah mendengar namanya, dia semakin yakin kalau
pemuda tersebut bukan lelaki baik.
Tatkala dilihatnya ada tiga orang lelaki kekar menerjang
Tok Nio-cu bersama sama, sambil tertawa dingin segera
bentaknya.
"Kalian betul-betul kawanan manusia yang tak tahu
malu!"
Belum selesai ia berkata, tangannya sudah diayunkan ke
depan, tiga titik cahaya tajam langsung menyambar lewat
diantara tubuh Tok Nio-cu serta Oh Li-cu langsung
http://kangzusi.com/
menghajar badan ketiga orang lelaki yang sedang menerjang
tiba.
Serangan tersebut cepat sekali. dalam sekali berkelebat
tahu-tahu sudah sampai ..
Beberapa kali jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang memecahkan keheningan, ketiga orang
lelaki itu membuang senjatanya dan roboh terjengkang ke
tanah.
Tapi ketiga titik cahaya tajam tersebut tidak berhenti
sampai di situ saja, setelah menebas kutung batok kepala
ketiga orang itu, cahaya tajam tadi masih meneruskan
gerakannya meluncur ke depan. .
Lan See-giok segera mengerutkan dahinya oleh kejadian
itu sedang Si Cay soat tertegun, sementara kawanan jago
lihay lainnya sama-sama menjerit tertahan saking kagetnya
Pada saat itulah ditengah arena bergema suara bentakan
marah, Hoa Sam long telah melepaskan sebuah serangan
dengan memakai tali pengikat dewa, semacam tali panjang
berwarna kuning yang membentuk sebuah lingkaran gelang.
Benda itu langsung menyambar ke tubuh Tok Nio-cu.
Melihat benda itu. Lan See-giok segera mengerti apa
sebabnya Tok Nio-cu sampai tertawa.
Tok Nio-cu sama sekali tidak menggubris atas datangnya
jiratan tali tersebut, sambil tertawa dingin dia menghindar
dari Hoa-sam-long kemudian menundukkan kepalanya
sembari bertekuk pinggang.
"Duuusss..!”
Setitik cahaya biru langsung meluncur ke depan..
Lan See-giok baru merasa terkejut setelah melihat
peristiwa ini, ia baru tahu bahwa orang persilatan patut
http://kangzusi.com/
merasa segan terhadap Tok Nio-cu, karena serangan senjata
rahasia beracunnya memang tak boleh di pandang enteng.
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Hoa Sam
long telah menjerit kesakitan sambil roboh terjengkang ke
atas tanah, di atas dadanya tahu-tahu sudah menancap
sebatang anak panah yang panjangnya. mencapai empat
inci.
Oh li cu yang berada di belakang, Tok Nio-cu cepat
membentak keras sambil mengayunkan pedangnya
membabat tali itu, sayang babatannya meleset. akibatnya
Tok Nio-cu sekali terbelenggu dan tubuhnya roboh
terjengkang.
Ke empat orang caycu lainnya tidak menyia-nyiakan,
kesempatan yang sangat baik ini. diiringi suara bentakan
nyaring, serentak mereka. menerjang ke muka, dengan
tujuan membekuk Tok Nio-cu dan dijadikan sebagai
sandera, puluhan orang hiangcu lainnya pun segera
membubarkan diri dengan maksud mengepung Lan See
giok sekalian.
Melihat perbuatan mereka, Lan See giok sangat gusar,
sambil membentak ia menerjang hwesio gemuk pendek itu.
Oh Li cu bertarung melawan si nikou tua, sedangkan
lelaki berkampak itu membantu si hwesio gemuk
mengerubuti Lan See giok.
Si Cay soat membentak keras, disertai cahaya merah
yang berkilauan dia langsung menerjang si kakek bergolok.
Situasi dalam arena berubah menjadi sangat kalut,
ratusan orang lelaki yang mengepung dari kejauhan hanya
bisa mengacungkan senjatanya sembari berteriak teriak.
Tok Nio-cu sudah berpengalaman sekali di dalam
menghadapi pelbagai pertarungan,. ia tidak ambil diam,
http://kangzusi.com/
tubuhnya menggelinding ke samping untuk menyelamatkan
diri, dengan begitu ayunan golok si kakek bergolok itu
mengenai sasaran yang kosong.
Tiba-tiba sinar merah, menyambar lewat, Si Cay soat
telah muncul di depan mata dimana sinar pedangnya
berkelebat, jeritan ngeri yang menyayat hati berkumandang
memecahkan keheningan. Sebutir batok kepala tampak
mencelat ke udara diiringi semburan darah segar.
Si hwesio gemuk juga mendengus tertahan, dadanya
kena disodok kepalan tangan Lan See-giok sehingga
tubuhnya mundur sempoyongan, darah segar segera
muntah ke luar dari mulutnya.
Lan See giok memutar tubuhnya dengan cepat, ujung
baju kirinya dikebaskan ke samping.
Lelaki berwajah merah itu segera menjerit kesakitan,
sepasang kampaknya mencelat ke udara, belum lagi berdiri
tegak, jari tangan Lan See giok sudah menotok jalan darah
Pay wi hiatnya.
Oh Li-cu bukan tandingan nikou tua itu, dia sudah kena
terdesak hingga permainan pedangnya kacau dan tubuhnya
melangkah mundur terus menerus ..
SI Cay soat yang menjumpai kejadian tersebut segera
bersiap sedia membantuOh Li cu. tapi pada saat itulah tibatiba
terdengar Tok Nio-cu menjerit kaget.
Sewaktu gadis itu berpaling, ia saksikan tubuh Tok Niocu
telah diinjak injak oleh empat orang hiangcu.
Gadis itu menjadi amat gusar, sambil membentak
tubuhnya melejit ke tengah udara.
Bersamaan waktunya Si Cay soat melejit ke udara, Lan
See giok membentak pula keras-keras, ke lima jari tangan
http://kangzusi.com/
kanannya telah disentilkan ke depan, empat desingan angin
tajam langsung menyambar tubuh ke empat hiangcu
tersebut
"Prakkk, praak, praak, praak . . . "
Empat kali dengusan tertahan bergema, ke empat lelaki
kekar itu sudah roboh berguling di atas tanah dengan kepala
pecah dan isi benak berceceran di atas tanah.
Peristiwa ini kontan saja mengecilkan nyali kawanan
hiangcu lainnya, pucat pias wajah mereka karena terkejut,
sukma serasa melayang meninggalkan raganya, tanpa
membuang waktu mereka sama-sama putar badan dan
mengambil langkah seribu.
Berkobar hawa napsu membunuh Si Cay soat yang
berada di udara setelah melihat hal ini menggunakan jurus
sungai perak membasahi bumi, sebuah jurus serangan dari
ilmu pedang Tong kong kiam hoat.
Pedangnya disertai cahaya tajam yang menyilaukan
mata langsung menyambar ke tubuh beberapa orang
hiangcu tersebut..
Dimana cahaya pedangnya berkelebat lewat, jeritan ngeri
berkumandang susul menyusul, batok kepala beterbangan.
darah segar memancur kemana mana. mayat tanpa kepala
terkapar di sana sini dalam keadaan yang amat mengerikan.
Tok Nio-cu memandang sekejap ratusan pemanah yang
mengepung di sekitar arena. kemudian bentaknya keraskeras.
"Jangan bunuh orang-orang itu "
Lan See-giok juga kuatir mereka dijadikan sasaran
pemanah-pemanah itu, serunya kemudian kepada Si Cay
soat.
http://kangzusi.com/
"Adik Soat, cepat kembali, kita harus menemukan
Beruang berlengan tunggal secepatnya."
Kata-katanya belum selesai diutarakan, Si Cay soat telah
melayang kembali ke posisi semula.
Menyaksikan tenaga dalam yang dimiliki Si Cay soat
telah peroleh kemajuan yang begitu pesat. Lan See giok
tahu bahwa ini disebabkan gadis itu makan cairan Leng-sikgiok-
ji, dia merasa gembira sekali atas hal tersebut.
Dalam pada itu si nikou tua tersebut sudah berhasil
dikuasai Lan See giok, Oh Li cu juga telah membebaskan
Tok Nio-cu dari belenggu, maka dengan Lan See giok
mengempit lelaki bermuka merah itu dan Tok Nio-cu
mengempit si nikou, mereka melanjutkan perjalanannya
menuju ke bukit yang lebih dalam.
Ratusan orang lelaki kekar, yang mengurung di sekeliling
tempat itu cuma bisa berdiri termangu mangu bagaikan
patung karena terkejut dan takutnya, apalagi kedua orang
caycu mereka sudah dibawa oleh Lan See giok sekalian,
tentu saja mereka semakin tak berani melepaskan anak
panah.
Dengan kaburnya puluhan orang lelaki yang mengepung
diarah utara, maka terbukalah jalan menuju ke mulut
lembah sebelah utara.
Sambil menuding puncak bukit tertinggi di depan sana,
Tok Nio-cu segera berseru kepada Lan See giok.
"Adik Giok, si beruang berlengan tunggal telah
memperoleh laporan dari mata-matanya bahwa kau telah
tewas di dasar jurang. bila kita langsung berangkat ke
markas besarnya sekarang, sudah pasti si beruang berlengan
tunggal tak sempat membuat persiapan lagi."
http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan itu, teringat pula kejadian
semalam dimana talinya diputus orang, Lan See-giok
semakin yakin kalau perbuatan itu dilakukan musuh.
Dengan membungkamnya Oh Li cu atas peristiwatersebut,
tentu saja Tok Nio-cu tak berani menyinggungnya.
otomatis Lan See- giok tak bakal mengetahui kejadian yang
sebenarnya,
Dengan perasaan yang amat gundah dan gelisah Lan
See-giok mempercepat langkahnya menuju ke puncak bukit,
sedemikian cepatnya hingga menyerupai sambaran kilat.
Si Cay soat dengan tenangnya mengikuti terus di
samping pemuda itu, ia sama sekali tidak nampak
kepayahan.
Berbeda sekali dengan Tok Nio-cu serta Oh Li cu, dalam
waktu singkat mereka sudah kepayahan dan kehabisan
tenaga, terutama sekali Tok Nio-cu, yang harus
membopong si nikou tua, ia nampak kehabisan tenaga.
Si Cay-soat dapat melihat kejadian tersebut dengan jelas,
kepada Lan See-giok diapun berbisik:
"Engkoh Giok, perlambat langkahmu!"
Ketika pemuda itu berpaling, dilihatnya Oh Li cu masih
mengejar terus dengan sepenuh tenaga, sebaliknya Tok Niocu
sudah ketinggalan jauh sekali, rambutnya kusut dan
peluh sudah membasahi seluruh tubuhnya.
Karena sudah tiba di bawah puncak, maka Lan See giok
sekalian segera menghentikan langkahnya. menyusul Oh Li
cu juga telah tiba di sana.
Dengan wajah merah padam, Tok Nio-cu segera
mempercepat larinya, dengan begitu kecepatannyapun
http://kangzusi.com/
bertambah, dalam beberapa kali lompatan saja ia telah
menghampiri mereka.
Begitu tiba di tempat tujuan, sambil tertawa jengah
katanya kemudian:
”Waah, orang ini memang si tua bangkotan, makin
diseret rasanya makin bertambah berat!"
Tanpa sungkan, ia segera membanting nikou tua itu ke
atas tanah.
Menyaksikan Tok Nio-cu sudah mandi keringat,
mukanya merah padam, rambutnya kusut dan tiada
hentinya terengah engah, Lan See giok segera berpaling ke
arah Si Cay soat sambil katanya.
"Sumoay, harap kau yang menggendong nikou tua itu
naik ke atas puncak."
Si Cay soat tertawa manis dan segera mengangguk
mengiakan.
Disaat berhenti sejenak itulah, baik Tok Nio-cu maupun
Oh Li cu dapat melihat wajah Si Cay soat dengan lebihjelas
lagi.
Dengan cepat Tok Nio-cu peroleh kesimpulan bahwa
perempuan semacam ini boleh dibilang merupakan gadis
paling cantik yang pernah dijumpainya selama ini, jangan
lagi orang lelaki, biar dia sendiri sebagai seorang perempuan
pun tak urung merasakan hatinya berdebar keras setelah
menyaksikan gadis cantik berbaju merah ini.
Ia pun menjumpai bahwa adiknya Oh li cu meski
nampaknya seperti seorang gadis cantik, namun seperti juga
dirinya, mereka kekurangan keanggunan dan kelembutan
yang justru merupakan syarat utama bagi seorang gadis
yang menawan.
http://kangzusi.com/
Sebaliknya Oh Li cu yang dapat melihat kecantikan Si
Cay soat, dengan cepat menjadi mengerti apa sebabnya adik
Giok tidak mencintai dirinya, baru sekarang ia berhasil
menemukan alasan yang sesungguh nya.
Ia percaya kecantikan wajahnya tidak kalah bila
dibandingkan kecantikan Si Cay soat, tapi dirinya justru
kekurangan sikap alim, lembut dan anggun. terutama sekali
kesan yang diberikan olehnya bagi sang pemuda selama di
Wi-lim-poo dulu kelewat jelek, bila diingat kembali, dia
sungguh merasa amat menyesal.
Padahal semenjak ia berjumpa dengan Hu-yong siancu
serta Ciu Siau cian. diapun selalu berusaha untuk belajar
menjadi seorang perempuan yang lembut dan menawan
hati.
Teringat akan Ciu Siau-cian. diapun membandingkan
gadis tersebut dengan Si Cay-soat, dengan cepat ia dapat
merasakan bahwa Si Cay soat kekurangan sikap tenang dan
alim dari Ciu Siau cian. diapun tidak memiliki sikap suci
dan halus dari Ciu Siau cian.
Tapi Si Cay soat justru memiliki kelincahan dan
kebinalan yang justru merupakan suatu daya tarik
tersendiri, yang mana tak kan dijumpai pada diri Ciu Siau
cian.
Oh Li cu cukup mengerti tentang dirinya meskipun dia
ingin merubah karakternya, namun kegenitan dan
kejalangannya tak mungkin bisa dihilangkan sama sekali
Namun, demi keberhasilannya menarik perhatian Lan
See-giok, dia masih tetap akan berusaha keras untuk belajar
menjadi seorang perempuan yang alim dan lemah lembut.
Sementara itu, Si Cay soat merasa malu sekali ketika
melihat wajahnya diawasi kedua orang perempuan itu
http://kangzusi.com/
lekat-lekat merah padam selembar pipinya, sambil berpaling
segera serunya kepada Lan See-giok.
"Engkoh Giok, ayo kita lanjutkan perjalanan ke atas
puncak bukit itu!" Sambil berkata, dia lantas mengangkat
tubuh si nikou tua itu dari atas tanah.
Sebetulnya Lan gee giok juga ingin secepat cepatnya naik
ke puncak bukit, namun ia tak tega mendesak Tok Nio-cu
sebab di lihatnya perempuan itu masih terengah engah
dengan mandi keringat.
Namun setelah didesak oleh Si Cay soat, diapun
berpaling kearah Tok Nio-cu sambil bertanya:
"Bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga?"
Sejak perbuatannya memotong tali semalam. Tok Nio-cu
selalu menaruh perasaan menyesal dan malu terhadap Lan
See giok, diapun tak berani memperlihatkan sikap
angkuhnya di hadapan pemuda itu.
Cepat-cepat katanya dengan suara rendah.
"Biar-adik Giok dan nona Si berangkat duluan, sedang
aku dan adikku menyusul belakangan, jika menjumpai hal
yang gawat kalian berdua jangan lupa untuk menggunakan
si Kapak penyapu awan Sik Tay kong dan Cing lian si
nikou buruk tersebut sebagai tameng."
Lan See giok segera mengiakan, sedangkan Si Cay soat
merasa kejadian tersebut amat menarik hatinya, tak tahan
lagi ia tersenyum manis. Mereka berdua pun segera
menghimpun tenaga dan meneruskan perjalanannya ke atas
puncak.
Dalam waktu singkat mereka sudah tiba di sebuah tanah
lapang yang luas di puncak bukit itu, dari kejauhan terlihat
http://kangzusi.com/
pula sebuah dinding benteng yang tingginya mencapai
puluhan kaki.
Di sekeliling dinding benteng itu terdapat bentengbenteng
batu untuk melepaskan panah, di sekitarnya
terdapat sungai yang lebar, selain itu terdapat pula jembatan
gantung yang menghubungkan pintu gerbang, dapat dilihat
bahwa benteng tersebut memang sengaja dibangun dengan
kokoh sekali.
Pada waktu itu di atas dinding benteng penuh dengan
para pengawal bersenjata lengkap, di bawah sinar matahari
pantulan sinar dari senjata mereka menimbulkan suasana
yang amat mengerikan.
Tanpa ragu-ragu Lan See giok dan Si Cay soat langsung
menerjang ke arah pintu gerbang,
Gerakan tubuh mereka berdua cepat diketahui oleh para
penjaga di atas dinding benteng, diiringi teriakan keras,
tombak dan anak panah pun berhamburan seperti hujan
gerimis.
Menyaksikan datangnya serangan, Lan See giok segera
membentak keras.
”Hei, lihat dulu! Sik caycu dan Cing lian caycu kalian
berada disini, bila ingin membunuh mereka berdua, ayo
silahkan melepas kan serangan lagi"
Sambil berkata, mereka segera menggunakan tubuh Sik
Tay kong den Cing lian nikou sebagai tameng.
Ternyata cara ini memang memberikan hasil yang amat
manjur. semua serangan segera dihentikan dan tak seorang
pun yang berani melepaskan anak panah lagi.
http://kangzusi.com/
Tapi pintu gerbang benteng cepat-cepat ditutup rapat,
jembatan gantung dikerek naik dan semua jalan menuju
benteng ditutup.
Lan See giok serta Si Cay soat tidak ambil perduli,
mereka telah bertekad untuk menyerbu ke dalam benteng
dengan cara apa saja.
Sementara kedua orang itu hendak melampaui sungai,
mendadak terdengar Tok Nio-cu yang sementara itu sudah
menyusul tiba berteriak keras.
"Adik Giok, nona Si, tunggu dulu. kalian tidak usah
menyerbu ke dalam"
Si-Cay soat dan Lan See giok segera berhenti, dengan
cepat Tok Nio-cu danOh Li cu menyusul ke situ.
Begitu berhenti, Tok Nio-cu segera berkata.
"Kita kan mempunyai dua orang sandera? Tak usah
kuatir, Kiong Tek ciong pasti akan menampakkan diri
dengan sendirinya"
Lan See giok merasa perkataan itu memang benar, ia
segera mengangguk tanda setuju.
Sebaliknya Oh Li cu merasa tidak tenang, tiba-tiba ia
balik bertanya.
"Bagaimana kalau seandainya Kiong Tek ciong tidak
menampakkan diri- ?"
Tanpa ragu Tok Nio-cu menatap adiknya, kemudian
ujarnya dengan suara dalam.
"Aaah, masa teori semacam inipun tidak kau pahami?
Dia kan pemimpin besar dari tiga tebing sembilan puncak
dua belas benteng? Jika sebagai pemimpin ternyata berjiwa
pengecut, tak berani menampakkan diri. bagaimana
mungkin ia bisa memimpin anak buahnya?"
http://kangzusi.com/
Selembar wajah Oh Li cu segera berubah menjadi merah
jengah, tapi dengan nada tak puas kembali katanya,
"Semalam, bukankah kau pernah berkata, andaikata
Kiong Tek ciong sengaja menghindarkan diri, urusan bakal
menjadi berabe?”
Dengan perasaan apa boleh buat Tok Nio-cu segera
menggelengkan kepalanya berulang kali.
”Aai, keadaan waktu itu berbeda sekali dengan keadaan
sekarang. waktu itu dia cuma duduk sambil mengatur
siasat. tapi sekarang anak buahnya tertawan, bila ia tetap
berpeluk tangan belaka, siapa lagi yang bersedia menjual
nyawa untuk dirinya?.”
Oh, Li cu segera dibikin terbungkam dalam seribu
bahasa. meski wajahnya agak merah, namun dihati kecilnya
merasa kagum sekali atas kecerdasan encinya ini,
Lan See giok juga merasa bahwa Tok Nio-cu merupakan
seorang perempuan berotak encer dan berpengalaman luas.
Tampaknya ia cukup menguasai tentang ilmu jiwa, tak
heran kalau pemuda inipun diam-diam merasa kagum.
Si Cay soat adalah seorang nona cilik yang berhati luhur
dan polos, ia sama sekali tak pernah memikirkan masalah
seperti ini. karena itu dia pun mendengarkan dengan
seksama tanpa memberi komentar apa-apa.
Setelah membereskan rambutnya yang kusut dan
menyeka peluh yang membasahi tubuhnya, Tok Nio-cu
menuding ke arah pintu benteng yang berada dua-tiga puluh
kaki di depan sana sambil katanya.
"Hayo berangkat. kita menuju ke tanah lapang di depan
jembatan sana"
http://kangzusi.com/
Dengan langkah lebar dia segera berjalan lebih dulu
menuju ke depan sana.
Dengan menyeret Sik Tay-kong dan Cing lian nikou,
berangkatlah Lan See giok sekalian menuju ke tanah lapang
di depan jembatan gantung, tiada seorang manusiapun yang
melepaskan panah, tiada seorang pun yang bersuara,
suasana terasa amat hening.
Setelah berhenti, Tok Nio-cu kembali berkata: "Sekarang
kita lempar tubuh Sik Tay kong dan nikou tua itu ke atas
tanah"
Dari nada pembicaraan perempuan tersebut, Lan See
giok dapat menyimpulkan kalau Tok Nio-cu menaruh kesan
yang jauh lebih baik terhadap Sik Tay kong ketimbang
terhadap nikou tua itu.
Padahal semestinya seorang nikou adalah paderi yang
saleh, seorang manusia yang menjauhkan diri dari
keduniawian, tapi kenyataannya ia justru menjadi seorang
caycu, terhitung murid Buddha macam apakah manusia
semacam itu?
Sementara pemuda itu masih berpikir. dia telah
meletakkan Sik Tay kong ke atas tanah, sebaliknya Si Cay
soat yang agak nya mempunyai kesan yang sama justru
membanting Nikou itu keras-keras.
Cing lian nikou, manusia licik berhati kejam ini cukup
mengetahui keadaan yang dihadapinya. karena itu meski
dibanting sampai punggungnya terasa sakit ia tetap
memejamkan matanya tanpa merintih..
Setelah melihat sekejap kearah dinding benteng, Tok-
Nio-cu segera berseru lantang.
"He!. yang hiangcu yang bertanggung jawab atas benteng
ini, dengarkan baik-baik, kalian cepat mengundang
http://kangzusi.com/
pemimpin besar kalian Kiong Tek ciong, agar munculkan
diri, katakan saja putra mendiang Lan tayhiap, Lan See
giok, Lan siauhiap ada urusan hendak bertemu dengannya,
selain itu beritahu kepadanya juga, agar penghianat dari
Pak ho cay, si harimau berkaki cebol agar digusur ke luar
juga"
Namun suasana dibanting itu masih tetap hening, sepi
dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Setelah berhenti sejenak, Tok Nio-cu segera bertanya lagi
dengan suara dalam.
"Apa yang kukatakan barusan. apakah sudah terdengar
oleh para penanggung jawab?"
Walaupun di atas dinding benteng terdapat hampir
ratusan manusia. namun tak seorangpun diantara mereka
yang bersuara.
Timbul kemarahan di dalam dada Lan See giok, serunya
kemudian sambil menahan geram.
"Ayo, kita dobrak pintu benteng mereka."
"Kau tak perlu bingung" cegah Tok Nio-cu sambil
tertawa. "adik Giok, cici jamin kau akan berjumpa dengan
si beruang berlengan tunggal dalam keadaan segar."
Begitu selesai berkata, ia segera menghampiri Cing-lian
nikou dan menendang pinggangnya keras-keras.
"Duuk . . !"
Tendangan tersebut segera bersarang telak di pinggang
nikou tua itu, tak ampun lagi paderi perempuan ini menjerit
jerit seperti babi yang disembelih, tubuhnya bergulingan
kian kemari sambil mengerang kesakitan.
Begitu Cing lian nikou mengerang kesakitan, dari atas
pintu benteng segera bergema suara bentakan gusar.
http://kangzusi.com/
"Selama ini pek ho cay dan Tay ang san bertetangga
secara baik, hubungan kitapun selalu langgeng, boleh
dibilang kita adalah orang sendiri, atas dasar apa nyonya
menyiksa orang ku pada hari ini?"
Ketika Lan See giok mendongakkan kepalanya. dia
menjumpai si pembicara adalah seorang lelaki setengah
umur yang bertubuh ceking lagi jangkung, dengan wajah
penuh amarah dia sedang awasi Tok Nio-cu tanpa berkedip.
Tok Nio-cu tertawa dingin, sahutnya ketus.
"Siapa suruh kau berlagak bisu lagi tuli, sama sekali tidak
menggubris perkataan kami? Aku akan menghitung sampai
sepuluh di dalam hati, jika kau belum juga memberitahukan
kehadiran kami kepada Kiong Tek ciong, orang pertama
yang akan kubunuh nanti adalah kau!"
Sambil berkata tangannya segera meraba ke pinggang
pura-pura hendak mengambil senjata rahasia. bersamaan itu
pula dia main bentak dengan mata melotot.
"Ayo, mau pergi tidak?"
Orang itu menjadi ketakutan setengah mati, paras
mukanya berubah hebat, cepat-cepat tubuhnya berjongkok.
Si Cay soat yang pertama kali melihat hal tersebut, tak
bisa ia menahan gelinya, ia tertawa cekikikan.
Sebaliknya Lan See giok cuma bisa menggelengkan
kepalanya sambil berpikir.
"Sampai matipun harimau masih disegani orang, biarpun
kantung senjata rahasia milik Tok Nio-cu sudah tak ada,
ternyata ayunan tangan kosongnya masih cukup membuat
orang terkencing kencing karena ketakutan."
Tampaknya Tok Nio-cu bisa membaca suara hati
pemuda itu, sambil tertawa hambar sengaja ia berkata,
http://kangzusi.com/
"Untung saja anjing geladak itu menyingkir dengan
cepat, kalau tidak masa ia masih hidup lagi?"
Seraya berkata dia lantas memutar tangan menekuk
sikut, tahu - tahu desingan tajam meluncur dari balik ujung
baju kiri dan kanannya. dua batang panah pendek dengan
membawa cahaya biru. langsung melesat keatas jembatan
gantung.
"Triiing. triiing!"
Kedua batang anak panah itu masing-masing menancap
di tonggak kiri dan kanan jembatan tersebut.
Lan See giok, Si Cay soat serta Oh Li cu yang
menyaksikan kejadian tersebut menjadi terkejut sekali,
mimpipun mereka tak pernah mengira kalau Tok Nio-cu
telah memasang alat pembidik senjata rahasia diantara
lipatan pakaiannya, bagi Lan See giok peristiwa ini benarbenar
merupakan suatu pelajaran yang berharga sekali.
Setelah melirik sekejap ke arah ke tiga orang itu, sambil
tertawa bangga Tok Nio-cu berkata lagi.
"Cici masih mempunyai permainan lain untuk
menyelamatkan jiwaku . . . !"
Lidahnya segera diputar dibalik bibirnya kemudian
mengeluarkan sebuah tabung yang mungil sekali dengan
panjang cuma setengah senti.
Ketika ia mengatup bibirnya lalu berhembus, sekilas
cahaya biru yang tak jelas terlihat langsung menyembur ke
atas sekuntum bunga merah yang tumbuh tujuh depa
didepannya.
Serangan tersebut tidak bersuara dan tidak menimbulkan
reaksi apa spa, bunga itu tetap seperti sedia kala.
http://kangzusi.com/
Tapi berapa soat kemudian, bunga merah yang semula
nampak segar tersebut tahu-tahu menjadi layu dan mati.
Paras muka Lan See giok, si Cay soat serta Oh Li cu
segera berubah hebat setelah melihat kejadian ini, memang
tepat dan tak salah lagi jika perempuan itu diberi julukan
perempuan beracun atau Tok Nio-cu.
Setelah menghela napas sedih, pelan-pelan Tok Nio-cu
menerangkan: "ilmu menunggang angin meniup jarum
tersebut tidak mudah untuk dipelajari, seandainya
penggunaan kurang hati-hati, maka akibatnya bisa senjata
makan tuan!"
"Nyonya, jika kau masih mempunyai senjata rahasia
yang begitu tangguh dan mematikan. apa sebabnya tidak
kau pergunakan ketika sedang ditawan tadi?" tanya Lan See
giok tidak habis mengerti.
Tok Nio-cu segera tertawa terkekeh kekeh jawabnya.
"Bila kubunuh Hoa sam long ketika itu, mungkin
jenasahku sudah jadi kaku sekarang karena senjata rahasia
semacam ini, hanya boleh dipergunakan dalam posisi yang
paling menguntungkan. Hoa sam long adalah seorang
penjahat perusak perempuan yang amat tersohor, biar cici
bukan termasuk seorang perempuan yang cantik bagaikan
bidadari, namun dalam pandangan Hoa sam long aku
sudah luar biasa cantiknya .."
Kemudian setelah tertawa hambar, ia melanjutkan:
"Aku harus menggunakan setiap kesempatan dengan
sebaik-aiknya. paling tidak aku harus dapat membunuhnya
kemudian melarikan diri, apa lagi waktu itu adikku masih
terkurung musuh dalam keadaan demikian, aku lebih-lebih
tak boleh bertindak secara gegabah."
http://kangzusi.com/
Mendengar penjelasan itu, Lan See giok bertiga merasa
kagum sekali.
Kalau ke empat orang itu bisa berbincang-bincang sambil
tertawa. maka ratusan orang lelaki kekar yang berada di
atas dinding benteng justru menyiapkan gendewa masingmasing
dengan wajah tegang, seakan akan sedang
berhadapan dengan musuh besar.
Oh Li-cu merasa kuatir karena di atas dinding benteng
belum nampak juga sesuatu gerakan tanpa terasa dia
bertanya lagi.
"Cici. mungkinkah orang itu akan mencari si beruang
berlengan tunggal ?"
"Berapa butir kepala sih yang dia miliki?" kata Tok Niocu
tanpa ragu, "sekalipun kita bersedia melepaskannya,
Kiong Tek ciong belumtentu mengampuni jiwanya ?"
Baru selesai ia berkata, tiba-tiba, dari atas dinding
benteng terjadi kegaduhan.
"Saat itu mungkin Kiong Tek-ciong telah datang" Lan
See-giok segera berbisik dengan mata berkilat.
Betul juga, terdengar suara gemerincing dan nyaring
bergema di angkasa, kemudian jembatan gantung itu pelanpelan
diturunkan, setelah itu pintu gerbang yang berat juga
dibuka lebar.
Ke empat orang itu serentak mengalihkan pandangannya
ke depan, tampak ada dua tiga puluh orang jago berpakaian
ringkas yang menggembol senjata mengiringi si Beruang
berlengan tunggal Kiong Tek ciong menampakkan diri dari
balik pintu.
Beruang berlengan tunggal memiliki perawakan tubuh
yang tinggi besar, dadanya lapang dan perutnya gendut,
http://kangzusi.com/
dahinya sempit tapi matanya bulat. jenggot hitam
menghiasi dagunya. ia kelihatan sudah berusia enam tujuh
puluh tahunan.
Dia masih tetap mengenakan jubah panjang, dalam
genggaman tangan tunggal nya kelihatan sebuah senjata
palu besar, dengan wajah penuh amarah dan langkah lebar
dia berjalan menuju ke ujung jembatan.
Bertemu dengan Beruang berlengan tunggal.
Lan See giok segera teringat kembali betapa sakitnya dia
karena ditendang keras-keras dikala berada dalam kuburan
tempo hari.
Api amarahnya segera berkobar dan menyelimuti
benaknya tapi ketika teringat akan dendam ayahnya, dia
segera merasa bahwa tendangan tersebut masih belum
terhitung apa-apa.
Beruang berlengan tunggal menghentikan langkahnya
setelah berada lima kaki dihadapan Lan See giok, sedang
puluhan jago yang mengikutinya berdiri teratur di
belakangnya. dalam selintas pandangan saja bisa di ketahui
kalau mereka memiliki kedudukan yang berbeda.
Begitu berjumpa dengan si beruang berlengan tunggal
Tok Nio-cu segera tertawa ringan, kemudian jengeknya:
"Wahai pemimpin besar, apakah kau bawa serta penghianat
dari Pek-ho cay kami, si harimau berkaki cebol?"
Sementara berbicara, sepasang matanya yang genit tiada
hentinya bergerak kian ke-mari, seolah-olah sedang mencari
jejak si harimau berkaki pendek, tapi seperti juga sedang
mengawasi pihak lawan, apakah terdapat jago-jago yang
berilmu tinggi.
Menyaksikan sikap angkuh Tok Nio-cu serta kekurang
ajarannya, tanpa terasa Kiong Tek-ciong tertawa dingin,
http://kangzusi.com/
akan tetapi setelah menjumpai Sik Tay kong dan Cing lian
nikou tergeletak di atas lapangan berumput, amarahnya
seketika pudar, senyuman dingin pun berubah menjadi
senyuman, katanya kemudian:
"Si harimau berkaki cebol dari benteng kalian kini
disekap di atas puncak mayat menggeletar, sewaktu nyonya
akan pulang nanti dipersilahkan untuk dibawa serta, jika
nyonya merasa kurang leluasa. Biar kuutus orang untuk
mengirimnya kembali."
Dengan wajah puas Tok Nio-cu manggut-manggut,
kembali jengeknya:
"Ehmm, beberapa patah katamu itu masih terhitung
perkataan manusia, dengan kedudukanmu sebagai
pemimpin besar tiga tebing sembilan puncak dua belas
benteng. aku tidak kuatir kau akan mengingkari janji."
Kemudian sambil menuding kearah Lan See giok yang
berada di sisinya, ia perkenalkan:
"Dia adalah putra si peluru perak gurdi emas Lan
Tayhiap, Lan See giok!"
Beruang berlengan tunggal mengerutkan dahinya
kemudian mendengus dingin, tegurnya sambil menatap
wajah pemuda itu lekat-lekat. "Selama ini antara aku
dengan Lan Khong-tay tidak mempunyai hubungan apaapa,
bahkan mengenal pun tidak, ada urusan apa kau
hendak mencari aku?"
Gusar sekali Lan See giok oleh perkataan itu, sambil
mengebaskan ujung bajunya dia melompat dua kaki ke
depan, kemudian sambil menuding Kiong Tek ciong,
serunya. dengan amarah.
http://kangzusi.com/
"Kiong Tek ciong, setahun berselang kalian lima
manusia cacad dari tiga telaga telah bersekongkol untuk
membunuh ayahku dalam kuburan kuno . . . "
"Hei kau jangan mempercayai fitnahan keji dari Gui Pak
ciang si anjing bangkotan itu" Beruang berlengan tunggal
meraung pula dengan penuh amarah, "dalam peristiwa
tersebut, aku sendiripun kena dikecohi habis habisan!"
Kembali Lan See giok tertawa dingin.
"Hmm, kalau tidak tahu, mengapa kau memasuki
kuburan kuno pada malam itu serta menggeledah mendiang
ayahku . . . "
Berubah wajah Kiong Tek ciong oleh perkataan tersebut,
tapi ia segera berseru lagi penuh amarah.
"Sudah pasti semua cerita ini hasil ngaco belo dari Gui
Pak ciang si anjing bangkotan itu, siapa bilang aku pernah
memasuki kuburan kuno."
"Kiong Tek ciong!" Lan See giok segera mendongakkan
kepalanya sambil tertawa seram. "aku tahu kau punya
rencana membunuh mendiang ayahku, diam-diam
membuka pintu rahasia tapi kemudian berlagak pilon, kalau
begitu musuh besar pembunuh ayahku tak salah lagi adalah
engkau.”
Sewaktu mengutarakan kata-kata itu, sepasang matanya
memancarkan cahaya tajam wajahnya yang tampan penuh
dilapisi hawa napsu membunuh, dengan cepat tangan
kanannya meraba ke pinggang dan melepaskan senjata
gurdi emasnya, kemudian pelan-pelan mendesak ke muka.
"Kau harus tahu" kembali serunya sambil menggertak
gigi?, "si bocah yang semaput di atas lantai dan kemudian
kau tendang keras-keras itu tak lain adalah aku sendiri,
apakah kau masih ingin berlagak pilon lagi?"
http://kangzusi.com/
Melihat senjata gurdi emas yang berada di tangan Lan
See-giok, Kiong Tek-ciong segera teringat kembali akan diri
Lan Khong-tay, semua rasa dendam dan marah yang
terpendam dalam hatinya selama banyak tahun segera
dimuntahkan ke luar.
Tak tahan lagi ia mendongakkan kepala nya dan tertawa
terbahak bahak, suaranya mengerikan sekali.
"Haaahhh..haaahhh. haaahhh.. bagus, bagus sekali,
sudah sepuluh tahun kukuntit Lan Khong-tay, sayang
selama ini belum pernah berjodoh untuk menjajal kelihaian
senjata gurdi emasnya, baiklah, dari tanganmu si bocah
keparat, hari ini juga ingin kucoba sampai di mana sih
kehebatan dari permainan gurdi emas itu,"
Kemudian setelah merentangkan senjata palu bajanya di
depan dada, ia berkata lagi dengan angkuh.
"Bocah keparat. bila kau, memang berilmu, silahkan
digunakan semua, aku tak bakal melukai dirimu"
Lan See giok tertawa angkuh, ia balas berseru dengan
gemas:
"Jangan lagi kau Kiong Tek-ciong seorang belum
merupakan tandingan siauya mu, biar kedua belas orang
caycu, dari Tay ang san mu turun tangan bersamamupun,
siauya tak bakal akan gentar."
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan dari antara
puluhan orang jago itu segera terdengar seseorang
membentak gusar.
"Pemimpin besar, harap berhenti dulu, biar hamba yang
menjumpai dulu si bocah tekebur tersebut"
Ditengah bentakan gusar sesosok bayangan manusia
muncul dari balik barisan..
http://kangzusi.com/
Dengan cepat Lan See giok mengamati orang itu,
ternyata dia adalah seorang lelaki kekar bercambang lebat,
bermata besar dan membawa senjata toya baja yang berat
sekali.
Kiong Tek ciong berpaling dan memandang sekejap ke
arah lelaki kekar itu, kemudian pesannya.
"Tan tongcu, kau mesti berhati hati!"
Dari sebutan "Tongcu", Lan See giok segera tahu kalau
ilmu silat yang dimiliki orang ini masih setingkat lebih
tinggi dari pada kedua belas orang caycu tersebut.
Belum habis dia berpikir, tiba-tiba terdengar Tok Nio-cu
berkata dengan suara dalam.
"Adik Giok orang ini adalah salah satu diantara tiga
tongcu yang berkuasa di luar bukit Tay ang san, orang
menyebutnya sebagai si toya baja pengusir gunung Tan Siulim.”
Sebelum Tok Nio-cu menyelesaikan perkataannya, Tan
tongcu lelaki berpakaian hitam itu sudah tiba satu kaki di
hadapan Lan See-giok, bahkan berteriak sambil menggigit
bibir.
"Betul, toaya mu adalah si toya baja pengusir bukit Tan
Siu-lim. !"
Ditengah bentakan, tubuhnya menerjang maju ke muka.
toya bajanya dengan jurus bukit Tay san menindih kepala,
menyambar ke atas ubun-ubun Lan See-giok dengan
disertai desingan angin tajam.
Lan See giok tertawa dingin lalu mendengus penuh
penghinaan, dia menunggu sampai serangan itu mendekati
kepalanya, kemudian baru mengigos ke samping dengan
cepat.
http://kangzusi.com/
Toya baja itu segera meluncur dari sisi bajunya
menyambar permukaan tanah, rerumputan pun
beterbangan memercik ke mana-mana.
Peristiwa yang berlangsung baru-baru ini memang luar
biasa mendebarkan hati, tanpa terasa semua orang yang
hadir sama-sama menjerit kaget, bahkan Oh Li cu sempat
menangis.
Tangisan Oh Li cu ini segera memancing pula perhatian
dari Si Cay soat, gadis itu merasakan hatinya tergerak dan
seakan baru memahami akan sesuatu hal, namun dia hanya
mengerling sekejap, kemudian melanjutkan perhatiannya ke
arena.
Sementara itu si toya baja pengusir bukit Tan Siu lim
sedang berteriak kaget sambil mundur ke belakang. dengan
wajah pucat pias teriaknya gusar.
"Bocah keparat, mengapa tidak kau sambut seranganku
tadi?"
Lan See giok memang bermaksud menaklukkan hati
musuh musuhnya dengan menampilkan ilmu silat yang luar
biasa, sebab bila sampai terjadi pertarungan massal, sudah
pasti posisinya tak akan menguntungkan pihaknya, itulah
sebabnya dia ingin membekuk musuhnya saja tanpa
mencederainya.
Maka setelah tertawa dingin, katanya kemudian dengan
nada menghina.
"Selama ini, aku hanya tahu bertarung melawan orangorang
yang berilmu silat tinggi. aku tak pernah sudi beradu
kekuatan dengan manusia bertenaga kerbau macam kau!"
Bisa dibayangkan betapa gusarnya Tan Siu lim. saking
gemasnya dia sampai berkaok kaok berulang kali, jeritnya
http://kangzusi.com/
setengah menggembor. "Bocah tekebur, kau benar-benar
membuat aku ingin muntah darah karena gusarnya "
Ditengah teriakan tersebut, sekali lagi ia menerjang ke
muka, toyanya di angkat tinggi sementara, segenap tenaga
dalam yang dimilikinya dihimpun menjadi satu untuk
menghantam tubuh lawannya
Sistim pertarungan macam orang gila seperti itu
hakekatnya merupakan suatu pertarungan antara mati dan
hidup, saking kagetnya semua orang menjadi gempar.
Tanpa sadar Tok Nio-cu berteriak pula:
"Adik Giok, kau harus berhati hati.."
Lan See giok tertawa dingin, sementara itu tenaga Hud
kong sinkang telah dihimpun ke dalam tubuhnya.
Ketika serangan toya menyambar datang, ia membentak
pula keras-keras.
"Enyah kau, dari sini..,"
Gurdi emasnya diayunkan ke muka. tampak cahaya
tajam berkelebat lewat. percikan bunga api memancar ke
empat penjuru.
Diiringi jeritan aneh dari Tan Siu-lim, toya bajanya
mencelat ke tengah udara dan meluncur jauh ke belakang,
sementara tubuh nya yang kekar terperosok ke depan..
Suatu bentakan merdu bergema lagi, bayanganpun
berkelebat, dengan suatu gerakan kilat Tok Nio-cu telah
menotok jalan darah Tan Siu-lim
Tak ampun lagi si toya baja pengusir bukit Tan Siu-lim
roboh terjengkang ke atas tanah, sementara tangannya
berdarah akibat dari bentrokan tadi.
http://kangzusi.com/
Suasana di dalam arena waktu itu terasa hening den sepi
sekali, hampir semua orang yang hadir terbelalak matanya
dengan mulut melongo saking kagetnya, paras muka
mereka pucat pias, sorot matanya yang memancar kan sinar
terkejut ditujukan kearah pemuda tersebut, nyatanya tak
seorang manusiapun yang berani bersuara.
Kiong Tek-ciong sendiri sampai gemetar seluruh
tubuhnya, wajahnya pucat pasi, saking terkejutnya diapun
tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Mimpipun tak disangka kalau hasil laporan rahasia dari
si harimau berkaki cebol tersebut menunjukkan bahwa
kenyataan jauh lebih hebat daripada apa yang diduganya
semula.
Sementara itu Oh Li cu sudah diliputi oleh hawa napsu
membunuh, terutama sekali bila ia teringat kembali
bagaimana dia hampir jatuh pingsan karena terkejut melihat
Tan siu lim hendak menghajar adik Giok nya tadi, dengan
pedang terhunus dia segera maju ke muka siap menghabisi
nyawa Tan Siu lim.
Tok Nio-cu yang menyaksikan hal tersebut cepat-cepat
menghalangi niatnya, .
"Adikku, jangan kau bunuh orang itu, Tan Siu lim
adalah seorang manusia yang gagah dan jujur, ia tak pernah
melakukan kejahatan dalam kehidupannya sehari hari."
Dengan perasaan kagum Lan See giok segera berpaling
dan melihat sekejap ke arah Tok Nio-cu setelah mendengar
ucapan tersebut, Si Cay soat juga berperasaan sama, dia
menganggap meskipun Tok Nio-cu orangnya kejam dan tak
berperasaan, namun dalam keadaan seperti ini, ia selalu
dapat menunjukkan sikap yang sangat mengagumkan.
http://kangzusi.com/
Oh Li-cu segera manggut-manggut sambil
mengundurkan diri, seperti juga Lan See -giok Si Cay-soat,
dalam hati kecilnya telah menaruh perasaan kagum
terhadap encinya yang termasyhur sebagai perempuan
beracun itu.
Tapi mereka semua tak ada yang menyangka bahwa
kesemuanya itu bisa terjadi karena perasaan menyesal dan
malu yang tumbuh di hati kecil Tok Nio-cu setelah
perbuatannya memotong tali semalam, serta melihat
keadaan Oh Li-cu yang menangis tersedu itu.
Ditambah pula ia ditolong Lan See-giok ketika tertawan
pagi tadi, kesemuanya itu membuat perasaannya dan
sikapnya ikut berubah menjadi lebih lurus walau tanpa
disadari olehnya.
Sementara itu, Kiong Tek-ciong beserta puluhan orang
jagonya turut merasa terharu oleh ucapan Tok Nio-cu
tersebut, namun mereka tidak yakin kalau orang jahat dapat
berkata begitu. Paling tidak mereka tidak percaya kalau
perkataan tadi diutarakan Tok Nio-cu dari hati sanubarinya.
Tatkala Lan See giok melihat taktik yang mereka
pergunakan telah mendatangkan hasil, maka sambil
mengawasi kawanan jago yang tertegun karena terkejut
serta Kiong Tek ciong yang masih berdiri melongo. ia
membentak keras:
"Beruang berlengan tunggal, mengapa kau belum juga
menampilkan diri untuk menerima kematian?"
Kiong Tek ciong gusar sekali mendengar bentakan ini,
dia mendongakkan kepalanya kemudian tertawa terbahak
bahak:
"Haah . . . . haah . . . . haaahhh . . . bocah keparat she
Lan, biarpun aku sudah berusia lanjut, selama hidup belum
http://kangzusi.com/
pernah berbicara bohong, tentang siapa yang telah
membunuh ayahmu, sampai sekarang saja aku sendiri
masih sangsi, bagaimana pun tidak seharusnya kau percayai
perkataan sepihak dari Gui Pak ciang si anjing bangkotan
tersebut dengan menuduh aku sebagai pelakunya."
Lan See giok menjadi tertegun, tanpa terasa ia teringat
kembali dengan si iblis bermuka hijau Toan Ki-tin, di
samping itu diapun terbayang kembali bagaimana Kiong
Tek- ciong melarikan diri terbirit birit melalui lorong rahasia
baru.
Membayangkan kesemuanya itu, alis mata nya kembali
berkernyit, hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya,
sambil tertawa dingin pelan-pelan ia mendesak maju ke
muka:
Sebagai pemimpin besar dari dua belas benteng, apalagi
berada dihadapan anak buahnya yang begini banyak. sudah
barang tentu Beruang berlengan tunggal Kiong Tek ciong
tak bisa menunjukkan sikap pengecut nya.
Melihat Lan See giok maju mendekatinya dengan hawa
napsu membunuh menyelimuti wajahnya, ia sadar bahwa
kematian semakin mendekatinya hari ini.
Tapi ia tidak menyesal walaupun harus mati, cuma dia
sendiripun hingga kini masih menaruh curiga, sebetulnya si
peluru perak gurdi emas Lan Khong-tay telah mati ditangan
siapa, terutama sekali ia membenci kepada Gui pakciang
yang telah mendatangkan musibah baginya.
-ooo0dw0ooo-
BAB 23
http://kangzusi.com/
AKHIRNYA dengan kening berkerut sekali lagi dia
tertawa terbahak bahak. kemudian ujarnya dengan
menggertak gigi.
"Bocah keparat, jangan kau anggap dengan memiliki
kepandaian silat yang tangguh maka kau boleh bertindak
sewenang-wenang. rupanya kau memang khusus mencari
gara-gara disini, apakah Gui Pak ciang si anjing bangkotan
itu yang memerintahkanmu ke-mari ."
Belum selesai perkataan itu diutarakan dengan kening
berkerut mendadak Tok Nio-cu membentak keras.
"Adik Giok, harap berhenti dulu!"
Menyusul kemudian dia melompat ke muka dan berdiri
berjajar di sisi anak muda tersebut.
Pada hakekatnya, Lan See giok sendiripun mulai
merasakan bahwa peristiwa berdarah itu penuh dengan
liku-liku yang misterius, justru karena hal ini dia tak berani
menyimpulkan siapa gerangan manusia yang telah
menghabisi jiwa ayahnya.
Bila ia tinjau dari sikap gusar dari Beruang berlengan
tunggal Kiong Tek-ciong saat ini, segera terasa olehnya
bahwa orang ini bukan pembunuh yang sebetulnya, bisa
jadi diapun mempunyai sesuatu alasan tertentu.
Maka sewaktu ia dicegah oleh Tok Nio-cu, kemudian
perempuan itu menghampirinya, dengan sorot mata penuh
tanda tanya ia mengawasi Tok Nio-cu.
Tok Nio-cu segera membuat gerakan agar Lan See giok
menunggu sebentar, kemudian kepada Kiong Tek ciong
yang masih diliputi kegusaran, ia menegur:
"Hei. anjing tua berlengan tunggal, berulang kali kau
mengumpat Gui loya kami sebagai pemfitnah, kalau toh
http://kangzusi.com/
Lan tayhiap bukan tewas di tanganmu, mengapa kau tidak
mencoba untuk mengutarakan bukti dan alasan yang jelas
bahwa pembunuhan tersebut bukan hasil perbuatanmu?"
Kiong Tek ciong tertegun, tapi diapun segera dibuat
sadar oleh teguran itu, walaupun begini ia toh tetap
berkeras kepala.
"Ditengah malam buta kalian sudah menyerbu
gunungku, melepaskan api, membunuh orang. bukan lagi
memegang peraturan dunia persilatan, tidak memberi
kesempatan. kepada orang untuk berbicara"
Tok Nio-cu tertawa dingin, sebelum perkataan lawan
selesai diutarakan. ia telah berkata lagi dengan suara dalam.
"Lebih baik cepat-cepat tutup mulutmu itu, kau tak usah
membonceng dari soal cengli. Pokoknya, bila kau tidak
memberi penjelasan yang memuaskan untuk Lan siauhiap
pada hari iri, kami bukan cuma membakar dan membunuh
saja"
"Sudah membakar dan membunuh, kalian belum juga
puas. Apalagi yang hendak kalian lakukan?" teriak Kiong
Tek ciong marah.
"Apalagi? Tentu saja akan mengobrak abrik sarangmu
kemudian mencabut selembar jiwa tuamu!"
Kiong Tek ciong semakin tertegun, ia sama sekali tidak
menganggap ancaman dari Tok Nio-cu tersebut sebagai
perkataan anak kecil, sebab bila perempuan tersebut benarbenar
dibuat sampai marah, apa yang telah diucapkan
benar-benar bisa dilakukan.
Kalau cuma Tok Nio-cu seorang memang tak perlu
dirisaukan, tapi di situ masih hadir Lan See-giok serta nona
berbaju merah yang nampak memiliki ilmu silat yang begitu
hebat.
http://kangzusi.com/
Membayangkan sampai ke situ, sambil tertawa dingin ia
lamas berkata.
"Bila menyelesaikan pekerjaan tanpa aturan, menganiaya
orang dengan mengandalkan kemampuan, biarpun kalian
berhasil mengobrak abrik Tay ang san ku ini, terhitung
enghiong macam apa pula kalian ini?"
Melihat cara berbicara Kiong Tek-ciong yang
mengenaskan, Lan See-giok menjadi tidak tega, dia segera
menimbrung.
"Waktu bagiku berharga sekali, lagi pula akupun tidak
berniat berdiam kelewat lama disini, kalau toh pembunuh
ayahku bukan kau lantas siapakah dia?"
Kiong Tek ciong menjadi sangat gembira karena
mendengar Lan See-giok tidak berniat berdiam kelewat
lama di situ, malah kalau bisa dia berharap pemuda itu
beranjak pergi secepatnya, namun kenyataannya dia
memang tidak mengetahui siapa pembunuh Lan Khong-tay
yang sebenarnya.
Maka dengan wajah serba salah dia segera
menggelengkan kepalanya berulang kali.
”Aku benar-benar tak tahu siapakah yang telah
membunuh Lan tayhiap !"
Ditinjau dari mimik wajah lawan, Lan See giok dapat
merasakan bahwa Kiong Tek ciong tidak berbohong, tapi ia
toh menegur kembali.
"Lantas bagaimana mungkin kau bisa mengetahui kalau
mendiang ayahku berdiam di dalam kuburan Leng ong
bong?"
Tanpa ragu Kiong Tek ciong menjawab.
http://kangzusi.com/
"Pada mulanya aku sama sekali tidak mengetahui akan
peristiwa tersebut, hingga aku tiba dalam kuburan dan
melihat Lan tayhiap tergeletak di antara genangan darah.
aku baru mengerti rencana apakah yang sebenarnya
dirundingkan oleh Toan Ki tin dan Si Yu gi pada siang
harinya!"
Pedih hati Lan See giok mendengar hal itu, rupanya
Toan Ki tin yang telah membunuh ayahnya . . .
Namun tak tahan dia toh bertanya juga "Yang kau
maksudkan adalah si setan bermata tunggal dan Makhluk
bertanduk tunggal . ?"
Ketika mengucapkan perkataan tersebut tubuhnya
gemetar keras, air matanya mengembang di mata, rasa
pedih da1am hatinya membuat ia tak sanggup bertanya
lebih jauh.
Si Cay soat dan Oh Li cu segera maju menghampiri anak
muda itu dan berdiri, di belakangnya dengan penuh rasa
kuatir.
Memandang kesedihan yang mencekam pemuda itu,
tanpa terasa Kiong Tek ciong ikut mengangguk:
"Yaa, benar, memang kedua orang itu!"
Dari pembicaraan mana, Tok Nio-cu segera
menyimpulkan bahwa dibalik kesemuanya ini pasti terdapat
alasan lain, maka setelah memandang sekejap ke arah Lan
See giok yang sedih, ia segera menimbrung,
"Pemimpin besar Kiong, kalau memang kejadian ini
disaksikan olehmu sendiri. harap kau memberi keterangan
kepada Lan siauhiap. dengan begitu juga dapat
membersihkan dirimu dari sangkaan jelek. Bagaimana sih
ceritanya sampai kau bertemu dengan Si Yu gi dan Toan Ki
http://kangzusi.com/
tin? Apa saja yang mereka rencanakan? Dan bagaimana
pula caranya turun tangan terhadap Lan tayhiap?"
Kiong Tek ciong sangat berharap Lan See giok sekalian
dapat selekasnya turun gunung, tapi ia pun ingin
menyelamatkan jiwa ke tiga orang caycu nya. maka kepada
Tok Nio-cu diapun berkata:
"Tidak sulit bila kalian menghendaki aku bercerita,
namun ke tiga orang yang kalian tawan harus dibebaskan
dulu"
"Boleh. aku akan mewakili adik Giok untuk mengambil
keputusan" Tok Nio-cu mengangguk tanpa ragu.
Lalu kepadaOh Li cu, ia menambahkan.
"Adikku, coba kau bebaskan jalan darah mereka bertiga!"
Oh Li cu mengiakan sambil mengangguk kemudian
beranjak pergi.
Lan Se giok tahu bahwa Oh Li cu tak akan dapat
membebaskan Sik Tay kong dan Cing lian nikou dari
pengaruh totokan., dia segera memberi tanda kepada Si Cay
soat agar mengikutinya.
Si Cay soat mengangguk dan melayang ke muka,
biarpun ia bergerak lebih terlambat namun justru tiba lebih
duluan dari pada Oh Li-cu..
Demonstrasi ilmu meringankan tubuh semacam ini
bukan saja membuat Kiong Tek ciong dan puluhan jago
lainnya merasa terkejut. bahkan Oh Li cu serta Tok Nio-cu
sendiripun dibikin tertegun.
Si Cay-oat langsung turun tangan membebaskan Sik Taykong
dan Cing-lian nikou dari pengaruh totokan, sebaliknya
membiarkan Tan Siu-lim ditangani oleh Oh Li-cu.
http://kangzusi.com/
Tak sedikit diantara kawanan jago yang hadir segera
mendapat tahu bahwa Sik Tai kong dan Cing lian nikou
sesungguhnya telah ditotok orang dengan totokan gerakan
ilmu menotok khusus.
Sik Tay-kong. Tan Siu-lim serta Cing lian nikou serentak
melompat bangun, dengan wajah tersipu sipu malu kembali
ke barisan di belakang Kiong Tek ciong, setelah itulah Tok
Nio-cu baru berkata:
"Nah pemimpin besar, sekarang giliran mu yang harus
bercerita tentang pengalaman mu selama di kuburan Leng
ong bong!"
Karena orang orangnya sudah dibebaskan semua,
dengan tulus Kiong Tek ciong berkata:
"Panjang sekali kisah ini untuk diceritakan, terpaksa aku
akan mengatakan secara garis besarnya saja.".
”Memang paling baik begitu." Tok Nio-cu segera
menukas, ”sebab Lan siauhiap memang tak mempunyai
banyak waktu untuk mendengarkan obrolanmu!"
Agaknya Kiong Tek ciong cukup mengetahui tabiat dari
Tok Nio-cu, ia tidak menjadi gusar oleh perkataan itu.
sesudah termenung sejenak, ujarnya kemudian:
"Malam itu aku sedang duduk beristirahat di dalam
hutan lima li di sebelah utara Leng ong bong. lebih kurang
seperminuman teh kemudian, tiba-tiba dari luar hutan
berkumandang suara ujung baju yang terhembus angin.
"Tergerak hatiku waktu itu, serta-merta aku
menyembunyikan diri dibalik pohon besar untuk mengintip
apa gerangan yang terjadi, saat itulah dari tepi hutan
muncul dua sosok bayangan manusia, yang satu tinggi yang
lain pendek.
http://kangzusi.com/
"Oleh karena dalam hutan itu sangat gelap ditambah lagi
gerakan tubuh kedua orang itu amat cepat, maka sulit
bagiku untuk melihat jelas wajah mereka.
"Sebagaimana diketahui. dari laporan mata-mata, kami
lima manusia cacad mendapat kabar kalau jejak Hu-yong
siancu telah diketahui muncul di sebelah barat dekat telaga
Phoa-yangoh, hatiku menjadi girang setelah melihat
munculnya kedua sosok bayangan manusia tadi, sebab
menurut dugaanku mereka tentulah si peluru perak gurdi
emas Lan tayhiap serta Hu-yong siancu..".
LAN SEE GIOK segera berkerut kening ia tidak habis
mengerti mengapa orang persilatan selalu menggabungkan
ayah dengan bibi Wan, tapi ia yakin diantara ayahnya
dengan bibi Wan tentu pernah terjalin hubungan asmara
yang menggemparkan seluruh dunia persilatan
Sementara dia masih berpikir, terdengar Kiong Tek ciong
melanjutkan kembali kata katanya.
"-.tapi setelah kuamati lebih seksama ternyata mereka
adalah Si Yu gi serta Toan Ki tin. waktu itu aku tidak
menegur mereka sebab gerak gerik mereka berdua amat
mencurigakan, maka akupun berusaha tidak menimbulkan
sedikit suarapun.
"Mereka berdua berdiri cukup lama di sisi hutan sambil
mengawasi hutan itu dengan seksama, kemudian mereka
berbisik bisik seperti lagi merundingkan sesuatu, hal ini
membuat aku makin bertambah curiga lagi. Biarpun berada
di tempat yang terpencil, mereka masih bersikap amat
berhati-hati dan rahasia, hal tersebut membuktikan kalau
masalahnya tidak sederhana.
"Kalau pada mulanya aku sudah enggan menampakkan
diri, saat ini aku semakin tak berani muncul dari tempat
persembunyian, karena dengan kemampuan yang kumiliki,
http://kangzusi.com/
mendingan kalau cuma menghadapi Toan Ki-tin seorang,
bila harus menghadapi dua orang, sudah pasti pihakku yang
bakal menderita kerugian.
”Setelah berunding beberapa saat, si Makhluk bertanduk
tunggal Si Yu gi pun berjongkok dan membuat sebuah
lukisan peta di atas tanah. dari sikap mereka ini, akupun
menjadi paham. sudah pasti Si Yu-gi telah berhasil
menemukan tempat tinggal Hu-yong siancu.
Setelah memperoleh penjelasan yang panjang lebar dari
Si Yu gi, si mata tunggal Toan Ki tin nampak mengangguk
berulang kali seolah-olah memahami sesuatu, mereka
berdua pun melanjutkan perjalanan lagi meninggalkan
hutan dan menuju kearah selatan."
"Kalau ditinjau dari pembicaraan pemimpin besar.
rupanya kau tidak berhasil menyadap apa yang mereka
bicarakan waktu itu?" tiba-tiba Tok Nio-cu menyela dengan
kening berkerut.
Tanpa ragu Kiong Tek ciong segera menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Tidak. berhubung jaraknya terlalu jauh, Begitulah,
kutunggu sampai mereka ke luar dari hutan kemudian baru
melompat turun dari atas pohon dan cepat-cepat mendekati
tempat dimana mereka berbicara tadi, pada permukaan
tanah banyak kujumpai lingkaran-lingkaran.
"Karena tidak kupahami apa maksudnya, lagi pula takut
kehilangan jejak Toan Ki tin dan Si Yu gi, maka sembari
menduga duga apa arti dari lingkaran-lingkaran tersebut,
kususul mereka ke arah selatan.
"Waktu itu langit diliputi awan tebal, suasana gelap
gulita, bayangan tubuh dari Toan Ki-tin serta Si Yu-gi
sudah tidak nampak lagi. kejadian mana membuat hati -
http://kangzusi.com/
sangat gelisah sehingga tanpa terasa mempercepat
perjalanan. ,"
Tergerak hati Lan See-giok setelah mendengar sampai
disini, menurut penuturan dari Pek ho caycu, si toya baja
berkaki tunggal Gui Pak-ciang, ketika ia sedang menguntit
seseorang, mendadak di utara kuburan Leng-ong bong
dijumpai ada sesosok bayangan manusia sedang bergerak ke
selatan, kalau begitu orang tersebut bisa jadi adalah Kiong
Tek- ciong.
Tapi siapa pula orang yang dijumpai pertama kali tadi?
Mengapa ia tidak bersua dengan Toan Ki-tin serta Si Yu gi?
Sementara dia masih berpikir, terdengar Kiong Tek ciong
melanjutkan kembali kata katanya:
" .setelah maju lagi lima enam li, kujumpai sebuah hutan
pohon siong yang lebat, aku tak berani memasukinya secara
gegabah, karena itu setelah kuamati sejenak, dapat
diketahui di situ merupakan sebuah kompleks tanah
pekuburan yang luas
"Baru saat itulah aku mengerti. rupanya lingkaranlingkaran
yang di buat Si Yu-gi di atas tanah digunakan
sebagai pertanda sebuah kuburan besar maka aku pun
lantas menyimpulkan kalau Si Yu gi sekalian telah masuk
ke dalam kuburan.
"Dengan mengerahkan tenaga dalam yang kumiliki
untuk melindungi badan, selangkah demi selangkah
kuteruskan perjalanan ke depan.
"Apa yang semula kuduga ternyata memang benar,
sesudah melewati beberapa buah kuburan besar, akhirnya
dari sebuah kuburan raksasa yang berada tak jauh dariku
kujumpai ada pintu yang terbuka.
http://kangzusi.com/
"Dalam keadaan penuh kewaspadaan aku pun memasuki
pintu kuburan itu, tak jauh kemudian, di bawah cahaya
lentera kujumpai Lan tayhiap telah terkapar di atas
genangan darah.:.
Air mata tak bisa, dibendung lagi dari mata Lan See
giok, ia merasa sedih sekali, apa yang kemudian terjadi
telah dialami sendiri olehnya, tentu saja diapun tak usah
mendengarkan penuturan dari Kiong Tek ciong lagi.
Walaupun demikian, ia masih mencurigai Kiong Tek
ciong. mengapa ia bisa kabur melewati pintu rahasia yang
baru dibuat itu? Sambil menahan rasa pedih di dalam hati.
segera tegurnya dengan suara datar:
"Sewaktu Pek ho caycu Gui Pak ciang menemukan
tempat persembunyianmu dan melakukan sergapan,
mengapa kau justru melarikan diri melalui pintu yang baru
dibuat?"
Sambil menggelengkan kepalanya Kiong Tek ciong
menghela napas panjang,
"Aai, peristiwa itu hanya terjadi secara kebetulan saja,
pada hakekatnya aku tidak tahu kalau dalam kuburan
masih terdapat lorong yang baru digali. Berhubung Gui Pak
ciang mendesakku terus menerus. terpaksa aku hanya bisa
melarikan diri secara membuta, hingga tiba di luar kuburan
aku masih tak tahu kalau lorong yang ku lalui adalah lorong
yang baru digali, Begitulah, aku dan Gui tua berkejarkejaran
sampai dua hari lamanya, sampai aku masuki Lengong-
bong untuk kedua kalinya, baru kuketahui jika lorong
tersebut merupakan lorong yang baru digali."
Saat ini, Lan See-giok sudah mulai merasakan bahwa
"air makin surut, batuan pun makin terlihat" namun dia
masih tetap mencurigai si setan bengis bermata tunggal
Toan Ki-tin sebagai pembunuh ayahnya, terutama setelah
http://kangzusi.com/
mendengar penuturan dari Kiong Tek-ciong, dia semakin
yakin kalau apa yang diduga memang benar.
Namun dia toh tak tahan bertanya lagi:
"Menurut penuturanmu barusan, jadi pembunuh ayahku
sudah pasti adalah Toan Ki tin serta Si Yu gi?"
Kiong Tek ciong mengerutkan dahinya rapat-rapat dia
termenung sebentar kemudian baru menjawab:
"Aku tak berani memastikan, akupun tak ingin menuduh
orang lain secara tidak- tidak!"
Dengan kening berkerut Tok Nio-cu segera tertawa
dingin, tegurnya:
"Jadi kau hendak mengatakan bahwa suamiku sengaja
memfitnah dirimu?!"
Tampaknya Kiong Tek-ciong kuatir kalau masalah
tersebut berkembang menjadi semakin besar, cepat-cepat dia
menyangkal:
"Aku sama sekali tidak bermaksud demikian, cuma saja
berhubung aku tidak melihat dengan mata kepala sendiri
siapa yang telah membunuh si peluru perak gurdi emas Lan
tayhiap, maka aku tak berani memastikan"
Berkilat sepasang mata Tok Nio-cu, tiba-tiba ia menegur
dengan marah:
"Sewaktu Si Yu-gi dan Toan Ki-tin berunding di dalam
hutan, apakah tuan melihat kejadian tersebut dengan mata
kepala sendiri?"
"Tentu saja. ." dengan wajah amat tak sedap dipandang
namun diliputi perasaan takut, Kiong Tek ciong
mengangguk.
Tok Nio-cu segera menegur lebih jauh.
http://kangzusi.com/
"Seandainya sekarang juga Lan siauhiap berangkat ke
telaga Tong ting untuk mencari Toan Ki tin dan membalas
dendam, lalu menunjukkan bahwa kau lah yang melihat,
dengan mata kepala sendiri, dia serta Si Yu-gi memasuki
kuburan Leng ong bong, apakah Toan Ki tin juga akan
mengumpat mu sebagai memfitnah dirinya?"
Merah padam selembar wajah Kiong Tek-ciong, bibirnya
bergerak keras sampai lama sekali dia baru bisa berkata:
"Kenyataannya memang demikian, sekali pun Toan tua
hadir disinipun aku tetap akan berbicara dengan
sejujurnya!"
Tok Nio-cu sama sekali tak mau mengalah, sambil
tertawa dingin ia berkata lebih jauh:
"Kalau toh kenyataannya demikian, mengapa suamiku
tidak diperkenankan untuk bercerita bahwa kau melewati
lorong yang baru digali sewaktu melarikan diri? Apalagi
kaupun jangan lupa, kau adalah orang yang telah
menggeledah Lan siauhiap serta menendangnya keraskeras."
Berubah hebat paras muka Kiong Tek ciong sesudah
mendengar perkataan itu untuk beberapa saat dia
terbungkam dalam seribu bahasa, sementara peluh dingin
jatuh bercucuran, sorot matanya yang memancarkan
kegelisahan mengawasi diri See giok, kemudian melotot
penuh kebencian ke arah Tok Nio-cu.
Ia betul-betul kuatir jika kata-kata terakhir dari
perempuan itu akan menimbulkan kembali amarah dari
sang pemuda, bila Lan See giok sampai memanfaatkan
kesempatan itu untuk membuat perhitungan dengannya,
sudah pasti dia akan mendapat malu besar
http://kangzusi.com/
Tidak heran kalau rasa bencinya terhadap Tok Nio-cu
menjadi jadi ..
Sementara itu suasana dalam arena menjadi amat sepi,
puluhan jago yang berdiri di belakang Kiong Tek ciong pun
tetap membungkam diri, meski mereka bisa menangkap
sedikit permasalahannya namun belum bisa meraba secara
pasti apa gerangan yang telah terjadi.
Si Cay soat dan Oh Li cu yang meski mengetahui
duduknya masalah, sekarang ikut dibuat kebingungan,
mereka tak mengira kalau dibalik kesemuanya itu masih
terdapat banyak masalah yang lebih rumit, Tok Nio-cu juga
semakin tidak mengerti.
Akan tetapi dia tidak mencoba untuk mencari
keterangan. sebab tujuannya sekarang adalah
memanfaatkan kesempatan untuk mencuci bersih Pek-hoo
caycu Gui Pak-ciang dari kecurigaan, daripada kedua belah
pihak sampai terlibat dalam bentrokan kekerasan.
Setelah ia bikin Kiong Tek ciong terbungkam, tentu saja
perempuan itu tak ingin mendesak orang lebih jauh, kepada
Lan See giok yang masih termenung tanya nya kemudian
lembut:
"Adik Giok, apakah kau masih ada persoalan lain yang
perlu ditanyakan?"
Waktu itu Lan See giok sedang dihadapkan dua masalah
yang memusingkan kepala nya. ke satu, dia harus
selekasnya pulang ke Phoa yang oh untuk bersua dengan si
Naga Sakti pembalik sungai, maka ke dua dia mesti ke
telaga Tong ting untuk menuntut balas kepada Toan Ki tin..
Ketika mendengar pertanyaan tersebut, cepat-cepat dia
memusatkan pikirannya kembali seraya menjawab.
"Aku sudah tak ada urusan yang perlu ditanyakan lagi!"
http://kangzusi.com/
Kemudian sambil menjura kearah Kiong Tek ciong,
katanya dengan ramah.
"Untuk semua penjelasan dan keterangan yang anda
berikan, kuhaturkan banyak terima kasih, maafkan kami
bila kehadiran kami semua dimalam ini telah mengusik
ketenangan kalian, nah aku hendak mohon diri lebih
dahulu"
Kiong Tek ciong tertegun, dia sama sekali tak
menyangka kalau Lan See giok sebagai seorang pemuda
yang masih muda usia ternyata bisa bersikap besar jiwa
terhadap orang. biarpun ilmu silatnya hebat nyatanya dia
memang berbeda sekali dengan kebanyakan pemuda
lainnya.
Cepat-cepat senyuman manis menghias bibirnya,
kemudian dengan suara mendekati mengumpak ia berkata:
"Kerendahan hati siauhiap hanya membuat aku
bertambah malu. bila teringat kembali peristiwa dimasa
lampau dimana aku turut mengejar ayahmu, oooh sungguh
menyesal rasanya sekarang. Harap siauhiap sudi melupakan
semua kebodohanku itu, kalau toh siauhiap masih ada
urusan yang hendak diselesaikan, tentu saja aku tak berani
menahan lebih jauh ”
Demi keselamatan mereka berempat, dengan cepat Tok
Nio-cu menimbrung,:
"Apakah kau tidak akan menghantar siauhiap sampai di
bawah bukit."
"Oooh, tentu saja. tentu saja, memang seharusnya
kuhantar Siauhiap dan nyonya sampai di bawah bukit."
Sebenarnya Lan See-giok ingin menolak, namun setelah
melihat sorot mata Tok Nio-cu, terpaksa ia menerimanya
juga.
http://kangzusi.com/
Kiong Tek ciong segera berpaling dan serunya kepada
puluhan jago yang berada di belakangnya.
"Segera bunyikan tambur dan gembrengan untuk
menghantar keberangkatan tamu agung, perintahkan semua
Hiangcu ke atas pagar mengikuti aku menghantar Lan
siauhiap sampai di kaki bukit."
Lan See-giok merasa sangat tidak tenang sebetulnya dia
bermaksud hendak mencegah perbuatan itu.
Tapi seorang diantara puluhan jago itu sudah melompat
ke muka dan mengangkat sepasang tangannya sambil
digoyangkan berulang kali ..
Suara sorak sorai yang gegap gempita segera bergema
memenuhi angkasa diikuti suara terompet pun dibunyikan.
Ditengah suara terompet dan sorak sorai yang ramai
itulah, Kiong Tek ciong mengutus seorang hiangcu berjalan
dimuka sedang dia sendiri bersama Lan See giok sekalian
berempat mengikuti di belakangnya kemudian disusul pula
oleh puluhan orang jago lihay tersebut.
Lan See giok ingin secepatnya bisa mencapai kaki bukit,
namun demi keselamatan terpaksa dia harus bersabar
dengan berlarian menelusuri jalan gunung.
Sebagai seorang jago kawakan yang sangat
berpengalaman, Kiong Tek ciong segera dapat mengetahui
kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Lan See giok
serta Si Cay soat benar-benar hebat sekali, saking kagetnya
paras mukanya sampai berubah hebat, tidak terasa ia
berpaling memberi tanda kepada anak buahnya agar mereka
memperhatikan dengan seksama, dengan demikian akan
menambah pengetahuan mereka.
Tampak Lan See giok bergerak dengan luwes nya
menelusuri jalanan setapak, tubuhnya bergerak cepat dan
http://kangzusi.com/
ringan seperti awan di angkasa, Sebaliknya Si Cay soat
mengikuti dengan gerakan yang tak kalah entengnya.
Bagaikan burung walet yang terbang melayang.
Biarpun ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Oh Li-cu
dan Tok Nio-cu sangat hebat, tapi jika dibandingkan Lan
See-giok serta Si Cay soat sudah jelas ketinggalan jauh.
Tak heran kalau segenap jago yang mengikuti di
belakangnya, sama-sama menaruh perasaan kagum.
Setibanya di kaki bukit, Lan See giok dan Tok Nio-cu
segera mempersilahkan Kiong Tek ciong sekalian untuk
berhenti. Kemudian setelah mohon diri, berangkatlah ke
empat muda mudi itu menuju ke Tiang siu tian.
Tiba kembali di Tiang siu tian, mereka berempat yang
sudah semalaman suntuk tidak beristirahat segera
memerintahkan para kacung dan pelayan untuk
menyiapkan hidangan.
Dalam perjamuan tersebut. Tok Nio-cu baru berbicara:
"Dalam perjalanan mengikuti adik Giok ke Tayang san
kali ini, meski apa yang diharapkan belum tercapai, namun
kita telah peroleh hasil yang setapak lebih maju sebaliknya
akupun berhasil menjumpai adik Cui lan yang telah lama
berpisah, boleh dibilang hasil yang diperoleh dalam
perjalanan kali ini pantas untuk dirayakan.."
Sambil berkata dia lantas mengangkat cawan araknya
sembari berkata lebih jauh:
"Mari. kita bersama sama meneguk habis isi cawan ini!"
Si Coy soat mengangkat cawan araknya setelah ia
melirik sekejap Lan See giok yang sedang meneguk habis
isinya, dia segera mengeringkan pula isi cawannya.
http://kangzusi.com/
Kalau Lan See Giok tidak berminat untuk mencari tahu
asal usul dari Tok Nio-cu serta Oh Li cu, berbeda dengan Si
Cay soat ia segera bertanya:
"Hujin, bagaimana ceritanya sehingga kau dapat
berpisah dengan nona Oh?"
Tok Nio-cu menghela napas sedih, sepasang matanya
berkaca kaca. ujarnya sedih. "Keadaan yang sejelasnya juga
tak bisa ku ingat lagi, aku cuma tahu ayahku bernama Be
Yu liang, dia adalah seorang piausu kenamaan, sedangkan
ibuku bernama Bok Kin go, ia disebut Juan liong lihiap,
setelah menikah banyak tahun, orang tua kami hanya
melahirkan aku dan Cui lan berdua, namaku Cui peng.
"Sepanjang tahun ayah selalu bekerja sebagai. pengawal
barang, adakalanya ibupun membantu pekerjaannya, jadi
tak urung terjadi juga perselisihan dengan orang-orang
golongan hitam.
"Dimalam Tiongciu suatu tahun, mendadak di rumah
kami kedatangan serombongan manusia golongan hitam
yang jumlah nya meliputi enam pria dua wanita. ke enam
pria itu mengerubuti ayah sedang dua wanita itu
mengerubuti ibu.."
"Berapa usia kalian waktu itu ? Mengapa tidak
membantu orang tua kalian?" tanya Si Cay soat dengan
kening berkerut.
Dengan sedih Tok Nio-cu memandang sekejap kearah Si
Cay soat, kemudian melanjutkan.
"Pada waktu itu aku baru berusia sembilan tahun, sedang
adik Lan belum sampai tiga tahun. ketika orang-orang itu
bertempur melawan ayah dan ibu, kami menjadi ketakutan
sehingga menyembunyikan diri di tempat kegelapan. Adik
Lan ketakutan dan menangis menjerit jerit, akhirnya aku di
http://kangzusi.com/
tolong secara diam-diam oleh guruku pengemis tujuh racun,
sedangkan adik Lan lenyap entah kemana."
"Siapakah ke enam pria dan dua wanita itu? Apakah
Nyonya masih ingat dengan wajah mereka?" sela Lan See
giok tiba-tiba.
Dengan air mata bercucuran Tok Nio-cu menjawab:
"Pada mulanya tidak tahu, kemudian atas penjelasan
dari suhu baru kuketahui bahwa ke enam orang lelaki itu
masing-masing adalah empat malaikat bengis dari Juan
tiong serta sepasang harimau dari Lang to, atas bantuan
dari guruku si pengemis tujuh racun, mereka telah -mampus
semua di ujung senjata rahasia beracunku, sedangkan kedua
orang wanita itu konon adalah gundiknya empat malaikat
buas dari Juan tiong, namun ketika kucari mereka untuk
membalas dendam. kedua orang itu sudah pergi entah
kemana"
Lan See giok segera berkerut kening, setelah melirik
sekejap ke arah Oh Li cu yang sedang menangis terisak, dia
segera bertanya ragu-ragu:
"Mungkinkah perempuan itu adalah Say Nyoo-hui Gi Ci
hoa?"
Mendengar perkataan itu isak tangis Oh Li cu semakin
menjadi jadi..-
Lan See giok memandang sekejap kearah Si Cay soat
dan Tok Nio-cu. ia dapat menyimpulkan bahwa selama
banyak tahun Say nyoo-hui Gi Ci hoa tentu amat
menyayangi Oh Li cu.
Melihat hal ini dengan kening berkerut Tok Nio-cu
segera berkata.
http://kangzusi.com/
"Jika Say nyoo-hui benar-benar merupakan satu diantara
dua wanita pembunuh ibuku dimasa lalu, perduli betapa
baiknya dia terhadap adik Lan, dia tetap merupakan musuh
besar pembunuh ibuku, dendam orang tua sedalam lautan,
kami tak bisa melupakan sakit hati tersebut hanya
dikarenakan budi pemeliharaannya selama berapa tahun."
Kata-kata yang penuh semangat dan gagah ini segera
disambut Lan See giok serta Si Cay boat dengan anggukan
kepala, sedangkan Oh Li cu juga segera menghentikan isak
tangisnya.
"Lantas apa rencana kalian selanjutnya?" tanya Si Cay
soat kemudian.
Tok Nio-cu mengerutkan dahinya, kemudian berkata
sedih.
"Menurut keterangan dari adik Lan serta adik Giok. Wilim-
poo berjaya di atas telaga, konon kapal perangnya
meliputi berapa ratus buah, pengaruhnya luas dan
kekuatannya besar. bila ingin membalas dendam sudah jelas
bukan hanya kekuatan Pek ho cay yang dapat
menandinginya, sebab kecuali adik Lan seorang yang lain
tidak pandai ilmu dalam air, . . . "
Sesudah sangsi sejenak, dia berkata lebih jauh.
"Lagi pula menurut penuturan adik Lan atas raut wajah
Say nyoo hui Gi Ci hoa bisa jadi dia adalah salah seorang
yang turut menyerang ibuku dimasa lalu, tapi aku harus
melihatnya sendiri sebelum dapat membuktikan
kebenarannya, oleh karena itu aku pikir ingin mengikuti
adik Lan pergi ke Phoa- yang oh dan berusaha mengintip
sekali wajah asli dari Say nyoo hui, kemudian baru
menyusun rencana untuk membalas dendam."
http://kangzusi.com/
"Ya, bertindak secara demikian memang jauh lebih baik"
Lan See giok segera menyatakan persetujuannya,
”janganlah dikarenakan kurang berhati hati, akibatnya susu
dibalas dengan tuba, kalian bisa menyesal sepanjang masa."
Tok Nio-cu manggut-manggut.
"Itulah sebabnya aku harus melihat dulu raut wajah, asli
dari Say Nyoo hui."
Tiba-tiba Oh Li cu mendongakkan kepalanya yang basah
oleh air mata, lalu ujarnya kepada Lan See giok.
"Cici hanya mengandalkan kelihaian senjata rahasia saja.
selama ini sedang ilmu silatnya cuma biasa-biasa saja, di
tambah pula dia tak pandai ilmu berenang, sulit rasanya
untuk menuntut balas, sampai waktunya kami berharap
adik Giok sudi membantu usaha kami itu .."
Sebelum Lan See giok sempat menjawab, Tok Nio-cu
sudah menimbrung, lebih dulu dengan nada seolah-olah
menghibur.
"Adik Lan tak usah kuatir. aku yakin adik Giok pasti tak
akan berpeluk tangan belaka"
"Ooh. tentu saja, tentu saja, siaute tentu tak akan
menampik" seru Lan See-giok, dengan bersungguh hati.
Dengan penuh rasa berterima kasih Oh Li cu
memandang kearah Lan See giok, kemudian tanyanya lagi
dengan penuh rasa kuatir:
"Sekarang, apakah kau hendak berangkat ke Lim lo pah
di telaga Tong ting?"
Lan See giok termenung sebentar, kemudian jawabnya:
"Aku dan adik Soat masih mempunyai banyak persoalan
yang harus diselesaikan secepatnya, apakah hendak pergi ke
Lim lo pa, masih tanda tanya besar sekarang, aku baru
http://kangzusi.com/
dapat mengambil keputusan menurut perkembangannya
nanti."
Oh Li-cu kembali bersedih hati, karena dari kata kita
pemuda tersebut sama sekali tidak disertakan dengan kata
ajakan yang memintanya melakukan perjalanan bersama,
karena sedihnya, air matapun bercucuran. . . Berbeda sekali
dengan Tok Nio-cu, apa yang dipikirkan olehnya sekarang
hanya membalaskan dendam bagi kematian orang tuanya,
ia tidak berharap adiknya merasa gelisah karena masalah
ini, asal Lan See- giok tidak kabur ke langit, ia berjanji akan
memenuhi keinginan adiknya itu,
Maka dengan nada serius diapun bertanya, "Di
kemudian hari, bagaimana cara aku untuk mengadakan
kontak-?"
Lan See giok yang jujur dan polos segera, menjawab
tanpa ragu-ragu lagi. "Kalian boleh datang ke pantai barat
telaga Phoa yang oh, kampung nelayan dimana naga sakti
pembalik sungai berdiam, tanyakan saja kepadanya, ia pasti
mengetahui jejakku, mungkin juga seusai urusan di sini, aku
hendak berangkat ke sana."
Sesudah mendengar perkataan itu, agaknya Oh Li cu
merasa jauh lebih berlega hati. sekali lagi dia menengok
wajah Lan See giok sambil bertanya. "Adik Giok. kau dan
nona Si akan berangkat kapan?"
Biarpun Lan See giok merasa Oh Li-cu patut dikasihani,
namun berada dihadapan Si Cay-soat yang sok cemburu, ia
tak berani banyak berbicara, sahutnya kemudian dengan
cepat:
"Siaute pikir. selesai bersantap nanti segera akan
berangkat !"
http://kangzusi.com/
Tok Nio-cu dapat melihat dengan jelas, dia tahu Lan See
giok sudah menaruh perasaan kasihan terhadap adiknya,
maka sambil menengok ke arah Si Cay-soat. ia bertanya
sambil tersenyum.
"Nona Si, apakah kau punya kuda?"
Ucapan mana dengan cepat menyadarkan Lan See giok
dan si Cay soat bahwa saat itu merupakan sebuah masalah,
gadis tersebut segera menggeleng.
"Aku tidak suka menunggang kuda, maka aku tak pernah
membeli kuda ."
Tergerak hati Oh Li cu, dia seperti mempunyai kesan
untuk membaiki Si Cay-soat, dengan wajah serius katanya
kemudian:
"Ka1au toh kalian hendak berangkat lebih dulu, biar
kuhadiahkan kuda Ci-hwee -kou ku itu untuk nona Si!"
Tapi Tok Nio-cu tidak setuju:
"Kuda Ci hwee-kou milikmu itu kelewat liar, bila nona
Si tak bisa mengendalikan bisa berabe jadinya. lebih baik
adik Giok menunggang Wu wie kou sedangkan nona Si
menunggang Pek kou, aku rasa ini lebih aman,"
Lan See giok sadar, tanpa kuda jempolan mustahil bagi
mereka untuk menempuh perjalanan cepat, diapun segera
menyatakan persetujuannya.
"Sebetulnya begini memang paling baik, hanya akibatnya
harus menyiksa nyonya."
MendadakOh Li cu menimbrung:
"Selama ini cici selalu berusaha dan berjuang mati
matian demi kau, dua kali sudah ia menghadiahkan
kudanya untukmu, bahkan selalu memanggil adik Giok,
http://kangzusi.com/
mengapa adik Giok tidak berubah juga panggilanmu
menjadi cici?"
Merah dadu selembar wajah Lan See giok buru-buru ia
menerangkan:
"Berhubung sejak awal sudah terlanjur menyebut
nyonya, rasanya jadi kurang bebas untuk merubahnya."
"Tapi untuk diubah sekarang pun belum terlambat?"
sambungOh Li cu lagi
Lan See giok merasa banyak hal Tok Nio-cu. memang
berjasa kepadanya, banyak masalah yang patut dihargai
olehnya, tanpa banyak bicara, ia lantas mengangkat cawan
nya dan berkata? sambil tertawa.
"Biar siaute menghormati enci Peng dengan secawan
arak, anggap saja sebagai rasa terima kasihku untuk
perhatian enci Peng selama ini "
Tok Nio-cu tertawa cerah, namun dibalik senyuman
kemenangan itu, terselip juga rasa menyesa1 dan malu, dia
segera mengangkat cawannya dan meneguk habis isinya
Si Cay soat yang polos, dengan cepat mengangkat
cawannya pula sambil berkata riang.
"Biar siaumoay juga menghormati Cici berdua dengan
secawan arak sebagai rasa terima kasihku untuk hadiah
kuda"
Atas ucapan mana, Tok Nio-cu dan Oh Li cu seakan
akan memperoleh penghormatan yang tinggi, cepat-cepat
mereka berdua mengangkat cawan masing-masing sambil
menyebut adik Soat.
Lan See giok yang menyaksikan kesemuanya itu tentu
saja, merasa sangat gembira, memang saling mengenal
dengan akrab jauh lebih enak dari pada hubungan yang
http://kangzusi.com/
dingin. Biarpun Oh Li cu pernah hidup dalam kejalangan
dimasa lampau, namun semenjak berjumpa dengan bibi
wan serta enci Cian. dia telah berubah menjadi lembut dan
halus, tidak ada lagi sifat genitnya seperti dahulu.
Teringat akan bibi Wan dan enci Cian, hatinya
bertambah gelisah. Cepat-cepat dia perintahkan pelayan
untuk menyiapkan kuda.
Sewaktu ke empat orang itu selesai bersantap, matahari
sudah tenggelam di langit barat.
Tok Nio-cu yang harus membeli kuda baru, memutuskan
akan berangkat keesokan harinya bersama Oh Li cu
sebaliknya Lan See-giok dan Si Cay soat berangkat pada
saat itu juga.
Meninggalkan kota Tiang siu-tan, maghrib sudah
menjelang, orang yang berlalu lalang semakin jarang, itulah
sebabnya mereka berdua segera melarikan kudanya
kencang-kencang menuju tenggara.
Sepanjang perjalanan, muda mudi berdua itu hanya
membungkam diri sambil memikirkan persoalan masingmasing.
Lan See giok sangat menguatirkan keselamatan bibiWan
serta enci Ciannya, dia tak tahu mengapa si naga sakti
pembalik sungai harus bermain gila, hal tersebut membuat
perasaannya bertambah gelisah.
Sebaliknya Si Cay soat hanya memikirkan kemurungan
dan kepedihan Oh Li cu, ia dapat merasakan bahwa cinta
kasih Oh Li cu terhadap engkoh Giok nya tidak berada di
bawah sendiri, dia tak tahu mengapa pemuda itu justru
berusaha menjauhi Oh Li cu atau mungkin pemuda itu
hendak memberi tanda kepadanya bahwa ia tidak menyukai
Oh Li cu?
http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat tiga puluhan li sudah dilalui, kini
kegelapan malam sudah mulai mencekam seluruh
permukaan bumi, bintang-bintang beterbangan di angkasa,
lari kuda mereka kian lima kian bertambah cepat.
Suatu ketika, Si Cay soat melihat Lan See giok sedang
berkerut kening. tak tahan lagi ia segera menegur dengan
lembut.
"Engkoh Giok, sebenarnya apa sih yang sedang kau
pikirkan?"
Lan See giok segera tersadar dari lamunannya, ia merasa
sudah amat lama tidak mengajak gadis itu berbicara.
sahutnya kemudian:
"Aku sedang memikirkan soal si naga sakti pembalik
sungai Thio loko, mengapa ia tidak memberitahu
kepadamu- mengapa kita mesti pergi ke kampung nelayan
di tepi telaga Phoa yang oh?"
"Bukan siaumoay sudah tahu enggan mengatakan, tapi
sesungguhnya siau moay sendiripun tidak tahu! " kata Si
Cay soat dengan wajah bersungguh sungguh.
Lan See-giok segera merasakan hatinya bertambah berat,
dia semakin tidak paham maksud dan tujuan dari naga sakti
pembalik sungai itu.
Sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terdengar Si Caysoat:
bertanya lagi.
"Engkoh Giok, apakah kita hendak menuju telaga Tong
ting lebih dahulu?" ,
"Tidak kita harus pulang ke kampung nelayan lebih
dulu!"
http://kangzusi.com/
Pemuda itu merasa harus pulang dan untuk menengok
bibi Win serta enci Cian, dengan begitu hatinya baru
merasa lega.
Maka mereka segera menelusuri jalan raya menuju ke
telaga Phoa yangoh.
Sejak perpisahan dulu, hubungan Lan See giok dengan Si
Cay-soat sekarang tak ubah nya seperti sepasang suami istri,
Lan See giok menjumpai gadis itu lebih lembut dan hangat
dalam banyak hal selalu memperhatikan dirinya, ia pun tak
pernah ngambek lagi.
Demi menjaga kondisi badan serta kesehatan kuda-kuda
mereka, kedua orang itu se1aIu jalan pagi istirahat di waktu
malam, sepanjang jalan mereka selalu tidur seranjang
dengan penuh kemesraan.
Si Cay soat sendiripun selalu berusaha menghibur dan
mengajak pemuda itu bermesraan, hal ini membuat Lan See
giok yang sedang murung dan kesal, agak terhibur juga.
Hari bertambah hari, telaga Phoa yang oh sudah semakin
dekat, sekali lagi Lan See giok merasakan hatinya gundah
dan tak tenang, bayangan wajah bibiWan yang anggun dan
enci Cian yang lembut, selalu muncul dan terbayang dalam
benaknya.
Gara-gara persoalan ini, seringkali ia tak bisa tertidur
dengan nyenyak.
Si Cay soat yang tidur di sisinya sebagai gadis yang
cerdik tentu saja mengetahui jalan pemikiran pemuda itu,
namun bila teringat sebentar lagi akan bertemu dengan Ciu
Siau cian yang selalu dipuja puja gurunya, dia malah
merasa sangat gembira.
Namun, sebagai seorang gadis yang ingin mencari
menangnya sendiri dihati kecilnya timbul juga ingatan
http://kangzusi.com/
untuk membanding-bandingkan mereka berdua, dia ingin
membuat engkoh Giok nya beranggapan bahwa
kehadirannya jauh lebih penting ketimbang Ciu Siau cian.
Sepuluh hari perjalanan kemudian, akhirnya kota Tek an
yang mentereng sudah muncul dalam pandangan mata
mereka berdua.
Memandang kota itu. Lan See giok merasa bagaikan
kembali ke kampung halaman yang sudah banyak tahun
ditinggalkan, hatinya diliputi gejolak emosi, darah serasa
mendidih, ia tahu dengan kecepatan kuda mereka. paling
banter setengah hari lagi mereka akan bertemu dengan bibi
Wan serta enci Cian.
Kuda Wu wi kou dan Pak kou meringkik tiada hentinya
sambil berlari kencang.
Bangunan kota Tek an yang perkasa kian lama kian
mendekat, namun Lan See giok tidak menghentikan
perjalanannya, dia melarikan kudanya semakin kencang . . .
Si Cay soat yang melihat hal tersebut tiba-tiba saja timbul
pikiran nakalnya, ia merasa wajib berupaya agar pemuda
itu lebih memperhatikan dirinya dari pada Ciu Siau cian. . .
Tatkala Lan See giok sedang mengambil keputusan
untuk melewati pinggiran kota saja, mendadak ia tidak
melihat bayangan dari kuda Pak kou lagi,
Dengan perasaan terkejut pemuda itu segera berseru.
"Aaah, adik Soat."
Cepat-cepat dia menarik tali les kudanya sambil
membalik ke arah .
Dikejauhan sana ia jumpai Si Cay soat kadang
menghentikan kudanya di tepi jalan sepasang wajah nona
itu kelihatan merah sedang tangannya yang satu
http://kangzusi.com/
berpegangan pada tali les, tangan yang lain memegangi jidat
sendiri, hal ini menunjukkan kalau dia telah jatuh sakit. . .
Tak terlukiskan rasa kaget Lan See giok, dengan
perasaan gugup dan gelisah dia segera menghampirinya,
kemudian sambil memegang tali les kuda putih itu,
tanyanya penuh kecemasan.
"Adik soat, mengapa kau? Bagaimana rasa mu sekarang
.?"
Si Cay soat hanya memejamkan matanya rapat-rapat dan
menggeleng dengan penuh penderitaan.
Lan See-giok lantas menduga. kalau Si Cay soat masuk
angin, maka sambil menuntun kuda putih itu dia berangkat
masuk ke dalam kota.
Dalam keadaan demikian. dia tidak memikirkan hal-hal
yang lain lagi. apa yang terpikir olehnya sekarang adalah
secepatnya membiarkan Si Cay soat beristirahat dengan
tenang di atas pembaringan.
Peristiwa semacam ini boleh dibilang tak terduga sama
sekali olehnya, padahal setengah hari perjalanan lagi
mereka akan tiba di telaga Phoa yang oh, tapi justru disaat
seperti ini Si Cay soat jatuh sakit.
Ia tahu selama belasan hari perjalanan, Si Cay-soat selalu
melayani kebutuhannya, menyisirkan rambut, membantu
mengenakan pakaian, meladeni sarapan dan menemaninya
tidur. semua pekerjaan semacam ini memang terlalu
melelahkan dirinya.
Dalam anggapannya, wanita adalah kaum yang lemah,
kesehatan tubuh mereka selalu lemah, tidak heran bila jatuh
sakit setelah menempuh perjalanan jauh dengan susah
payah.
http://kangzusi.com/
Tiba di dalam kota, pemuda itu segera membawa si nona
menuju ke sebuah rumah penginapan yang terdekat.
Setibanya di depan penginapan, cepat-cepat pemuda itu
menyerahkan kudanya kepada pelayan, kemudian ia
membopong tubuh Si Cay-soat menuju ke ruang dalam.
Pemuda itu merasakan betapa panasnya tubuh Si Caysoat,
mukanya merah membara, suhu badannya tinggi
sekali.
Maka setelah sampai di dalam kamar, dia membaringkan
gadis itu di atas pembaringan, kemudian tanyanya penuh
perhatian:
"Adik Soat, bagaimana rasanya sekarang?"
"Oooh,. kepalaku pusing, dahaga dan sekujur badan
serasa lemas tak bertenaga!", keluh gadis itu sambil
memejamkan mata.
Lan See-giok menuang secawan air teh dan
membangunkan gadis itu, kemudian menyuapinya pelanpelan.
setelah itu kembali dia bertanya dengan penuh
perhatian.
"Adik Soat. mengapa kau bisa jatuh sakit secara tiba-tiba.
??"
"Sejak berangkat pagi tadi, aku sudah merasa tak enak
badan. ketika akan melewati kota di depan sana,
sesungguhnya aku sudah mulai tak tahan .."
Sebenarnya pemuda itu hendak menegur si nona., tapi
bila teringat bagaimana sepanjang jalan dia hanya
memikirkan melanjutkan perjalanan dengan cepat, tiba-tiba
saja timbul rasa menyesal dihati kecilnya.
http://kangzusi.com/
Tanpa terasa dengan penuh rasa kasih sayang dia
membelai rambut gadis itu dan menyeka keringat yang
membasahi jidatnya
Padahal selama ini Si Cay soat sudah beberapa kali
mengintip gerak gerik pemuda itu, ketika melihat
kegelisahan dan kepanikan sang pemuda, ia tersenyum
bahagia dalam hati. sebab dia berpendapat bahwa
kehadirannya dalam hati pemuda tersebut ternyata tidak
lebih enteng daripada kehadiran Ciu Siau cian.
Diapun membayangkan bagaimana Siau cian sudah
setahun lebih berpisah dengan Lan See giok, siang malam
merindukan kehadirannya, entah betapa rindunya dia
sekarang menantikan kedatangan anak muda tersebut?
Sedangkan ia sendiri, boleh dibilang sepanjang hari
selalu berada bersamanya, tak sedikitpun berpisah, kalau
dihitung hitung dia telah memperoleh lebih banyak
ketimbang gadis itu.
Akan tetapi bila ia teringat akan hadiah sarung pedang,
serta sepatu yang dibuat dengan susah payah oleh Ciu Siau
cian timbul kembali perasaan menyesal dalam hati kecilnya.
Rasa menyesal dan gelisah membuat peluh bercucuran
semakin deras lagi, tanpa bantuan tenaga dalam seperti apa
yang di lakukan tadi, peluh bercucuran bagaikan hujan
gerimis.
Akibatnya Lan See giok yang sedang kalut pikirannya
dibuat semakin gelisah dan panik.
Melihat kegelisahan dan kepanikan anak muda itu,
akhirnya Si Cay soat berkata dengan sedih.
"Engkoh Giok, pergilah dulu, biar siaumoay beristirahat
setengah harian saja, aku percaya sakitku tentu akan
sembuh kembali!"
http://kangzusi.com/
"Tidak.." tampik Lan See-giok. "kau sedang tak enak
badan, aku merasa wajib untuk menemanimu, apalagi
perjalanan yang ditempuh oleh Thio loko dan adik Thi gou
tidak bakal lebih cepat daripada kita, biar sampai ditujuan
pun belum tentu aku dapat bersua dengan mereka"
”Tapi kau toh bisa menengok enci Cian dan bibi Wan?"
ujar si nona dengan tulus hati.
Ucapan tersebut dengan tepat mengenai perasaan Lan
See giok, tapi tegakah dia meninggalkan adik Soat yang
sedang sakit untuk menengok enci Cian ?
Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang
kali. ”Tidak, kalau harus pergi kita pergi bersama, aku
percaya bibi Wan dan enci Cian, tentu akan gembira sekali
bertemu dengan kau."
Sudah lama sekali Si Cay soat ingin melihat wajah asli
Ciu Siau-cian, apalagi teringat mimik wajah engkoh
Gioknya setiap kali berbicara soal Ciu Siau-cian, dia
percaya dalam perjumpaan mereka setelah berpisah setahun
lebih pertemuan itu pasti akan dibumbui dengan peluk cium
yang hangat:
Bila ia turut hadir dalam suasana seperti ini, ooh.-betapa
sadisnya keadaan waktu itu.
Berpikir sampai di situ, segera ujarnya dengan tak senang
hati. "Tidak, aku tak mau pergi, mukaku lagi merah,
rambutku kusut, badan lemas tak bertenaga. masa aku mesti
bertemu orang?"
"Lantas bagaimana dengan kau?" Lan See giok bertanya
agak gelisah
Si Cay soat termenung sejenak, kemudian sahutnya.
"Biar kita beristirahat berapa saat di sini, begitu kondisi
badanku pulih kembali, kita segera melanjutkan perjalanan,
http://kangzusi.com/
aku menuju ke kampung nelayan sedang kau menengok
bibi Wan, besok bila aku sudah tukar pakaian baru, baru
kusambangi enci Cian dan bibiWan-setuju?"
Lan See giok mengira Si Cay soat suka akan kecantikan,
dia tak tega menolak kehendak hatinya, dengan cepat dia
mengangguk.
Mereka berdua segera duduk bersemedi untuk mengatur
pernapasan, lewat tengah hari Lan See giok nampak segar
kembali, sebaliknya Si Cay-soat berlagak masih lemas
selesai bersantap dan membayar rekening, mereka
melanjutkan perjalanan lagi
Melalui sebelah selatan kota, kedua orang itu berangkat
menuju ke telaga Phoa-yang oh.
Sepanjang jalan Si Cay-soat tiada hentinya
memperhatikan gerak-gerik Lan See giok, dilihatnya
pemuda itu tidak menunjukkan kegelisahan seperti siang
tadi, malah pemuda itu selalu berusaha mengendalikan lari
kudanya dan melimpahkan segenap perhatian kepadanya.
Diam-diam gadis itu sangat gembira, tapi timbul juga
perasaan menyesal dan malu, sekarang terbukti sudah Lan
See giok tak pernah membeda bedakan perhatiannya
terhadap dia maupun Ciu Siau cian, kalau tadi pemuda itu
gelisah dan cemas, hal itu hanya dikarenakan mereka telah
berpisah hampir setahun lebih.
Berpikir sampai di situ ia percepat lari kudanya. tapi Lan
See giok yang mengikuti di sisinya justru selalu
memperingatkan agar ia berhati-hati, jangan melarikan
kudanya kelewat cepat.
Sebelum matahari tenggelam di langit barat, di ujung
tenggara situ sudah nampak permukaan, telaga yang
gemerlapan, oleh pantulan cahaya ..
http://kangzusi.com/
Melihat air telaga dikejauhan sana, timbul kembali
perasaan gembira dalam hati Lan See-giok, Sorot matanya
segera dialihkan ke perkampungan nelayan di bawah bukit
situ, dia sedang membayangkan bagaikan kaget dan
girangnya bibi Wan serta enci Cian sewaktu melihat
kehadirannya.
Dalam keadaan begini, tiada prasangka jelek yang
melintas di dalam benaknya, ia tidak kuatir bibi Wan dan
enci Cian menjumpai musibah. malah dia yakin pasti dapat
bersua dengan mereka. .
Tiba-tiba Si Cay-soat berbisik.
"Engkoh Giok, setibanya di persimpangan jalan di depan
sana, kita harus berpisah dulu"
Lan See giok menatap gadis itu tajam-tajam, kemudian
pintanya.
"Adik Soat, marilah kita pergi bersama sama, bukankah
kau sudah sembuh kembali?"
"Tidak!" tampik Si Cay soat sambil menggelengkan
kepalanya dan mengulumkan senyuman paksa, ”aku masih
merasa tak enak badan!"
"Kalau begitu, biar kuhantar dulu kau sampai di rumah
kediaman naga sakti pembalik sungai Thio Loko?"
"Tak usah. tak usah, aku toh masih mengenal jalan!"
cegah gadis itu cepat-cepat.
Sementara pembicaraan berlangsung. mereka telah
sampai di persimpangan jalan. gadis itu segera melarikan
kudanya cepat-cepat memasuki hutan lebat.
Lan See giok menarik tali les kudanya dan mengawasi
bayangan punggung Si Cay soat yang menjauh dengan
http://kangzusi.com/
penuh rasa kuatir. bukan saja dia menguatirkan kesehatan
tubuhnya, pemuda itu juga takut bila gadis itu marah.
Si Cay-soat sendiri sempat pula berpaling, Ketika
dilihatnya pemuda itu malah menghentikan lari kudanya
sambil memperhatikan ke arahnya dengan penuh rasa
kuatir, hatinya terasa sedih di samping hangat dan mesra,
cepat dia mengulapkan tangannya, agar pemuda itu segera
berangkat.
Dia melihat Lan See giok mengulapkan tangannya pula
berulang kali, setelah itu baru melarikan kudanya
melanjutkan perjalanan, dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah lenyap dibalik hutan.
Si Cay soat merasa matanya menjadi kabur, entah sadari
kapan, titik air mata telah jatuh berlinang ..
Sebetulnya dia hendak mendahului Ciu Siau cian untuk
mendapatkan Lan See giok, tapi sekarang, ia justru telah
melepaskan kesempatan baik ini dengan begitu saja.
Dengan termangu mangu Si Cay soat duduk di atas
kudanya. mengawasi bayangan kuda Lan See giok dengan
tertegun, membayangkan adegan pertemuan antara Ciu
Siau cian dengan pemuda itu, timbul perasaan tak sedap
yang tak terlukiskan dengan kata dalam hatinya.
-ooo0dw0ooo-
BAB 24
DALAM waktu singkat, bayangan kuda dari Lan See
giok sudah hilang lenyap dibalik kegelapan.
Dengan perasaan sedih, Si Cay soat meneruskan kembali
perjalanannya menuju ke kampung nelayan, teringat selama
belasan hari ini, setiap kali menginap dia selalu tidur
http://kangzusi.com/
bersama engkoh Giok nya, tapi engkoh Giok yang bodoh,
setiap kali tak pernah.
Sekarang ia, sedang bertanya kepada diri sendiri.
mungkinkah antara engkoh Giok dengan Ciu Siau cian
akan melakukan.?
Membayangkan masalah yang paling rawan itu,
mendadak hatinya berdebar keras, pipinya menjadi merah,
diam-diam ia mengumpat ketidak maluan sendiri.
Dalam pada itu Lan See giok yang melanjutkan
perjalanan menuju ke rumah bibi nya. juga dibebani oleh
banyak persoalan.
Ia sedang membayangkan betapa terkejut dan
gembiranya bibi Wan serta enci Cian ketika mereka
saksikan dia pulang ke rumah secara tiba-tiba..
Diapun membayangkan, enci Cian yang sudah setahun
berpisah dengannya, kini pasti bertambah lembut dan
cantik, bagaimana gembiranya gadis itu ketika melihat dia
pulang?
Kemudian ia pun berpikir tentang kemunculan Si Cay
soat besok pagi, ia tak tahu apakah enci Cian nya akan
menunjukkan sikap cemburu seperti apa yang diperlihatkan
Oh Li cu?
Ia merasa wajib untuk mengucapkan beberapa kata yang
memuji adik Soat di depan enci Cian.
Teringat Si Cay soat, tanpa terasa ia berpaling dan
memandang kembali hutan di belakang sana, namun
pemandangan di sekeliling situ sudah tertutup oleh
kegelapan malam.
http://kangzusi.com/
Lima li kemudian, dari kejauhan sana, terlihat titik
cahaya lentera, dia tahu disitulah letak tempat tinggal bibi
Wan.
Dalam waktu singkat lima li sudah di tempuh, pemuda
itu segera memperlambat lari kudanya dan langsung masuk
ke dalam dusun.
Dari jauh dia melihat cahaya lentera masih nampak
disulut dalam kamar tidur enci Cian.
Dalam keadaan begini, ia benar-benar tak bisa
membendung gejolak emosi dan rasa gembira di dalam
hatinya hampir saja dia tak tahan hendak berteriak
memanggil enci Cian dan bibiWan nya.
Dengan penuh kegembiraan dia menarik tali les
kudanya, Wu-wi-kou segera meringkik panjang dan lari
menuju ke depan pintu pekarangan bibiWan.
Suara ringkikan kuda yang keras serta derap kuda yang
nyaring dengan cepat mengejutkan seisi dusun. lampu
lentera segera dipadamkan orang, sementara cahaya lentera
yang semula menyinari kamar tidur Ciu Siau cian. kinipun
telah dipadamkan.
Dengan cepat Lan See giok sadar bahwa bibiWan hidup
di situ sebagai seseorang yang mengasingkan diri, tidak
sepantasnya bila dia mengganggu ketenangan orang
kampung, serta merta pemuda itu melompat turun dari
kudanya dan menepuk kudanya agar jangan berisik.
Kuda tersebut memang sangat pintar, dengan cepat ia
menghentikan ringkikan panjangnya dan memperingan
langkah kakinya.
Lan See giok menarik kudanya memasuki halaman
rumah bibi Wan, kemudian dengan tangan yang gemetar
http://kangzusi.com/
karena luapan rasa gembira yang luar biasa ia bersiap siap
mengetuk pintu.
Namun sebelum hal ini dilakukan, tiba-tiba dari dalam
ruangan sudah kedengaran seseorang menegur dengan
suara rendah dan berat:
"Siapa di situ?"
Lan See giok segera mengenali suara teguran itu sebagai
suara dari enci Cian.
"Cici Cian. aku yang datang!" sahut pemuda Itu
kemudian sambil berusaha menekan gejolak emosinya.
Dari dalam ruangan segera kedengaran suara langkah
manusia yang tergesa gesa, menyusul kemudian pintu
dibuka orang dan sesosok bayangan kuning menerjang ke
luar dari balik pintu seperti seekor burung walet yang
terbang lantaran kaget .
Kemudian dengan suara kejut, gembira serta gugup, dia
menegur pula agak gemetar.
"Sungguh. .sungguhkah kau. . ?"
Belum sampai habis perkataan itu diutarakan, tubuhnya
sudah menyusul di pintu gerbang dan tergopoh gopoh
mementangkan pintu rumahnya lebar-lebar.
Ketika melihat Lan See giok telah tumbuh menjadi
dewasa, tinggi besar dan lebih tampan, hampir saja Siau
cian tak berani memanggilnya lagi.
Bertemu dengan. Siau cian, Lan See giok Segera
melepaskan tali les kudanya kemudian agak tak sabar ia
genggam sepasang tangan gadis itu dan serunya sambil
mengawasi wajah nona itu lekat-lekat:
"Enci Cian, aku yang telah datang.Mana bibi ?"
http://kangzusi.com/
Dengan sinar mata penuh pengharapan dia menengok
sekejap ke pintu kamar.
Dengan cepat Ciu Siau-cian dapat menguasai diri, ketika
melihat sepasang tangannya digenggam anak muda
tersebut, merah padam selembar wajahnya, agak tersipu
sipu sahutnya.
"Ayo cepat masuk adik Giok!"
Sambil berkata dia lepaskan diri dari cekalan pemuda itu
dan berdiri di sisi kanan pintu.
Lan See-giok tertawa riang, cepat-cepat dia masuk ke
dalam ruangan.
Tiba-tiba suara ringkikan kuda berat dan rendah
berkumandang dari belakang tubuhnya.
Dengan cepat Lan See-giok teringat kalau kudanya
masih tertinggal di luar pagar halaman, tanpa terasa dia
berpaling dan tertawa menyesal.
"Aaah, hampir saja kulupakan engkau."
Dengan suatu gerakan, diapun menuntun kuda hitam itu,
memasuki pintu pagar.
Dengan wajah terkejut bercampur keheranan, Siau-cian
memperhatikan sekejap kuda Wu-wi-kou yang tinggi besar
itu, kemudian mundur dua langkah agar, kuda hitam Itu
dapat masuk ke dalam halaman, setelah itu pintu halaman
cepat-cepat ditutup rapat.
Dengan sendirinya Wu wi kou itu berjalan menuju ke
sudut halaman dan menunggu dengan tenang di situ.
Selesai menutup pintu, Siau cian baru menengok kuda
hitam itu sambil katanya penuh kegirangan.
http://kangzusi.com/
"Adik Giok, kuda hitam itu bagus sekali kaukah yang
membelinya . . . ?"
"Oooh bukan. itu pemberian perempuan beracun Be Cui
peng!" jawab sang pemuda tanpa ragu.
Mendengar kuda itu pemberian seorang wanita, dengan
penuh perasaan Siau cian mengangguk, keningnya segera
berkerut, kemudian sewaktu menuju ke ruang dalam ia
sempat bertanya lagi agak curiga.
"Siapa sih perempuan beracun Itu?"
"Oooh, dia adalah nyonya Gui Pak ciang. ketua Pek ho
cay . . . "
Mendengar, kalau istri Pek ho caycu, di dalam anggapan
Siau cian, si perempuan beracun itu sudah pasti seorang
nenek-nenek, karenanya masalah itu tidak dipikirkan dihati
lagi.
Namun dia toh merasa terkejut bercampur keheranan
sewaktu mengetahui Lan See giok telah pergi mencari Gui
Pak-ciang seorang diri.
"Jadi kau telah berkunjung ke Pek ho cay?”
Lan See-giok mengangguk sambil mengiakan, mereka
berduapun masuk ke dalam ruangan dan langsung menuju
ke kamar tidur gadis itu.
Ketika tidak melihat bibinya menampakkan diri, sekali
lagi pemuda itu bertanya keheranan.
"Enci Cian, mana bibi?"
"Mungkin sebentar lagi dia sudah pulang" sahut Siau
cian sambil menyulut lentera.
Seperti sengaja tak sengaja, beberapa kali gadis itu
mengalihkan pandangan matanya mengamati wajah Lan
http://kangzusi.com/
See-giok, wajah yang tampan dan menawan hati itu, sudah
membuatnya menderita selama setahun lebih..
Di bawah sinar lentera, Lan See-giok pun menemukan
enci Cian nya tumbuh lebih tinggi, tapi wajahnya justru
lebih cantik ketimbang setahun berselang terutama sekali
sepasang biji matanya yang jeli, sungguh membuat hati
orang terpikat.
Berdebar keras hati Siau-cian setelah diamati secara
lekat-lekat oleh pemuda itu, agak malu tapi senang, gadis
itu segera berseru:
"Adik Giok, sekarang kau lebih tinggi dari pada aku!"
Lan See-giok tertawa bodoh. lalu sahut nya agak tersipusipu:
"Dan kau lebih cantik dari pada dulu."
"Aaah. kau memang pandai bicara” gadis itu tertawa
jengah.
Tanpa terasa dia menggerakkan tangannya dan meraba
bahu pemuda itu..
Rasa hormat Lan See giok terhadap Siau cian jauh
melebihi rasa cintanya, biarpun wajah cantik jelita itu
berada di depan dadanya, selembar bibirnya yang kecil
mungil hanya satu depa di depan bibirnya tapi ia tak berani
menundukkan kepala untuk mengecupnya.
Dia tak lebih hanya bisa berdiri tenang sambi1
menikmati bau harum semerbak yang terpancar ke luar dari
tubuh gadis itu dan mengendusnya dalam-dalam, sementara
sinar matanya mengamati bibirnya yang mungil tanpa
berkedip.
Siau cian berdiri tepat dihadapan See-giok ia merasa
pemuda itu sama sekali telah dewasa, apalagi ketika ia
http://kangzusi.com/
mendongakkan kepalanya dia melihat senyumannya yang
manis, tiba-tiba gadis itu merasa bahwa adik Giok hendak
mencium bibirnya.
Teringat akan ciuman, deburan hatinya kian lama kian
bertambah kencang, dia sangat berharap pemuda itu dapat
berbuat hal ini terhadapnya, Namun tak urung bisiknya
pula lirih "Adik Giok, ayo kita duduk sambil berbincang!"
Dengan lemah lembut dia membalikkan badan dan
duduk di tepi pembaringan.
Melihat Siau-cian menyingkir, tiba-tiba Lan See giok
seperti memperoleh keberanian, cepat-cepat dia mengejar,
memegang lengan gadis itu dan duduk di sisinya, kemudian
agak tersipu sipu, tapi lembut, ia berkata "Enci Cian,
sewaktu berada dibukit Hoa san. saban hari aku selalu
merindukan diri mu!"
Siau cian merasakan hatinya hangat dan tanpa terasa
tertawa cekikikan, sambil mengawasi pemuda itu, ia
berseru:
"Wajah bodoh, semuanya telah berubah, hanya bibirmu
yang pandai bicara saja yang rasanya tak ikut berubah..”
Sambil berkata ia menuding dagu pemuda itu dengan jari
tangannya yang lentik.
Lan See giok kuatir Siau-cian tak percaya, dengan gelisah
ia berseru lagi.
"Sungguh, aku benar-benar sangat rindu kepadamu, enci
Cian bila kau tak percaya besok boleh tanyakan sendiri
kepada adik Soat.."
Begitu mendengar kata-kata "adik Soat", Siau-cian
seperti teringat akan sesuatu, di antara kerutan dahinya
http://kangzusi.com/
segera muncul selapis kemurungan, namun di luar ia masih
memaksakan diri untuk nampak gembira.
"Kau maksudkan nona Si?" tanyanya.
Sambil berkata, dengan suatu gerakan yang luwes dia
menarik kembali tangannya yang sedang digenggam
pemuda itu.
Oleh karena sedang gembira, Lan See-giok sama sekali
tidak merasakan keanehan tersebut, tetap penuh kegirangan
dia berkata lagi.
"Betul, dia telah pergi ke kampung nelayan, besok baru
akan kemari untuk menjengukmu serta bibiWan."
"Mengapa ia tidak kemari bersama sama kau?" tanya
Siau cian lagi dengan kening berkerut.
"Ditengah jalan adik Soat tak enak badan. dia takut kau
menertawakan kesayuannya, karena itu tidak ikut datang!"
Sambil berkata, tanpa terasa dia menggenggam sepasang
tangan Siau cian lagi.
Tapi begitu tangan si nona digenggam, Lan See giok
terkejut, wajahnya berubah, kalau tadi tangan si nona terasa
hangat dan lembut, maka dalam waktu singkat telah
berubah menjadi dingin bagaikan salju. .
Ia segera mendongakkan kepalanya dan mengawasi
wajah Siau cian dengan perasaan tak mengerti, serunya
terkejut.
"Enci Cian, kau."
Dengan cepat diapun menjumpai kerutan dahi gadis itu,
selapis kemurungan dan kesedihan menyelimuti seluruh
wajahnya.
http://kangzusi.com/
Melihat sikap sang pemuda yang gugup dan kaget, Siau
cian segera berlagak tertawa geli, katanya dengan cepat:
”Persoalan apa sih yang membuat kau kaget setengah
mati?"
Sekali lagi dia menarik tangannya dari genggaman
pemuda itu, lalu terusnya penuh perhatian.
"Kau belum bersantap malam bukan? Biar kusiapkan
untukmu"
Ia lantas bangkit berdiri dan berjalan menuju ke luar
ruangan, Lan See giok semakin termangu, perubahan yang
datangnya secara tiba-tiba ini membuat dia jadi kelabakan
dan tidak habis mengerti.
Ia dapat merasakan, walaupun enci Cian sedang tertawa
namun, tertawanya kelewat dipaksakan, walaupun sepintas
lalu nampak gembira namun diantara kerutan dahinya
terselip kemurungan serta perasaan sedih.
Dengan suatu gerakan yang lembut Siau cian membuka
pintu, yang mana segera menyadarkan kembali Lan Seegiok
dari lamunan. dengan cepat ia menenangkan hatinya.
kemudian berseru dengan gelisah:
"Enci Cian aku belum lapar, aku masih belum lapar!"
Buru-buru dia bangkit berdiri dan menyusul sampai di
luar ruangan.
Tapi, Siau cian telah berjalan masuk ke dalam dapur.
Kembali Lan See giok mengejar sampai di situ, serunya
lebih jauh.
"Aku masih belum lapar, cici Cian aku belum lapar!"
http://kangzusi.com/
Siau cian memandang sekejap wajah si anak muda itu,
kemudian sambil menyulut lentera, katanya lagi dengan
gembira.
"Aku bisa menanakkan nasi dengan cepat adik Giok, bila
kau ingin berbicara, lanjutkanlah kata katamu!"
Sesungguhnya Lan See-giok belum bersantap malam.
namun ia sama sekali tidak lapar, apa lagi setelah
menjumpai perubahan yang tak terduga itu, dia semakin tak
tega untuk makan.
Dengan penuh keraguan dan perasaan tak habis
mengerti, ia berdiri di belakang Siau cian, dengan termangu
mangu mengawasi gadis itu mempersiapkan hidangan
baginya
Kalau tadi, enci Cian kelihatan begitu gembira dan riang,
wajahnya yang cantik diliputi cahaya kegembiraan.
Maka sekarang ia berkerut kening dan penuh
kemurungan, meski ia masih memaksakan diri untuk
tertawa manis, namun sikap yang dipaksakan tersebut
hanya bisa berlangsung untuk sesaat.
Sebagai seorang pemuda yang pintar dengan cepat Lan
See giok merasa dimanakah letak kesalahan tersebut, ia
menyesal sekali mengapa membicarakan soal Si Cay soat,
ia memaki diri sendiri, menggerutu kepada diri sendiri,
tidak sepantasnya mempersoalkan adik Soat dalam keadaan
dan suasana seperti ini.
Tapi, besok kan Si Cay soat akan datang? Bagaimana
pula jadinya?
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa peluh bercucuran
dengan amat derasnya.
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan gugup dia, menengok enci Ciannya
yang cantik, perempuan yang selama ini dianggap sebagai
dewi suci dalam hati kecilnya, dia tak percaya enci Ciannya
yang lemah lembut penuh keanggunan itu justru merupakan
seorang gadis yang sangat besar rasa cemburunya.
Namun kenyataan memang demikian. Siau-cian baru
menunjukkan sikap murung dan sedih setelah mendengar
soal Si Cay-soat, mengapa pula tangannya berubah menjadi
dingin seperti es?
Tentu saja Lan See-giok tidak dapat memahami perasaan
Siau cian yang sesungguhnya, semenjak setengah tahun
berselang, dia telah mempunyai suatu ketetapan dihati
kecilnya..dia hendak mengorbankan diri agar Lan See giok
bisa hidup berbahagia dengan Si Cay soat.
Di dalam anggapannya, bila ada dua orang gadis
bersama sama mencintai seorang lelaki, maka akhirnya
tentu akan tragis, terutama sekali ibunya Hu-yong siancu,
ini merupakan suatu contoh yang nyata sekali..
Ia pun dapat membayangkan, selama setahun lebih ini
Lan See giok dan Si Cay soat selalu hidup bersama, main
bersama dan latihan bersama tak sedetikpun mereka
berpisah, benih cinta yang tumbuh diantara mereka
mungkin sudah mencapai pada titik puncaknya.
Mereka pasti sudah saling berpelukan, saling berciuman
dan saling bermesrahan, bahkan bisa juga jadi kehidupan
mereka sudah tak ubahnya seperti kehidupan suami istri-
Setiap tengah malam ia terbangun dari tidurnya dan
terbayang akan persoalan ini, gadis itu tak pernah bisa tidur
lagi.
Ia pernah mendengar To Seng cu membicarakan soal Si
Cay soat kepada ibunya, dikatakan meski Si Cay soat
http://kangzusi.com/
adalah seorang gadis yang berbudi luhur, dengan kekerasan
hatinya luar biasa, ditambah lagi rasa ingin menangnya
yang besar, dalam segala hal dia tak mau kalah ditangan
orang, karena itu dia merasa tak mungkin bisa bergaul
dengan manusia seperti ini.
Daripada diakhirnya nanti bentrokan diantara mereka
berdua menyebabkan Lan See giok tidak berhasil
memperoleh kebahagian, jauh lebih baik bila sekarang juga
dia mengundurkan diri dan meninggalkan kenangan yang
indah.
Tentu saja dia masih tetap mencintai adik Giok, cuma
dia ingin memendam rasa cinta nya itu dihati kecil, dia
ingin menemani ibunya yang kesepian dan hidup sepanjang
masa di sana. .
Kini Ciu Siau-cian mulai menyesal, apa sebabnya dia
harus menunjukkan perasaan hangat dan cintanya sewaktu
menyambut kedatangan Lan See-giok yang sudah berpisah
setahun lamanya itu.
Ia merasa semestinya dapat mempertahankan jarak dan
sikap dalam perjumpaan tadi, namun rasa rindu yang
meluap luap, rasa kangen yang dirasakan setiap malam,
mungkinkah bisa mengendalikan dia dalam menghadapi
situasi demikian?
Sekarang, untuk pertama kalinya ia harus merasakan
betapa menderitanya bila harus mengendalikan rasa cinta di
dalam hati, apalagi bila terbayang bagaimana sepanjang
hidupnya kemudian harus dilalui dalam siksaan dan
kesepian, tiba-tiba perasaannya menjadi sedih, hampir saja
titik air mata jatuh berlinang.
Masih untung ia berdiri membelakangi See giok,
sehingga air matanya dapat di kendalikan agar tidak
http://kangzusi.com/
meleleh ke luar, namun dia sendiri pun tahu, saat ini adik
Giok tentu sedang menderita pula akibat dari sikapnya itu.
Dalam ruang dapur, selain suara nasi yang ditanak serta
bau harum dari hidangan, suasana terasa hening dan tak
kedengaran suara yang lain.
Seperti apa yang diduga gadis itu, Lan See giok memang
sedang terjerumus dalam penderitaan.
CIU SIAU CIAN merupakan gadis pertama yang
memasuki kehidupannya, dia pula merupakan Dewi cantik
yang dipuja dan di hormati selama ini. baginya, ia boleh
melepaskan semua benda berharga yang dimilikinya selama
ini, namun tak mungkin bisa kehilangan enci Cian.
Saat itu dia hanya berdiri termangu -mangu di belakang
gadis tersebut, perasaan gembira dan riang yang
menyelimuti perasaannya tadi, kini telah berubah menjadi
penderitaan dan kesedihan, dia tak tahu apa yang mesti
diperbuat agar bisa membangkitkan kembali kegembiraan
gadis tersebut.
Selesai mempersiapkan semacam sayur, Siau cian diamdiam
melirik sekejap kearah pemuda itu, menyaksikan sang
pemuda yang pulang dengan penuh kegembiraan dan
semangat, kini justru berdiri termangu dengan kening
berkerut, hatinya terasa sakit bercampur pedih.
Ia tak dapat berbuat begini terus, diapun tak tega
menyiksa kekasih hatinya. maka setelah mendehem dan
memaksakan senyuman gembira, tegurnya: "Adik Giok . . .
mengapa kau hanya membungkam terus-?"
Sambil berkata ia membalikkan badan serta memandang
sekejap wajah anak muda itu dengan pandangan matanya
yang jeli.
http://kangzusi.com/
Lan See giok merasakan hatinya bergolak keras,
menderita bukan kepalang, senyuman yang diperlihatkan
Siau-cian sekarang. ibaratnya orang dalam kegelapan yang
tiba-tiba melihat sinar lentera, segera menampilkan kembali
semangat dan keberanian di dalam hatinya.
Ia merasa inilah saatnya untuk mengucapkan kata-kata
pujian kepada gadis itu, diapun perlu menyampaikan
beberapa kata bagi Si Cay soat, agar pertemuan mereka
besok tidak dilewati dalamsuasana yang serba kaku.
Setelah mendehem sejenak katanya kemudian.
"Enci Cian, adik Soat bilang jubah biru yang kau
jahitkan untukku itu dibuat dari ulat sutera langit.. "
"Ehmmm. betul" Siau cian mengangguk, "benda itu
diperoleh ibu sewaktu dia mengikuti sucou Huan-in suthay
belajar silat di Thian san barat dan menemukannya dalam
sebuah gua."
Dengan cepat Lan See-giok menjadi paham, rupanya
perguruan bibiWan adalah Thian-san-pay.
Namun di dalam suasana begini, dia sama sekali tak
berniat untuk mencari tahu tentang masalah tersebut,
katanya lebih jauh.
"Adik Soat pun bilang, jahitanmu sangat indah lagi rapi,
bila dibandingkan dengan hasil karyanya dia kalah jauh
sekali darimu."
Siau-cian pura-pura tertawa riang, sengaja dia berseru:
"Sayang sekali bukan hasil karyaku”
Sebelum gadis itu menyelesaikan kata-katanya, pemuda
itu segera membantah.
http://kangzusi.com/
"Kau tak usah membohongiku, aku sudah mengendus
pakaian yang kau berikan untukku itu. di atasnya masih
tersisa bau harum dari tanganmu"
Merah dadu selembar wajah Siau-cian karena jengah, ia
segera terbungkam dan tak mampu membantah lagi, namun
pemuda itu dapat melihat, di atas wajahnya yang merah
jengah, terselip rasa terhibur meski terdapat pula rasa
murung.
Maka ia pun berkata lebih jauh:
"Selain itu, sarung pedang dan sepatu yang cici
hadiahkan untuk adik Soat. membuat adik Soat terkejut
bercampur kegirangan sedemikian gembiranya sampai dia
cuma bisa menyebut enci Cian berulang kali .."
Sambil tersenyum Siau-cian menyela.
"Ibu yang menyuruh aku menjahitkan buat nona Si.
sebab selama kau belajar silat di bukit Hoa-san, semua
kebutuhan hidup tergantung padanya.."
Ketika berbicara sampai disini, suaranya berubah
menjadi agak gemetar dan ia tak sanggup melanjutkan
kembali kata-katanya.
Lan See- giok merasa sedih sekali, dengan sinar mata
penuh rasa sesal dia menengok ke arah Siau cian, sedang
pembicaraanpun berhenti di tengah jalan.
Untuk menenangkan gejolak perasaan dalam hatinya.
serta untuk melenyapkan kemurungan serta kepanikannya,
ia segera memejamkan mata, mengerahkan tenaga dan
diam-diam mengatur pernapasan .,
Mendadak ia seperti mendengar ada orang sedang
berlarian mendekat. orang itu datang dari sebelah utara
dusun.
http://kangzusi.com/
Dengan cepat ia membuka mata, kemudian berbisik lirih.
”Enci Cian, ada orang sedang bergerak menuju ke arah
kita!"
Siau cian segera berhenti bekerja dan memasang telinga
untuk mendengarkan dengan seksama, akan tetapi ia tak
berhasil mendengar sesuatu apapun.
Akhirnya dengan kening berkerut dan nada penuh
keraguan ia bertanya.
"Adik Giok, apakah kau berhasil mendengarnya?"
Dengan sorot mata penuh rasa kaget dan keheranan, ia
menengok wajah pemuda tersebut.
Lan See giok mengerutkan dahinya lalu memasang
telinga dan mengamati sekali lagi dengan cepat dia manggut
berulang kali.
"Yaa, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang ini
sudah mencapai titik kesempurnaan. kecepatan geraknya
tidak seperti kawanan jago biasa . . .”
Ketika dilihatnya Sian cian masih belum percaya,
pemuda itu menambahkan lagi dengan wajah serius.
"Sungguh enci Cian, orang itu paling banter cuma
berjarak sepuluh kaki dari kita."
Melihat mimik wajah Lan See giok, mau tak mau Siau
cian harus percaya kepadanya maka diapun memasang
telinga kembali
Benar juga. tiba-tiba terdengar suara ujung baju
terhembus angin berkumandang datang, pengalaman
memberitahu kepadanya bahwa orang itu sudah berada di
luar pagar pekarangan.
http://kangzusi.com/
Namun setelah dipikir sebentar, hatinya segera tergerak,
sambil tertawa cekikikan serunya cepat.
"Oooh, ibu telah pulang rupanya"
Sekali lagi Lan See giok memasang telinga, tak salah
lagi, orang itu memang melompat masuk dari luar pagar
halaman. maka serunya berulang kali.
"Bibi, bibi-. "
Sekali berkelebat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata.
Siau cian amat terkejut, sekarang dia baru sadar, rupanya
kepandaian silat yang dimiliki adik Gioknya telah
mengalami kemajuan yang mengerikan sekali dalam
setahun ini.
Setelah berhasil menenangkan hatinya, ia segera maju ke
depan untuk menyongsong kedatangan mereka.
Terdengar suara angin berhembus lewat ditengah
halaman. Hu-yong siancu dengan pakaian ringkas berwarna
ungu telah melayang turun dalam halaman.
Dengan air mata bercucuran Lan See giok segera
bersorak gembira, kemudian menubruk ke depan
Hu-yong siancu sendiripun terkejut bercampur gembira
sehingga hampir saja tak mampu mengendalikan diri
setelah melihat kemunculan Lan See-giok. Serunya:
"Anak Giok, rupanya kau telah tiba lebih dulu di
rumah."
Tanpa sadar dia memeluk tubuh pemuda itu ke dalam
rangkulannya. lalu seperti setahun berselang dengan penuh
kasih sayang membelai bahu serta lengan anak muda
tersebut.
http://kangzusi.com/
Bagi Lan See giok, bibi Wan dipandang sebagai ibu
kandung sendiri. sebab dialah satu satunya orang yang dia
anggap keluarga sendiri, tak heran kalau saking emosinya,
dia sampai menjatuhkan diri berlutut.
Ketika membelai bahu dan kepala Lan See giok, di
dalam benak Hu-yong siancu seakan akan muncul
bayangan tubuh dari Lan Khong-tay semasa lagi muda itu,
air matanya, bagaikan mutiara yang putus benang, jatuh
bercucuran dengan derasnya.,
"Anak Giok. ayo bangun dan mari kita duduk di dalam
rumah" akhirnya ia membisik sambil menyeka air mata di
mata pemuda itu.
Dalam detik-detik demikian, Lan See giok sama sekali
terbuai di dalam kasih sayang ibu, semua penderitaan,
semua kesedihan terlupakan sama sekali.
Ia mendongakkan kepalanya, memandang bibi Wan
penuh hormat, kemudian bisiknya dengan air mata
berlinang.
"Bibi, setiap hari anak Giok selalu merindukan kau!"
Hu-yong siancu mengucurkan air mata nya lalu tertawa
ramah, sahutnya seraya mengangguk.
"Setiap hari. aku dan cici Cian mu juga selalu berharap
kau berhasil dalam pelajaran silat dan pulang secepatnya!"
Sambil berkata, dia membangunkan pemuda itu dari atas
tanah.
Lan See giok segera terseret bangun namun bila teringat
bagaimana enci Cian nya tiba-tiba marah dan tidak senang
hati, sekali lagi air matanya jatuh berlinang.
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu mengamati pemuda itu dengan seksama,
Ia merasa Lan See giok sudah jauh lebih tinggi daripada
dirinya, dengan penuh rasa gembira katanya kemudian.
"Anak Giok. kini kau sudah dewasa. Masa air matamu
masih berlinang? Apakah kau tidak takut ditertawakan enci
Cianmu?"
Seraya berkata, dengan penuh keramahan ia melirik
sekejap ke arah Siau cian yang berdiri di depan pintu dapur.
Mendengar perkataan itu Lan See-giok berhenti
menangis. namun perasaannya justru bertambah berat.
Hu-yong siancu mengira hal ini di sebabkan gejolak
emosinya setelah lama berpisah, karenanya tidak begitu
menaruh perhatian, hanya ajaknya.
"Anak Giok: ayo kita duduk di dalam ruangan saja!”
Mendadak sinar matanya mengerling sekejap ke arah
kuda hitam Wu-wi kou yang berada di sudut halaman
dengan pandangan terkejut bercampur keheranan,
kemudian baru melangkah masuk ke ruangan.
Lan See-giok mengikuti di belakang bibinya, dia
mencoba mengerling sekejap ke arah Ciu Siau cian yang
berdiri sedih. namun Siau cian segera menundukkan
kepalanya sambil masuk ke dalamdapur.
Hu-yong siancu menyulut lentera di ruang depan dan
mengambil duduk berhadapan dengan pemuda itu, sekali
lagi dia amati wajah Lan See-giok dengan seksama,
kemudian baru tertawa gembira. tanyanya penuh
keramahan-.,
"Anak Giok. mengapa kau pulang seorang diri?"
"Tidak, anak Giok pulang bersama sumoay Si Cay-soat!"
"Mana nona Si" tanyaHu-yong siancu terkejut.
http://kangzusi.com/
"Dia telah pergi ke tempat tinggal Naga sakti pembalik
sungai Thio loko!"
"Baru saja aku pulang dari kediaman si saga sakti
pembalik sungai, mengapa tidak kujumpai nona Si?" tanya
Hu-yong siancu dengan kening berkerut.
"Mungkin dia belum sampai, anak Giok sendiripun
belum lama tiba di rumah."
Hu-yong siancu segera manggut-manggut penuh
pengertian dan tidak bertanya lebih jauh.
Dalam pada, itu Siau-cian telah menghidangkan sayur
dan nasi di atas meja.
Memandang sayur dan nasi yang dihidangkan. Lan See
giok sedikitpun tidak merasa lapar, dalam hatinya dia
hanya memikirkan terus ketidak senangan enci Cian nya.
Sebagai orang yang berpengalaman, Hu-yong siancu
segera tertarik akan keanehan kedua orang muda mudi itu,
sewaktu diperhatikan lebih seksama, ia jumpai Lan See giok
berkerut kening terus menerus, sementara sorot matanya
ditujukan kearah putrinya dengan keragu-raguan.
Sebaliknya, meski senyuman manis menghiasi wajah
Siau cian serta ia berusaha menunjukkan sikap gembira,
namun diantara kerutan dahinya sudah jelas terlintas
kemurungan.
Hu-yong Siancu adalah seorang yang pernah mengalami
pahit getir dunia asmara, dalam sekilas pandangan saja dia
telah menyimpulkan bahwa diantara Siau cian dengan See
giok pasti sudah terjadi sesuatu hal yang tidak
menyenangkan, di samping itu dengan cepat pula ia bisa
menduga bahwa persoalan ini pasti ada sangkut paut
dengan kehadiran Si Cay soat.
http://kangzusi.com/
Dengan berlagak seakan akan belum tahu Ia lantas
berkata kepada Siau cian:
"Anak Cian. coba ambilkan seperangkat mangkuk dan
sumpit, akupun belum bersantap malam."
Siau cian mengiakan dengan hormat kemudian cepatcepat
berlalu dari situ.
Sebenarnya Lan See giok hendak menampik hidangan
itu, tapi berhubung bibinya juga belum bersantap malam,
terpaksa dia harus menemani bibinya untuk makan.
Sementara Hu-yong siancu menemani Lan See giok
bersantap, Siau cian duduk menanti di samping.
Dengan kehadiran Hu-yong siancu, suasana di situ pun
terasa jauh lebih lunak.
Dalam kesempatan itu Lan See giok dengan sendirinya
mengisahkan pengalamannya semenjak naik ke bukit Hoa
san untuk belajar silat, namun ia tidak bercerita kalau, ia
sempat membaca bait syair yang memedihkan hati di atas
dinding gua di bawah Giok li hong.
Menyusul kemudian ia pun bercerita pengalamannya
ketika belajar ilmu silat dari Tay lo hud bun pwe yap cin
keng, malah secara khusus berkisah bagaimana Lam-hay lo
koay datang. Semenjak To Seng-cu menuju ke luar lautan
ketika membicarakan soal ini, diam-diam ia mengamati
perubahan wajah bibinya, tidak ditemukan sesuatu yang
aneh, maka tanyanya kemudian dengan perasaan tidak
habis mengerti:
"Bibi, sewaktu berangkat ke luar lautan apakah suhu
datang menjumpai bibi ?"
Hu-yong siancu segera mengangguk:
http://kangzusi.com/
"Yaa, dia datang satu kali, tapi sama sekali tidak
menjelaskan alasan yang sebenarnya kepergiannya ke luar
lautan"
Lan See giok dapat melihat bahwa Hu-yong siancu
enggan mengutarakan keadaan yang sebenarnya, namun
diapun tak mau mendesaknya lebih jauh.
Terdengar Hu-yong siancu berkata lebih jauh. "Mungkin
si naga sakti pembalik sungai Thio lo enghiong mengetahui
keadaan yang sejelasnya."
Sekali lagi Len See - giok merasakan hatinya, tergerak is
teringat kembali dengan surat yang dikatakan sebagai surat
gurunya meski dia tahu kalau surat itu palsu, namun tetap
berharap dapat mengetahui alasan kepalsuannya.
Maka sekali lagi pemuda itu berkata.
"Bibi, musim panas tahun berselang si naga sakti
pembalik sungai Thio loko telah datang ke Hoa-san sambil
membawa sepucuk surat dari suhu To Seng cu, konon surat
itu dibawa oleh Keng hian Sian tiang dari Bu-tong-pay.
padahal ketika anak Giok melewati bukit Bu tong, secara
kebetulan kubuktikan bahwa Keng hian Sian tiang sedang
mengasingkan diri dan sudah tiga tahun tak pernah turun
gunung. apakah bibi juga mengetahui akan peristiwa ini?"
Rasa sedih menghiasi wajah Hu-yong siancu, setelah
termenung sebentar sahutnya.
"Bila Thio lo enghiong berkata demikian. sudah pasti dia
mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan!"
Lan See giok segera mengerti, biarpun ia mengajukan
pertanyaan lagi kepada bibi Wan, belum tentu dia akan
menjelaskan, tampaknya dia harus menunggu sampai
kembalinya si naga sakti pembalik sungai.
http://kangzusi.com/
Walaupun demikian, ia bertanya lagi:
"Bibi, ada urusan apa kau pergi mencari Thi loko? "
"Aku ke rumahnya karena ingin mencari kabar kapan
kau akan pulang."
Sekali lagi Lan See-giok merasakan hatinya, tergerak:
"Dia dan adik Thi gou telah pergi ke Pek ho cay ,
sewaktu bibi ke situ. apakah mereka telah pulang?"
Hu-yong siancu menggeleng:.
"Sewaktu aku kesana, hanya putra sulung nya Thio Tay
keng yang ada di rumah, sedang Thio lo-enghiong sendiri
masih belum pulang"
"Darimana bibi tahu kalau Thio loko pergi ke Hoa san?
desak pemuda itu tak habis mengerti.
"Sebelum pergi ia telah membicarakan soal ini
denganku."
Kembali satu ingatan, melintas dalam benak Lan See
giok, tanyanya lebih jauh:
"Apakah bibi mengetahui apa alasannya Thio loko
hendak mengajak aku pulang?"?
Rupanya Hu-yong siancu benar-benar tidak mengetahui,
sahutnya:
"Tentang masalah seperti ini, kau mesti menunggu
sampai Thio lo enghiong pulang, baru akan jelas semuanya"
Lan See giok tahu kalau bibinya enggan membicarakan
persoalan itu lebih dulu. maka diapun tidak bertanya lebih
jauh.
Menggunakan kesempatan mana ia menuturkan
pengalamannya sejak turun gunung. pergi ke Pek ho cay,
http://kangzusi.com/
mendapat keterangan baru dari Gui Pak ciang lalu pergi ke
Tay ang san mencari beruang berlengan tunggal Kiong Tek
ciong kemudian mendapat berita tentang Toan Ki tin dan Si
Yu gi serta. lain lainnya.
Seusai mendengar penuturan itu. Hu-yong siancu
mengerutkan dahinya dengan sedih sampai lama kemudian
ia baru berkata:
"Bila ditinjau dari apa yang diucapkan Kiong Tek ciong,
bisa jadi jejak ayahmu sudah diketahui oleh Si Yu gi,
sedangkan pembunuh yang sesungguhnya adalah Toan Ki
tin, atau Si Yu-gi, mengenai lorong rahasia baru tersebut,
bisa jadi hasil galian Si Yu gi secara diam-diam ”
"Tapi menurut apa yang anak Giok saksikan dengan
mata kepala sendiri Toan Ki tin masuk ke luar dari kuburan
tersebut melalui jalanan yang ada, dari sini menunjukkan
bahwa Si Yu-gi sendiripun tidak tahu "kata sang pemuda
menerangkan.
Hu-yong siancu termenung berapa saat lamanya,
kemudian baru katanya lagi.
"Kini Si Yu-gi telah mati sehingga mustahil untuk
mengorek keterangan dari mulutnya aku rasa kita hanya
bisa bertanya kepada Manusia buas bertelinga tunggal Oh
Tin-san yang bersembunyi dibalik kegelapan, di samping itu
kita harus mengorek keterangan darinya secara bagaimana
ia bisa mengetahui jejak ayahmu dan bagaimana caranya
dia memasuki kuburan kuno, semenjak kapan pula Si Yu gi
bersembunyi di kamar sebelah.."
Menyinggung soal Oh Tin- san, Lan See giok merasa
hatinya tergerak, kembali ia bertanya dengan perasaan tak
habis mengerti:
http://kangzusi.com/
"Bibi. setelah Oh Tin-san suami istri dibuat lari ketakutan
oleh kemunculan suhu To seng-cu pada malam itu,
pernahkah dia datang mengganggu dirimu lagi?"
"Tidak, ia tak pernah kemari lagi" Hu-yong siancu
menggeleng, namun juga agak curiga, "cuma anehnya
dalam setahun belakangan ini, Oh Tin san suami istri juga
tak pernah munculkan diri lagi di sekitar tempat ini. kalau
bukan disebabkan merasa takut terhadap To Seng-cu
locianpwe, sudah pasti ia sedang menekuni sejenis ilmu silat
yang sangat tangguh!"
Lan See giok berkerut kening, kemudian se akan-akan
memahami akan sesuatu katanya.
"Bibi, anak Giok pikir ingin menyusul Oh Li-cu yang
baru pulang dari Tay ang san untuk menyelidikiWi-lim-poo
sekali lagi."
Ciu Siau cian yang selama ini hanya duduk
mendengarkan dengan mulut membungkam, segera
mengerutkan dahinya begitu menyinggung masalah Oh Licu.
Namun sebelum ia sempat menimbrung, Hu-yong siancu
telah bertanya lebih dulu dengan wajah keheranan.
"Anak Giok. jadi kau telah bertemu lagi dengan nona
Oh?"
Tadi, Lan See giok hanya menjelaskan tentang hasil yang
diperoleh dari Kiong Tek ciong tanpa menjelaskan
pengalamannya selama di Tay ang san secara terperinci,
setelah mendapat pertanyaan itu, dia baru menerangkan
bagaimana Tok Nio-cu menyusulnya sampai di kota Siang
yang, bagaimana bertemu dengan Oh Li-cu dan menuju
Tay ang san bersama sama. lalu bagaimana kedua kakak
beradik itu saling bertemu kembali..
http://kangzusi.com/
Tampaknya. Hu-yong siancu pernah mendengar tentang
Tok Nio-cu, ia segera memberi peringatan.
"Tok Nio-cu adalah seorang perempuan liar yang kurang
wajar cara hidupnya, dengan mengandalkan senjata rahasia
beracunnya, banyak sudah korban yang tewas di tangannya.
seorang perempuan muda yang genit ternyata memilih
nama julukan yang menggetarkan hati, anak Giok, di
kemudian hari kau harus lebih waspada."
Lan See giok segera mengiakan berulang kali, sebelum ia
menjelaskan bagaimana Tok Nio-cu menghadiahkan kuda,
menjadi petunjuk jalan dan mulai menunjukkan sikap welas
kasihnya terhadap musuh, tiba-tiba terdengar Ciu Siau cian
berkata dengan ketus:
"Kuda hitam yang berada di tengah halaman justru
merupakan hadiah dari Tok Nio-cu yang peramah itu.."
Merah padam selembar wajah Lan See giok karena
jengah, secara jujur dan terbuka ia segera menjelaskan
pengalamannya sampai mendapat hadiah kuda..
Setelah mendengar penuturan mana. Hu-yong siancu
mengangguk berulang kali sambil katanya:
"Asal pemberian kuda dilakukan dengan perasaan yang
tulus dan jujur kita memang mesti menerimanya. Justru
yang dikuatirkan adalah bila dia mempunyai maksud tujuan
tertentu!"
"Besok Tok Nio-cu dan Oh Li cu sudah akan tiba di sini,
biarlah setelah bersua nanti anak Giok mengembalikan
kuda itu kepada mereka!" janji pemuda itu cepat-cepat.
Hu-yong siancu manggut-manggut, kemudian ia
bertanya lagi.
http://kangzusi.com/
"Apakah nona Oh telah bercerita tentang ditotoknya
jalan darahnya pada malam dulu? "
”Tidak dia hanya bercerita bahwa bibi telah
membicarakan soal terbunuhnya ayahku.."
Hu-yong siancu menghela napas panjang.
"Aai setelah kepergianmu pada malam itu Tok Seng cu
locianpwe telah munculkan diri dari balik kegelapan
pertama tama dia serahkan dulu pedang Gwat hui kiam dan
sebuah kotak kecil kepada anak Cian, dengan pesan agar
aku membimbing enci Cianmu mempelajarinya, kemudian
setelah membebaskan totokan jalan darah Oh Li cu. Ia baru
menyusul ke mana kau telah pergi."
Sejak enci Ciannya membuatkan sarung pedang untuk Si
Cay-soat, Lan See giok telah menduga besar kemungkinan
pedang Gwat hui kiam telah diserahkan oleh gurunya
kepada Ciu Siau cian. mendengar sampai di situ ia segera
menjelaskan.
"Kedua bilah pedang mestika itu."
Tapi Hu-yong siancu segera menukas sebelum anak
muda itu melanjutkan kata katanya
"Suhumu telah memperkenalkan asal usul kedua bilah
pedang itu kepada kami, untung saja enci Cian mu tak
sampai menyia-nyiakan pengharapannya, cuma sayang
tenaga dalamnya masih ketinggalan jauh sehingga menuju
ke tingkat kesempurnaan pun masih jauh sekali"
Tergerak pikiran Lan See giok mendengar kata-kata itu,
dia segera teringat kembali dengan cairan Leng sik giok ji
yang tersimpan dalam sakunya.
Dengan penuh kegembiraan ia segera berseru:
http://kangzusi.com/
"Biarpun tenaga dalam enci Cian agak ketinggalan. hal
ini tak perlu dirisaukan. anak Giok masih menyimpan leng
sik giok ji sebanyak tujuh delapan tetes dalam saku, harap
bibi dan enci Cian sudi meneguknya beberapa tetes"
Dari sakunya ia mengeluarkan botol kecil itu dan
diserahkan ke tanganHu-yong siancu.
Dengan perasaan terkejut, bercampur gembira Siau cian
segera maju menghampirinya.
Dengan wajah serius Hu-yong siancu menerima botol
kecil itu dan segera membuka penutupnya seketika itu juga
seluruh ruangan dipenuhi bau harum semerbak.
Paras mukanya segera berubah, dengan wajah berseri
katanya kemudian sambil mengangguk.
"Yaa, benar, memang benda mestika yang mahal
harganya!"
Berbicara sampai di situ, keningnya kembali berkerut,
seakan-akan sedang memikirkan sesuatu, kemudian dengan
nada tak habis mengerti tanyanya.
"Pada saat suhumu menyerahkan pedang kepada anak
Cian tahun berselang beliaupun menghadiahkan setetes
Leng-sik-giok-ji untuk encimu, konon cairan itu merupakan
tetesan yang terakhir, dari mana kau bisa mendapatkan
begitu banyak_."
Secara ringkas pemuda itu segera menjelaskan
bagaimana dia bersama Si Cay-soat menemukannya di
dalam sebuah celah gua, tentu saja soal adegan panas yang
dilakukannya bersama Si Cay-soat sama sekali tidak
disinggung.
Akhirnya dengan penuh kegembiraan dia berkata:
http://kangzusi.com/
"Isi botol ini paling tidak masih terdapat tujuh-delapan
tetes, silahkan bibi den enci Cian membaginya untuk
berdua."
Hu-yong siancu segera menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil tertawa.
"Aku sudah pernah makan buah Cu-sian ko jadi tak
perlukan Leng-sik-giok-ji lagi .. "
Baru sekarang Lan See-giok mengerti, apa sebabnya bibi
Wan bisa awet muda sampai sekarang, bahkan seperti
seorang wanita yang baru berusia dua puluh enam-tujuh
tahunan, rupanya bibinya sudah pernah makan buah Cusian
ko yang berkhasiat awet muda.
Sementara dia berpikir, Hu-yong siancu telah mengambil
sebatang sumpit dari meja menggosoknya sampai bersih
betul, kemudian dimasukkan ke dalam botol itu:
Lalu kepada anak gadisnya dia berseru:
"Anak Cian, buka mulutmu lebar-lebar."
Merah jengah selembar wajah Ciu Siau cian, dengan
wajah berseri dia membuka mulutnya lebar-lebar kemudian
menghisap sumpit dengan cairan putih itu.
Bau harum semerbak segera memenuhi bibirnya, cairan
putih itu segera meluncur ke dalam kerongkongan dan
masuk ke dalam perut
Dengan wajah gembira Lan See giok segera berseru.
"Bibi. berilah enci Cian setetes lagi!"
Hu-yong siancu segera menggeleng-
"Leng sik giok ji adalah benda mestika yang langka sekali
di dunia ini. sudah sepantasnya kalau dihemat sedapatnya,
http://kangzusi.com/
bagi mereka yang bertenaga dalam agak rendah. paling baik
kalau jangan makan kelewat banyak"
Kemudian kepada putri kesayangannya. ia berkata lagi
sambil tersenyum,
”Anak Cian, tenaga dalam yang kau miliki sekarang
paling tidak telah bertambah dengan dua puluh tahun hasil
latihan. kau sudah seharusnya berterima kasih kepada adik
Giok. dari sini membuktikan bagai mana besarnya
perhatian adik Giok mu kepadamu”
Merah dadu selembar wajah Siau-cian oleh kata-kata
tersebut, meski ia menundukkan kepalanya sambil tertawa,
namun diantara, kerutan dahinya masih terselip
kemurungan dan kesedihan yang mendalam.
Hu-yong siancu kuatir Lan See giok mengetahui
perubahan aneh di wajah Siau cian tersebut, cepat-cepat ia
berkata lagi, "Anak Cian, cepat pergi ke kamarku dan
bersemedi lah dua tiga kali putaran, iringi hawa sakti yang
dihasilkan Giok ji tersebut ke seluruh anggota badan,
dengan begitu akan semakin besar khasiat yang kau
peroleh."
Kemudian kepada Lan See giok yang masih memandang
Siau cian dengan wajah termangu itu, katanya lagi sambil
tersenyum:
"Anak Giok, sekarang tengah malam sudah lewat,
kaupun sepantasnya beristirahat di kamar anak Cian!"
sembari berkata, ia serahkan kembali botol porselen tersebut
ke tangan Lan See-giok.
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
menerima kembali botol porselen itu dan menyampaikan
selamat malam, dia beranjak dari tempat duduknya.
http://kangzusi.com/
Setelah melepaskan sepatu, ia berbaring di ranjang dan
memadamkan lentera.
Sementara itu malam semakin kelam. di luar pagar sana
hanya terdengar suara air telaga.
Berbaring di atas ranjang, tanpa terasa Lan See giok
membelai kasur milik enci Cian itu, bau harum yang
menusuk hidung membuat anak muda tersebut semakin tak
tenang, ia tak tahu sampai kapan baru bisa memeluk
encinya yang cantik itu serta mengajaknya tidur bersama.
Semakin kalut pikirannya, Lan See giok semakin tak
dapat tidur, terpaksa ia duduk bersila sambil mengatur
pernapasan. Tak lama kemudian semua kekusutan dan
kekalutan pikirannya dapat teratasi ..
Entah berapa lama sudah lewat, dalam semedinya
mendadak ia mendengar suara isak tangis seseorang yang
lirih dan berusaha keras dikendalikan.
Begitu suara tangisan itu tertangkap telinga Lan See giok.
saking terkejutnya hampir saja ia menjerit, ia tak tahu
mengapa Siau cian menangis sedih di tengah malam begini?
Sambil berusaha mengendalikan rasa sedih yang
mencekam perasaannya. ia mendengarkan lebih jauh.
Dengan cepat ia menangkap suara bisikan Hu-yong
siancu, sedemikian lirihnya suara tersebut sehingga hampir
saja ia tak dapat mendengarkan dengan jelas.
"Cian ji kau tak boleh terlalu mengikuti napsu, aku sudah
menyesal sepanjang hidupku, kau tak boleh mengikuti
sejarah kehidupanku-."
"Apalagi. coba kau lihat betapa cintanya anak Giok
kepadamu, perbuatan mu ini bisa jadi akan menghancurkan
lembaran hidupnya .”
http://kangzusi.com/
"Selama hidup anak Cian tak mau kawin, aku hendak
menemani ibu sampai akhir hayat!" kata Siau Cian
kemudian sambil terisak.
Dengan nada menegur, tapi juga menghibur Hu-yong
siancu segera berkata:
"Anak bodoh, asal kau sudah kawin dengan adik Giok,
bukankah ibupun dapat selalu tinggal bersama kalian?"
"Ibu, bukankah kau pernah mengatakan, bila ada dua
orang gadis mencintai seorang lelaki, maka percintaan
tersebut akan berakhir dengan tragis?"
"Anak Cian, itu cuma pendapatku yang salah dimasa
muda dulu, aku telah mencelakai ayahnya dan ibunya
hingga menderita sampai saat terakhir, aku tak akan
membiarkan pikiranmu yang cuma menyebabkan
kehidupan anak mereka hancur berantakan, anak Cian, kau
adalah seorang anak yang pintar dan tahu adat kesopanan,
kau tidak boleh melakukan perbuatan bodoh seperti ini."
"Anak Cian, kau sudah mendengar . . . ? Apalagi
kebanyakan orang lelaki memang mempunyai tiga istri
empat selir, malah seperti Siang lam tayhiap, Gi pak kiam
kek, Cing im suseng, Siau you Gi su, semuanya mempunyai
tiga istri empat bini yang rata-rata berwajah cantik, malah
mereka semua pun termasuk pendekar-pendekar wanita
yang memiliki ilmu silat sangat hebat . . . ."
"Ooh ibu, kau tak usah berbicara lagi, jangan kau
lanjutkan kata katamu itu . . . ." seru Siau cian agak
menderita,
"Anak Cian" dengan sedikit merengek Hu-yong siancu
berseru. "ibu sangat berharap kau dan adik Giok dapat
hidup berdampingan hingga hari tua nanti, kau mesti
berbakti kepada ibumu, kau harus mengikuti perkataan ku"
http://kangzusi.com/
"Anak Cian, sudah kau dengar perkataan ku ini ..?"
”Aai, beginilah nasib, ibupun tak akan membujukmu
lagi, di kemudian hari kau bakal menyesal sendiri!"
Suasana pun menjadi hening kembali, namun sepasang
mata Lan See giok justru semakin kabur.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Siau cian yang
nampak lemah lembut dan amat menawan itu,
sesungguhnya merupakan seorang gadis pencemburu yang
berhati keras bagaikan baja.
Dari Siau cian, diapun membayangkan Si Cay soat yang
ingin mencari menangnya sendiri, memang nampaknya
mustahil bagi kedua orang itu untuk hidup bersama sama.
Dalam hati kecilnya ia berterima kasih sekali kepada bibi
Wan, ia merasa apakah enci Cian dan adik Soat dapat
hidup berdampingan, secara damai di kemudian hari, hal
tersebut tergantung pada bibinya.
Teringat akan bibi Wan, Lan See-giok merasa semua
kemasgulan dan ketidak tenangan tersapu bersih dari
dadanya, pikiran menjadi tenang kembali.
Ia berpendapat bahwa setiap kejadian tergantung pada
orangnya. asal ia sendiri bisa melakukan semua tindakan
secara hati-hati dan jujur, dia tidak kuatir enci Ciannya tak
akan berubah pikiran.
Tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda bergema dari
balik halaman rumah.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lan See giok,
ia teringat kembali kuda Wu wi-kou yang berada ditengah
halaman, sewaktu berpaling ke jendela depan, setitik cahaya
matahari nampak muncul di ufuk timur, pertanda hari
hampir terang tanah.
http://kangzusi.com/
Terbayang kalau kudanya belum diberi rumput setelah
melakukan perjalanan jauh, dihati kecilnya segera tumbuh
perasaan menyesal, ia menyadari bahwa dirinya tak
mungkin dapat merawat kuda tersebut, dan lebih baik
secepatnya dikembalikan kepada Tok Nio-cu.
Dengan cepat pemuda itu melompat turun dari atas
pembaringan, mendekati pintu kamar dan menggunakan
tehnik lunak dalam tenaga dalamnya, secara pelan-pelan
dia menghisap pintu tersebut hingga terbuka sebuah celah.
kemudian ia menyelinap ke luar dari kamar dan bermaksud
membawa kudanya ke tanah lapang berumput:
Melihat kemunculan pemuda itu. si kuda hitam tersebut
segera menggoyangkan ekornya sambil meringkik pelan,
Kakinya di sepak-sepak kan ke atas tanah dan
memperlihatkan sikap mesra.
Lan See giok kuatir gerakan nya itu akan mengejutkan
bibi dan enci Cian nya, maka ia menyusup ke depan kuda
kemudian dengan berhati hati sekali menuntun kuda
tersebut menuju ke pintu pekarangan.
Pada saat dia hendak membuka pintu pagar inilah,
mendadak dari belakang tubuh nya bergema suara teguran
Hu-yong siancu dengan nada gemetar.
"Anak Giok, mau kemana kau?"
Lan See-giok segera berpaling, dilihatnya Hu-yong
siancu dengan kening berkerut dan wajah sedih sedang
menatapnya tajam-tajam, sementara sepasang matanya
yang jeli mulai nampak berkaca kaca.
Ia tahu Hu-yong siancu tentu salah paham, sebelum ia
sempat memberi penjelasan, tampak bayangan manusia
kembali berkelebat, Siau cian dengan wajah pucat pias telah
berdiri di sisi ibunya.
http://kangzusi.com/
Ketika melihat Lan See giok berdiri di depan pintu
halaman sambil menuntun kuda. air mata yang
mengembang dalam kelopak mata Siau cian segera
bercucuran dengan amat derasnya.
Sebenarnya Lan See giok berbuat demikian karena takut
perbuatannya akan mengganggu ketenangan bibinya. siapa
tahu akibatnya malah terjadi kesalahan pahaman.
Dalam keadaan begini, buru-buru dia berseru dengan
nada gelisah.
"Semalaman suntuk kudaku ini belum di kasih rumput,
anak Giok bermaksud akan membawanya ke halaman
belakang sana untuk mengisi perut .."
Belum selesai dia berkata, mendadak Siau cian menutup
wajahnya sambil menangis tersedu-sedu:
"Ibu, adik Giok tidak berbicara sejujurnya, kau tak boleh
membiarkan dia pergi."
"Kalau memang begitu, mengapa kau tidak melepaskan
pelana dari punggung kuda?" tanya Hu-yong siancu
kemudian agak gelisah.
Melihat enci Cian menangis begitu sedih, ia merasa
kasihan, sayang dan gembira, apalagi setelah dilihatnya bibi
Wan maupun enci Cian semuanya menganggap dia hendak
minggat, timbul niatnya untuk menggunakan siasat tersebut
untuk mengelabui mereka. siapa tahu kalau hal tersebut
justru akan menarik perhatian enci Cian untuk berubah
pikiran?
Sementara dia ragu airmata yang meleleh ke luar dari
mata Hu-yong siancu semakin deras, sedangkan Siau cian
sudah menutupi wajahnya sambil menangis tersedu sedu.
http://kangzusi.com/
Jelas sudah, mereka percaya bahwa pemuda itu memang
berniat untuk minggat dari rumah mereka.
-ooo0dw0ooo-
BAB 25
SESUNGGUHNYA Lan See giok tidak berniat sama
sekali untuk pergi tanpa pamit. kesalahan paham yang
terjadi sekarang boleh dibilang tak pernah diduga olehnya.
Menangisnya Ciu Siau cian bukan saja tidak
mengejutkan Lan See giok. sebaliknya malah menimbulkan
rasa gembira dan lega, sebab dari sini terbukti sudah kalau
enci Cian masih mencintainya.
Tapi ketika melihat bibinya ikut melelehkan air mata,
dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia melepaskan tali les
kudanya dan memburu ke depan, kemudian teriaknya
penuh kegelisahan.
"Bibi, bibi. anak Giok bernyali besarpun tak akan berani
membohongi dirimu, sesungguhnya anak Giok memang
takut mengejutkan kalian, itulah sebabnya akan tidak
melepaskan pelana, kalau tak ada urusan apa-apa. mengapa
anak Giok mesti pergi tanpa pamit?"
Melihat kegelisahan anak muda itu Hu-yong siancu
segera mengangguk berulang kali, air mata yang membasahi
wajahnya cepat-cepat diseka.
Rupanya Siau cian mengetahui kalau tenaga dalam yang
dimiliki anak muda itu sudah mencapai tingkatan yang luar
biasa. dia yakin pemuda itu pasti sudah menyadap
pembicaraannya dengan ibunya. karena itu dalam
gelisahnya. dia mengira Lan See giok hendak minggat
karena rasa marahnya.
http://kangzusi.com/
Tapi setelah menjumpai kegelisahan yang menyelimuti
wajahnya sekarang, gadis itu segera berpikir.
"Jangan-jangan dia memang sudah tertidur pulas?"
Berdiri di depan Hu-yong siancu, Lan See giok sebentar
memandang ke arah enci Cian dengan gelisah, kemudian
menengok pula ke arah bibinya dengan cemas, jelas hatinya
tak tenang sehingga gerak geriknya serba salah.
Hu-yong siancu segera tersenyum, ujarnya dengan
tenang.
"Anak Giok, sekarang turunkan pelana dan helalah kuda
itu ke luar dari halaman!"
Lan See giok mengiakan dengan hormat, setelah
memandang sekejap kearah Siau cian yang masih menutupi
wajahnya dengan penuh rasa kuatir, dia baru membalikkan
badan dan ke luar dari halaman sambil menghela kudanya.
Kembali Hu-yong siancu berkata kepada Siau cian:
"Anak Cian, hari ini si nona Si akan berkunjung kemari,
pergilah mengatur kamar untuknya. "
Siau cian menyeka air mata dari pipinya, setelah melirik
sekejap ke arah Lan See giok yang sedang melepaskan
pelana dari punggung kuda. ia membalikkan tubuh dan
menuju ke dalam kamar.
Tiba di kamar sendiri, ditemukan selimut dan kasur -
kusut dan tak teratur, ini membuktikan kalau pemuda
tersebut sudah tertidur.
Karenanya dia lantas tertawa, menertawakan dirinya
yang dianggap kurang tahan uji sehingga akibatnya ibu
serta adik Giok nya menjadi tak tenang.
http://kangzusi.com/
Terburu buru Siau cian membereskan kamar tidurnya,
ketika ke luar kembali dari kamarnya, Lan See giok sudah
pergi sambil menghela kudanya.
Sementara itu fajar sudah menyingsing, dari dusun pun
sudah kedengaran suara manusia berbicara, di telaga pun
sudah nampak perahu nelayan yang melaju..
Lan See giok membawa kudanya menuju ke arah
berumput di belakang rumah dan membiarkan binatang itu
bergerak bebas.
Sambil mengawasi kudanya makan rumput, ia berputar
otak tiada hentinya mencari akal bagaimana caranya
membuat enci Cian nya menjadi gembira.
Terbayang bahwa serentetan kejadian yang tidak
menyenangkan itu bersumber pada Si Cay soat, dia sampai
lama sekali memutar otak, dia merasa wajib untuk
mengatur suasana pertemuan hari ini dalam keadaan yang
menggembirakan.
Akhirnya dia berkesimpulan, bila ingin membuat mereka
semua gembira, maka pertama tama dia sendiri harus
gembira dulu.
Berpikir sampai disini. dadanya terasa lega, diapun
membalikkan badan menuju ke halaman depan.
Muncul di halaman depan, pemuda itu segera tertegun,
dilihatnya Ciu Siau cian sedang membawa sapu berdiri di
situ dengan senyum dan kepala tertunduk, dia sedang
menyapu daun kering di halaman muka dengan wajah
riang.
Lan See giok, merasa sangat keheranan. dia tak tahu
persoalan apakah yang membangkitkan kegembiraan gadis
itu.
http://kangzusi.com/
Siau cian mengetahui See giok telah muncul, namun ia
berlagak seolah-olah tidak melihat, kepalanya malah
ditundukkan semakin rendah. sapuannya juga semakin
cepat, namun sepasang lesung pipi nya yang manis justru
kelihatan semakin nyata.
Karena Siau cian gembira, Lan See giok turut merasakan
hatinya lega, dari kejauhan ia lantas melancarkan sebuah
sentilan udara kosong, segulung angin jari yang lembut dan
sama sekali tak menimbulkan suara langsung meluncur ke
luar dari halaman dan menyambar bambu di sudut halaman
situ.
Dimana angin jari menyambar lewat, daun bambu segera
berguguran mengotori permukaan tanah yang telah bersih
disapu.
Siau cian tidak memperhatikan hal itu, dia segera
menyapu daun tadi, namun daun bambu berikutnya
kembali terjatuh ke tanah.
Berhubung yang rontok bukan daun kering, lama
kelamaan Siau cian merasakan keanehan tersebut, disaat
daun ketiga melayang jatuh ke tanah itulah Siau cian segera
membentak sambil tertawa, dengan sapu panjangnya dia
menyambar pinggang pemuda itu.
Lan See giok tertawa terbahak bahak. dengan cekatan dia
melejit ke tengah udara dan melompat ke luar dari
halaman.
Gagal dengan sapuannya, merah padam selembar wajah
Siau cian, baru saja dia hendak mengejar pemuda itu,
mendadak dari dapur kedengaran Hu-yong siancu berseru
keras:
"Anak Cian, cepat siapkan hidangan untuk adik Giok!"
http://kangzusi.com/
Mendengar itu dengan senyum manis di kulum Siau cian
melirik sekejap kearah Lan See-giok, kemudian sambil
membuang sapu ke tanah, buru-buru dia masuk ke dapur.
Dengan tenang Lan See-giok berdiri di depan pintu. dia
dapat merasakan bahwa sapuan yang dilakukan Siau-cian
tadi mirip sekali dengan jurus serangan dalam ilmu pedang
Tong- kong-kiam-hoat, namun bila diamati lebih seksama,
terasa pula perbedaannya.
Sementara dia masih berpikir, Siau-cian sudah muncul
membawa sarapan, ketika dilihatnya pemuda itu termangu
di depan pintu, sambil tersenyum segera tegurnya.
"Hai. mengapa cuma termangu? Ayo cepat, bantu aku
membawa hidangan."
Lan See giok segera tertawa, namun sebelum dia
melangkah maju, Hu-yong siancu sudah muncul membawa
sayur.
Mereka bertigapun duduk sarapan Hu-yong siancu
berada di tengah sementara Lan See giok dan Siau cian
duduk di kedua belah sisinya.
Teringat akan ilmu pedang Tong-kong kiam-hoat, Lan
See-giok terbayang pula akan sifat ingin menang sendiri dari
Si Cay soat, bisa jadi dia akan memanfaatkan kesempatan
itu untuk menantang Siau-cian beradu kepandaian.
Sampai dimanakah taraf ilmu pedang yang dimiliki Si
Cay soat, Lan See giok pernah menyaksikan dengan mata
kepala sendiri, boleh dibilang ilmu pedangnya sudah
mencapai puncak kesempurnaan.
Sebaliknya Siau-cian, karena situasi dan kondisi yang
terbatas, mungkin ilmu pedangnya tak sesempurna Si Cay
soat, bukan dia pilih kasih, namun dia selalu beranggapan
http://kangzusi.com/
bahwa kepandaian dari Si cay soat harus seimbang dengan
Siau-cian.
Karena berpendapat demikian, maka ujarnya kepada Ciu
Siau cian.
"Enci Cian, apakah kau juga berlatih ilmu pedang Tong
kong kiam hoat.."
Siau cian menatap wajah Pemuda itu lekat-lekat,
Kemudian mengangguk berulang kali.
Dengan kening berkerut pemuda itu berkata lagi:
"Menurut sapuan yang kau pergunakan tadi, tampaknya
mirip sekali dengan jurus menyapu putus sungai besar dari
ilmu pedang Tong kong kiam hoat, tapi jika kuamati lebih
seksama lagi, rasanya sedikit rada berbeda”
Tampaknya Hu-yong siancu sudah melihat kalau
pemuda itu mempunyai tujuan lain, kepada Siau cian
katanya kemudian:
"Selesai bersantap nanti, keluarkan kitab ilmu pedang,
biar anak Giok teliti dimanakah letak perbedaan itu"
Siau cian tahu, Lan See giok adalah seorang pemuda
yang cerdas, dengan kemampuan melebihi orang lain, siapa
tahu dengan bantuan pemuda tersebut, dia akan menjumpai
banyak intisari dari ilmu pedang tersebut?
Karenanya dia mengangguk dengan gembira. bahkan
melemparkan satu kerlingan ke arah pemuda itu.
Tentu saja Hu-yong siancu maupun Siau cian tak ada
yang menyangka kalau Si Cay soat bakal manfaatkan
kesempatan tersebut untuk menantang Siau cian beradu
kepandaian.
Selesai bersantap, Lan See giok dan Siau cian bersama
sama masuk ke ruang dalam, karena Siau cian tidak
http://kangzusi.com/
membicarakan tentang peristiwa pagi tadi. tentu saja
pemuda itu pura tak menyinggung soal apa yang telah
disadapnya semalam.
Hu-yong siancu sendiri hanya mengawasi bayangan
punggung Lan See giok serta Siau cian dengan pandangan
murung dan sedih. kemudian masuk kembali ke kamar
tidur. ia sangat berharap sepasang muda mudi itu dapat
saling bercinta.
Sementara itu Sian cian telah mengeluarkan sebuah
kotak kecil dari dalam almari. kemudian dengan gembira
duduk bersama See giok di tepi pembaringan, ketika kotak
dibuka, dalamnya berisikan sejilid kitab kulit berwarna
coklat.
Melihat bentuk dari kitab pusaka tersebut, Lan See giok
menemukan bahwa bentuknya mirip sekali dengan milik Si
Cay soat, di atas kulit buku yang berwarna coklat tertulis
enam huruf yang mirip sekali dengan bentuk gagang
pedang, ke enam huruf itu adalah:
"TONG KONG-KIAM HOAT KIAM BOH"
Sewaktu halaman pertama dibuka, maka dalamnya
hanya tercantumdua huruf emas yang berbunyi.
"Ek- Ki"
Melihat hal tersebut, Lan See giok yang berada di
samping Siau cian segera berkata:
"Enci Cian kitab ini nyatanya berbeda sekali dengan
milik adik Soat.."
Tergerak hati Siau cian, dia segera mendongakkan
kepalanya ,memandang Lan See giok, kemudian tanyanya:
"Lantas kitab yang manakah yang asli?"
http://kangzusi.com/
Namun Lan See giok tidak menjawab, sepasang matanya
mengawasi terus wajah Siau cian, karena saat itu dia baru
menemukan bahwa di atas wajah si nona yang cantik
terdapat kulit yang halus dan lembut, putih bagaikan susu.
pipinya merah seperti buah tho yang matang, ia tak tahu
apakah hal tersebut dikarenakan semalam ia tak sempat
melihat dengan jelas di bawah cahaya lentera ataukah hal
ini berkembang setelah gadis itu menelan dua tetes cairan
mestika Leng sik giok-ji.
Merah jengah selembar wajah Siau cian setelah
dipandang secara begitu oleh Lan See giok, sambil
mendorong pemuda itu, serunya lirih "Ayo cepat katakan,
dimana sih perbedaannya?"
Lan See giok belum dapat menenangkan pikirannya,
terpaksa ia menjawab sekenanya: "Sepasang pipimu
nampak lebih merah dari pada semalam, sorot matamu jauh
lebih bersinar daripada kemarin.”
Siau cian segera mengayunkan tangannya siap memukul
Lan See giok, serunya sambil berpura pura marah. "Hei.
apa sih yang sedang kau ngocehkan? Kenapa tidak sepatah
katapun yang bersungguh-sungguh .."
Ketika berbicara, sepasang pipinya menjadi merah,
kemudian sambil moncongkan bibirnya yang mungil diamdiam
ia menunjuk kearah kamar tidur ibunya.
Biarpun Lan See giok merasa sikapnya sudah khilaf,
namun ia tak mengacuhkan hal ini. melihat wajah enci
Cian yang tersipu, dia malah tertawa semakin riang, bahkan
sambil menempelkan bibirnya di sisi telinga Siau cian, ia
berbisik
"Bibi amat menyayangi diriku. aku tidak takut!"
http://kangzusi.com/
Melihat pemuda itu hanya cengar cengir tanpa perasaan
takut barang sedikitpun. Siau-cian kuatir pemuda itu
melangkah lebih jauh, maka sambil menarik muka dan
berpura pura marah dia berseru.
"Jika kau tak mau diajak serius, aku pergi saja .. " Sambil
berkata dia lantas bangkit berdiri dan berlagak hendak
meninggalkan tempat itu.
Lan See giok menjadi gugup. saking takutnya dia sampai
meminta maaf berulangkali, ujarnya lirih. "Baik, baik, mari
kita memeriksa bersama, cuma kau harus duduk lebih
dulu!"
Sambil berkata dia lantas menarik ujung baju nona
tersebut.
Siau cian berusaha menahan rasa gelinya, kemudian
duduk kembali di samping pemuda itu
Menunggu Siau cian sudah duduk, Lan See giok baru
membalik kitab pusaka itu. suasana dalam ruangan pun
untuk sesaat dicekam keheningan.
Ketika Siau cian menjumpai Lan See giok sedang
memusatkan segenap pikirannya untuk membaca kitab
pusaka mana, ada kalanya dia berkerut kening, ada kalanya
pula termenung. untuk beberapa waktu ia tak berani banyak
komentar.
Tak lama kemudian terdengar Lan See- giok memuji:
"Waah, dua jilid kitab pusaka ini, betul-betul berkaitan
dan saling mengisi, ibaratnya matahari dan rembulan,
cahaya masing-masing saling mengisi untuk menerangi
jagad."
"Lantas dimana sih letak perbedaan dari kedua jilid kitab
pedang itu?" tanya Siau cian tidak mengerti.
http://kangzusi.com/
"Bila dua orang yang membawa pedang Jit boa kiam dan
Gwat hui kiam sama-sama mempelajari ilmu pedang Tong
kong kiam boat, maka bila kedua orang itu saling bertarung
untuk beradu kepandaian, selama hidup jangan harap bisa
diketahui siapa yang lebih unggul dan siapa lebih lemah.
sebab setiap jurus serangan yang dipelajari masing-masing
hanya berguna bila digunakan saling mengisi .."
Seperti memahami akan sesuatu, Siau cian segera
berkata.
"Tampaknya si pendekar pedang yang menciptakan ilmu
pedang tersebut kuatir bila orang yang mempelajari, hasil
karyanya kemudian saling bermusuhan, maka dengan susah
payah dia menciptakan jurus-jurus serangan yang saling
mengisi- - "
Tidak sampai Siau cian menyelesaikan kata katanya. Lan
See giok segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan begitu, menurut apa yang tercantum dalam kiam
boh sepasang pedang yang digunakan bersama akan
memancarkan sinar seperti matahari dan rembulan, atas
bawah menyerang bersama, biar naga biar burung hong
akan terpaksa semuanya secara mudah, hal ini bisa
disimpulkan bahwa penggunaan sepasang pedang secara
bersama sama justru akan menimbulkan daya kekuatan
yang jauh lebih mengerikan!"
"Kalau memang demikian, mengapa To Seng cu
locianpwe sama sekali tidak menjelaskan kelebihan tersebut
disaat memberikan pedang itu kepadaku-?" tanya si nona
sambil berkerut kening.
"Aku rasa hal itu hanya disebabkan singkatnya waktu
yang tersedia, bukankah waktu itu suhu bermaksud
melindungi siaute secara diam-diam sehingga pergi secara
http://kangzusi.com/
tergesa gesa? Mungkin inilah yang menyebabkan ia tak
sempat memberi penjelasan yang sejelas jelasnya."
Agaknya Siau cian masih tetap memikirkan masalah
kerja sama serta saling mengisi itu, mendadak dia bertanya:
"Adik Giok, apakah kau juga pernah mempelajari ilmu
pedang Tong kong kiam hoat?"
"Siaute tidak mempelajarinya, tapi aku masih ingat
beberapa jurus serangan diantaranya" sahut sang pemuda
sambil menggeleng.
Dengan wajah riang gembira Siau cian segera berseru:
"Adik Giok, gunakanlah senjata gurdi emasmu sebagai
pengganti pedang, mari kita mainkan bersama-sama, coba
kita buktikan apakah memang benar jurus serangan pedang
itu harus saling mengisi?"
"Tapi halaman ini terlalu kecil” sahut pemuda itu ragu.
"Kita boleh mencobanya di tempat aku belajar pedang!"
Len See giok tidak tahu dimanakah Siau cian berlatih
ilmu pedangnya dihati hari biasa, sehingga dia bertanya,
"Berapa jauh letaknya dari sini?"
"Di dalam hutan belakang dusun situ?" jawab gadis
tersebut sambil bangkit berdiri.
Tanpa terasa pemuda itu segera memandang sekejap
cahaya matahari yang sudah memenuhi jendela depan, dia
masih ingat Si Cay soat sebentar lagi akan tiba di situ.
Namun sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, Huyong
siancu yang berada di kamar seberang telah
memperingatkan:
"Anak Cian, bukankah hari ini nona Si akan datang
kemari.. ,?"
http://kangzusi.com/
Siau cian segera mendusin, karena itu dia tidak
mendesak lebih jauh, cuma di atas wajahnya segera terlintas
sikap kecewa serta perasaan apa boleh buatnya.
Lan See giok kuatir gadis itu tak senang hati, dia pun
menganggap watak si Cay goat susah diatur, demi
kegembiraan enci cian nya, kepada Hu-yong siancu segera
serunya:
"Bibi, jika adik Soat datang. bibi boleh mengajaknya ke
sana, kita sekalian mempraktekkan ilmu pedang tersebut
bersama sama, aku yakin adik Soat tentu akan merasa
gembira sekali."
Hu-yong siancu nampak ragu sejenak, namun sahutnya
kemudian.
"Baiklah, bila nona Si datang aku akan membawanya ke
situ, cuma kalian berdua lebih baik selekasnya pulang
kembali."
Lan See giok mengiakan dan segera masuk kan kembali
kitab kiam boh tersebut ke dalam kotak kecil.
Siau cian mengembalikan kotak tersebut ke dalam
almari, kemudian mengambil pedang Gwat hui kiam nya.
Lan See giok menjumpai sarung pedang Gwat hui kiam
telah diberi selapis sarung kuning dengan bulu kuning dan
pegangan berwarna kuning, suatu perpaduan warna yang
sangat serasi.
Setelah menggembol pedang di pinggang Siau cian baru
berkata dengan gembira.
"Belakang dusun sana merupakan tempat yang terpencil
dan jarang ada manusia yang berlalu lalang di situ, tidak
akan menimbulkan perhatian orang, ayo kita lewat halaman
belakang saja! "
http://kangzusi.com/
Lan gee giok segera mengangguk sambit mengiakan,
Mendadak mereka jumpai Hu-yong siancu berjalan ke
luar dari dalam kamar.
Dari sikap gembira dari Lan See giok. Hu-yong siancu
menyimpulkan kalau pemuda itu tak sempat menyadap
pembicaraan mereka semalam, kemudian ketika melihat
putri kesayangannya memperlihatkan wajah yang cerah,
sikap yang wajar, seakan akan sudah melupakan keputusan
yang diambinya semalam, ia segera tertawa lega.
"Di tengah hari bolong begini. lebih baik kalian berdua
jangan bertindak kelewat gegabah!" pesannya
Lan See giok dan cian mengiakan bersama kemudian
membuka jendela belakang dan bersama-sama melompat ke
luar. setelah yakin tiada orang yang di seputar situ, mereka
baru melayang ke luar dari pagar pekarangan.
Kuda hitam yang sedang makan rumput di situ, segera
meringkik pelan setelah melihat kemunculan anak muda
itu.
Lan See giok dengan penuh senyuman membelai rambut
si kuda, kemudian sambil menarik tangan Siau cian
berangkatlah mereka menuju ke luar dusun
Mendadak.
Dari kejauhan sana terdengar suara ringkikan kuda yang
bergema datang secara lamat-lamat, suara itu muncul dari
arah sebelah utara.
Kuda Wu wi kou yang mendengar ringkikan tersebut
seolah-olah merasa gembira sekali. ia segera balas
meringkik dengan suara yang keras sekali.
Dengan cepat Lan See giok menghentikan langkahnya,
kemudian sambil berpaling katanya.
http://kangzusi.com/
"Tentu adik Soat telah datang."
Mendengar Si Cay soat datang, Siau cian juga nampak
gembira sekali, ia memang berharap bisa selekasnya
mengamati hubungan cinta antara Si Cay soat dengan adik
Giok nya telah mencapai taraf yang bagaimana sebab hal
tersebut menyangkut keputusannya nanti, apakah harus
mengundurkan diri atau tidak
Dengan senyum dikulum dan wajah berseri, Siau cian
segera berkata:
"Kalau memang sudah datang, mari kita pulang saja!"
Sambil berkata. dia membalikkan badan dan balik ke
pagar pekarangan sebelah muka.
Tiba di depan pagar, dia segera melompat masuk ke
halaman belakang
Selama ini Hu-yong siancu berdiri di belakang kebun
sambil mengawasi gerak gerik Lan See giok dan Siau cian,
melihat kedua orang itu pulang kembali, ia pun membuka
pintu daun jendela lebar-lebar.
Secara beruntun Lan See giok dan Siau cian masuk
melewati jendela, pertama-tama Lan See giok yang berseru
lebih dulu.
"Bibi, bisa jadi Soat sumoay telah datang."
"Kalau begitu kau bersama anak Cian segera menyambut
kedatangan nona Si!” perintah Hu-yong siancu sambil
tertawa ramah.
Buru-buru Lan See giok mengiakan, kemudian menarik
tangan Siau cian menuju ke luar.
Melihat tingkah laku pemuda itu makin lama semakin
berani, bahkan dihadapan ibunya pun ia berani menarik
http://kangzusi.com/
tangannya, merah dadu selembar wajahnya, sementara ia
meronta untuk melepaskan diri dari cekalan orang.
Lan See giok tertegun lalu berpaling, ia saksikan bibinya
sedang memandang ke arah mereka sambil tersenyum riang
karena itu seperti memahami sesuatu buru-buru ia berjalan
menuju ke luar pintu.
Baru tiba di depan pintu, suara derap kaki kuda yang
amat ramai telah berkumandang semakin nyata.
Dengan perasaan terkejut Siau cian segera berseru.
"Waah, cepat amat lari kudanya!”
Seraya berkata, mereka berdua membuka pintu dan
menuju ke halaman luar. ketika di lihat dari arah sebelah
utara situ terlihat ada segulung bayangan putih diantara titik
merah sedang menelusuri tanggul telaga menuju kemari.
Melihat perbuatan gadis itu dengan kening berkerut Lan
See giok segera berguman.
"Wah, nampaknya kepandaian adik Soat dalam ilmu
menunggang kuda kian lama kian bertambah cekatan!"
Sementara itu, kuda putih yang sedang berlari mendekat
tampaknya sudah melihat Lan See giok diiringi suara
ringkikan panjang, ia langsung menerjang datang..
Pucat pias wajah Siau cian melihat hal ini, ia berseru
kaget.
Sedangkan Lan See giok segera berteriak keras
memperingatkan
"Hati-hati adik Soat!"
Ditengah seruan tersebut, derap kaki kuda bergerak
semakin keras, diantara debu yang berterbangan tampak
http://kangzusi.com/
sesosok bayangan hitam meluncur datang dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat.
Setelah mendengar peringatan dari Lan See giok,
agaknya Si Cay soat baru sadar kalau ia sudah sampai di
tempat tujuan, buru-buru tali les kudanya ditarik.
Sekali lagi kuda putih meringkik panjang tiba-tiba kaki
depannya diangkat tinggi-tinggi .
Bentakan nyaring berkumandang, bayangan merah
melejit meninggalkan punggung kuda, lalu dengan jurus
daun kering terhembus angin, dia melayang turun
dihadapan pemuda See giok,
Orang itu memang tak lain adalah Si Cay soat.
Begitu mencapai permukaan tanah, gadis itu segera
berseru kepada Lan See giok dengan penuh kegembiraan.
"Andaikata kau tidak menegurku, aku malah tak tahu
kalau sudah sampai, tampik nya si kuda putih tahu kalau
aku hendak mencarimu setelah ke luar dari dusun. dia
berlarian terus dengan kencang. wah, benar-benar
menakutkan!".
Lan See giok tertawa riang, sambil menunjuk kearah
Siau cian yang berada di sisinya dia perkenalkan.
"Dia adalah enci Cian!"
Senyuman yang menghiasi wajah Si Cay goat makin
cerah. dia maju ke muka dan serunya penuh kegembiraan.
"Baik baikkah kau enci Cian?, Terima kasih banyak
untuk sulaman sarung pedang serta sepatu untukku coba
kau lihat, aku telah mengenakannya”
Sembari berkata ia segera perlihatkan sepasang
sepatunya.
http://kangzusi.com/
Setelah menyaksikan ilmu menunggang kuda Si Cay soat
yang menggetarkan sukma. kemudian melihat cara gadis itu
berbicara, Siau cian segera membuktikan bahwa ucapan To
Seng cu memang benar, Si Cay soat memang termasuk
seorang gadis yang jujur polos dan terbuka.
Ketika mendengar perkataan dari Si Cay soat, merah
padam selembar wajahnya, buru-buru dia merendah.
"Aaah, buatanku kasar dan jelek, harap adik Soat jangan
menertawakan!"
Tak terlukiskan rasa gembira Lan See giok setelah
melihat kedua orang itu saling menyebut saudara, ia segera
tertawa terbahak bahak,
"Haaahhh. haaaahhh. haaahhh. haaahhh. adik Soat, ayo
cepat masuk, bibi sedang menunggumu di dalam halaman!"
Sembari berkata, dia masuk lebih dulu ke dalam
halaman.
Sebenarnya Si Cay soat bermaksud mengutarakan
beberapa patah kata merendah, namun ketika mendengar
Hu-yong siancu hendak bertemu dengannya, cepat-cepat
dia masuk ke dalam halaman.
Sementara itu, Hu-yong siancu dengan senyuman
dikulum dan wajah penuh kasih sayang, sedang menantikan
kedatangan mereka di muka pintu rumah.
"Dia adalah bibi Wan." sambil tersenyum Lan See giok
segera memperkenalkan.
Si Cay soat tertegun, coba pemuda itu tidak
memperkenalkan mereka, ia tak akan percaya kalau nyonya
muda yang anggun dan cantik di depan pintu itu adalah
Hu-yong siancu yang termasyhur namanya di dunia
persilatan.
http://kangzusi.com/
Sesudah menenangkan hatinya, buru-buru dia maju ke
depan sambil memberi hormat, kemudian mengikuti
sebutan yang dipakai Lan See giok. katanya dengan hormat.
"Soat-ji memberi salam hormat untuk bibi!"
Cepat-cepat Hu-yong siancu membangunkan Si Cay
soat, kemudian ujarnya lagi dengan penuh kasih sayang,
"Tidak berani. tidak berani, harap nona Si bangun
berdiri."
Kemudian setelah memandang sekejap ke arah Si cay
soat dengan pandangan kagum, kembali ia berkata kepada
Lan See giok yang selama ini hanya berdiri menyengir.
"Anak Giok, cepat tuntun kuda nona Si menuju ke
belakang!"
See giok mengiakan dengan hormat dan berlalu, Siau
cian juga buru-buru ke dapur untuk menyiapkan air teh dan
makanan kecil.
Hu-yong siancu dengan penuh kasih sayang menuntun Si
Cay soat masuk ke dalam ruangan.
Dengan perbedaan tua dan muda, mereka sama-sama
mengambil tempat duduk, tak lama Siau cian datang
menghidangkan air teh.
Sudah lama sekali Si Cay soat ingin bertemu dengan
Siau cian, sekarang setelah diamatinya dengan seksama, ia
menjumpai Siau cian dengan gaun kuningnya nampak
lembut lagi anggun, terutama sekali sepasang biji matanya
yang jeli, penuh pancaran sinar kecerdasan.
TANPA terasa pikirnya:
"Tak heran kalau suhu selalu memuji dirinya"
http://kangzusi.com/
Ketika ia menjumpai pedang mestika yang tersoren
dipinggang Siau cian ternyata persis sekali bentuknya
dengan pedang Jit hui kiam yang berada di punggung
sendiri. dia lantas menyimpulkan bahwa benda itu tak lain
adalah Gwat hui kiam pemberian gurunya.
Hanya saja, ia tak berani menanyakan hal tersebut secara
langsung-
Siau cian sendiripun berpendapat bahwa Si Cay soat
adalah seorang gadis yang lincah dan polos, seluruh gerak
geriknya penuh dengan daya kehidupan, tak heran kalau
adik Gioknya selalu memanggil adik Soat, dalam hati
kecilnya dia berjanji, sejak kini dia akan bersikap lebih
lincah agar bisa semakin menarik perhatian anak muda
tersebut.
Berbeda sekali dengan jalan pemikiran Si Cay soat,
semenjak masih berada di puncak Giok li hong dibukit Hoa
san, setiap kali menyinggung soal Ciu Siau cian, di atas
wajah engkoh Giok nya selalu menunjukkan perubahan hal
tersebut membuat gadis ini bertekad hendak bersikap lebih
lembut dan halus.
Menanti Siau cian telah menghidangkan air teh dan
makanan kecil, Hu-yong siancu baru bertanya kepada Si
Cay soat sambil tersenyum:
"Nona Si, pukul berapa kau tiba di perkampungan
nelayan semalam-?"
"Menjelang maghrib, menurut Thio Tay keng, bibi baru
saja pulang.”
Sambil tertawa Hu-yong siancu manggut-manggut:
"Yaa, aku pergi menengok Thio lo-enghiong, apakah dia
sudah pulang ke rumah"
http://kangzusi.com/
Si Cay-soat termenung beberapa saat lamanya, kemudian
katanya kembali:
"Menurut perhitungan, paling tidak besok selewatnya
tengah hari mereka baru akan tiba disini, sebab mereka
harus berputar, dulu ke Pek-ho cay, ini berarti lebih jauh
setengah harian perjalanan"
Baru selesai dia berkata, Lan See giok sudah masuk ke
dalam ruangan dengan langkah tergesa-gesa, sambil menuju
ke dalam segera tanyanya dengan gelisah:
"Apakah Thio loko belum kembali?"
Dengan pandangan penuh kemesraan Si Cay soat
memandang sekejap kearah Lan See-giok, kemudian
menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Biarpun Thio loko bisa berjalan cepat, namun ditambah
dengan kehadiran adik Thi-gou bisa jadi dia akan menjadi
sangat lambat."
Mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, sambil
menengok ke arah Hu-yong siancu tanyanya agak terkejut.
"Sewaktu menunggang kuda datang ke mari tadi. Soat-ji
menjumpai di permukaan telaga puluhan li di sebelah timur
laut dusun berkumpul hampir ratusan buah perahu yang
sangat besar dengan panji-panji yang besar, cahaya senjata
yang gemerlapan sudah pasti perahu itu bukan perahu
nelayan! "
Lan See giok yang mendengar ucapan tersebut, segera
menjelaskan dengan tawar:
"Oooh. sudah tentu kapal-kapal perangWi-lim-poo. bisa
jadi si manusia buas bertelinga tunggal Oh Tin-san sedang
mengadakan latihan perang-perangan di atas telaga"
http://kangzusi.com/
Siau-cian memang sangat berhasrat untuk menjajal ilmu
berenang yang dimiliki Si Cay soat tergerak hatinya setelah
mendengar perkataan itu. sambil menoleh kearah Lan See
giok, ujarnya.
"Bukankah adik Giok berniat untuk menyelidiki Wi-limpoo?
Bagaimana kalau malam nanti kita berangkat ke situ"
Si Cay-soat yang memang bersifat suka bergerak, waktu
itu memang berniat untuk melihat kemampuan Siau-Cian,
serta merta ia menyatakan persetujuannya.
Lan See giok sendiri juga berminat untuk menyaksikan
sampai dimanakah kelihaian
Bibi Wan nya yang pernah termasyhur dalam dunia
persilatan dimasa lalu. kepada Hu-yong siancu ia lantas
meminta.
"Bibi, ikutilah kami pada malam nanti" Hu-yong-siancu
tertawa.
"Bibi sudah banyak tahun tidak turun ke air.”
Si Cay soat kuatir Hu-yong siancu enggan ikut mereka
dengan cepat dia menimbrung.
"Nama besar bibi pernah termasyhur di seluruh kolong
langit dan menggetarkan dunia persilatan, Soat-ji sering
mendengar suhu menceritakan soal ini. malah katanya ilmu
berenang yang bibi miliki tak ada seorang manusiapun yang
bisa menandingi, Soat-ji dan engkoh Giok sering kali
menunggu datangnya kesempatan untuk menyaksikan
kehebatan bibi, agar bisa menambah pengetahuan, kami
dari angkatan muda"
Hu-yong siancu tertawa lagi:
"Itu sih sudah merupakan kejadian pada banyak tahun
berselang, padahal di dalam dunia persilatan sekarang,
http://kangzusi.com/
terdapat banyak sekali jago-jago persilatan yang mampu
menandingi ilmu berenang ku."
Kemudian setelah melirik sekejap kearah Lan See giok.
ia melanjutkan.
"Kalau toh kalian akan pergi semua. aku juga kurang
lega untuk tetap tinggal di rumah seorang diri. baik malam
nanti aku akan menemani kalian!"
Lan See-giok dan Si Cay soat menjadi gembira setengah
mati sehingga hampir saja mencak-mencak.
Hu-yong siancu memandang sekejap keadaan cuaca, lalu
katanya kepada Siau- cian.
"Anak Clan turunkan pedang itu dan siapkan hidangan!"
Siau cian mengiakan seraya bangkit berdiri, kemudian
melepaskan pedangnya siap menuju ke ruang dalam.
Ketika Lan See giok melihat sorot mata Si Cay soat tiada
hentinya ditujukan kearah pedang Siau cian, sambil
tersenyum ia menjelaskan:
"Adik Soat, pedang milik enci Cian adalah Pedang Gwat
hui kiam pemberian suhu. sekarang telah disarungi dengan
kain kuning serta bulu kuning oleh enci Cian."
"Siaumoay memang selalu menduga, sudah pasti suhu
menghadiahkan pedang Gwat hui kiam tersebut untuk enci
Cian" kata Si Cay soat seperti baru mengerti.
Kemudian sambil berpaling ke arah Hu-yong siancu
kembali katanya,
"Sebab suhu selalu memuji kecerdasan enci Cian yang
melebihi siapapun, di kemudian hari kau pasti akan
menjadi seorang jagoan yang hebat di dalam penggunaan
pedang."
http://kangzusi.com/
Merah padam selembar wajah Siau cian, cepat-cepat dia
berjalan masuk ke ruang dalam:
"Aaah, Cia locianpwe memang kelewat memanjakan
anak Cian" seru Hu-yong siancu sambil tertawa merendah.
"Tadi, sebenarnya enci Cian dan aku hendak berlatih
pedang di dusun belakang sana, Eeeh tahunya kau datang"
seru Lan See giok kemudian.
Dengan gembira Si Cay-soat segera berseru:
"Selesai bersantap nanti, aku juga mau ikut, biar aku
membantu dulu enci Cian menanak nasi !"
Sambil berkata dia lantas melepaskan pedang jit-hoakiam
dari punggungnya,
Hu-yong siancu memang sangat berharap Si Cay soat
bisa bergaul lebih akrab dengan Siau cian, tentu saja dia
tidak bermaksud menghalangi niatnya, malah dia berseru.
"Nona Si, kau toh tamu. masa harus turun ke dapur?"
Lan See-giok yang ada di sampingnya segera
menimbrung.
"Adik Soat sangat pandai membuat Ang sioo hi, hari ini
kau mesti memperlihatkan kebolehanmu agar bibi pun ikut
mencicipi nya."
Merah padam selembar wajah Si Cay soat serunya cepat
kepada Hu-yong siancu.
"Bibi. kau jangan mendengarkan obrolan dari engkoh
Giok, anak Soat cuma bisa membantu cici Cian mencuci
sayur dan membersihkan beras.."
"Waah, kalau soal itu mah merupakan penderitaan
bagiku, mari kita masuk ke dapur bersama sama, biar bibi
seorang beristirahat dengan tenang:"
http://kangzusi.com/
Siau cian yang berdiri di depan pintu tak tahan segera
tertawa cekikikan sesudah mendengar perkataan itu.
Menyaksikan ketiga orang muda mudi itu dapat
berkumpul dengan riang gembira, Hu-yong siancu turut
tertawa gembira pula, diam-diam ia berdoa kepada Thian,
semoga mereka bisa diberi kebahagian hidup, selalu
gembira dan tak sampai mengalami nasib setragis apa yang
dialaminya.
Lan See-giok, Siau cian dan Si Cay soat sama-sama
menjadi sibuk di dapur, berhubung dapur nya kelewat kecil,
semua orang menganggap See giok hanya mengganggu,
namun tiada yang mempersilahkan dia agar ke luar.
Walaupun waktu bergaul masih singkat, tapi Siau cian
sudah dapat melihat bagaimanakah watak yang
sesungguhnya dari Si Cay soat, ia merasa tidak sulit untuk
berkumpul dengan gadis yang polos dan lincah ini, namun
bukan berarti karena pandangan tersebut, dia lantas
berubah ingatannya semula.
Dengan kerja ketiga orang itu, hidangan siang dapat
dipersiapkan dalam waktu singkat.
Lan See giok yang melihat Si Cay soat dan Siau cian
meski baru berjumpa untuk pertama kalinya, namun
hubungan mereka begitu baik, hatinya menjadi gembira
sekali.
Hu-yong siancu merasa hidangan yang di masak Si Cay
soat memang jauh berbeda, baik Siau cian maupun Si Cay
soat sama-sama merasa pihak lawan jauh lebih pandai
daripada dirinya.
Hidangan siang itu dilewatkan dalam suasana penuh
gembira . . .
http://kangzusi.com/
Berhubung tengah hari sudah tiba, banyak orang yang
mulai berlalu lalang di dusun, maka Hu-yong siancu
memerintahkan Lan See giok bertiga agar merundingkan
soal ilmu pedang di dalam ruangan, agar tidak mengejutkan
orang-orang dusun.
Selesai membicarakan soal ilmu pedang Si Cay soat baru
tahu kalau ilmu pedang Tong kong kiam-hoat lebih
berkhasiat bila digunakan dengan kerja sama yang saling
mengisi, hal tersebut membuat si nona segera
menghapuskan niatnya untuk beradu kepandaian dengan
Ciu Siau cian.
Tanpa terasa haripun menjadi gelap Lan See giok dan Si
Cay soat menuntun kuda mereka masuk ke halaman
rumah, sedangkan Hu-yong siancu pergi mempersiapkan
sampan kecil miliknya.
Diantara ke empat orang itu, Hu-yong siancu, Siau cian
serta Lan See giok mengenakan pakaian yang terbuat dari
ulat sutera langit. jadi tidak memerlukan pakaian renang
dibalik bajunya.
Pedang Hu-yong kiam yang sudah lama tersimpan
semenjak mengundurkan diri dahulu, kini digunakan lagi
oleh Hu-yong siancu dengan menyorennya di pinggang.
Setelah selesai mempersiapkan diri, mereka
memadamkan lentera, mengunci pintu dan melompat ke
luar dari halaman rumah dengan langkah yang sangat
berhati hati.
Sebagian besar kaum nelayan yang tinggal di dusun itu
memang hidup secara sederhana, begitu langit gelap,
merekapun banyak yang naik ke tempat pembaringan. .
http://kangzusi.com/
Tidak heran kalau suasana dalam dusun tersebut hening
dan sepi sekali meski kentongan pertama baru saja lewat,
tiada kedengaran suara. tiada pula cahaya lentera.
Hu-yong siancu memeriksa sekejap sekeliling tempat itu.
kemudian baru bergerak menuju ke tanggul telaga.
Lan See-giok, Siau-cian serta Si Cay soat bergerak
mengikuti petunjuk dari Hu-yong siancu, oleh sebab itu
mereka selalu mengikuti di belakang perempuan itu.
Dengan gerakan tubuh yang sangat ringan, dan santai
Hu-yong siancu bergerak cepat ke muka, kesempurnaan
ilmu meringankan tubuh dari perempuan membuat Si Caysoat,
merasa kagum, bahkan Lan See-giok yang sangat lihay
pun tanpa terasa ikut memuji.
Thian san pay memang bukan termasyhur karena ilmu
pedangnya saja yang hebat, ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki termasuk hebat sekali, apalagi Hu-yong siancu
pernah mengalami penemuan aneh semasa masih muda
dulu. ia boleh dibilang berbeda sekali dengan kemampuan
anggota Thian-san pay lainnya. Ketika tiba di atas tanggul.
Suasana di sekitar telaga sangat gelap, hanya suara ombak
yang memecah di tepian bergema membelah keheningan
malam.
Hu-yong siancu segera menunjuk kearah sampan kecil
yang terikat depan tanggul itu. kemudian bisiknya.
"Cepat naik ke sampan yang berada di tengah itu, kalian
naik lah lebih dulu."
Sembari berkata, dia memeriksa sekali lagi keadaan di
sekeliling tempat itu, menanti Lan See giok sekalian bertiga
sudah naik ke atas sampan, dia baru menyusul belakangan.
Tiba di atas sampan tersebut, Lan See giok menjumpai
sampan tersebut mungil tapi bersih, di kiri dan kanan
http://kangzusi.com/
masing-masing terdapat sebuah alat pendayung. Bentuknya
mirip sekali dengan sampan milik benteng Wi-lim-poo.
Dalam waktu singkat, sampan itu sudah meluncur ke
tengah telaga dengan kecepatan tinggi. jangan dilihat Siau
cian adalah seorang gadis yang lemah lembut, ternyata dia
ahli sekali di dalam mendayung sampan, hanya berapa saat
saja sampan tersebut sudah meluncur ke tengah telaga..
Di dalam keheningan yang mencekam seluruh jagad
itulah, mendadak Hu-yong siancu berbicara memecahkan
keheningan.
"Anak Giok, apakah kau sudah menguasai keadaan di
dalam bentengWi-lim-poo?",
Buru-buru Lan See giok mengangguk.
"Secara garis besarnya aku tahu, Cuma lantaran waktu di
situ terlampau singkat, maka anak Giok tidak begitu
menguasai tentang letak alat - alat. rahasia di dalam benteng
serta posisi penjagaan, yang mereka atur.".
"Kalau kita memang bermaksud menyelidiki secara
diam-diam, alangkah baiknya bila kita menyusup masuk
lewat air," timbrung Si Cay soat tiba-tiba.
Hu-yong siancu sudah cukup berpengalaman di dalam
pertarungan dalam air, diapun telah banyak menjumpai
ancaman bahaya maut, sehingga boleh dibilang
berpengalaman sekali tentang bergerak di air.
Ketika mendengar usul tersebut, dengan kening berkerut
segera ujarnya.
"Biarpun disini tanpa penjagaan. Namun alat rahasia
yang dipasang tentu berlapis lapis. ini berbahaya sekali bagi
suatu usaha penyusupan, sebaliknya bila kita menyusup
lewat atas permukaan, meski mudah melenyapkan pelbagai
macam rintangan, namun jejak kita juga lebih gampang
http://kangzusi.com/
diketahui, pokoknya kita bergerak menurut keadaan yang
paling menguntungkan. jadi tak usah harus berpegang teguh
pada sebuah cara dan sistim belaka.”
Si Cay soat dan Lan See giok segera mengangguk
berulang kali, sewaktu memandang lagi kearah tanggul. di
situ sudah tak nampak setitik bayangan pun.
Sementara itu Siau cian masih mendayung sampan itu
tiada hentinya. Sampan bergerak maju dengan kecepatan
luar biasa.
Makin memandang Lan See giok merasa semakin tak
tega, akhirnya dia berguman seorang diri.
"Benar-benar menyesal, sampai sekarang aku masih
belum dapat mendayung sampan"
Si Cay soat yang cerdas segera berkata pula sambil
tertawa.
"Cici Cian, mari biar siau moay menggantikan
kedudukanmu."
Sambil berkata ia bangkit berdiri dan bermaksud menuju
ke arah buritan.
Siau cian mendongakkan kepalanya sambil tertawa
merendah, dengan cepat ia menggelengkan kepalanya.
"Aaah, aku tidak lelah. harap adik Soat tak usah kemari"
Tapi sebelum ia selesai berbicara, Si Cay soat telah
menyambut dayung itu dari tangannya.
Meskipun Hu-yong siancu tahu bahwa Siau cian tak
bakal lelah. namun dia kuatir hal tersebut akan
menimbulkan kecurigaan Si Cay soat, maka katanya
kemudian sambil tersenyum
http://kangzusi.com/
"Anak Cian, biarlah adik Soat ikut mendayung sebentar,
memang lebih baik kalau kalian berdua mendayung secara
bergilir,"
Siau-cian tidak membantah lagi, ia segera menyerahkan
sepasang dayung itu kepada Si Cay-soat.
Ketika ia bangkit berdiri untuk berpindah tempat,
mendadak matanya berkilat tajam, serunya dengan nada
terkejut bercampur keheranan.
"Ibu, cepat lihat, apakah tempat itu adalah Wi-lim-poo?"
Lan See giok yang mendengar perkataan itu segera
bangkit berdiri dan memandang ke depan, tapi dengan
terkejut ia segera berseru.
"Aaah, bukan, Wi-lim-poo terletak dibalik hutan bakau
yang sangat luas .”
Sembari berkata, dia menunjuk ke arah hutan bakau
yang berada nun jauh di situ.
Si Cay-soat turut bangkit berdiri setelah mendengar
seruan itu, dari kejauhan sana ia saksikan titik cahaya
lentera berkedip persis seperti bintang di angkasa.
"Aaah, itu kan barisan perahu besar .yang kulihat tengah
hari tadi.." serunya tertahan.
Tergerak hati Lan See giok, segera gumam nya
"Mengapa sampai waktu selarut malam ini mereka
belum juga kembali ke Wi-lim-poo?, Anak Giok, mari kita
bergerak menuju ke sana" ajakHu-yong siancu pelan.
Perkataan tersebut memang sesuai dengan keinginan Lan
See-giok. sebab dengan berlabuh nya, perahu-perahu perang
dari Wi-lim-poo di luar benteng, maka bisa jadi si Manusia
buas bertelinga tunggal Oh Tin san juga berada di atas kapal
perang tersebut.
http://kangzusi.com/
Oh Tin-san pernah menyembunyikan diri di dalam
kuburan kuno, itu berarti dia sudah melihat dengan jelas
pembunuh ayahnya, mungkin orang itu adalah si setan
bengis bermata tunggal dari telaga Tong-ting, mungkin juga
siMakhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dari telaga Pek-toh.
Kemudian diapun hendak bertanya kepada mereka,
darimana bisa tahu tempat persembunyian ayahnya serta
bagaimana ia memasuki kuburan, kuno dan akhirnya
membunuh si Makhluk bertanduk tunggal yang hampir
sekarat.
Berpikir sampai di situ, Lan See giok segera berpaling
dan serunya kepada Si Cay soat yang berada di buritan
perahu.
"Adik Soat arahkan perahu ini baik-baik, mari kubantu
dengan mendorong pukulan ke atas permukaan." Sambil
berkata. dia menyalurkan hawa murninya ke dalam telapak
tangan kanannya kemudian mendorongnya ke atas
permukaan air, segulung tenaga pukulan yang kuat segera
menghantam permukaan air dengan cepat sampan tersebut
meluncur ke depan bagaikan anak panah yang terlepas dari
busur kecepatannya semakin bertambah..
Dalam keadaan demikian, fungsi pendayung tersebut
menjadi tak ada artinya lagi, maka Si Cay soat
mempergunakannya sebagai pengatur arah perahu.
Hu-yong siancu memang tahu bahwa tenaga dalam yang
dimiliki Lan See giok amat sempurna. akan tetapi dia tidak
mengetahui sampai di taraf manakah kesempurnaan
tersebut.
Melihat perbuatan pemuda tersebut dengan penuh rasa
kuatir ia segera berkata,
http://kangzusi.com/
"Anak Giok, musuh tangguh berada di depan mata, kau
jangan membuang tenaga dengan percuma."
Semalam, Siau cian telah menelan dua tetes Leng-sik
giok ji, ia merasa tenaga dalam yang dimilikinya telah
bertambah besar, oleh karena itu serunya kemudian dengan
gembira. "Biar kubantu usaha adik Giok." Sambil berkata
dia memutar telapak tangannya den segera disapu ke atas
permukaan telaga.,.
Ombak segera memecah ke empat penjuru, sampan kecil
yang sedang meluncur pun bergerak semakin kencang,
begitu hebatnya sehingga menimbulkan suara desingan
yang tajam.
Si Cay soat terkejut sekali menyaksikan hal ini, ia tidak
menyangka kalau tenaga dalam yang dimiliki Ciu Siau cian
sama sekali tidak berada di bawah kemampuannya,
Tak berapa lama kemudian, sampan itu sudah semakin
mendekati ratusan buah perahu besar itu, jaraknya paling
banter tinggal dua li saja.
"Hu-yong siancu kuatir ke dua orang itu membuang
tenaga terlalu banyak, ditambah pula permukaan telaga
waktu itu sangat tenang, suara air yang memecah bisa
menimbulkan kecurigaan orang, karena itu segera
cegahnya.
"Anak Giok, kita tak boleh maju dengan kecepatan yang
terlampau tinggi."
Mendengar perkataan tersebut. Lan See giok, Siau cian,
sama-sama menarik kembali tenaga pukulannya.
Mereka jumpai ratusan buah kapal perang itu tersebar di
seputar telaga dalam suatu formasi yang aneh, tampaknya
menyerupai semacam ilmu barisan.
http://kangzusi.com/
Cahaya lentera menyinari seluruh permukaan hingga
terang benderang bagaikan di tengah hari, keadaannya
sangat mentereng.
Lambat laun sampan mereka bergerak memasuki
lingkaran cahaya yang mengitari permukaan telaga tersebut.
Hu-yong siancu sebagai orang yang berpengalaman luas,
setelah melihat keadaan tersebut segera memberi
peringatan.
"Anak Giok, kalian berdua cepat duduk. bila kita
bergerak maju lebih ke depan pihak mereka pasti akan
melepaskan tanda peringatan,” Lan See giok dan Siau cian
yang mendengar perkataan tersebut segera duduk kembali,
sementara sorot mata yang tajam tiada hentinya memeriksa
keadaan di sekitar sana -
Untuk menghindari jejak mereka ketahuan musuh,
sekarang mereka semakin memperlambat gerakan
sampannya.
Hu-yong siancu memandang sekejap ratusan buah
perahu perang itu. kemudian bisik nya.
"Sudahkah kalian lihat formasi dari kapal perang itu ?"
Lan See giok yang bertenaga dalam sempurna dan
memiliki ketajaman mata yang luar biasa, segera berseru:
"Bibi, menurut pandangan anak Giok. formasi mereka
mirip sekali dengan formasi tanda salib"
Mendengar perkataan tersebut. Hu-yong siancu segera
tertawa rendah, katanya kemudian.
"Formasi semacam ini merupakan barisan terbaik untuk
berlabuh, orang menyebutnya barisan empat gajah, mau
maju menyerang gampang, mundur bertahanpun tidak
sukar, bila ada musuh menyusup ke dalam, mudah pula
http://kangzusi.com/
untuk mengurungnya. begitu banyak perubahan yang
tercakup di dalamnya sehingga termasuk barisan yang
paling hebat dalam pertempuran air.”
Sementara mereka masih berbincang-bincang, dari atas
permukaan air lebih kurang puluhan kaki di depan sana,
mendadak muncul dua orang manusia penyelam, dengan
suara yang keras mereka membentak nyaring:
"Hei, dari mana kalian berasal? Berani amat mendekati
kapal perang kami, memangnya kalian tak punya mata?"
Si Cay-soat gusar sekali mendengar perkataan itu. ia
segera balas membentak.
"Hei, kalian kunyuk dariWi-lim-poo, lebih baik tak usah
takabur dan tahu adat sopan santun, hmmm, tampaknya
aku mesti memberi pelajaran yang sebaik-baiknya kepada
kalian malam ini"
Sembari berkata dia letakkan alat pendayung ke atas
sampan, kemudian merogoh ke dalam sakunya
mengeluarkan sebatang peluru pemisah air yang terbuat
dari perak.
Lan See-giok adalah pemuda yang berhati luhur,
ditambah pula dia sudah dua hari berdiam di Wi-lim-poo
serta mempunyai kesan yang cukup baik terhadap kawanan
pelaut itu, dia tak ingin membiarkan Si Cay-soat melukai
orang.
Cepat-cepat cegahnya:
"Adik Soat, tak usah berurusan dengan mereka.."
Sementara pembicaraan berlangsung ia sudah melihat
dengan jelas bahwa kedua orang itu merupakan lelaki
berpakaian renang yang memiliki sebuah rakit. seorang
http://kangzusi.com/
membawa golok, yang lain membawa busur dan panah,
sorot mata yang tajam tertuju kearah mereka.
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu sambil mengangkat
tangan kanannya, ia berseru lantang.
"Aku Lan See-giok, khusus datang kemari untuk
menjumpai lo-pocu."
Ke dua orang lelaki itu tertegun sambil berseru kaget.
kemudian terdengar mereka membentak lagi:
"Ayo cepat hentikan perahu kalian, tunggu pemeriksaan
dari hiangcu penanggung jawab dari panji kami "
Lan See giok segera tertegun, dia tahu dengan jelas
bahwa pasukan kapal perang dariWi-lim-poo terbagi dalam
empat barisan. yakni barisan naga, barisan harimau
terbang, barisan singa jantan dan barisan macan kumbang,
semenjak kapan telah dirubah menjadi panji?”
Setelah diamati lagi dengan seksama, pemuda itu makin
terkesiap, ternyata panji- panji yang berkibar di atas ratusan
buah kapal perang yang berlabuh di depan situ bukan saja
berbeda sekali dengan panji dari Wi-lim-poo, bentuk kapal
perangnya pun berbeda jauh.
Cepat-cepat dia berpaling ke arah Hu-yong siancu dan
serunya dengan gelisah.
"Bibi, anak Giok menjumpai kapal-kapal perang ini
bukan kapal perang, dariWi-lim-poo.”
Hu-yong siancu segera berseru kaget. ia segera
memeriksa dengan seksama.
Benar juga, bentuk perahu tersebut memang berbeda
sekali dengan bentuk perahu yang pernah dijumpai tempo
hari, maka dia segera memberi tanda kepada Si Cay soat
http://kangzusi.com/
agar menghentikan laju perahunya, kemudian agak sangsi
dia berkata:
"Jangan-jangan pasukan kapal perang dari Lim lo pah di
telaga Tong-ting?"
Mendengar nama itu, Lan See-giok segera teringat
kembali dengan dendam kesumat terbunuhnya sang-ayah
tercinta, sepasang matanya segera memancarkan sinar
tajam, ditatapnya ratusan buah kapal perang itu tanpa
berkedip..
Sementara itu dari arah rakit tadi telah meluncur
segulung bunga api yang segera meledak di udara dan
memercikkan selapis bunga api yang berwarna warni. .
Pasukan kapal perang yang berada di kejauhan segera
melihat tanda itu, ditengah bentakan-bentakan keras, tiga
buah kapal perang yang berada di sayap kiri pelan-pelan
bergerak meja ke depan.
Hu-yong siancu segera berbisik kepada Lan See-giok.
"Pihak lawan berada di posisi yang lebih tinggi, ini tidak
menguntungkan buat kita, paling tidak, kita harus berusaha
menguasai sebuah kapal mereka. kemudian baru bertindak
menurut keadaan.”
Jika memang benar kapal perang dari Lim-lo-pah
pimpinan Toan Ki tin, kita harus berusaha menerobos ke
tengah barisan, hanya cara ini yang bakal menguntungkan
posisi kita.
Sambil mengendalikan hawa marah yang berkobar di
dalam dadanya, Lan Lee giok mengiakan berulang kali. dia
dapat mendengar suara bibinya sedikit agak gemetar,
mungkin ia teringat juga akan dendam kematian ayahnya.
http://kangzusi.com/
Si Cay soat mengendalikan sampan mereka agar tidak
bergerak lebih ke depan, sambil mengendalikan kemudi, dia
menengok sekejap ke arah ketiga kapal perang yang mulai
bergerak mendekat itu, lalu serunya kurang percaya.
"Bibi, Phoa yang oh termasuk daerah kekuasaan Wi-limpoo,
mengapa mereka ijinkan kapal-kapal perang dari Lim
to pah menyerbu sampai di sini?"
Biarpun Lim-lo-pah dan Wi-lim-poo masing-masing
menjagoi sebuah telaga. namun mereka sering bentrok
sendiri di pintu masuk sungai Tiang-kang, semenjak lima
manusia cacad berdamai, pertarungan diantara mereka pun
agak mereda, aku sendiripun tak tahu apa yang
menyebabkan mereka ribut lagi.."
Belum selesai dia berkata, ke tiga buah kapal perang itu
sudah mengambil posisi segi tiga, dua di depan satu di
belakang, makin lama semakin rapat mengepung sampan
kecil itu.
Dengan jelas sekali Lan See giok dapat melihat, ratusan
buah lentera menyinari ke tiga buah kapal perang itu,
ratusan tombak dan tameng dengan lelaki-lelaki kekar,
sama-sama mengawasi sampan kecil mereka.
Di atas setiap perahu berkibar sebuah panji hitamdengan
tiga buah lentera hitam di ujungnya. di atas lentera tadi
terasa tertera tiga huruf besar yang dibuat dari cat putih
berbunyinya:
LIM LO PAH
Membaca ketiga huruf besar itu, Lan See giok merasakan
darah mendidih dalam dada nya, hawa napsu membunuh
segera berkobar dan sorot matanya memancarkan sinar
yang tajam.
http://kangzusi.com/
Melihat sikap yang kurang wajar dari pemuda itu cepat
diketahui Hu-yong siancu, segera ia berbisik. "Anak Giok.
musuh besar sudah berada di depan mata, jangan terlampau
gegabah sehingga merugikan diri sendiri"
Walaupun Lan See giok mengangguk berulang kali,
namun api kemarahan sudah berkobar di dalam dadanya,
Dalam pada itu, dua buah kapal perang yang datang dari
kiri dan kanan, sudah menjepit sampan kecil itu pada jarak
tujuh delapan kaki, sedangkan kapal perang yang bergerak
dari tengah semakin mendekati sampan tersebut. bentuk
kapal perang yang bergerak dari muka ini sama sekali
berbeda dengan bentuk kapal perang dariWi-lim-poo, ujung
kapal tingginya mencapai satu kaki setengah, lebar delapan
depa dengan di tengahnya berukirkan sebuah kepala setan
besar yang sedang menyeringai seram dengan sorot melotot
besar. bentuk itu hampir mirip dengan bentuk wajah Toan
Ki tin. si setan bengis bermata tunggal.
Puluhan orang lelaki pakaian ringkas berwarna hitam,
dengan senjata terhunus berdiri angkuh di ujung perahu.
sorot mata mereka yang buas dan wajah yang diliputi
kegusaran ditujukan ke arah sampan kecil tersebut.
Ditengah barisan berdiri seorang lelaki gemuk
berpakaian ringkas warna hitam, usianya tiga puluh
tahunan. kepala gundul, muka bulat, mata besar, alis tebal,
dalam genggamannya memegang sepasang martil besar
yang nampaknya berat sekali.
-ooo0dw0ooo-
BAB 26
DENGAN senyuman dingin menghiasi bibirnya dan
sinar mata penuh kerakusan, lelaki gemuk berbaju hitam itu
http://kangzusi.com/
mengawasi wajah Hu-yong siancu, Si, Cay soat dan Siau
cian secara bergantian.
Akhirnya ketiga buah kapal perang itu berhenti dalam
posisi segi tiga, dengan demikian sampan kecil itu terjepit di
tengah-tengah. keadaannya seperti selembar daun kering
yang terombang ambing ditengah samudra, mengenaskan
sekali keadaannya.
Hu-yong siancu kuatir kapal perang itu menumbuk
sampan mereka, semenjak tadi ia sudah memberi tanda
kepada semua orang agar bangkit berdiri dan
mempersiapkan diri.
Di bawah sinar lentera yang terang benderang. kawanan
lelaki kekar yang berada di atas ketiga kapal perang itu
dapat menyaksikan keadaan sampan tersebut dengan jelas,
mereka semua sama-sama tertegun. agaknya selama hidup
belum pernah mereka jumpai gadis-gadis yang begitu cantik
bak bidadari dari kahyangan.
Sambil berusaha mengendalikan hawa amarahnya, Lan
See-giok mendongakkan kepalanya memandang lelaki
gemuk itu, kemudian ujarnya dengan lantang- "Aku Lan
See giok, karena suatu persoalan datang menjumpai ketua
kalian, harap bawa kami menjumpainya atau memberi
kabar kepada pemimpin kalian agar datang berbicara."
Lelaki gemuk di atas perahu itu amat gusar melihat sikap
angkuh dan tidak menaruh hormat dari Lan See giok,
dengan cepat dia tahu kalau kehadiran ke empat orang ini
tidak bermaksud baik, maka sambil tertawa dingin, ujarnya
dengan suara dalam.-
"Kalian ada urusan apa, katakan saja kepada aku si
martil baja Li San hiangcu sayap kiri dari panji hitam, bila
masalahnya, memang besar dan penting, tentu saja aku
akan memberi laporan kepada pemimpin kami.."
http://kangzusi.com/
"Kecuali Toan Ki tin pribadi, tiada orang yang dapat
menjawab pertanyaanku ini," seru Lan See giok semakin
gusar.
Martil baja Li San turut naik pitam, dia membentur
benturkan sepasang senjatanya lalu membentak keras. .
"Tidak sulit bila kalian ingin berjumpa dengan pemimpin
kami, cuma harus melalui dulu sepasang martil besiku ini.."
Si Cay soat yang tidak sabaran, semenjak tadi sudah tak
kuasa menahan emosi, sebelum Li San menyelesaikan kata
katanya dia telah membentak keras, pergelangan tangannya
diayunkan,. sekilas cahaya tajam langsung menyambar
kepala Li San yang gundul.
Li San sama sekali tidak keder menghadapi serangan
tersebut, dengan tenangnya dia hanya berkerut kening.,
"Triiing!" Serangan bersarang telak di atas kepalanya,
namun peluru perak itu malah mencelat ke tengah udara.
Puluhan orang lelaki berbaju hitam yang berdiri di
belakang si martil besi Li San serentak tertawa terbahakbahak.
Lan See-giok, Siau cian serta Si Cay soat menjadi
tertegun melihat peristiwa tersebut mereka sama sekali tidak
menyangka kalau batok kepala si martil baja Li San
ternyata sekeras baja.
Memandang Si Cay soat yang termangu mangu
keheranan, si martil baja Li San menggelengkan kepalanya
berulang kali. kemudian ejeknya:
"Walaupun hari ini aku tak bisa mengecup bibirmu yang
mungil itu, namun bau harum semerbak yang tertinggal di
atas senjata rahasia nona sudah cukup membuat aku
tergiur.."
http://kangzusi.com/
Selesai berkata. ia mendongakkan kepalanya dan sekali
lagi tertawa terbahak bahak.
Lan See giok gusar sekali, dalam keadaan begini dia
seperti lupa dengan pesan dari bibinya. sambil membentak
keras tubuhnya melejit ke udara dan meluncur beberapa
kaki, ke depan..
Puluhan orang lelaki berbaju hitam yang menyaksikan
hal ini segera membentak pula. sambil meloloskan senjata
tajam, masing masing mengambil posisi.
Lan See giok yang melambung di angkasa, sewaktu
berada dua kaki dari ujung bajunya, dengan jurus naga sakti
masuk ke sungai, dalam posisi kepala di bawah kaki di atas
dia langsung menerkam si martil besi Li san..
Sesungguhnya si martil besi Li San sudah menduga
bahwa Lan See-giok berempat pasti memiliki kepandaian
silat yang sangat hebat. sebab tanpa kepandaian yang hebat
mustahil mereka berani mendekati ratusan buah kapal
perang itu dengan sampan kecil.
Namun dia mengandalkan jumlah anggota nya yang
banyak, ditambah pula, bala bantuan yang berada di
belakang, terutama sekali sepasang senjata martil besarnya.
karena itu dia tak memandang sebelah mata pun atas
kehadiran ke empat orang itu.
Akan tetapi setelah menyaksikan kehebatan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki Lan See giok, diam-diam
ia merasa terkejut maka begitu dilihatnya pemuda itu
menerjang tiba, matanya segera melotot besar sambil
membentak dia melepaskan sapuan dengan martil bajanya .
. .
Saat itu Lan See giok ingin selekasnya menyerbu ke
tengah barisan dan membunuh si setan bengis bermata
http://kangzusi.com/
tunggal, melihat datangnya sapuan martil besi itu. sepasang
tangannya dikebaskan ke muka, kemudian tubuhnya melejit
lewat di atas kepala Li San dan melayang turun di
permukaan perahu di belakang tubuhnya.
Gagal dengan serangan martilnya, Li san sangat terkejut,
ia membentak lalu memutar badannya secepat kilat. dengan
martil besinya dia menyerang Lan See giok yang berada di
belakang tubuhnya sekali lagi.
Lan See giok segera menjejakkan ujung kakinya ke atas
permukaan perahu, sekali lagi dia melejit setinggi lima
depa.
Sapuan martil baja itu kembali menyambar persis
melalui bawah telapak kaki nya.
"Kawanan tikus, serahkan jiwamu . . . ." bentaknya
kemudian keras-keras.
Ditengah bentakan itu. dengan jari tengah dan telunjuk
tangan kanannya dia lancar kan sebuah sentilan maut ke
depan.
Hu-yong siancu menjadi sangat terkejut melihat kejadian
ini, serunya tak tahan.
"Anak Giok, jangan kau bunuh dirinya"
Sayang sekali seruan itu terlambat selangkah.
Tampak Li San menjerit kesakitan, batok kepalanya
segera pecah dan isi benaknya bercampur darah
berhamburan kemana-mana tubuhnya mundur dengan
gontai lalu tergeletak di atas tanah dan tak berkutik lagi.
"Pluung . . . .
Tubuh Li San berikut senjata martilnya sama-sama
tercebur ke dalam telaga, darah segar dengan cepat
merubah permukaan tanah menjadi merah.
http://kangzusi.com/
Segenap lelaki kekar yang berada di atas ketiga perahu
besar itu menjadi tertegun saking kagetnya setelah terjadi
peristiwa tersebut.
Hu-yong siancu tahu bahwa gelagat tidak
menguntungkan. ia sadar peristiwa ini segera akan
memancing datangnya tindak balasan lawan dengan
melepaskan serangan panah yang membabi buta.
Kepada Si Cay soat dan Ciu Siau cian buru-buru serunya
dengan lantang.
"Ayo cepat naik ke atas kapal"
Begitu selesai berseru, mereka bertiga segera melejit ke
tengah udara, bagaikan tiga ekor burung walet. mereka
melompat naik ke atas perahu.
Bersamaan waktunya ketika ke tiga orang itu melejit ke
udara, dari atas perahu besar di sisi kiri dan kanan mereka,
terdengar suara bentakan keras. menyusul hujan panah
berhamburan kearah sampan kecil mereka.
Keringat dingin segera bercucuran membasahi seluruh
tubuh Lan See giok setelah menyaksikan peristiwa ini,
menanti dia menengok lagi kearah sampan kecil itu, hanya
di dalam sekejap mata saja beratus batang anak panah telah
menembusi permukaan sampan itu.
Dalam pada itu, Hu-yong siancu sudah tiba di atas kapal
besar, dia segera membentak keras..
"Anak Giok cepat tawan orang dan rampas perahu besar
itu .."
Belum habis dia berkata, puluhan lelaki yang berada di
atas perahu telah membentak keras dan bersama sama lari
ke geladak.
http://kangzusi.com/
Dengan kening berkerut, mencorong sinar tajam dari
balik mata Lan See giok, sambil menerjang ke depan,
kesepuluh jari tangan nya disentilkan bersama ke muka,
seketika itu juga terdapat delapan orang lelaki kekar yang
menjerit kesakitan kemudian roboh terjengkang ke atas
tanah.
Puluhan orang lelaki bertameng yang berdiri di kedua sisi
perahu serentak membentak sambil melompat turun dari
atas perahu.
Dalam waktu singkat bayangan manusia berkelebat
lewat, air berhamburan ke mana-mana .suasananya sangat
ramai.
Siau cian dan Cay soat segera meloloskan pedang Jit hoa
kiam dan Gwat hui kiam, namun di dalam sekejap mata
itulah selain delapan orang le1aki yang tertotok jalan
darahnya itu. sudah tak nampak sesosok bayangan
manusiapun.
Mendadak.
Suara desingan tajam bergema di udara. sebatang anak
panah dibidikkan dari atas sebuah kapal besar tujuh-delapan
kaki di depan situ..
Lan See giok gusar sekali. baru saja dia hendak memukul
rontok serangan mana, mendadak tampak Hu-yong siancu
membungkukkan badan dan secepat kilat menyambar
seorang lelaki berbaju hitam dari atas tanah dan
dipergunakan untuk menyongsong datangnya bidikan
tersebut.
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3 dan anda bisa menemukan artikel Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-abg-smu-anak-harimau-3.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita ABG SMU : Anak Harimau 3 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-abg-smu-anak-harimau-3.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar