cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 03 Agustus 2012

cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1-cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1-cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1-cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1

Jilid 1
Mayat mengembara.
Suasana Wisma Perdamaian dipuncak Giok-li-nia gunung
Lo-hu-san tampak tegang- Beberapa tokoh persilatan yang
termasyur sedang mengadakan perundingan penting.
It ciang gan atau Jari tunggal-penakluk-dunia Kim-Thiancong
yang menjadi pemimpin Dunia Persilatan telah meninggal
dunia. Menerima berita itu, Hui Gong g taysu ketua Siau-lim si
segera bergegas menuju ke Giok-li-nia. Demikian pula
Ang Bin tojin ketua Bu-tong pay, Hong Hong totiang ketua
Go bi Pay, rahib wanita Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay
dan Sugong In ketu Kong tong pay.
Mereka termasuk anggauta tujuh partai besar yang
menanda-tangani Piagam Perdamaian. Kim Thian-cong lah
yang menciptakan piagam itu dan mendirikan Wisma
Perdamaian dipuncak Giok-li-nia.
"Apakah kita Perlu menunggu kedatangan ketua Hoa San
pay dan ketua Kay Pang yang belum datang ?" tanya Hui Gong
Taysu.
"Urusan ini sangat penting dan gawat, baik-lah kita tunggu
dulu kedatangan mereka. Apabila sampai tengah malam
mereka belum datang, terpaksa kita tinggal", Hong Hong tojin
ketua Gobi-pay menyatakan pendapat.
"Benar," sambut Ang Bin tojin atau Imam Muka-merah
ketua Bn-tong-pay, "kita harus cepat mengambil keputusan
dan bertindak. Besok pagi mungkin sudah tak sempat karena
tetamu-tetamu tentu sudah membanjir datang."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Ceng Sian suthay dan Sugong In menunjang pendapat
ketua Go-bi-pay juga dan Hui Gong tay-supun memutuskan
demikian. Ketua Siau-lim-si itu berpaling kearah tiga anak
muda yang berdiri di-samping meja.
"Apakah pesan terakhir dari Kim tayhiap kepada sicu
sekalian ?" seru ketua Siau-lim-si itu.
Sicu artinya "anda", istilah yang digunakan kanm paderi
apabila menyebnt lain orang.
"Suhu ingin apabila mungkin, supaya puteranya dapat
melihat wajah suhu yang terakhir," sahut Tio Goan-pa, murid
pertama dari Kim Thian-cong.
"O, puteranya yang bernama Kim Yu-yong itu ? Dimanakah
Kim sicu sekarang ?" tanya Hui Gong taysu.
Goan-pa menghela napas : "Ah, sudah sejak lima tahun
yang lalu, Yu-yong sute pergi meninggalkan rumah, entah
berada dimana ?"
Hui Gong taysu terperanjat : "Pergi ? Mengapa dia pergi ?".
Dengan suara rawan Goan-pa menjawab : "Suhu
mengusirnya karena jengkel . . . . "
"Jengkel ?" Hui Gong taysu menegas makin heran, "apakah
kesalahan Kim sicu sehingga Kim tayhiap mengusirnya ?"
Goan-pa muram wajahnya namun menyahutlah ia dengan
lancar : "Yu-yong sute keras kepala dan tak mau menurut
kata-kata ayahnya. Disuruh belajar silat, tak mau. Disuruh
belajar ilmu sastra, pun menolak. Kerjanya setiap hari hanya
bermalas-malasan, bermain-main dan piara beberapa macam
binatang, anjing, kera dan burung. Dan sejak subo meninggal
dunia, Yu-yong sute makin binal. Karena jengkel, suhu lalu
mengusirnya ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Suhu keras hati, sekali sudah terlanjur mengusir ia malu
untuk memanggil puteranya pulang," kata Goan-pa pula.
Keempat ketua partai persilatan itu terkesiap. Mereka tahu
bahwa Kim Thian-cong hanya mempunyai seorang putera
maka heranlah mereka mengapa Kim Thian-cong begitu tegah
mengusir puteranya.
"Adakah Kim tayhiap tak pernah menyuruh sicu bertiga
untuk mencari jejak Kim sicu ?" tanya Hui Gong taysu.
"Tidak pernah, "Goan-pa gelengkan kepala, tetapi kami
bertiga diam-diam memperhatikan keadaan suhu. Sejak
ditinggal oleh subo dan Kim sutepun pergi, suhu tampak
seperti kehilangan semangat, Suhu jarang bicara kalau tak
perlu. Sehari-hari hanya bermurung diri dalam kamar."
"Lalu apakah tindakan sicu ?"
"Diam-Diam kami berunding dan memutuskan untuk
bergiliran mencari jejak Yu-yong sute. Tetapi tak berhasil
menemukan tempat beradanya," menerangkan Goan-pa.
"Benar, Kim tayhiap tentu amat menderita batin," tiba-tiba
Ceng Sian suthay ketua Kun lun-pay membuka suara, "menilik
keterangan Tio sicu tadi bahwa Kim tayhiap telah
meninggalkan pesan terakhir agar puteranya dapat melihat
wajahnya yang penghabisan kali, tentu Kim tayhiap amat
merindukan puteranya. Kim tayhiap berjasa besar dalam
menyelamatkan kehancuran partai-partai persilatan Tionggoan,
maka wajiblah kita membalas amalnya itu dengan
memenuhi pesannya yang terakhir."
"Ya, akupun setuju dengan pendapat Ceng Sian suthay,"
seru Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay, "Kim tayhiap seorang
pendekar yang meng-abdikan seluruh hidupnya untuk
kepentingan dunia persilatan sehingga dia tentu tak ada waktu
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
untuk mendidik puteranya. Dalam hal ketidak bahagiaan-nya
Kim tayhiap dalam rumahtangganya, secara moral kita juga
ikut bertanggung jawab."
"Benar," Ang Bin tojin kembali berseru "maka selain
mengusahakan agar pesan terakhir dari Kim tayhiap itu
terlaksana kitapun wajib mencari puteranya itu sampai
ketemu."
Setelah hening beberapa saat, Hui Gong taysu berpaling
kepada Kwik Eng, murid kedua dari Kim Thian-cong : "Adakah
Kim tayhiap memberi pesan juga kepada sicu?"
Pemuda itu mengangguk : "Ya, suhu pesan agar kelak
dapat ditanam dipuncak Giok-li-nia di sisi subo."
"O, tentu saja akan kita laksanakan," kata Hui Gong taysu.
Kemudian ketua Siau-lim-si itu bertanya. kepada Liok Sian-li
dara lincah yang menjadi murid nomor tiga dari Kim Thiancong
: "Li-sicu, apakah Kim tayhiap memberi pesan kepada lisicu
?”
Sian-li terkejut, wajahnya bergelombang ke-rut kemerahan.
Beberapa saat kemudian baru me-nyahut : "Ah, suhu tak
memnggalkan pesan apa-apa kepadaku."
Hui Gong seorang padri. Ia percaya penuh pada orang,
apalagi keterangan seorang anak perempuan, dan lebih-lebih
murid Kim Tnian-cong, jago dunia yang termasyhur jujur,
ksatrya dan mulia.
Suasana hening pula tetapi hati tokoh-tokoh persilatan itu
tetap sibuk memikirkan daya untuk melaksanakan pesan Kim
Thian-cong. Mereka menyadari bahwa dalam perjuangannya
selama berpuluh-puluh tahun untuk menyelamatkan partaipartai
persilatan agar pusaka ilmu warisan leluhur tak sampai
lenyap itu, Kim Thian cong mengikat banyak persahabatan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
tetapi pun menanam banyak permusuhan. Banyak yang
memuja tetapi tak sedikit pula yang membencl.
Tiba-Tiba terdengar suara kentungan waktu beralun-alun
memecah kesunyian. Saat itu tepat jam duabelas tengah
malam.
"Ah. mengapa mereka belum datang ? Ada-kah terjadi
sesuatu pada diri mereka ?" Hui Gong taysu mcmbuka
pertanyaan. Pertanyaan yang tak dapat terjawab oleh ketiga
ketua partai persilatan yang lain.
"Mengingat waktunya sudah amat mendesak dan pula kita
sudah memberi waktu cukup untuk menunggu maka kurasa
kita mulai saja perundingan itu." kata Ang Bin tojin dari partai
Bu-tong-pay. Kawan-kawannya menyetujui.
Dalam pada menyetujui, Hui Gong taysupun mengajukan
pertanyaan siapakah yang akan memimpin perundingan itu.
Ketiga ketua partai persilatan serempak meminta agar paderi
ketua Siau-lim-si itu yang menjadi pimpinan.
"Baik, demi kepentingan Kim tayhiap pin-ceng (aku)
bersedia," kata Hui Gong taysu, "menurut hemat pinceng,
perundingan ini terdiri dari dua pokok persoalan yang
penting. Pertama, bagaimana kita hendak mengurus jenazah
Kim tayhiap dan kedua, mengangkat pengganti Kim tayhiap
sebagai Ketua Dunia Persilatan."
Kali ini Sugong In ketua Kong-tong-pay yang sejak tadi tak
pernah buka suara, berkata : "Menurut hematku, usul Hui
Gong taysu itu tepat sekali tetapi kuminta supaya acara
pembicaraan di-mulaikan dahulu dari pemilihan ketua Dunia
Persilatan, baru nanti meningkat pada pengurusan jenazah
Kim tayhiap."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ah, pinto rasa tidak demikian," sanggah Ang Bin tojin
ketua Bu-tong-pay," memilih ketua Dunia persilatan, bukan
suatu hal yang sederhana, harus melalui liku-liku yang
panjang dan sukar. Misalnya, kedua ketua Hoa-san-pay dan
Kay-pang karena berhalangan tak dapat datang, apakah kita
berempat berhak untuk melakukan pemilihan itu ? Sedangkan
soal pengurusan jenazah Kim tayhiap itu amat mendesak dan
menuntut penyelesaian yang segera. Besok pabila para tetamu
sudah datang, tentu tak sempat lagi kita mengatur."
Pernyataan ketua Bu-tong-pay itupun tepat. Memang
mengangkat seorang ketua partai persilatan bukanlah mudah,
apalagi seorang ketua Dunia Persilatan yang membawahi
seluruh kaum persilatan.
Akhirnya berserulah rahib Ceng Sian suthay ketua Kun-lunpay
: "Pinni mengusulkan begini. Negara tak boleh seharipun
tak mempunyai raja. Demikian halnya dengan Dunia
Persilatan. Berhubung Kim tayhiap sudah tutup usia,
kedudukan ketua Dunia Persilatan tak boleh kosong walaupun
hanya sehari saja. Karena dikuatirkan akan menimbulkan halhal
yang tak diinginkan. Setiap partai persilatan akan
membawa kemauannya sendiri. Namun memilih ketua baru
itu, bukanlah suatu hal yang mudah. Saat ini justeru
menghadapi soal yang gawat, perlu adanya suatu pimpinan
untuk mengatur kesatuan langkah dan tindakan. Maka pin-ni
berpendapat agar kita memilih seorang pimpinan sementara.
Setelah urusan jenazah Kim tayhiap selesai, barulah kita nanti
tetapkan waktu untuk mengundang seluruh kaum persilatan
guna memilih seorang ketua baru . , . .”
Ucapan rahib dari Kun-lun-pay itu tiba-tiba ber-henti
setengah jalan ketika seorang lelaki tak di-kenal muncul dalam
ruang perundingan. Seorang lelaki setengah tua yang
rambutnya sudah menjunjung uban melangkah masuk dengan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
tenang. Goan Pa sebagai wakil tuan rumah, cepat
menyongsong-nya. Setelah mengadakan tanya jawab
beberapa saat, lalu mengantar lelaki setengah tua itu ke meja
perundingan.
"Taysu dan cianpwe sekalian, inilah Pang To-tik cianpwe
yang mewakili partai Hoa-san-pay untuk menghadiri
pemakaman suhu,” Goan-pa segera memperkenalkan
pendatang itu kepada ke empat ketua partai persilatan.
”0, kiranya Pang sicu ini Oh-liong-kiam-hiap yang pernah
menggemparkan dunia persilatan pada duapuluh tahun yang
lalu. Pin-ceng sungguh beruntung sekali dapat berjumpa muka
dengan Pang kiam-hiap," Hui Gong taysu memberi sambutan
hangat.
Oh-liong-kiam-hiap artinya Pendekar-pedang-naga-tidur.
Gelar itu diberikan orang persilatan kepada Pang To-tik karena
senjatanya sebatang pedang pusaka bentuknya nienyerupai
seekor naga melingkar. Sebenarnya dia adalah murid pertama
dari perguruan Hoa-san-psy. Tetapi entah karena apa, tibatiba
pada duapuluh tahun yang lalu ia menghilang tak
berbekas. Setelah ketua Hoa-san-pay menutup mata, yang
menggantikan sute dari Pang To-tik ialah Kam Sian-hong.
Maka kemunculan secara tak terduga-duga dari jago pedang
Naga-tidur Pang To-tik itu, mengejutkan para ketua partai
persilatan yang tengah berkumpul dipuncak Giok-li-nia.
Setelah selesai saling memperkenalkan diri maka Pang Totik
mendahului memberi keterangan: "Karena Kam sute
berhalangan datang maka terpaksa aku memenuhi
permintaannya untuk hadir ke Giok-li-nia sebagai wakil Hoasan-
pay. Harap sekalian taysu dan totiang sudi memaafkan
kelancangan Pang To-tik yang goblok ini."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ah, harap Pang kiamhiap jangan keliwat merendah diri.
Oraug persilatan manakah yang tak pernah mendengar
kebesaran nama pedang Naga tidur iiu ?" Ang Bin tojin
tertawa.
"Naga-tidur benar-benar merontokkan nyali kaum persilatan
Hitam. Setiap kali naga itu bangun, tentu banyak penjahatpenjahat
yang tidur selama-lamanya" Hong Hong totiang
ketua Go-bi-pay ikut berkelakar.
Tiba-Tiba rahib Ceng Sian suthay ketua Kun-lun-pay
membuka suara : "Maaf, Pang Sicu, halangan apakah yang
menimpah Kam Sian-hong ciang-bunjin (ketua) sehingga tak
dapat hadir dalam peristiwa penting hari ini ?"
Sekalian ketua partai persilatan tertegun dan Pang Totikpun
menghela napas : "Hoa-san-pay mengucap terima kasih
atas perhatian suthay kepada ketua kami. Menurut murid Hoasan-
pay yang diutus Kam sute menemui aku, saat ini Kam sute
sedang "menutup" diri untuk menyelesaikan suatu ilmu
warisan Hoa-san-pay yang selama ini belum pernah dicapai
oleh tiga angkatan ketua Hoa-san-pay yang terdahulu."
"O . . . " desis rahib Ceng Sian, "rupanya Kam ciang-bunjin
hendak membangun kembali keharuman nama perguruan
Hoa-san-pay yang pada waktu akhir-akhir ini memang makin
merosot dan makin silam. Muridnyapun makin habis . . "
"Omitohud !" tiba-tiba Hui Gong taysu ketua Siau-lim-si
menukas kata-kata ketua rahib Kun-lun-pay itu. Rupanya
karena kuatir akan menyinggung perasaan Pak To-tik, "roda
dunia berputar demikian kehidupan segala sesuatu dalam
dunia ini. Tumbuh, hidup dan mati. Mati lalu tumbuh lagi dan
hidup. Walaupun Hoa-san-pay mengalami kemunduran tetapi
tekad Kam ciang-bunjin untuk meyakinkan ilmu pusaka
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
perguruan Hoa-san-pay itu, merupakan suatu pertanda akan
kebangunan Hoa-san-pay lagi."
"Terima kasih, taysu," ucap Pang To-tik dengan nada tak
bergairah.
"Oleh karena jumlah yang hadir sudah enam wakil
perguruan, manlah kita lanjutkan perundingan lagi." kata Hui
Gong taysu. Kemudian ia menyatatan persetujuannya atas
pendapat Ceng Sian suthay agar memilih ketua sementara.
Setelah selesai mengurus penguburan Kim Thian-cong barulah
nanti menentukan suatu hari tertentu untuk mengadakan
pemilihan ketua yang resmi.
Kelima ketua partai persilatanpun setuju. Mereka serempak
memilih ketua Siau-lim-si sebagai pejabat ketua Dunia
Persilatan, menggantikan ketua Kim Thian-cong yang
meninggal dunia. Seberarnya Hui Gong taysu hendak menolak
tetapi atas desakan sekalian wakil-wakil partai persilatan dan
mengingat pentingnya persoalan itu, terpaksa ia menerima.
"Tiga bulan kemudian, pin-ceng akan mengundang para
ketua parid persilatan yang menanda-tangani Piagam
Perdamaian untuk menghadiri rapat pemilihan ketua yang
baru," Hui Gong taysu, kemudian menambahkan pula, "nanti
dalam upacara pemakaman jenazah Kim tayhiap, keputusankeputusan
yang telah kita ambil ini akan pin-ceng umumkan."
Setelah acara pertama dapat diselesaikan maka Hui Gong
taysu mulai merundingkan acara yang kedua ialah tentang
pengurusan jenazah Kim Thian-cong. Kata ketua dari Siau-limsi
itu : "Mengingat Kim tayhiap telah meninggalkan pesan
terakhir agar puteranya yang hilang itu dapat melihat
wajahnya untuk penghabisan kali. Menilik bahwa musuhmusuh
Kim Thay-eong mungkin akan hadir dalam pemakaman
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
ini karena hendak mengacau maka kita harus memikirkan
daya bagaimana menyelamaikan jenazah Kim tayhiap."
"Bukankah kata-kata 'menyelamatkan' itu berarti harus
menjaga jenazah Kim tayhiap supaya tetap dalam keadaan
begitu ? Artinya, kita tak boleh menanam jenazah Kim tayhiap
?" seru Ang Bin tojin.
"Benar, to-heng," sahut Hui Gong taysu, jenazah Kim
tayhiap harus tetap begitu agar dapat dilihat puteranya."
"Ah, itu mudah saja," kata Ang Bin tojin, serahkan hal itu
kepada Ceng Sian suthay yang memiliki obat pembalsem
mayat. Jenazah Kim tayhiap tentu terpelihara baik."
Mata sekalian ketua partai persilatan mencurah kearah
rahib sakti yang menjadi ketua perguruan Kun-lun-pay. Ceng
Sian suthay tenang-tenang saja menjawab : "Ya, baiklah.
Demi melaksanakan pesan Kim tayhiap, akan pin-ni usahakan
agar jenazah Kim tayhiap tetap tak rusak."
Hui Gong taysu girang karena soal itu ternyata dengan
mudah dapat diselesaikan. Kemudian ia berkata pula. Soal
mengawetkan jenazah Kim tayhiap sudah selesai tetapi
bagaimana kita dapat menyelamatkan dari gangguan tangan
jahil musuh-musuh Kim tayhiap yang akan hadir itu ?"
"Ah, masakan terhadap orang yang sudah meninggal
mereka masih hendak melampiaskan dendam ?" kata Hong
Hong totiang ketua Go-bi-pay.
"Maaf, to-heng," seru Hui Gong taysu, "marilah kita jangan
mengukur lain orang seperti ukuran hati kita. Lebih-Lebih
orang persilatan. Sebagai mana to-heng tentu mengetanui,
banyaklah terjadi peristiwa-peristiwa yang ganjil dalam urusan
balas dendam. Misalnya, karena ayahnya sudah meninggal,
puteranya yang dibunuh untuk membayar hutang dendam
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
ayahnya. Ada pula seluruh keluarganya yang dibasmi. Dan
masih ada yang lebih ganas, ialah jenazah dari orang itu
dihancurkan . . "
Tiba-Tiba angin berhembus dan terdengarlah suara orang
berseru : "Taysu benar, memang jenazah Kim tayhiap
terancam bahaya pemusnahan . .!"
Kelima ketua partai persilatan serempak berpaling. Goanpa,
Kwik Eng dan Liok Sian-li malah sudah mencabut
senjatanya. Tetapi pendatang itu menertawakan ketegangan
mereka : "Amboi, masakan kalian hendak membunuh si
Pengemis-jari-enam ini ! Ha, ha, ha ... "
Pendatang itu ternyata memang Liok-ci-sin-kay atau
Pengemis-jari-enam Hoa Sin, ketua partai Kay-pang yang
dinantikan kedatangannya tadi. Walaupun sudah kenal tetapi
keenam ketua partai persilatan yang berada dalam ruangan
situ tetap terkejut dan kagum karena mereka tak dapat
mendengar gerakan ketua Kay-pang yang datang secara tibatiba
itu.
"Hoa pangcu, kami sungguh sangat menantikan kedatangan
pangcu. Mengapa sampai saat ini pangcu baru tiba ?" seru Hui
Gong taysu.
"Maaf, taysu, sesungguhnya sudah siang tadi aku tiba dikaki
gunung Lo-hu-san tetapi terpaksa aku harus tinggal disitu
untuk menanti kedatangan orang," jawab ketua Kay-pang.
"Siapa ?"
"Pada waktu singgah di warung arak, kudenngar
pembicaraan beberapa orang persilatan yang hendak menuju
kepuncak Giok-li-nia sini, bahwa Tok-gan-hui-liong si Nagaterbang-
mata-satu, dedongkot daerah gurun pasir Tibet akan
datang. Demikian pula dengan Hong-sat-koay-ceng si LhamaTiraikasih
website http://kangzusi.com.
aneh-pasir-kuning, yang menjagoi daerah Mongolia itu akan
memerlukan datang juga. Naga-terbang-mata-satu kehilangan
sebelah matanya karenaa tertutuk jari-sakti dari Kim tayhiap.
Dan
Lhama-aneh-pasir-kuning harus terbirit-birit pulang
kandang karena dirubuhkan oleh Kim tayhiap dalam
pertempuran maut dipuncak gunung Ko-san. Tentulah
kedatangan mereka itu dengan maksud tak baik."
Hui-Gong taysu, Ang Bin tojin, Hong Hong totiang, Ceng
Sian suthay, Sugong Yau dan Pang To-tik terperanjat.
"Memang malam tadi warung arak Cui-sian-lo (warung arak
Dewa Mabuk) dikaki gunung Lo-hu-san penuh berdatangan
beberapa tokoh persilatan dari beberapa daerah. Diantaranya
kudapati seorang lelaki bermata satu yang berpakaian seperti
orang Tibet. Kuduga dia tentu si Naga-terbang-mata satu.
Sedang Lhama aneh Pasir-kuning belum tampak. Karena
sudah hampir tengah malam maka aku segera bergegas naik
kepuncak Giok-li-nia sini. Itulah sebabnya maka aku datang
terlambat, maafkan."
"Memang pinceng pun mendengar berita tentang akan
datangnya Thian- sat-cu si Algojo-dunia, raja golongan Hitam
daerah utara."kata Ang Bin tojin.
"Bu-ing-sin-kun, pukulan tanpa bayangan, yang pernah
menggemparkan dunia persilatan juga akan datang," kata
Hong Hong totiang.
"Yang lebih hebat lagi," demikian Ceng Sian suthay pun ikut
bicara, "Hiang Hiang Nio-cu si Dewi Wangi itupun kabarnya
juga akan datang melayat."
Demikian beberapa ketua partai persilatan itu
menyampaikan apa yang mereka dengar.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Hui Gong taysu segera menutup pembicaraan itu : "Jelas
bahwa dalam pelayatan nanti tentu akan terjadi suatu
peristiwa yang hebat. Kita harus bersiap-siap menghadapi
kemungkinan yang tak diinginkan. Lalu bagaimana tindakan
kita untuk menyelamatkan jenazah Kim tayhiap ?"
"Kita jaga disamping peti jenazah. Apabila ada tetamu yang
hendak mengganggu peti jenazah dapat kita atasi." kata Ang
Bin tojin.
Hong Hong totiang ketua Go-bi-pay. Ceng Sian suthay
ketua Kun-lun-pay dan Sugong Yau ketua Kong-tong-pay
menyatakan setuju.
"Bagaimana pendapat Hoa pangcu ?" tanya Hui Gong taysu
kepada ketua Kay-pang.
Pengemis-sakti-jari-enam Hoa Sin agak tertegun. la garukgaruk
kepala seperti hendak memeras otak tetapi belum
berhasil menemukan pemecahan: "Dengan tindakan menjaga
peti jenazah itu, memang kemungkinan besar kita dapat
menyelamatkan jenazah Kim tayhiap. Tetapi setiap
kemungkinan, besar atau kecil, belum merupakan kepastian.
Jadi masih ada kemungkinan akan gagal. Yang jelas. dengan
tindakan kita itu. tentu akan terjcidi bentrokan dengan musuhmusuh
Kim tayhiap. Dan bila terjadi pertempuran suasana
dalam upacara sembahyangan peti jenazah tentu akan kacau.
Kekacauan itu akan memungkinkan musuh-musuh Kim tayhiap
untuk menghancurkan peti jenazah ..."
"Hm, "Hui Gong taysu mendesuh. Diam-Diam ia dapat
menyetujui buah pikiran pengemis sakti itu. Walaupun ketujuh
ketua partai persilatan itu tokoh'-tokoh' yang memiliki ilmu
kepandaian sakti, namun musuh-musuh Kim Thian-cong tentu
juga jago-jago sakti dan berjumlah banyak juga. Ia mendesak
: "Lalu bagaimana menurut pendapat Hoa pangcu?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Ketua-Kay-pang garuk-garuk kepala : "Maaf, taysu, untuk
saat ini aku belum menemukan cara yang tepat. Mohon taysu
memberi sedikit waktu lagi."
"Baiklah," kata Hui Gong taysu yang segera mengarahkan
pandang mata kepada Pedang-naga-tidur Pang To-tik. wakil
dari Hoa-san-pay yang selama dalam pembicaraan tak pernah
memberi suara apa-apa. Hui Gong taysu meminta pendapat
jago Hoa-san-pay itu.
"Menurut pendapat Pang To-tik." demikian wakil Hoa-sanpay
itu mulai - bicara, "ada suatu cara yang bagus untuk
menyelamatkan jenazah Kim tayhiap. Tetapi karena cara itu
luar dari biasanya dan tak lazim, maka aku kuatir taysu dan
totiang sekalian tak dapat menerimanya."
Hui Gong taysu tertarik akan kata-kata wakil Hoa-san-pay
itu. Nadanya nyaring, kata-katanya jelas dan berwibawa.
"Silahkan Pang sicu mengutarakan pendapat. Suatu
pendapat memang belum tentu diterima tetapi
mengemukakan pendapat lebih baik daripada tidak. Dan pinceng
percaya pendapat sicu itu tentu luas dan bagus."
"Ah, harap taysu jangan memuji dulu," Pang To-tik
merendah diri, "begini taysu. Menurut pendapatku orang she
Pang ini, baiklah kita sembunyikan jenazah Kim tayhiap
disuatu tempat yang aman. Sedang peti jenazah yang ditaruh
di~belakang meja sembahyangan para tetamu itu kita isi
dengan benda lain. Apabila musuh-musuh Kim tayhiap turun
tangan, yang hancur hanialah benda pengganti jenazah Kim
tayhiap
"Ngaco !" diluar kesadaran karena terkejut dan marah atas
ucapan Pang To-tik, Ang Bin tojin membentak. "itu suatu
penipuan, suatu penghinaan pada segenap kaum persilatan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
yang datang untuk memberi hormat terakhir kepada Kim
tayhiap !"
"Benar, tindakan itu tidak patut dan bersifat pengecut !"
sambut Hong Hong tojin dari Gobi-pay, "kutahu semasa
hidupnya Kim tayhiap itu seorang ksatrya yang gagah perwira,
tak mungkin dia dapat menerima tindakan semacam itu !
Kalau takut. Pang sicu tak perlu ikut menjaga peti jenazah."
Ceng Sian suthay dan Sugong Yau pun tak setuju. Hui Gong
taysu sendiri diam-diam pun tak puas dengan pendapat itu.
Pada saat ia hendak bicara, tiba-tiba Pengemis-sakti-jari-enam
Hoa Sin berseru : "Aku setuju dengan pendapat Pang To-tik
kiamhiap !"
Sudah tentu pernyataan ketua Kay-pang itu mengejutkan
sekalian orang. Serentak Ang Bin tojin bertanya": "Dengan
dasar apa Hoa pangcu dapat menyetujuinya ?"
"Dasarnya hanya satu ialah menyelamatkan jenazah Kim
tayhiap," sahut Pengemis-sakti-jari enam, "menyembunyikan
jenazah Kim tayhiap dan mengganti isi peti jenazah dengan
benda lain, bukan suatu penghinaan, bukan pula tindakan
pengecut, Tetapi hanya suatu cara. Cara bagaimanapun,
pokoknya jenazah Kim tayhiap dapat selamat !"
Ang Bin tojin mendengus. Ketika ia hendak membuka suara.
Pengemis-sakti sudah mendahului lagi : "Yang akan
sembahyang didepan peti jenazah Kim tayhiap terdapat tokohtokoh
yang hebat. Bu-ing-sin-kun dengan pukulan yang tak
bersuara, lhama Pasir-gurun-kuning dengan pukulannya yang
dapat membakar, Naga-terbang-mata-satu dengan
pukulannya Biat-gong-ciang (membelah ang-kasa). Thiat-satcu
si Algojo-dunia dengan pukulan Bu-kek-jit-hun yang dapat
menembus langit tujuh lapis dan Hiang Hiang niocu dengan
pukulan Bunga Wangi yang dapat melenyapkan jiwa dan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
entah siapa lagi yang akan datang. Dapatkah kita
menghadapinya ?"
"Ha, ha," Ang Bin tojin tcrtawa, "yang Putih tetap dapat
mengatasi yang Hitam. Kejahatan tentu tertumpas oleh
Kesucian. Harap pangcu jangan meremehkan kekuatan fihak
sendiri dan gentar terhadap kekuatan lawan. Apabila kita
bertujuh ketua partai persilatan besar ini bersatu, masakan
durjana-durjana itu mampu mcnandingi ?"
"Ha, ha," Pengemis-sakti-jari-enam pun balas menyambut
tawa, "apabila kaum durjana itupun bersatu padu, tentulah
mereka dapat menandingi kita."
Berobahlah wajah ketua Bu-tong-pay itu, serunya tak
senang : "Orang dari fihak manakah Hoa pangcu ini ?"
”Anggauta Tujuh Partai Persilatan !"
"Mengapa nada pangcu seolah-olah berfihak kepada
mereka ?"
"Karena aku memikirkan kepentingan Tujuh Partai
Persilatan. Oleh karena itu aku harus menilai dengan teliti
kekuatan fihak lawan. Dalam ilmu perang dikatakan 'tahu
kekuatan lawan dan kenal akan kekuatan sendiri, akan
memenangkan peperangan'. Apabila kita menghadapi mereka
satu demi satu, tentu kita menang. Tetapi dalam saat dan
tempat seperti besok pagi, apabila kita menggunakan
kekerasan, dalam keadaan terdesak mereka tentu akan
bersatu untuk menghancurkan kita. Kalau mereka bersatu, itu
bukan kehendak mereka tetapi karena kesalahan kita yang
membuat mereka bersatu."
Sekalian orang tertegun mendengar uraian ketua Kay-pang
itu. Diam-Diam merekapnn mengakui luasnya pemikiran tokoh
pengemis itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Taysu, totiang dan pangcu sekalian," tiba-tiba Pang To-tik
buka suara, "ijinkanlah aku orang she Pang" ini menyatakan
pendapat. Aku sendiri sudah sejak duapuluh tahun lamanya,
mengasing-kan diri. Aku sudah tak mempunyai suatu
keinginan untuk menjadi pendekar besar atau jago dunia
persilatan. Adalah karena permintaan dari suteku maka aku
terpaksa datang mewakili partai Hoa-san-pay."
Ia berhenti sejenak 'alu melanjutkan berkata: "Seorang
ksatrya atau seorang panglima yang pandai, tidaklah selalu
mengandalkan kegagahan dan keberanian. Tetapi dapat
melihat gelagat, pandai menyesuaikan diri. Demikian dalam
persoalan jenazah Kim tayhiap ini. Mengapa kita harus unjuk
kegagahan dan keberanian apabila hal itu mungkin
membahayakan jenazah Kim tayhiap yang kita hormati ? Yang
penting, kita harus menyelamatkan jenazah Kim tayhiap.
Caranya, tidak selalu harus menggunakan kegagahan dan
keberanian. Kegagahan dan keberanian masih dapat kita
salurkan, bila kelak kita memutuskan untuk menumpas
kawanan durjana itu. Namun kalau totiang sekalian tak setuju
pada usulku itu. Akupun tak dapat memaksa. Hanya perlu
kutegaskan, bahwa Hoa-san-pay tak ikut bertanggung
jawabapabila terjadi sesuatu pada jenazah Kim tayhiap”
Pernyataan wakil Hoa-san-pay itu didukung pengemis sakti.
Mau tak mau kelima ketua partai persilatan harus
mempertimbangkannya. Akhirnya, walaupun dalam hati
beberapa orang tak puas namun mereka menyetujui cara itu.
Demikian segera diatur rencana penyembunyian jenazah
itu. Jenazah Kim Thian-cong setelal diberi obat pembalsem
oleh Ceng Sian suthay, di taruh disebuah peti lalu ditaruh
disebuah kamar rahasia digedung kediaman keluarga Kim
yang terletak dibelakang Wisma Perdamaian.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kemudian dibuat orang-orangan dari kayu yang diberi
pakaian Kim Thian-cong, dimasukkan dalam peti besar dan
ditaruh diruang Wisma Perdamaian. Didepan peti segera
disiapkan meja sembahyangan.
Karena putera Kim Thian-cong tak ada maka yang berdiri
dikedua samping peti jenazah ialah Liok Sian-li dan Tio Goan
Pa. Kwik Ing di tugaskan untuk menjaga peti yang berisi
jenazah Kim Thian-cong dalam kamar rahasia. Tujuh ketua
partai persilatan berjajar berdiri disamping meja. Pang To-tik
menemani Kwik Eng bertugas menjaga jenazah Kim Thiancong
dikamar rahasia.
Hari pertama telah banyak para tetamu da dunia persilatan
yang datang. Makin hari mak bertambah banyak sehingga
puncak Giok-li-i seolah-olah bertumbuh manusia. Dari pagi
sampai malam tak henti-hentinya pendatang baru yang
bersembahyang memberi penghormatan terakhir kepada
pemimpin dunia persilatan itu. Dan selama itu dapatlah Hui
Gong taysu dan keenam ketua partai persilatan bernapas
longgar karena tak terjadi suatu apa.
Pada hari ketujuh, malamnya tetamu-tetamu seperti
meluap. Karena malam itu adalah malam terakhir, besok pagi
jenazah akan dikubur. Tujuh hari tujuh malam menjaga
disamping peti jenazah, benar-benar melelahkan sekali
sehingga Liok Sian-li dan Tio Goan-pa tampak kepayahan.
Ditengah kesibukan yang luar biasa itu, tiba-tiba tampillah
seorang lelaki bertubuh kurus, jidat lebar, kening membenjul.
Sepasang matanya yang bundar tampak menonjol keluar
seperti mata ikan. Begitu tiba didepan peti jenazah, Orang itu
terus berlutut dan menangis keras. Makin lama nadanya makin
melengking tinggi, meratap-ratap, merintih-rintih dan
mengisak-isak seperti seorang yang kematian keluarganya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Bermula sekalian tetamu terkejut dan menduga-duga
siapakah gerangan tetamu yang menangis begitu sedih. Tetapi
makin lama, pikiran tetamu-tetamu itu seperti terhanyut dalam
lautan kesedihan, jantung ikut berdebar keras dan darah
dalam tubuh terasa makin lambat jalannya. Pada saat orang
kurus itu merintih-rintih maka hati tetamu seperti diiris-iris
pisau. Bahwa disana sini terdengar bunyi menggedebuk dari
tubuh yang terjungkal rubuh dari tempat duduknya ....
Ternyata tangis itu bukan sembarang tangis tetapi suatu
ilmu Tangis-setan yang dilambari dengan tenaga-dalam yang
lihay. Semula orang akan ikut bersedih lalu lemah perasaan
hatinya. Darah dalam tubuh orang akan macet ditempat
jantung sehingga jantung mendebur keras. Pada akhirnya,
urat jantung akan pecah dan matilah orangnya. Itulah
sebabnya. beberapa tctamu yang tak tinggi ilmu
kepandaiannya, segera rubuh.
"Ha, ha, ha, ha, ha ... ha, ha, ha ... " tiba-tiba terdengarlah
suara orang tertawa riuh rendah. Nadanya amat kuat,
kumandangnya menenggelamkan suara tangis kesedihan tadi.
"Gok-mo-ong, Gok-mo-ong .... sudahlah, jangan keliwat
bersedih . . . orang mati takkan hidup kembali . . . doakan saja
agar aiwah Kim tayhiap mendapat tempat yang baik dialam
baka, ha, ha, ha. ha, ha . . . " terdengar orang yang tertawa
itu berseru kepada tetamu yang menangis itu.
Suara tertawa itu bagaikan air dingin yang mengguyur
kepala para tetamu. Semangat mereka yang sudah hanyut
terlelap kesedihan tangis, saat itu seperti pulih sadar kembali.
Serempak beratus-ratus pasang mata menyasar kearah orang
yang tertawa tadi. Ah, kiranya yang tertawa itu bukan lain
adalah Pengemis-sakti-jari-enam Hoa Sin, ketua partai Kaypang
yang berdiri diujung meja sembahyangan.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Pengemis sakti itu memang luas pengalaman-nya. Secepat
mengetahui suasana yang barbahaya akibat tangisan tetamu
baru itu, ia segera dapat menduga tentang seorang tokoh
persilatan yang bergelar Gok-mo-ong atau Raja Tangis. Rajatangis.
Hi Bong-kun dari lembah Sungai Kuning, merupakan
momok yang paling ditakuti di daerah perairan sungai itu.
Seluruh nelayan dan kawanan bajak, tunduk dibawah
kekuasaannya. Dia memiliki ilmu Toan-jong-gok-hwat atau
Tangis-pemutus-jantung yang dahsyat. Setiap ia menangis,,
maka hilanglah daya perlawanan musuh.
Beribu-ribu tetamu yang berada dipuncak Giok-li-nia malam
itu adalah kaum persilatan. Yang kepandaiannya lemah. lekas
terjungkal putus jantungnya. Yang tinggi kepandaiannya.
walaupun dapat bertahan tapi kehilangan semangat
kesadarannya. Hanya tokoh-tokoh sakti setingkat para ketua
partai persilatan itu yang masih dapat bertahan.
Pengemis sakti Hoa Sin segera bertindak, ia melancarkan
tertawa yang dihembuskan dengan tenaga-dalam bebat. Dan
berhasillah ia menenggelamkan ilmu Toan-jong-gok-seng dari
si Raja tangis Hi Bong-kun.
Hi Bong-kun terkejut. Ia pura-pura menurut dai hentikan
tangisnya. Sejenak ia melirik kearah pengemis sakti dengan
mata penuh dendam. Tetapi pada lain kejab iapun cepat
menenangkan wajah.
"Ah, betapa tak sedih hatiku si orang she Hi ini. Limabelas
tahun yang lalu, ketika berjumpa ditepi Sungai Kuning. Kim
tayhiap telah memberi 'tanda mata' yang berharga kepadaku.
Lima belas tahun lamanya aku menyiksa diri agar dapat
membalas 'budi' Kim tayhiap. Tetapi ah, sial, terkutuk ! Baru
aku hendak membalas 'budi' ternyata Kim tayhiap sudah
meninggal dunia !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Ucapan Raja-tangis itu sepintas pendengaran memang
mengharukan. Tetapi bagi
tokoh-tokoh persilatan
ternama, terutama ketujuh
ketua partai persilatan, hal
itu sudah gamblang. Yang
dikatakan 'budi' oleh Rajatangis
itu, adalah hajaran
dari Kim Thian-cong. Dan
jelas Raja-tangis itu hendak
membalas dendam'.
"Orang yang sudah mati,
tak mengharap suatu apa.
Sudahlah Gok-mo-ong tak
perlu engkau membalas
'budi' itu," seru Pengemissakti
Hoa Sin.
”Tetapi dari lembah Sungai Kuning yang jauh aku
memerlukan datang kemari. Selain hendak mengunjuk
hormat, pun ingin pula aku dapat melihat wajah Kim tayhiap
yang terakhir agar puaslah seumur hidupku," kata Raja-tangis
Hi Bong-kun dengan nada beriba-iba.
"Ai, peti sudah dipaku, jenazah Kim tayhiap sudah
beristirahat dengan tenang didalamnya, perlu apakah saudara
hendak mengusiknya lagi ?" jawab pengemis sakti.
"Ai . . . ," Raja-tangis mengeluh kecewa, "kalau tak boleh
melihat wajahnya, bolehkah aku berlutut dibawah peti jenazah
Kim tayhiap barang sejenak saja agar aku dapat mcmbisikkan
kata kepada almarhum ?"
Pengemis-sakti Hoa Sin tcrtawa : "Kesungguhan hati
saudara Gok-mo-ong untuk membalas 'budi' kepada Kim
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
tayhiap, sangat kami hargakan. Kim tayhiap walaupun sudah
tiada tetapi arwah-nya pasti tahu isi hati saudara. Saudara
sudah menangis begitu sedih, Kim tayhiap tentu sudah puas
menerimanya. Kiranya tak perlu saudara akan mengunjuk
hormat secara berlebih-lebihan lagi."
"Ai, engkau sungguh kejam. Masakan seorang tetamu dari
jauh yang hendak berlutut dibawah peti jenazah, engkau tolak
?" kata Raja-tangis seraya berbangkit.
"Omitohud !" tiba-tiba Hui Gong taysu yang berdiri
disamping peti berseru, "seluruh tetamu yang hadir disini
adalah kaum persilatan. Mereka sudah tahu akan
kesungguhan hati sicu terhadap Kim tayhiap. Pin-ceng mohon
sicu suka beristirahat duduk."
"Ah, kejam, sungguh kejam. Masakan hanya sebentar saja
tak boleh," Raja-tangis melangkah kesamping hendah
menghampiri peti jenazah. Justeru yang menjaga diujung
meja ialah Pengemis-sakti Hoa Sin. Pengemis-sakti itu terkejut
ketika gerakan tangan si Raja-tangis menghamburkan tenagadalam
yang amat kuat kearah dirinya.
”Ah, sudahlah. harap saudara Gok-mo-ong duduk bersama
para tetamu lainnya," cepat Pengemis-sakti Hoa Sin
dorongkan kedua tangannya. Sikapnya seperti hendak
mempersilahkan orang mundur. Tetapi sebenarnya ia tengah
lancarkan balasan tenaga-dalam kepada Raja-tangis.
Ketika kedua tenaga-dalam saling berbentur, lengan
Pengemis-sakti tergetar tetapi Raja-tangis tersurut mundur
selangkah ....
Mata beberapa tokoh yang berilmu tinggi segera dapat
mengetahui apa yang telah terjadi di antara kedua orang itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Merekapun cepat dapat menilai siapa yang lebih unggul
tenaga-dalam-nya.
"Baiklah, Karena engkau berkeras melarang, tiada guna aku
hadir disini. Lain hari kita pasti jumpa lagi . . . ," Raja-tangis
berputar tubuh te-rus melesat pergi.
Ketujuh ketua partai persilatan menghela napas longgar.
Gangguan pertama telah dapat di-atasi dengan baik.
Merekapun tak sempat memikirkan peristiwa si Raja-tangis
lebih lama lagi karena harus melayani beberapa pendatang
yang bersembahyang.
Lebih kurang setengah jam kemudian, muncullah seorang
tetamu yang aneh. Seorang lelaki setengah tua yang bertubuh
kekar tetapi matanya hanya tinggal satu. Begitu menerima
dupa lalu bersoja memberi hormat Kearah peti jenazah.
"Kim Thian-cong, tak nyana kalau engkau tak dapat
mcnunggu kedatanganku. Atas kebaikanmu masih menyisakan
sebelah mataku yang kanan takkan kulupakan seumur hidup.
Maka dengan ini akupun hendak mengunjuk hormatku selaku
membalas budi . . . ", mulut orang itu mengucap doa. Tiba-
Tiba ia menutup kata—katanya dengan menaburkan dupa
kearah peti jenazah.
”Darrr ...”
Terdengar letupan keras dan seikat dupa yang melayang
kearah peti jenazah itu berhamburan ke sekeliling penjuru,
jatuh kelantai dan padam. Apakah yang terjadi ?
Kiranya tetamu mata satu itu ialah si Naga terbang-matasatu
dari daerah Tibet. Ketika bertempur dengan Kim Thiancong,
ia telah kehilangan sebelah matanya. Dengan susah
payah ia meyakini ilmu pukulan Biat-gong-sat-ciang atau
pukulan maut membelah angkasa. Tujuannya hanya satu,
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
hendak membalas sakit hati kepada Kim Thian-cong. Maka
dari wilayah Tibet yang ribuan li jaraknya, ia memerlukan
datang menghadiri pemakaman musuhnya itu. Walaupun
sudah menjadi mayat, tetapi ia belum merasa puas kalau
belum dapat menghancurkan mayat musuhnya itu.
Ayunan dupa tadi ternyata dilepas dengan pukulan Biatgong-
sat-ciang. Pukulan itu dapat menghancurkan sasarannya
pada jarak beberapa meter. Ia memperhitungkan tentu tak
mungkin dapat menghimpiri kedekat peti maka dari tempat
yang terpisah dua buah meja sembahyangan. ia lepaskan
pukulan maut.
Goan-pa dan Sian-li yang berdiri disamping peti terkejut
sekali. Serempak keduanya menampar. Sesungguhnya tenagadalam
dari kedua murid Kim Thian-cong tak cukup untuk
menahan pukulan si Naga-terbang-mata-satu dari Tibet itu.
Tetapi Sugong In ketua Kong-tong-pay karena marah, pun
menghantam.
Betapapun sakti pukulan Biat-gong-ciang yang diyakinkan si
Naga-terbang-mata-satu sampai belasan tahun itu, namun
karena diterjang oleh tenaga pukulan dua murid Kim Thiancong
dan ketua Kong-tong-pay, arus tenaga-pukulan Biatgong
ciang itupun berantakan dan si Naga-terbang-mata-satu
tersurut mundur dua langkah.
"Pengecut !" teriak si Naga-terbang-mata-satu dengan
wajah merah padam.
"Ho, siapa yang pengecut ? Engkau yang menghantam
seorang yang sudah mati atau kami yang membelanya ?"
sahut Sugong In.
"Dia yang pengecut !" sekonyong-konyong terdengar suara
orang berseru dan sesosok tubuh kurus yang melayang
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
kedepan meja. Selekas tegak berdiri, iapun menuding Sugong
In, "tetapi eng-kaupun lebih pengecut !"
Munculnya orang itu menggemparkan sekalian tetamu. Dia
mengenakan pakaian dan mantel hitam sehingga pada waktu
melayang tadi, mirip seperti kelelawar hitam. Demikian pula
dengan ucapannya yang lantang, memaki si Naga-terbangmata-
satu dan mendamprat Sugong In pula. Benar-Benar
membuat sekalian tetamu terkejut berbangkit.
Si Naga-terbang-mata-satu memandang pendatang yang
berpakaian seperti seorang pertapa. Pada dada jubahnya
tersulam sebuah lukisan pat-kwa warna merah emas,
begitupun kopiahnya juga berbentuk sebuah pat-kwat.
Mataaya yang bundar besar ditaungi sepasang alis yang tebal.
Tidak berkumis tetapi memelihara jenggot kambing, pendek
berbentuk segi tiga.
Naga-terbang-mata-satu mendongkol. Ia hendak menegur
tetapi pada lain kilas ia teringat kata-kata itu. Walaupun
dirinya dimaki tetapi jelas orang itu lebih tajam memaki
Sugong In. Maka timbullah harapannya kalau orang itu akan
memihak padanya. Enam ketua partai persilatan, menjaga peti
jenazah Kim Thian-cong. Tak mungkin ia dapat membobolkan
penjagaan mereka.' Apabila pen datang itu berfihak padanya,
ah. alangkah bagusnya. Maka ia menekan kemarahan dan
menunggu perkembangan selanjutnya.
Dilain fihak, Sugong In yang tak kena\ dengan pendatang
itu, hendak menegurnya. Tetapi sebelum ia membuka mulut,
Ang Bin tojin sudah mendahului : "Ah, kiranya Thiat-sat-cu to
hengpun datang. Mengapa to-heng tak memberi tahu agar
kami -dapat menyambut kedatangan to-heng ?"
Pendatang itu ternyata Thiat-sat-cu atau Al-gojo-dunia,
seorang durjana besar yang pernah menggegerkan dunia
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
persilatan karena usahanya hendak menguasai dunia
persilatan. Dia bermukim dipuncak Penyanggah-langit, salah
sebuah puncak dari pegunungan Thay-san. Setelah dapat
menghimpun sejumlah anak buah, ia mengirim undangan
kepada partai-partai persilatan dan tokoh-tokoh sakti disegenap
penjuru untuk datang kepuncak Penyanggah-langit. Disitu
ia gunakan perangkap yang licik un-" tuk menjebak mereka
lalu diancam harus tunduk kepadanya dan mengakuinya
sebagai pemimpin Dunia Persilatan. Beberapa, jago silat yang
menentang, ditantang berkelahi dan dibunuh.
Saat itu muncullah Kim Thian-cong. Dengan ilmu It-ci-sinkang
atau Jaritunggal-sakti, Kim > Thian-cong berhasil
menundukkan durjana itu dan membuyarkan impiannya
menjadi raja dunia persilatan. Thiat-sat-cu lari
menyembunyikan diri berpuluh tahun. Serta mendengar berita
kematian Kim Thian-cong ia bergegas datang ke Giok-Li-nia
hendak membalas dendam.
Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay sengaja menggunakan
kata 'bengcu' atau pemimpin dunia persilatan kepada Thiatsat-
cu. Sudah tentu merahlah muka Algojo-dunia itu karena
merasa disindir.
"Imam Muka-merah, mengapa engkau mengapa engkan
menyebut aku 'bengcu' ? Dan mengapa pula aku harus
memberitahu kepadamu lebih dulu ? Bukankah kedatanganku
ini hendak melayat penguburan Kim Thian-cong ?" seru Thiat -
sat-cu dengan tajam.
Ang Bin tojin atau imam Muka Merah tertawa : "Ah,
bukankah dalam rapat besar dipuncak Penyanggah-langit
dahulu engkau mengangkat diri sebagai bengcu ? Mengapa
bengcu sskarang marah kepada pin-to ? Bukankah selayaknya
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
kalau kedatangan seorang bengcu itu harus mendapat
kehormatan besar ?"
"Imam Muka-merah, jangan engkau main sindirj seperti
wanita !" seru Thiat-sat-cu. "ketahuilah, tak pernah sedetikpun
hingga saat ini, aku melepaskan cita-cita menjadi bengcu
persilatan !"
"Karena Kim tayhiap sudah menutup mata?” ejek ketua Butong-
pay.
"Tidak!" jawab Thiat-sat-cu," aku menjanjikan sepuluh
tahun lagi akan menantangnya. Dan hari ini sebenarnya
tibalah waktunya aku akan mencarinya kemari. Tetapi rupanya
dia ketakutan dan buru-buru mati ?"
Ang Bin tojin tertawa : "Dan bengcu melayat, menyatakan
ikut berduka cita seperti 'tikus yang menangisi kucing mati' ..."
"Bukan, tetapi kucing yang hendak menerkam bangkai tikus
!" cepat Thiat-sat-cu menanggapi.
"Thiat-sat-cu !" tiba-tiba Sugong In ketua Kong-tong-pay
berseru. Rupanya ia tak sabar menunggu, "apa artinya
ucapanmu mengatakan aku lebih pengecut dari si Nagaterbang-
mata-satu ?"
"Karena ka!ian mengeroyoknya !"
"Tidak !" sahut Sugong In geram, "aku memang hendak
memberantas perbuatannya yang liar itu. Aku tak tahu kalau
kedua murid Kim tayhiap juga menghantamnya."
Thiat-sat-cu mendengus : "Hm, bagaimana kalau aku yang
menghancurkan peti mati Kim Thian-cong ?"
"Sugong In akan menghantamnya !" seru ketua Konj-tongpay.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Thiat-sat-cu tertawa menghina : "Ho, yang hadir dalam
rapat digunung Thaysan dahulu, bukan engkau. Karena itu
engkau tentu tak kenal akan kelihayan ilmu pukulan Bu-kekcoan-
jit-hun!"
"Benar," sahut Sigong In, "yang hadir memang suhuku dan
suhupun menceriterakan tentang pukulan Bu-kek yang dapat
menembus langit tujuh lapis itu kepadaku."
"O. bagaimana perasaanmu ketika mendengar cerita
suhumu ?" kata Thiat-sat-cu dengan bangga.
"Biasa saja." jawab Sugong In walaupun hatinya berkata
lain, "tak beda dengan pukulan Biat-gong-ciang dan lain-lain
ilmu pukulan tenaga-dalam."
"Hm. anak kambing memang tak takut kepada harimau.
"Thian-sat-cu menyeringai," sekarang bersiaplah, aku hendak
melepas pukulan Bu kek-coan-jit-hun kepeti Kim Thian-cong!"
"Sudah sejak tadi Sugong In siap menyambut !"
"Ho, Sugong In, sepuluh tahun yang lalu suhumu sudah
menyembah kepadaku. Apalagi sekarang. Engkau hanya
muridnya, dan aku telan mencapai tingkat makin
sempurna." seru Thian sat-cu. "beginilah. Kalau engkau
dan kawan-kawanmu| itu mati-matian hendak menjaga peti
mati Kim Thian-cong, baiklah kalian bertujuh berjajar dimuka
peti. Bu-kek-coan-jit-hun dapat menembus tujuh lapis langit
maka kalianpun harus rangkap tujuh orang untuk menyambut
pukulan itu.
Sugong In merah padam mukanya karen marah. Ia hendak
membuka suara tetapi didahului Hui Gong taysu ketua Siaulim-
si : "Omitohud Mengapa Thian sicu berkeras hendak
menghancurkan peti jenazah Kim tayhiap ? Peribahasa
mengatakan"berbuat salah itu memang sifat manusia tetapi
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
dapat memberi maaf itu sifat yang agung'. Kim tayhiap sudah
meninggal dan orang yang sudah mati leburlah segala
kesalahannya . , . "
"Paderi tua," tukas Thian-sat-cu angkuh, "kedatanganku
kemari bukan perlu mendengaikan khotbah dan peribahasa
tetapi hendak membalas dendam. Kalau kalian kenal gelagat,
silahkan minggir "
"Adakah tiada lain jalan untuk melampiaskan dendam sicu?"
tanya Hui Gong dengan tetap sabar.
"Bawa kemari putera Kim Thian-cong !"
"Ah," Hui Gong taysu menghela napas, "putera Kim tayhiap
nakal sekali sehingga lima tahun yang lampau telah disuruh
pergi oleh Kim tayhiap ..."
"Hm," Thian-sat-cu mendengus, menimang-nimang.
"Thian sicu." kata Hui Gong pula, "adakah sicu tak dapat
menghapuskan dendam sicu kepada Kim tayhiap ?"
"Hm, bisa, asal kalian dapat menerima sebuah syaratku."
"Harap sicu mengatakan," kata Hui Gong taysu.
"Setelah Kim Thian-cong mati. maka akulah yang menjadi
Pemimpin Dunia Persilatan. Semua partai persilatan dan
tokoh-tokoh silat harus tunduk pada perintahku!"
"Omitohud ..." serentak Hui Gong taysu berseru seraya
rangkapkan kedua tangannya. Pun gedung Wisma Perdamaian
itu seolah-olah tergetar oleh gema suara beratus-ratus tetamu
yang terkejut.
"Thian sicu," kata Hui Gong taysu setelah dapat
menenangkan hiruk-pikuk sekalian tetamu "saat ini kita
sedang menyelenggarakan pemakaman jenazah Kim tayhiap.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kiranya tak sesuai untul membicarakan soal pengangkatan
seorang pemimpin baru. Baiklah hal itu ditangguhkan sampai
lain waktu, dalam sebuah rupat besar kaum persilatan."
"Sekarang boleh dikata hampir seluruh kaum persilatan
hadir disini. Hal itu mudah dilakukan. Umumkan saja bahwa
mulai saat ini, Thian-sat-cu si Algojo-dunia yang menjadi
pemimpin Dunia Peisilatan. Barangsiapa tak setuju boleh
tampil berhadapan dengan aku."
"Ah, soal pemilihan pemimpin Dunia Persilatan, bukanlah
soal yang sepele. Harus dilakukan dengan hati-hati dan
bijaksana . . "
"Tidak, soal itu mudah sekali, semudah orang membalikkan
telapak tangannya," seru Algojo-dunia. "segera saja akan
kumulai dari engkau Ya, jawablah paderi ketua Siau-lim-pay.
engkau setuju atau tidak kalau aku menjadi pemimpii Dunia
persilatan.
Hui Gong taysu terbeliak, la telah berusaha untuk
mengelakkan persoalan itu namun Algojo-dunia ternyata tetap
mendesaknya. Setelah merenung beberapa jenak, akhirnya
ketua Siau-lim-si itu menyahut : "Pin-ni tetap berpegang pada
pendirian semula bahwa pemilihan itu harus dilakukan dalam
suatu rapat besar yang dihadiri seluruh kaum persilatan . , . "
"Saat ini hampir seluruh kaum persilatan berkumpul disini
dan saat ini juga rapat kubuka!" teriak Thian-sat-cu si Algojodunia,
"siapa yang menentang, boleh tampil kemuka !"
"Kami tidak setuju !" terdengar seruan nyaring serempak
dengan melayangnya dua sosok tubuh kemuka Thian-sat-cu,"
pertemuan saat ini untuk ikut berduka.cita atas meninggalnya
Kim tayhiap dan untuk memberi hormat yang terakhir. Bukan
untuk mengadakan pemilihan ketua Dunia Persilatan !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Sekalian hadirin terbeliak. Beratus-ratus mata mencurah
kearah kedua jago yang tampil kemuka. Mereka kena! ktdua
orang itu sebagai Thian-san-song-kiam atau sepasang jago
pedang dari Thian-san yang termasyhur.
”Hm, siapa kalian ?" Thian-sat-cu picingkan mata kepada
kedua penentangnya yang masih tergolong muda,
"Thian-san-song-kiam !"
"O, dua kunyuk kecil dari Thian-san. Mengapa gurumu
Luiung-sakti-delapan-lengan tak muncul kemari ?" seru Thiansat-
cu.
Song Ci-hin dan Song Ci-ping kakak beradik yang bergelar
Thian-san-song-kiam itu memang murid dari Pat-pi-sin-wan
atau Lutung-sakti-dclapan lengan Ban King-liat dari gunung
Thay-san.
"Guruku sedang sakit, tak dapat hadir. Tentu
menyempurnakan jiwamu, tak perlu Pat-pi-sin-wa cukup
Thian-san-song-kiam yang turun tangan !” seru Song Ci-hin
yang marah karena gurunya di pandang rendah.
"Heh, heh, "Thian-sat-cu mengekeh seram "kalian bukan
tandinganku. Panggillah gurumu ke mari. biar kujadikan dia
seekor Lutung-sakti-tanpa-lengan, ha, ha . , .
"Jahanam, jangan bermulut besar !" Son Ci-hin terus loncat
menyerang dengan pedangnya Melihat itu adiknya pun segera
ikut menerjang.
Cret, cret .... kedua ujung pedang Thian san-song-kiam itu
tepat menusuk tubuh Thian-sat cu. Tetapi alangkah terkejut
kedua kakak beradi itu ketika merasakan pedangnya seperti
menusuk kulit kerbau yang tebal sekali. Thiat-poh-san ata
Baju besi, suatu ilmu kebal yang membuat tubu sekeras baja
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
tak mempan tusukan senjata tajam Itulah yang tengah
digunakan Thian-sat-cu untuk menerima tusukan kedua
saudara Song itu.
Thian-san-songkiam terkejut dan menyadari hal itu. Cepat
mereka hendak menarik pulang pedangnya tetapi terlambat.
""Jangan kurang ajar, monyet kecil !" seru Thian-sat-cu
seraya tamparkan lengan jubahnya ke arah kedua pemuda itu.
Serentak tubuh kedua a-nak muda. itu terlempar beberapa
langkah, muntah darah dan rubuh kelantai. Beberapa tetamu
segera menolongnya.
Seluruh tokoh persilatan yang hadir dipeseban Wisma
Perdamaian tertegun menyaksikan kesaktian Thian-sat-cu.
Thian-san-song-kiam cukup dikenal oleh kaum persilatan. Ilmu
pedang dari jago Thian-san itu mendapat tempat yang
terhormat dikalangan persilatan. Setitikpun tak pernah diduga,
bahwa hanya dengan sebuah gerakan lengan jubah saja,
Thian-sat-cu telah merubuhkan kedua tokoh Thian-san-songkiam.
"Hayo, siapa iagi yang ingin coba-coba atau yang sudah
jemu hidup ' seru Thian-sat-cu penuh kecongkakan.
Terdengar desuh menggeram dikalangan para tetamu.
Namun tiada seorangpun yang berani tam pil. Mereka
menyadari kesaktian Thian-sat-cu, momok yang pada lima
belas tahun yang lalu pernah menundukkan dunia persilatan,
kecuali Kim Thian-cong.
"Omitohud," seru Hui Gong taysu ketua Siau-lim-si, "sicu
terlalu tak menghormat kepada Kim tayhiap. Mengapa pada
malam yang khidmat, dimana seluruh kaum persilatan hendak
memanjatkan doa kepada arwah Kim tayhiap, Thian sicu
pergunakan sebagai rapat pemilihan ketua Dunia Persilatan.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Bahkan Thian sicupun telah melukai sepasang pendekar dari
Thian-san ?"
"Paderi Siau-lim-si, engkau tak berhak mela rang aku. Yang
berhak melarang hanialah Kim Thian-cong atau puteranya ..."
"Thian-sat-cu, jangan bertingkah seperti raja! teriak Ang Bin
tojin ketua Bu-tong-pay, "engkau berani bicara sekarang itu
karena Kim tayhiap sudah meninggal. Waktu Kim tayhiap
masih hidup kemana sajakah engkau menyembunyikan
dirimu?”
"Imam Muka-merah, bukan seperti tetapi memang aku ini
raja, raja Dunia Persilatan yang hendak menobatkan diri pada
malam ini !" sahut Thian-sat-cu, kemudian berpaling kearah
Naga-te bang-mata-satu yang masih berdiri tertegun di ujung
tempat sembahyangan, "hai, mulai saat ini engkau Nagaterbang-
mata-satu, kuangkat menjadi pengawalku dengan
pangkat su-cia !"
Naga-terbang-mata-satu terbeliak. Wajahnya merah karena
malu namun secepat itu otaknya yang cerdas dapat
membayangkan suatu rencana Ia hendak mengadu Thian-satcu
dengan ketujuh ketua partai persilatan. Apabila kedua fihak
sama remuk, barulah ia turun tangan untuk membereskan
mereka. Untuk sementara baiklah ia menunggu angin saja.
"Baik." sahutnya kepada Thian-sat-cu. Hui Gong taysu dan
keenam ketua partai persilatan terkejut. Apa yang mereka
kuatirkan, rupanya akan menjadi kenyataan. Apabila kawankawan
durjana itu bersatu padu, tentu merupakan malapetaka
yang mengerikan.
"Thian-sat-cu," Ang Bin tojin mendahului berseru, "silahkan
engkau mundur dan duduk dengan tetamu-tetamu. Jangan
mengganggu upacara sembah yangan ini. Masih banyak
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
tetamu yang ingin menyampaikan hormat terakhir kepada Kim
tayhiap!"
"Omitohud!" seru Hui Gong taysn, "demi menghormat
arwah Kim tayhiap, pin-ni minta agar Thian sicu suka
menunda maksud sicu itu pada lain waktu."
"Huh, paderi gundul, imam muka merah, siapa sudi
menghormat kepada Kim Thian-cong ke cuali orang-orang
semacam kalian ?" ejek Thian-sat-cu "kedatanganku kemari
bukan untuk menghormat tetapi untuk menghancurkan
mayatnya . . "
"Thian sat-cu, apakah benar-benar engkau hendak
menganggap kami bertujuh ketua partai persilatan ini seperti
tanah liat saja ?" teriak pengemis sakti Hoa Sin yang keri
telinganya mendengar kata-kata yang terlalu sombong.
"Bukan tanah lempung tetapi cacing!" ejek Thian-sat-cu.
"Omitohud" seru Hui Gong pula, "Thian sicu. apakah sicu
tetap hendak melaksanakan rencana sicu ?"
"Engkau tak berhak bertanya, akulah yang akan bertanya
kepadamu. Engkau setuju tidak aku menjadi pemimpin Dunia
Persilatan ?, jawablah yang tegas !" tukas Thian-sat-cu.
Hui Gong taysu ketua Siau-lim-si itu seorang paderi yang
berilmu tinggi. Seorang paderi sahid yang sabar dan berbudi
luhur. Namun sesabar-sa-bar budinya, tak urung ia
tersinggung juga akan sikap Thian-sat-cu yang makin
menggila itu. Apabila ia menyatakan setuju, akan jatuhlah
nama Siau-lim-si dalam mata kaum persilatan. Maka setelah
mengambil keputusan iapun menjawab tenang : "Omitohud,
kalau sicu hendak memaksa pada malam ini juga, pin-ni tak
setuju!"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hm, begitulah jawaban yang jantan." seru Thian-sat-cu
lalu memandang Ang Bin tojin." dan engkau imam Muka
Merah ?"
"Menentang !" sahut ketua Bu-tong-pay dengan geram.
Mukanya yang merah makin seperti kepiting direbus.
"Engkau !" Thian-sat-cu menunjuk Hong Hong totiang ketua
Go-bi-pay.
"Tidak setuju !" Hong Hong totiang geleng kan kepala.
"Engkau !"
"Tidak setuju." sahut Ceng Sian suthay ke tua Kun-lun-pay.
Thian-sat-cu bertanya kepada Sugong In tetapi ketua Kongtong-
pay itupun menolak. Lalu pengemis sakti Hoa Sin, juga
menentang.
"Dan kalian hai dua kurcaci murid Kim Thian-cong !" seni
Thian-sat-cu.
"Tidak setuju !" teriak kedua anakmuda itu serempak.
"Bagus," seru Thian-sat-cu, "sekarang kalian boleh berdiri
berjajar rangkap delapan orang untuk menerima pukulanku
Bu-kek-coan-hun-jit."
Ang Bin tojin melengking: "Kami bukan bukan budakmu.
Engkau menyuruh begitu, harus a-da imbalannya. Apakah
imbalanmu ?"
"Engkau boleh ajukan !" sahut Thian-sat-cu.
"Bagaimana imbalanmu kalau kami dapat bertahan
menerima pukulanmu ?"
"Aku akan pergi dari tempat ini !"
"Bagus"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ho, tetapi bagaimana kalau kalian tak kuat menerima
pukulanku ?" seru Thian-sat-cu.
"Silahkan engkau mengatakan !"
"Kalian harus tunduk dan mengakui aku sebagai ketua
Dunia Persilatan !”
"Boleh," seru pengemis sakti Hoa Sin serentak.
Hui Gong, Ang Bin Hong Hong, Ceng Sian dan Sugong In
terkesiap. Tetapi memang mereka merasa tiada lain jalan
kecuali harus bertindak seperti ketua Kay-pang itu.
"Lekas, kalian bersiap-siap !" seru Thian-sat-cu pula.
"Tunggu." tiba-tiba Hui Gong taysu berseru "kami hanya
tujuh orang saja. Li-sicu murid Kim tayhiap itu supaya
dibebaskan."
Dan tanpa menunggu penyahutan Thian-sat cu, Hui Gong
taysu segera minta Liok Sian menyingkir. Bermula dara itu
enggan tetapi setelah menerima isyarat mata dari ketua Siaulim-
si itu ia menurut juga.
Demikian keenam ketua partai persilatan di tambah Tio
Goan-pa. segera berjajar bagai seekor ular. Kepalanya ialah
Ang Bin tojin ekornya Til Goan-pa.
'Totiang, biarlah aku yang menjadi kepala didepan," kata
pengemis sakti Hong Sin seraya me langkah kemuka.
Ang Bin tojin menolak : "Jangan, harap pangcu tetap
berada ditengah, biarlah pinto yang menahan si jumawa itu !"
"Tidak, totiang, percaialah." kata pengeml sakti Hoa Sin
dengan nada bersungguh, "aku memlpunyai persiapan untuk
menyambut pukulan Bui kek-coan-jit-hun."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Ang Bin tojin agak meragu. Ia menyadai bahwa ilmu
pukulan Bu-kek-coan-jit-hun dari Thian-sat-cu itu memang
menjagoi dunia persilatan. Pukulan itu mampu menembus
dinding batu lapis tujuh. Lima belas tahun yang lalu, dengan
mengandalkan ilmu pukulan itu Thian-sat-cu berhasil
menundukkan partai-partai persilatan. Andaikata tiada Kim
Thian-cong, tentulah Thian-sat-cu sudah menjadi yang
dipertuan dalam Dunia Persilatan. Ia heran mengapa
Pengemis-sakti Hoa Sin begitu ber-sungguh minta menjadi
kepala barisan. Ia kenal ketua partai Pengemis itu sebagai
seorang yang jujur, -berani dan cerdik. Pun juga sakti. Ilmu
pukulannya- yang diberi nama lucu Bak-kau-ciang atau
pukulan Menggebuk-anjing, sangat disegani orang persilatan.
Tak mungkin ketua Kay-pang akan ber-sungguh sedemikian
rupa apabila tak punya pegangan.
"Baiklah, tetapi harap kaucu suka berhati-hati menghadapi
orang itu," akhirnya Ang Bin tojin suka mengalah. Mereka lalu
bertukar tempat.
"Ho, engkau kepingin mati paling dulu, pengemis ?" seru
Thian-sat-cu sambil bersiap.
"Benar," sahut Hoa Sin tertawa mengejek, "pengemis tak
punya apa-apa. Mati sekarang atau be sok sama saja. Hanya
kalau aku mati. ada dua mahluk yang bergembira ria."
"Siapa ?" seru Thian-sat-cu.
"Yang satu engkau."
"Dan yang lain ?" Thian -saitcu menegas.
"Anjing '
Wajah Thian-sat-cu berobah gelap seketika, jelas dirinya
dipersamakan dengan anjing Hendak mendamprat, sudah
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
didahului pengemis sakti lagi: "Kawanan anjing paling takut
pada kaum pengernig karena anakbuah Kay-pang mempunyai
ilmu Bak-kau-pang atau tongkat penggebuk anjing!"
Mata Thian-sat-cu meram melek. Hendak marah, tak ada
alasan.
"Itu masih belum," seru pengemis sakti Hoat Sin yang
seolah-olah menganggap saat itu seperti itu tak terjadi suatu
apa, "orang Kay-pang masih mempunyai beberapa jurus ilmu
pukulan yang aneh-aneh tetap' tak disukai oleh kawanan
anjing. Antara lain ada sebuah jurus pukulan yang disebutl jinyau-
kau."
Jin-yau-kau artinya orang menggigit anjing.
Thian-sat-cu mendelik.
"Eh, engkau tak percaya ?" kembali Hoa Sini mengoceh,
"anggauta Kay-pang pantang bohong Memang benar,
sungguh. Umumnya memang kau yau-jin, anjing yang
menggigit orang. Tetapi ilmu pukulan kami itu memang
istimewa, Jin-yau-kau orang yang menggigit anjing. Oleh
karena istimewanya maka istimewa juga gerak pukulan itu.
Kawanan anjing takut sekali ..."
"Tutup mulutmu, pengemis jembel !" karena telinganya
bising mendengar ocehan Hoa Sin. Thian-sat-cu segera
membentaknya, "lekas engkau bersiap untuk menerima
pukulanku. Dan engkau pengemis gila, akan menjadi orang
pertama yang pecah dadamu !"
"Bagus, bagus !" teriak Hoa Sin seperti orang mendengar
berita girang, "sudah lama dadaku sesak, cepat mau muntah
kalau melihat manusia yang bermulut besar. Maka pikir-pikir,
aku hendak mencuci isi dadaku ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Diejek, dihina dan dimaki dihadapan sekian banyak tokohtokoh
persilatan Thian-sat-cu tak dapat mengendalikan
kemarahannya lagi. Cepat ia ayunkan tangan menampar muka
Hoa Sin. Tetapi pengemis sakti itupuu tak tinggal diam.
Setelah berkisar kesamping, secepat kilat ia maju merapat dan
menjotos lambung orang.
Thian-sat-cu tak mengira sama sekali bahwa ketua Kaypang
itu memiliki gerakan yang sedemikian cepatnya. Namun
ia mempunyai ilmu kebal Thiat-poh-san untuk melindungi
lambung. Sambil mengisar kaki, ia menghadapi sipengemis
sakti lalu timpahkan tinjunya kedada lawan, duk . .
Terdengar teriakan tertahan dari sekalian tetamu ketika
melihat Pengemis-sakti Hoa Sin terlempar beberapa langkah
kebclakang. Apabila tak cepat disambut oleh Ang Bin tojin
ketua Bu-tong Pay pengemis tua itu tentu masih harus
melayang kebelakang entah sampai berapa langkah lagi
Tetapi disamping rasa kejut-kejut ngeri melihat leadaan
pengemis sakti Hoa Sin, pun sekalian tetamu merasa terkejut
heran melihat keadaan Thian sat-cu.
Tokoh yang menamakan dirinya Thian-sat-cu atau Algojo
Dunia, saat itu tampak berdiri pejamkan mata, seperti orang
yang tengah menyalurkan tenaga-dalam. Wajahnyapun
tampak pucat.
Apakah yang telah terjadi ?
Kiranya pada saat Thian-sat-cu memukul dada Hoa Sin,
pengemis sakti itu membiarkan saja tak menangkis maupun
menghindar. Hanya, tangannya yang menghantam ke
Limbung lawan tadi tiba-tiba ditebarkan. Dua buah jarinya
secepat kilat menusuk pusar Thian-sat-cu. Tusukan jari itu
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
tepat mengenai sasarannya tetapi iapun terhantam dadanva
sehingga terlempar beberapa belas langkah.
Thian-sat-cu memiliki ilmu kebal Thiat-poh-san. Hal itu
diketahui jelas oleh Pengemis-sakti Hoa Sin. Namun Thiat-pohsan
mempunyai beberapa bagian tubuh yang lemah. Antara
lain pusar dan delapan lubang indera. Sayang Hoa Sin tak
dapat mengisi penuh tutukan jarinya itu dengan tenaga-dalam
karena pukulan Thian-sat-cu sudah ke buru melemparnya
kebelakang. Sekalipun begitu tetap pengemis itu dapat
melukai pemusatan tena ga-dalam Thiat-poh-san. Walaupun
luka-dalam itu tak berbahaya tetapi cukup juga untuk
mengurangi tenaga-dalam Thian-sat-cu.
"Ha, ha, Taian-sat-cu, yang engkau terima tadi baru jurus
Anjing-menggigit-orang. Belum jurus Orang-menggigit-anjing!"
Thian-sat-cu terkejut dan membuka mata
Dilihatnya pengemis Hoa Sin sudah berdiri tak kurang suatu
apa. Ia heran.
"Jangan heran, Thian-sat-cu. aku pengemis tua, memang
masih segar bugar!" teriak Hoa Sin tertawa. Diam-Diam ia geli
karena dapat mengacau pikiran'Algojo-dunia itu. Pukulan
Thian-sat-cu hampir serempak dengan tutukan jari
sipengemis. Dengan demikian tenaga pukulan Thian-sat-cu
itupun berkurang kedahsyatannya. Karena dicengkam rasa
heran, Thian-sat-cu tak menyadari hal itu.
"Omitohud !" tiba-tiba Hui Gong ketua Siau lim-si berseru,
"apakah Thian sicu masih tetap hendak melangsungkan
maksud sicu ? Kalau benar, pin-ceng harap janganlah sicu
hanya berhadapan dengan Hoa pangcu ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Paderi Siau-lim-si, lekas kamu bertujuh siap. Aku segera
akan meremukkan kalian !" teriak Thian-sat-cu seraya
singsingkan lengan jubah.
Karena melihat Hoa Sin habis menerima pukulan dari Thiansat-
cu, Ang Bin tojin minta supaya dia saja yang berdiri
dimuka. Tetapi ketua Kay-pang itu tetap menolak,
Sesaat hening lelap ketika Thian-sat-cu dan ketujuh ketua
partai persilatan itu bersiap-siap untuk adu pukulan. Perhatian
seluruh tetamu tercurah pada peristiwa yang akan mereka
saksikan. Peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah
dunia persilatan. Dan karena menyadari bahwa hasil daripada
adu pukulan sakti itu akan membawa akibat besar pada
seluruh kaum persilatan maka
diam-diam tetamu-tetamu
memanjatkan doa untuk ke
menangan fihak Hui Gong tiysu
dan ketua-ketua partai persilatan.
Ketegangan makin merayap
dihati sekalian tetamu ketika
Thian-sat-cu sudah mulai
mengangkat tangannya keatas.
Demikianpun Hoa Sin dat
keenam kawannya sudah
melekatkan tangan masing-sing
kepunggung kawan yang berada dimukanya Hui Gong taysu
lekatkan telapak tangannya kepunggung pengemis Hoa Sin
yang berdiri pahnd depan. Hong Hong tojin lekatkan
tangannya ke punggung Hui Gong. Sugong In menempelkan
tangan kepunggung Hong Hong tojin. Ang Bin tojin lekatkan
tangannya kepunggung Sugong In, Ceng Sian suthaypun
lekatkan tangan kepunggui Ang Bin tojin. Dan terakhir Tio
Goan-pa lekatkan tangannya kepunggung Ceng Sian suthay.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Keenam orang itu menyalurkan tenaga-dalam untuk mem
perkuat pemusatan tenaga-dalam pengemis Hoa Sin.
Akhirnya saat-saat yang dinanti itupun tiba. Darrrrr ...!
Terdengarlah ledakan keras ketika kedua naga-dalam saling
berhantam. Pukulan Bu-kek-coan-jit-hun telah disongsong oleh
tenaga-dalam tujuh tokoh persilatan ternama.
Beratus-ratus jago-jago persilatan yang memenuhi paseban
Wisma Perdamaian' bagai kena pesona ketika menyaksikan
adu tenaga yang sehebat itu Perhatian mereka ditumpahkan
habis-habisan sehingga mereka tak mengetahui bahwa itu
seorang lelaki tua bertubuh gemuk telah masuk kedalam
paseban dan menghampiri kedepan meja sembahyang. Ketika
melalui disamping tokoh-tokoh yang sedag adu tenaga-sakti
itu, pendatang bertubuh gemuk itu tampak gerakkan tangan
kanannya seperti orang tengah menampar nyamuk yang
mengganggu telinganya. Setelah itu ia langsung berdiri di
muka meja sembahyang, mengangkat kedua tangannya
keatas lalu menyurah, membungkukkan tubuh memberi
hormat.
Hoa Sin terkejut ketika merasa dilanda gelombang tenaga
dahsyat. Sedemikian hebat tenaga mendampar sehingga ia tak
dapat bernapas. Bantuan tenaga-dalam dari kelima ketua
partai persilatan dan Goan Pa, tak kuasa menahan gempur
pukulan Bu-kek-coan-jit-hun yang dapat menembus tujuh lapis
awan. Bagaikan air surut, tenaga-dalam yang telah berpusat
ditubuh pengemis sakti Hoa Sin itu berhamburan kembali
mendampar balik belakang.
Hui Gong, Hong Hong, Sugong ln, An Bin, Ceng Sian dan
Goan-pa seperti diterjang gelombang badai. Hampir mereka
tak kuat bertahan dan tubuh merekapun menggigil. Dalam
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
beberapa kejab lagi tak boleh tidak, Hoa Sin dan keenam
kawannya itu tentu rubuh !
Tiba-Tiba suatu keajaiban terjadi. Gelombang tenaga
pukulan Bu-kek-coan-jit-hun itu tiba-tiba berhenti, menyurut,
dan lenyap . . .
Hoa Sin dan rombongannya seperti perahu yang terlepas
dari amukan badai. Mereka tegak mematung, pejamkan mata
untuk menyalurkan napas dan darah yang hampir membeku.
Tetapi Thian-sat-cupun berdiam diri, meram-kan mata dan
menyalurkan tenaga-dalam. Ia heran mengapa mendadak
dirinya seperti dilanda oleh segelombang arus tenaga. Sama
sekali ia tak tahu bila dan siapa yang menyerang itu dan tahutahu
dadanya seperti dijepit papan baja yang berat sekali
sehingga pernapasannya terganggu. Gangguan itu
memaksanya menarik pulang pukulan Bu-kek-coan-jit-hun. Ia
tak sempat meneliti siapakah penyerang gelap itu karena ia
perlu harus cepat-cepat menyalurkan tenaga-murni untuk
menyalurkan jalan-darahnya yang macet terkena pukulan
gelap itu.
Demikian pada saat Hoa Sin bertujuh dan Thian-sat-cu
sedang pejamkan mata memulihkan tenaga-dalam masingmasing,
tetamu bertubuh gemuk itu-pun sudah mengakhiri
hormatnya membungkuk sampai tiga kali didepan peti mati.
”Selamat jalan Kim Thian-cong. Jangan sampai engkau
salah jalan. Masuklah ke Nirwana, jangan ke Neraka yang
penuh dengan setan-setan tanpa bayangan”
Baik rombongan Hui Gong taysu, maupun fihak Thian-satcu,
terkejut ketika mendengar doa yang aneh dari tetamu itu.
Mereka serempak membuka mata tetapi orang itu sudah
lenyap.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Thian-sat-cu memberingas. Dipandangnya Hoa Sin dan
keenam kawannya : "Pengemis busuk, engkau menyerah atau
masih berani menerima pukulanku lagi ?"
"Thian-sat-cu, mengapa engkau menjilat ludahmu lagi ?"
seru pengemis sakti Hoa Sin.
Thian-sat-cu merah padam mukanya. Belum ia menjawab
tiba-tiba angin berhembus menampar hidungnya. Ia terkejut.
Angin itu bukan angin sewajarnya melainkan angin yang
wangi. Dan hembusan anein wangi itupun dirasakan juga oleh
Hoa Sin dan keenam ketua persilatan. Merekapun terperanjat.
"Ai, sugguh kurang ajar sekali si Bi-ing-kui itu. Dia berani
mendahului 'makan' hidanganku " tiba-tiba terdengar lengking
suara wanita dan pada lain kejab muncullah seorang wanita
diiring oleh tujuh gadis cantik. Wanita itu mengenakan
kerudung muka sehingga tak kelihatan wajahnya Pakaiannya
warna merah demikianpun dengan ke tujuh gadis cantik itu.
Ketika masuk kedalam ruang paseban, bau harum makin keras
sehingga ruangan itu tidak lagi berbau dupa tetapi berbau
harum seperti kamar pengantin.
"Hiang Hiang niocu ....!" serentak terdengar seruan
tertahan, dari tetamu-tetamu.
”Omitohud, selamat datang niocu.....”
Hui Gong taysu yang cukup kenal akan wanita itu segera
memberi hormat dengan membungkuk tubuh. Tetapi secepat
itu ia menyeringai kesakitan.
"Ah, harap taysu yang memakai banyak pe-radatan. Ai,
taysu rupanya menderita luka-dalam. Harus makan obat dan
beristirahat," seru wanita yang disebut Hiang Hiang niocu atau
Puteri Harum.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Terima kasih, niocu," sahut Hui Gong taysu yang diamdiam
terkejut karena wanita itu dapat mengetahui keadaan
dirinya.
"Dan taysupun kasih tahu kepada kawan-kawan taysu itu
kalau mereka juga menderita luka-dalam dan harus berobat,"
kata Hiang Hiang niocu pula. Kemudian tanpa menunggu
jawaban ketua Siau-lim-si, wanita itu melirik kearah Thian-satcu.
"Thian-sat-cu, mengapa kulitmu amat tebal? Jelas
engkaupun menderita luka. Tetapi bukannya mengejar Buing-
kui yang melukaimu, kebalikannya engkau masih ngotot
hendak bertanding pukulan dengan ketujuh orang itu ?"
Wajah Thian-sat-cu pucat. "Walaupun menderita luka tetapi
ketujuh orang itu tak sampai rubuh. Dan engkau sendiripun
terluka. Dengan begitu, engkau harus menepati janjimu untuk
tinggalkan tempat ini !" seru Hiang Hian niocu dengan nada
penuh wibawa.
”Hai Thian-sat-cu, apakah engkau tak malu menjilat
ludahmu lagi ? Mereka dapat menerima pukulanmu, mengipa
engkau tak lekas pergi dari sini” seru Hiang Hiang niocu seraya
menuding Thian sat-cu atau Algojo-dunia.....
Thian-sat-cu menyadari kedudukannya. Hiang Hiang niocu
amat sakti, belum tentu ia dapat mengalahkan. Lagi pula ia
telah menderita luka-dalam akibat pukulan tanpa bayangan
dari Bu-ing-kui. Masih pula keenam ketua partai persilatan dan
beratus-ratus jago-jago silat. Dan ada kemungkinan lain, akan
datangnya tokoh-tokoh sakti yang tak terduga. Apabila ia
berkeras kepala, tentu lebih banyak menderita kerugian
daripada keuntungan.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Namun untuk mundur begitu saja, ia merasa kehilangan
muka. Ia mau mundur secara terhormat.
"Bagaimana Thian-sat-cu, apakah engkau masih tetap
hendak menjilat ludahmu ?" tegur Hiang Hiang niocu.
Thian-sat-cu tertawa
nyaring : "Baiklah, demi
memandang muka niocu,
akupun akan tinggalkan
tempat ini. Tetapi sebelum itu
hendak kuumumkan kepada
sekalian orang persilatan,
bahwa karena serangan gelap
dari jahanam Bu-ing-kui maka
ketujuh ketua partai
persilatan itu dapat bertahan.
Dengan demikian walaupun
belum berhasil memenangkan
mereka, tetapi aku tetap tak
kalah !
" Tetapi paderi Siau-lim-si, " serunya pula "sekarang aku
hendak mencari balas kepada sipengecut Setan-tanpabayangan
itu. Kemudian beberapa bulan lagi, aku tentu akan
mengundang kalian datang kegunung Thay-san untuk
mengadakan pemilihan Ketua Dunia Persilatan !"
Habis berkata ia teras melesat pergi. Si 'Naga-terbangmata-
satu ternyata sejak Hiang Hian niocu dan ketujuh
muridnya tiba, diam-diam sudah ngacir pergi.
"Adakah niocu juga akan bersembahyang kepada jenazah
Kim tayhiap ?" seru Hui Gong taysu
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Benar, taysu," seru Hiang Hiang niocu tersenyum,
"duapuluh tahun yang lalu Kim tayhiap! pernah berjanji
kepadaku. Dia bersumpah apabila ingkar janji, ia rela
tubuhnya hancur menjadi abu ... "
"Adakah Kim tayhiap ingkar janji ?"
"Benar, dia memang ingkar janji, oleh karena itu akupun
harus melaksanakan sumpahnya.'
Hui Gong taysu pucat seketika ....
-oo0dw0oo-
Aduhai ....
Ayahku pemimpin dunia persilatan
Ibuku seorang jelita sastrawan
Amboi .... aku tukang ukur jalanan.
Tungganganku anjing kuning
Rajawali dan monyet maling
Ha. ha . . . pengawalku yang beling
Rumahku di alam dunia
Tidurku di tempat bebas bea
O Ho, ho . . hidupku manis-manis cuka.
Blo'on . . . blo'on . . . sebutanku
Si Goblok, si Tolol, si Dungu
Hi, hi . . . apa peduli nama itu.
Sejuta makian, aku tak geram
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Selaksa pujian, aku tak seram
Heh, heh . . . kuanggap hanya asam garam.
Kegagahan, kekayaan, kekuasaan
Ketenaran, kesombongan, ke-Aku-an
Huh, huh . . . hanya bayangan kecemasan.
Tidak melawan hidup berpribadi
Bebas musuh, bebas jahat hati
Hem, hem . . itulah kebahagiaan sejati
Kisah si Blo'on, kssah yang jalang
Dibaca . . . muak, dibuang . . . merangsang
Silahkan marah, silahkan sayang ...
Salam basa basi.
si BLO'ON
Pendekar kebal dimaki,
pantang dipuji.
Kota Bengawan, pertengahan tahun
pada abad 20 kurang seperempat.
Jilid 2
L e n y a p.
Baik keenam ketua partai persilatan, maupun seluruh jagojago
persilatan yang berada dipeseban Wisma Perdamaian itu,
terperanjat sekali mendengar kata-kata Hiang Hiang Niocu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Beberapa tokoh silat tua masih dapat mengenal siapakah
wanita itu. Hiang Hiang niocu adalah isteri pemimpin
perkumpulan rahasia Pek-lian-kau atau Teratai Putih yang
pada masa keruntuhan pemerintah Coan (Kubilai Khan),
muncul digelanggang percaturan perebutan kekuasaan dalam
dunia persilatan.
Tetapi sudah sejak duapuluh lima tahun yang lalu,
perkumpulan Teratai Putih berantakan dan Hiang Hiang
niocupun lenyap.
Sungguh tak terduga sama sekali bahwa Hiang Hiang niocu
si Puteri Harum itu akan muncul lagi dipuncak Giok-li-nia.
"Omitohud!" Hui Gong taysu ketua Siau lim-si berseru
seraya rangkapkan kedua tangan ke dada, "Kim tayhiap
seorang ksatrya yang perwira masakan dia ingkar janji ?"
"Hui Gong taysu," sahut Hiang Hiang niocu "bagi taysu dan
mungkin seluruh kaum persilatan tentu akan menyanjung Kim
Thian-cong sebagai seorang ksatrya luhur. Tetapi bagi Hiang
Hia niocu, dia tak lebih dari seorang lelaki yang ber mulut
culas, berbudi rendah !"
Dalam membawakan kata-katanya itu tampak kerudung
muka yang menutupi wajah Hiang Hiang niocu bergetar-getar.
Suatu pertanda bahwa batinnya sedang mengalami
ketegangan hebat.
"Hiang Hiang niocu," seru Hui Gong tay pula, "apabila niocu
tak keberatan sudilah men; laskan perihal diri Kim tayhiap
yang niocu katakan tak berbudi itu."
Kedengaran suara helaan napas dari balik kain kerudung
yang menutup wajah Hiang Hiang niocu. Wanita itu tegak
mematung sampai beberapa waktu. Rupanya dia tengah
mengenangkan ristiwa yang lampau ....
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Sesungguhnya peristiwa itu sudah amat lat pau sekali.
Hampir seperempat abad lamanya. Namun bagi seorang
wanita janji itu tetap akan selalu bersemayam dalam hatinya,
bahkan akan di bawanya masuk keliang kubur ....
Hiang Hiang niocu berhenti sejenak lalu lanjutkan "Setelah
kerajaan Goan runtuh maka timbulah gerakan-gerakan dan
perkumpulan-perkumpulan rahasia dari kaum persilatan untuk
merebut pengaruh da kekuasaan. Diantaranya yang paling
besar dan kuat adalah perkumpulan Sorban Kuning dan
Teratai Putih. Kim Thian-cong muncul, memusuhi Sorban
Kuning dan Teratai Putih karena menganggap kedua
perkumpulan itu tidak mempunyai tujuan yang baik. Ada
gejala-gejala kearah aliran Hitam ..."
Kim Thian-cong berhasil menghancurkan Sorban Kuning
tetapi gagal dalam menghadapi Teratai Putih. The Seng-kun,
pemimpin Teratai Putih merupakan lawan yang tangguh.
Selainkan memiliki ilmu silat yang hebat, pun dia seorang yang
cerdik dan pandai menggunakan siasat. The Seng-kun
mempunyai sebatang pedang pusaka yang luar biasa
tajamnya. Pek-lian-kiam atau pedang pusaka Teratai-putih.
Kim Thian-cong hampir melayang jiwanya dibawah pedang itu.
Dia ketakutan setengah mati dengan pedang itu . "
Berhenti sejenak, wanita itu menghela napas: "Tahukah
taysu. siapa The Seng-kun itu ?” tiba-tiba ia mengajukan
pertanyaan yang membuat paderi ketua Siau-lim-si itu
terbeliak kaget.
"Entah, niocu, pin-ni tak tahu," sahutnya gopoh.
"The Seng-kun adalah suamiku !"
"Ah," Hui Gong tasyu mendesah, "lalu dalam hubungan
apakah maka Kim tayhiap telah ingkar janji kepada niocu ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Disitulah letak ukuran peribadi Kim Thian cong !" seru
Hiang Hiang niocu dengan keras, "kalah menggunakan senjata
terhadap The Seng-kun dia beralih menggunakan senjata
wajahnya yang tampan untuk menggaet isterinya ..."
"Omitohud!" seru Hui Gong taysu mengendap rasa
kejutnya, "bukankah niocu itu isteri dari The Seng-kun kaucu
?"
"Pek-lian-kau menuju kearah aliran Hitam Aliran agama
yang bermula menjadi unsur pokok dari perkumpulan itu,
akhirnya berobah menjadi suatu aliran tahayul dan cabul. The
Seng-kun gemar wanita cantik. Banyak gadis cantik yang
diperisterikan dengan paksa dan ataupun dengan bujukan
manis. Aku termasuk salah seorang korbannya, menjadi salah
seorang isterinya yang paling disayangi . . . . "
"Tetapi aku jemu dengan kehidupan dan lingkungan orang
Teratai Putih itu. Akupun mual kepada The Seng-kun yang tak
pernah puas dengan wanita. Ia seorang lelaki yang besar
sekali nafsunya. Aku sakit hati karena diriku dijadikan sekedar
alat pemuas nafsu saja. Habis manis sepah dibuang . . . . "
Berhenti sejenak, Hiang Hiang niocu melanjutkan ceritanya,
"tetapi apa dayaku. Aku hanya orang wanita yang lemah.
Kulewatkan hari-hari yang sepi dengan helaan napas dan
cucuran airmata. Lalu muncullah Kim Thian-cong. Dia mengisi
kesepianku dan mencuri hatiku ..."
Hiang Hiang niocu berhenti berseri, menengadahkan
kepala, memandang kelangit dan berdiam diri sampai
beberapa waktu. Rupanya ia tengah terkenang akan kenangan
yang lampau.
Hui Gong taysu, Ang Bin tojin. Hong Hong totiang, Sugong
In, Ceng Sian suthay dan pengemis Hoa Sin termangu-mangu
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
mendengar kisah menarik yang tengah dibawakan Hiang
Hiang niocu itu. Sejenak mereka lupa bahwa saat itu mereka
tengah berdiri menjaga peti jenazah. Bahwa suasana saat itu
adalah suasana berkabung.
"Dengan keberanian yang luar biasa. Kim Thian-cong
menyelundup masuk kedalam markas Pek-lian-kau untuk
mencuri pedang pusaka Pek-li-an-kiam. Tetapi suamiku The
Seng-kun seorang yang cerdik dan cermat. Disekitar kamarnya
telah dipasang alat pekakas rahasia sehingga perbuatan Kim
Thian-cong itu ketahuan. Kawanan jago-jago silat anak buah
suamiku segera bangun dan mengepung Kim Than-cong.
Markas Pek-lian-kau yang luasnya beratus-ratus bahu dan
terletak disebuah lembah gunung, memiliki penjagaan yang
ketat rapat. Kim Thian-cong bingung karena tak dapat
meloloskan diri dan akhirnya . , . . "
"Akhirnya bagaimana, niocu?" diluar kesadaran karena amat
tertarik dengan kisah itu. Hui Dong taysu mendesak
pertanyaan.
”Achirnya dia masuk kedalam .. , kamarku ah. . . . " Hiang
Hiang niocu kembali menghela napas panjang, sepanjang
pikirannya yang jauh melayang kepada kenangan lama.
Para ketua partai persilatan yang mendengar keterangan
itu, serentak terbeliak.
"Adakah Kim tayhiap tak tahu kalau kamar itu milik niocu ?"
tanya Hui Gong taysu pula.
"Bermula kuduga memang begitu. Tetapi menurut
pengakuannya dibelakang hari, ia mengatakan kalau sudah
tahu dan memang sudah direncanakan...”
"Omitohud ..." sela Hui Gong taysu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Tetapi Hiang Hiang niocu tak menghiraukan doa ucapan
ketua gereja Siau -lim-si itu, ia melanjutkan ceritanya : "Aku
terkejut dan hendak menjerit tetapi secepat itu ia mendekap
mulutku dengan tangannya dan memandang wajahku rapat
Ketika pandang mataku tertumbuk akan wajah dan sinar
matanya, entah bagaimana, runtuhlah hatiku . . . . " kembali
Hiang Hiang niocu berhenti sejenak, "ia melepaskan
dekapannya lalu mencabut belati dan diberikan kepadaku.
"Kalau nyonya hendak membunuh Kim Thian-cong, bunuhlah
sekarang juga. Aku rela mati ditangan nyonya daripada mati
ditangan, anakbuah Pek-lian-kau," katanya seraya membuka
baju dan menyongsong dadanva yang terbuka ....
"Engkau . . engkau Kim Tliian-cong?" kataku dengan
gemetar. Hampir aku tak percaya bahwa pendekar yang
termasyhur disejuruh dunia persilatan, ternyata hanya seorang
lelaki muda yang berwajah tampan. Sikapnyapun bukan
menyerupai o-rang persilatan yang gagah perkasa tetapi lebih
banyak mirip seorang sasterawan.”
"Kim Thian-cong hanya satu, yang dihadapan nyonyah ini."
katanya.
Setelah mendapat .ketenangan hati, maka kutanyakanlah
kepadanya mengapa ia berani masuk kedalam kamarku.
Dengan terus terang ia menceritakan bahwa kedatangannya
kedalam markas Pek-lian-kau itu ialah hendak mencuri pedang
pusaka Pek-Iian kiam milik The Seng-kun tetapi gagal. Dan
saat itu ia tengah dikejar anakbuah Pek-lian-kau.
"Nyonyah, daripada engkau menyerahkan diriku kepada
mereka, baiklah engkau bunuh saja aku," katanya.
“Kutatap wajahnya dan mata kamipun saling beradu. Aku
seorang wanita muda yang kesepian. Akupun sakithati kepada
suamiku yang telah menelantarkan diriku. Rasa kesepian dan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
sakithati berpadu, bagai arus sugai yang mengalir dan
mengalir untuk akhirnya masuk kedalam lautan . . . asmara.”
"Apakah engkau sudah beristeri?" diamuk oleh rasa asmara,
aku tak malu-malu lagi menanyakan hal itu kepadanya.
"Belum____tetapi, nyonyah," katanya tegang,
"kudengar derap kaki orang hilir mudik mencari diriku. Tak
lama mereka tentu akan mencari kemari. Bersediakah nyonyah
menolong diriku ?"
"Aku tak segera menjawab melainkan menatapnya lekatlekat,
lalu kutanya : "Apakah janjimu untuk pertolonganku itu
?"
"Asal aku mampu melakukan, tentu akan ku laksanakan
permintaan nyonyah sekalipun nyonyah suruh aku masuk
kedalam lautan api ..."
"Tak perlu," sahutku, "aku menghendaki engkau hidup dan
bahagia bersama . . . . "
"Nyonyah, lekaslah, mereka benar-benar menuju kemari !"
Kim Thian-cong menukas gopoh.
"Apakah engkau tak ingkar janji ?” aku masih meminta
penegasan.
"Kim Thian-cong seorang lelaki, apa yang di-ucapkan tak
pernah ditelan kembali !"
"Hm, baiklah," akupun puas mendengar jawabannya,
"sekarang terpaksa engkau hendak ku-suruh memakai pakaian
wanita. Ya, engkau harus menyamar sebagai seorang wanita
dan akan kuakui sebagai bujangku ..."
"Ah, jangan. Aku tak dapat menjadi seoran wanita," cepatcepat
ia menolak.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Lalu apa dayaku untuk menolongmu ?"
"Waktu amat berharga. Harap nyonyah membungkus diriku
dengan kain lalu masukkan aku ke dalam sarung guling. Aku
akan menjadi guling . .
Aku terkejut dan membantah : "Ah, jangan! bergurau.
Bagaimana mungkin tubuhmu yang sebesar itu akan menyusut
sekecil guling ?
"Bisa!" sahutnya yakin, "lakukan saja menurut apa yang
kukatakan dan baringkanlah aku diatas tempat tidur agar
mereka mengira aku ini sebuah guling"
Baru Hiang Hiang niocu bercerita sampai di situ tiba-tiba
terdengar suara melengking : "Ah, tak mungkin. Aku tak
percaya kalau Kim tayhiap begitu bernyali seperti tikus.
Mengapa dia tak berani menghadapi anakbuah Pek-lian-kau ?
Bukankah dia tentu dapat mengatasi mereka ? Bukankah tak
perlu dia harus main bersembunyi dikamar seorang wanita ?"
Hiang Hiang niocu berpaling kearah orang yang menyelutuk
itu, lalu menegur: "Siapa engkau?"
"Hoa Sin pengemis tua," sahut ketua Kay-pang
Beberapa ketua partai persilatan berdebar-debar dan
tegang perasaannya. Mereka kuatir Hiang Hiang niocu marah
atas ucapan ketua Partai Pengemis yang tak percaya pada
cerita itu.
"Hm, hidungmu setajam anjing !" dengus Hiang Hiang
niocu.
"Memang Hoa Sin ini tukang gebuk anjing. Kalau hidungku
kalah tajam dengan anjing, bagaimana mungkin aku dapat
menggebuk binatang itu?" kembali sipengemis sakti Hoa Sin
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
kumat adat kebiasaan. Ia gemar membanyol dan berolok-olok
tak peduli dengan siapapun orangnya.
"Memang Kim Thian-cong seorang ksatrya yang perwira.
Dan sesungguhnya ia memang tak takut menghadapi
sergapan anakbuah Pek-lian-kau itu. Hal itu baru kuketahui
beberapa waktu kemudian, setelah hubungan kita sudah
sebagai suami isteri . . . "
"Amboi !" kembali pengemis sakti Hoa Sin melengking
seperti anjing digebuk. "Kim tayhiap mau menggauli engkau?
Ah, tidak, tidak. Dia bukan seorang hidung belang !"
Mungkin tentu merahlah wajah Hiang Hiang niocu
mendengar bantahan pengemis itu. Tetap karena tertutup kain
hitam, maka tak jelaslah bagaimana perobahan airmukanya.
Yang jelas, kain kerudung mukanya itu bergetar-getat walau
tak tertiup angin.
"Pengemis tua, tahukah engkau bahwa seorang ksatrya
yang gagah berani pun akan jatuh di bawah telapak kaki
seorang jelita ?" seru Hiang Hiang niocu.
"Tidak tahu!" bantah pengemis sakti Hoa Sin "buktinya aku
sendiri tak pernah jatuh dikaki wanita"
"Cis, wanita manakah yang sudi melihat tampangmu seperti
kuda meringis itu ?" hina Hi ang Hiang niocu.
"Ha, ha," tidak marah kebalikannya pengemis sakti itu
malah tertawa gelak-gelak." salah, salah. Aku bukan seperti
kuda meringis tetapi seperti serigala tertawa. Buktinya setiap
anjing yang melihat, tentu akan lari terbirit-birit."
"Omitohud," kembali Hui Gong taysu berucap doa, "harap
niocu suka melanjutkan ceritamu.”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Dan ketua Siau-lim-si itupun berpaling memberi isyarat
kepala kepada Hoa Sin agar ketua partai Pengemis itu jangan
mengganggu.
"Karena melihat kesungguhan wajahnya akupun segera
melakukan permintaannya. Kubungkus tubuhnya dengan kain
lalu kuselubungi dengan sarung guling. Ah, ternyata tubuhnya
berobah sehingga cukup
kumasukkan dalam
selubung guling," Hiang
Hiang niocu melanjutkan
ceritanya.
"Ah, dia tentu
menggunakan ilmu Su
kang," kata Hui Gong taysu.
Sut-kut-kang-nya Ilmu
menyurutkan tulang
sehingga menjadi kecil.
"Ho, kaum Pengemispun
mempunyai Kau-hoan-wi
atau Anjing-menyurutekor,"
kata pengemis sakti
Hoa Sin gatal mulutnya.
"Benar, paderi Siau-lim-si, Hiang Hiang niocu tak mau
menghiraukan ocehan Hoa Sin ”dia memang menggunakan
ilmu Sut-kut kang. Dan akupun makin kagum akan
kesaktiannya kawanan anakbuah Pek-lian-kau ternyata
memang datang kekamarku untuk mencarinya Walaupun
kutolak, tetapi mereka tetap memaksa hendak mau
menggeledah kamarku. Itu perintah ketua Pek-lian-kau, kata
mereka. Terpaksa kubiarkan mereka masuk. Hatiku berdebar
keras ketika merereka menyingkap kain kelambu tempat tidur.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Mereka tak dapat menemukan apa? kecuali bantal dan
guling. Akhirnya mereka minta maaf lalu ngeloyor pergi.
Setelah kurasa aman, barulah kukeluarkan dia dari dalam
selubung guling. Dia menghaturkan terima kasih kepadaku
dan terus hendak pergi. Tetapi cepat kucegah.
"Jangan, diluar masih berbahaya. Anakbuah Pek-lian-kau
masih giat mencarimu," kataku.
"Tetapi . . . bagaimana mungkin aku berada dalam kamar
nyonyah ?" serunya terkejut.
"Mengapa tak mungkin. Bukankah engkau sudah masuk
kemari ?" aku tersenyum, "bermalamlah disini untuk
menghindari bahaya penangkapan”
"Tetapi nyonyah . . . aku seorang lelaki dan engkau seorang
wanita yang sudah bersuami, bagaimana ..."
"Lelaki jodohnya perempuan. Perempuan pasangannya
lelaki. Mungkin sudah ditakdirkan oleh Yang Kuasa, bahwa
engkau akan datang kepadaku. Adakah aku ini jelek ?"
tanyaku kepadanya.
"Ah . . . , " ia menghela napas, "sudah lama kudengar
bahwa Hiang Hiang niocu itu seorang ratu dari So-ciu. Bukan
melainkan cantik, pun juga keringatnya menyiarkan bau
harum ...."
"Dan bagaimana kenyataan yang engkau lihat saat ini ?"
tanyanya makin diluap oleh dendam asmara.
"Memang belum pernah kulihat seorang wanita yang lebih
cantik dari engkau. The Seng-kun sungguh beruntung sekali
..."
”Aku merasa tersinggung dengan kata-kata itu. Dan
bercucuranlah airmataku karena mengenangkan! nasibku yang
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
celaka. Mengapa dahulu Thian-cong tak bertemu dengan aku?
Mengapa aku harus menjadi isteri The Seng-kun ? Aku
menangis tersedu-sedu. Dan tiba-tiba Thian-cong membelaibelai
rambutku, menghibur kesedihanku.
Malam itu, ya malam itu . . . oh. alangkah indahnya ..
alangkah bahagianya . . Belum pernah kunikmati malam yang
seindah dan sebahagia seperti malam itu ketika Thian-cong
mendekap tubuhku dan menciumi pipiku dengan mesra . . .
Sejak malam itu aku telah dimiliki Thian cong. Kuserahkan jiwa
dan ragaku kepadanya . . ”
"Omitohud ! Niocu adalah isteri The Seng kun kaucu " seru
Hui Gong taysu.
"The Seng-kun mengambil diriku secara paksa, dibawah
tekanan kekerasan ayahku terpaksa menyerahkan aku
kepadanya. Tetapi tak pernah aku mencintainya. Bahkan
diam-diam aku mulai membencinya. Tetapi Thian-cong telah
mengajarkan kepadaku apa arti Asmara yang sejati.
Kepadanialah hatiku kupersembahkan," kata Hiang Hiang
niocu.
"Tidak, tidak !" tiba-tiba pengemis sakti Hoa Sin menjerit,
"aku tak percaya Kim tayhiap begitu tipis imannya, mencintai
seseorang wanitayang menjadi isteri orang !"
"Pengemis busuk !" teriak Hiang Hiang niocu dengan
murka." engkau anggap aku ini wanita apa? Dihadapan para
ketua partai persilatan dengan tanpa malu kuceritakan kisah
hubunganku dengan Kim Thian-cong, kalau hal itu tidak benar,
masakan aku tak malu mengatakannya ? Bukalah telingamu
lebar-lebar, hai pengemis busuk ! Betapa buruk muka, betapa
rendah budi dan betapa jahat seorang wanita itu, namun ia
tetap memiliki perasaan halus dari wanita, tetap masih
mempunyai rasa malu !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Maaf, maaf, niocu," tergopoh pengemis sakti Hoa Sin
membungkuk tubuh selaku pernyataan maaf," memang
pengemis Hoa Sin ini bukan seorang wanita. Maka Hoa Sin tak
punya malu, tetapi hanya wanitalah yang mempunyai rasa
malu itu. Tetapi pengemis tua ini kenal baik akan peribadi Kim
tayhiap seperti pengemis tua ini mengenal pada dirinya
sendiri. Kim tayhiap memang tampan seperti Arjuna dan
pengemis tua ini buruk seperti setan. Tetapi pengemis tua
sungguh tak percaya kalau Kim tayhiay mau berbuat yang tak
senonoh kepada isteri orang, apabila ....”
"Apabila bagaimana?" desak Hiang Hiang niocu
"Apabila tidak kena guna-guna atau jimat."
"Guna-Guna, jimat? Ih, mengapa harus memakai gunaguna
atau jimat segala ? Ketahuilah hai pengemis busuk,
guna-guna atau jimat yang ampuh dari wanita itu tak lain
hanialah kecantikan wajahnya. Apakah engkau kira Thian-cong
itu hatinya terbuat dari baja? Adakah engkau pandang Thiancong
itu seorang manusia istimewa ? Herankah engkau kalau
dia jatuh hati kepadaku ?"
"Ya, memang heran, benar-benar pengemis buruk ini heran
kalau Kim tayhiap sampai jatuh hati kepada Hiang Hiang
niocu," seru Hoa Sin.
"Pengemis buduk, dengan cara apakah aku dapat
melenyapkan keherananmu itu?" seru Hiang I Hiang niocu
yang tanpa disadari makin ngotot melayani olok-olok
pengemis sakti.
Pengemis sakti Hoa Sin garuk-garuk kepala. Sesaat
kemudian ia berkata tetapi seolah-olah mengoceh seorang diri
: "Kalau aku menggebuk anjing, makin anjing itu berbulu
indah, makin keras kugebuk. Anjing yang jelek bulunya,
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
kugebuk ringan-ringan saja supaya enyah dari pandang
matakul Ada orang bertanya kepadaku, mengapa aku
mengadakan perbedaan dalam hal menggebuk anjing ?
Kujawab, pengemis tua suka pada anjing yang langsing, yang
molek, yang cantik bulunya, ha, ha."
"Ya, benar, niocu," serunya kemudian kepada Hiang Hiang
niocu, "anjing itu juga bermacam-macam. Ada anjing belang,
anjing putih, anjing hitam, anjing buduk. Anjing yang cantik
bulunya! tentu kugebuk keras-keras."
"Pengemis gila, engkau ini," teriak Hiang Hiang niocu,
"mengapa engkau malah menggebuk keras kepada anjing
yang cantik ?"
"Setiap benda yang kusukai lebih baik kuhancurkan
daripada jatuh kelain tangan !" seru pengemis sakti.
Rupanya Hiang Hiang niocu menyadari. Mengapa ia
membiarkan diri terhanyut dalam ocehan sipengemis. Maka
dengan nada bengis ia berseru : "Sudahlah, pengemis buduk,
jangan mengoceh melulu Katakan dengan cara bagaimana
engkau dapat percaya bahwa Kim Thian-cong memang jatuh
hati kepadaku ?"
Pengemis sakti Hoa Sin garuk-garuk kepalanya lagi. Pada
lain saat ia mengoceh sendiri: "Dia tahu Kalau wanita itu
sudah bersuami . . . dia tahu kalau dirinya itu dihormati oleh
segenap kaum persilatan . . dia tentu tak mau berbuat sesuatu
yang mencemarkan namanya . . . kalau dia mau berbuat
begitu . . . tentulah ada sebabnya. Kalau tidak mabuk
kecantikan dan rayuan tentulah mabuk arak!"
"Niocu!" serentak pengemis sakti itu berteriak." sekarang
aku sudah menemukan jawaban. Hanya dua hal . . . "
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Baik, akan kuperlihatkan wajahku kepadamu agar engkau
yakin bahwa Thian-cong memang jatuh hati kepadaku . . . !"
kata Hiang Hiang niocu seraya maju menghampiri kehadapan
pengemis tua.
"Harap yang lain suka menyingkir karena yang akan
kusuruh melihat wajahku nanti hanya sipengemis buduk ini!"
Hiang Hiang niocu memberi isyarat dengan kepada keenam
ketua partai persilatan, agar berdiri dibelakangnya.
Merekapun menurut.
Kini berhadapanlah Hiang Hiang niocu dengan pengemis
sakti Hoa Sin.
"Apakah engkau sudah siap melihat wajahku?" tegur Hiang
Hiang niocu.
Mendengar ucapan itu, terlintaslah sesuatu pada benak Hoa
Sin. Ia tahu Hiang Hiang niocu itu amat sakti. Bahkan tokoh
semacam Thian-sat cu pun gentar juga kepada wanita itu.
Tentu tak begitu saja wanita itu mau memperlihatkan
wajahnya kalau tidak disertai dengan tindakan yang mungkin
membahayakan jiwa orang. Memikir sampai disitu, diam-diam
pengemis sakti itupun kerahku tenaga-dalam untuk
menyambut setiap kemungkinah
"Sudah, niocu," kata Hoa Sin.
"Hm, lihat dan nikmatilah yang seksama” tiba-tiba tangan
Hiang Hiang niocu membuka kerudung yang menutup
wajahnya dan . . . seketika itu mata pengemis sakti Hoa Sin
terbelalak lebar. Hiang Hiang niocu walaupun sudah setengah
tua tetapi masih memancarkan bekas-bekas kecantikan yang
luar biasa. Tak mengherankan kalau semasa masih gadis, dia
telah disanjung orang sebagai Ratu Kembang kota So-ciu.
Kota yang tersohj sebagai gudang wanita-wanita cantik.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Tetapi serentak dengan itu, serangkum bau yang luar biasa
harum telah melanda hidung pengemis tua itu. Darah
pengemis tua itu melancar keras dan jantungnyapun berdetak
gencar seksekali sehingga seakan-akan mau copot. Untunglah
sebelumnya ia sudah membentengi diri dengan penyaluran
tenaga-dalam.
Para ketua partai persilatan terkejut ketika dari belakang
Hiang Hiang niocu mereka melihat wajah pengemis sakti Hoa
Sin merah padam seperti kepiting rebus, kedua matanyapun
merah dan melotot keluar. Tak tahu mereka apa yang telah
terjadi.
"Pengemis buduk, sudah cukupkah engkau menikmati
wajahku ?" tiba-tiba Hiang Hiang niocu berseru.
Hoa Sin tak menyahut melainkan menganggukkan kepala
Dan ketika Hiang Hiang niocu menutup lagi kain kerudung
mukanya, pengemis tua itu terus numprah duduk dilantai,
pejamkan mata menyalurkan tenaga-dalam.
Hiang Hiang niocu tertawa cerah : "Nah, bolehlah engkau
renungkan dulu sedalam-dalamnya, baru nanti engkau
memberi jawaban kepadaku lagi."
Habis berkata Hiang Hiang niocu berpaling dan
mempersilahkan para ketua partai persilatan itu kembali
ketempat masing-masing.
Hui Gong taysu dan beberapa ketua partai persilatan itu
tahu bahwa pengemis sakti tentu menderita sesuatu dan
merekapun tak berani mengganggunya.
"Nah. sekarang aku hendak melanjutkan ceritaku lagi," kata
Hiang Hiang niocuTiraikasih
website http://kangzusi.com.
"Hampir setengah bulan Thian-cong berada dalam kamarku.
Kami hidup sebagai pengantin baru. The Seng-kun tak pernah
datang dan anakbuahnya pun tak berani datang mengganggu
. . .
Pada suatu hari Thian-cong menyatakan keinginannya
untuk mencuri pedang pusaka Pek-lian-kiam. Ia menyatakan,
dalam ilmu silat ia dapat menundukkan The Seng-kun tetapi
karena pedang pusaka itulah maka ia terpaksa harus
melarikan diri. Apabila tak dibasmi, The Seng-kun dan
perkumpulan Teratai Putih itu membahayakan dunia persilatan
dan rakyat. Jelas partai itu sudah nye-leweng dari tujuan
semula. Thian-cong rela menempuh bahaya asal dapat
mengambil pedang it
Tetapi aku tak tega melihatnya terancam bahaya. Tetapi
aku minta janji kepada Thian-cong Aku sanggup
mengambilkan pedang itu asal Thiai cong benar-benar setia
dan tak mensia-siakan diriku. Dia memberikan janjinya seraya
menyerahkan s buah badik. Kalau ia ingkar janji, ia rela mati
kucincang dengan badik itu," berkata sampai disitu Hiang
Hiang niocu mencabut sebatang badik dari dalam baju, "inilah
badik pemberian Thia-cong . . . !"
Hui Gong taysu dan para ketua partai persilatan mulai
goyah keyakinannya demi melihat bukti badik dari Kim Thiancong
itu.
Sambil memasukkan badik itu lagi, Hiang Hiang niocu
melanjutkan pula: "Kamipun segera mengatur renciana. Agar
jangan sampai ketahuan The Seng-kun, Thian-cong
menyarankan supaya aku menukar saja pedang pusaka itu
dengan pedang yang bentuknya mirip. Aku setuju. Untuk
keperluan mencari dan kalau perlu menyuruh tukang besi
membuat sebatang pedang yang bentuknya sama dengan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
pedang" Pek-lian-kiam, maka Thian-cong tinggalkan markas
Pek-lian-kiam. Setengah bulan kemudian dia kembali lagi
dengan membawa pedang tiruan. Dia pergi lagi dan
mengatakan sepuluh hari kemudian akan kembali untuk
mengambil pedang pusaka Pek-Iian-kk.m.
Akupun segera bekerja menurut yang direncanakan.
Kusuruh seorang bujang mengundang The Seng-kun
supaya mengunjungi tempatku. Ku tahu The Seng-kun itu
seorang yang penuh curiga. Kemanapun juga ia selalu
membawa pedang Pek-lian-kiam. Waktu dia datang, aku purapura
merajuk dan hendak bunuh diri. Dia kaget dan cepat
mencegah. Dengan menangis tersedu-sedu kugugat dia
sebagai seorang lelaki hidung belang yang lekas bosan kepada
wanita. Daripada ditelantarkan, lebih baik aku bunuh diri atau
dibunuh saja. Atau kalau memang sudah bosan, kuminta dia
suka mengem balikan aku kerumah orangtuaku.
Berkat permainanku yang sempurna, akhirnya ia minta
maaf. Malam itu dia menginap dikamar-ku. Kulolohnya dengan
arak sehingga dia mabuk dan tak ingat diri. Lalu kutukar
pedang pusaka Pek-lian-kiam dengan pedang dari Thian-cong.
Wa-laupun ketika itu aku tak mengerti ilmu silat, tetapi ketika
kupadu, kedua pedang itu memang serupa, sukar dibedakan
mana yang aseli mana yangi tiruan
Sepuluh hari kemudian Thian-congpun datang dan
kuserahkan pedang itu kepadanya. Setelah tinggal bersamaku
lebih kurang setengah bulan, dia minta diri. Kuminta supaya
dia membawaku lari tetapi ia menolak dan suruh aku tinggal
dulu di markas Pek-lian-kau, agar jangan menimbulkan
kecurigaan The Seng-kun. Kelak apabila dia sudahi berhasil
membunuh The Seng-kun dan membubarkan Pek-lian-kau
barulah dia akan menjemputku Aku percaya penuh
kepadanya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Lebih kurang sebulan kemudian, markas Pek lian-kau
dikepung berpuluh-puluh jago-jago silat. Terjadi pertempuran
besir. Kudengar The Seng-kun telah terbunuh dan
anakbuahnya porak poranda. markas Pek-lian-kau dibakar.
Saat itu keadaannya benar-benar kacau seperti kiamat. Tetapi
aku tak takut kebalikannya malah diam-diam gembira untuk
menyambut kedatangan Thian-cong.
Tetapi bukan Thian-cong yang datang kebalikannya si
Macan-jidat-putih Li Kui. Dia pengawal peribadi dari The Sengkun.
Setelah The Seng kun mati, dia bergegas-gegas datang
kepadaku dan dengan mengancam hendak membunuh aku,
dia memaksa aku supaya ikut padanya melarikan diri. Aku
dibawanya melintasi beberapa gunung lalu menetap disebuah
pondok dalam hutan yang sunyi. Ternyata, sudah lama dia
mendendam birahi kepadaku tetapi dia tak berani kepada
majikannya. Kini The Seng-kun sudah mati dan kesempatan
itu tak disia-siakannya. Bukannya dia ikut mati membela
tuannya, tetapi malah lari dan membawa aku pergi - . . -
Ketika dia hendak melampiaskan nafsunya, kutolak dan
aku mengancam hendak bunuh diri. ''Lihatlah, aku sedang
mengandung jabang bayi ' dari The Seng-kun. Kalau engkau
berani memaksa, aku akan membunuh diri. Nanti setelah
jabang bayi itu lahir, baru aku mau menuruti kehendakmu,"
kataku dengan bengis. Rupanya dia masih gentar kepada
pengaruh The Seng-kun maka dia mau menurut
permintaanku.
Sebenarnya aku ingin minggat tetapi apa dayaku. Aku
seorang wanita lemah, tak kenal jalan tak tahu arah.
Kemanakah aku harus mencari Thian-cong ?
Setelah tiba saatnya, akupun melahirkan seorang anak, ya,
seorang anak lelaki yang montok-Aku girang karena mendapat
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
anak, si Macan. jidat-putih Li Kui gembira karena aku bakal
menjadi isterinya.
Hari itu dia pamit hendak kekota membeli pakaian untukku
dan berbelanja arak. Malam nanti dia akan menyiapkan
makanan lezat dan arak untuk merayakan malam pengantin
kita. Aku tak dapat berbuat apa-apa, kecuali menangis dalam
hati.
Tetapi sampai malam belum juga dia pulang. Walaupun aku
benci kepadanya tetapi aku merasa cemas juga. Tiba-Tiba
muncul seorang kakek gundul yang kumis dan jenggotnya
putih seperti salju. Dia mengatakan bernama Pek Lian lojin
atau kakek Teratai Putih, pendiri dari perkumpulan Pek-lian
kau dan guru dari The Seng-kun ....
Mendengar kabar Pek-lian-kau hancur, turun dari gunung
dan menuju kemarkas Pek-lia kau. Tetapi markas sudah rata
dengan tanah. The Seng-kun terbunuh mati. Dari salah
seorang anak buah Pek-lian-kau yang berhasil diketemukan, ia
mendapat keterangan bahwa aku sedang hamil tetapi di bawa
lari oleh Li Kui. Kakek itu marah sekali d mencari jejak Li Kui.
Secara kebetulan ketika Kui ke kota, dia telah berjumpa
dengan kakek itu lalu dibunuhnya. Kakek itu menganggap Li
Kui seorang penghianat. Kemudian ia datang kepadaku
"Hm, mana putera Seng-kun?" tegurnya dengan bengis.
Begitu melihat anakku masih tidur dipembaringan, dia terus
loncat menyambarnya," putera The Seng-kun muridku ini,
harus diselamatkan agar kelak dapat membangun
perkumpulan Pek-lian-kau lagi. Engkau seorang wanita yang
serong, suamimu mati engkau malah ikut minggat dengan
pengawal suamimu. Tak pantas wanita rendah semacam
engkau menjadi ibu. Seharusnya engkau kubunuh tetapi
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
mengingat engkau telah memberi putera kepada Seng-kun,
maka kali ini kuampuni jiwamu."
Habis mendamprat, ia terus membawa bayi itu pergi. Aku
pingsan. Ketika esok hari bangun, pikiranku berobah. Ya, aku
gila dan lari kemana-mana, menangis, tertawa, menyanyi dan
mengoceh. Untunglah aku bertemu dengan Bu Beng lojin,
kakek Tanpa-nama, seorang sakti yang bertapa mengasingkan
diri disebuah guha. Aku disembuhkan dari penyakit goncang
urat syaraf dan diberi ajaran ilmu silat yang sakti. Beberapa
tahun kemudian, kakek itu meninggal, ak -pun lalu turun
gunung hendak mencari puteraku. Engkau tahu, paderi Siaulim-
si, siapakah sebenarnya puteraku itu ?"
"Omitohud", seru Hui Gong taysu, "dia adalah putera
keturunan dari The Seng-kun kaucu."
"Bukan!" Hiang Hiang niocu menolak, "dia bukan anak dari
The Seng-kun tetapi tetesan darah Kim Thian-cong ..."
"Omitohud !" agak keras Hui Gong taysu berseru karena
terkejut mendengar keterangan itu, "bagaimana mungkin
putera Kim tayhiap? Bukankah niocu isteri dari The Seng-kun
kaucu ?"
"Benar, tetapi The Seng-kun tak pernah memberi
keturunan. Isterinya banyak tetapi tidak seorangpun yang
mempunyai anak. Dan aku tahu jelas bahwa bayi dalam
kandunganku itu bukan dari The Seng-kun tetapi dari Thiancong
..."
"Oh ..." kedengaran para ketua partai Persilatan itu
mendesuh tertahan karena terkejut sekali.
"Adakah Kim tayhiap tahu hal itu ?" tanya Hui Gong taysu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Tidak," Hiang Hiang niocu gelengkan kepala "sebulan
setelah Thian-cong meninggalkan aku, aku mulai mengandung
bulan yang pertama., Kemudian Pek-lian-kau dihancurkan, aku
lari dibawa Li Kui sehingga tak sempat berjumpa lagi dengan
Thian-conl ”
"Omitohud,"- ucap Hui Gong taysu dengan nada terharu,
"kisah niocu sungguh mengharukah Pin-ni ikut perihatin. Lalu
apakah maksud kunjungan niocu kemari ?"
"Duapuluh tahun lamanya aku meyakinkan ilmu yang
diajarkan Bu Beng lojin sehingga dapat mencapai tingkat yang
hampir sempurna. Aku sakit hati kepada Thian-cong yang
walaupun sudah ku cari kemana-mana tetapi tak dapat
kuketemukari. Aku benci kepada kaum lelaki. Kudirikan
perkumpulan Ang-lian-kau atau Teratai Merah. Kuterima
gadis-gadis cantik sebagai murid. Kutempuh perjalanan hidup
yang gila. Setiap bertemu dengan pemuda tampan tentu
kubawa kedalam markas. Setelah kupaksa dia menuruti
nafsuku, lalu kubunuh. Kemudian kudengar berita Thian-cong
mati maka bergegas-gegas aku datang kemari untuk
menunaikan nazarku selama duapuluh tahun itu. Dengan
badik pemberiannya dahulu, hendak kucincang tubuh Thiancong
manusia yang mengkhianati cintaku ..."
Kembali Hiang Hiang niocu mencabut badik
"Omitohud." seru Hui Gong taysu, "tetapi Kim tayhiap sudah
meninggal. Pin-ni mohon sukalah niocu "suka memaafkannya
....
Hiang Hiang niocu tertawa hambar: "Engkau salah, paderi
Siau-lim-si Janji itu Thian-cong sendiri yang mengucapkan.
Jika tak kulaksanakan bukankah dia takkan beristirahat
tenteram dialam baka ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Hui Gong taysu terkesiap. Demikianpun dengan kelima
ketua partai persilatan. Ucapan Hiang Hiang niocu memang
tepat dan sukar dibantah. Merekapun diam-diam cemas
karena takut kalau peti itu dibuka, Hiang Hiang niocu pasti
akan mengetahui bahwa yang berada dalam peti itu bukan jek
nazah Kim Thian-cong tetapi sebuah orang-orangan terbuat
daripada kayu. Mau tak mau para ketua partai persilatan itu
gelisah bukan main.
"Tetapi ah, sayang sekali, "kedengaran Hiang Hiang niocu
menghela napas, "keparat Bu-ing-kui Jadi telah mendahului
menghancurkan mayat Thian-cong dengan pukulan Tanpabayangan.
Terang aku tak dapat mencincang tubuh yang
sudah hancur itu .... "
Hui Gong taysu dan kawan-kawan terperanjat sekali.
Mereka tak mengira kalau jenazah Kim Thian-cong yang
berada dalam peti itu sudah hancur. Mereka percaya apa yang
diucapkan Hiang Hiang niocu Tetapi diam-diam merekapun
girang karena lebih dulu telah menyembunyikan jenazah Kim
Thian-cong dilain tempat.
"Karena jenazah Kim tayhiap sudah hancur, kiranya niocu
tentu suka menghentikan maksud niocu untuk
mencincangnya."
"Tetap!" sahut Hiang Hiang niocu dengan nada mantap,
"setiap nazar harus dihimpaskan. Walaupun hanya scgores
dua gores tetapi akan tetap kukerat mayat Thian-cong ..."
Dalam pada berkata-kata itu iapun terus meangkah maju
menghampiri peti jenazah. Para ketua partai persilatan itu
tegang bukan kepalang Bila hendak mencegah, terang
mereka bukan tanding wanita sakti itu. Apalagi para ketua
partai persilatan itu masing-masing telah kehabisan tenagamurni
akibat menahan pukulan Bu-kek-coan-jit-hun daril
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
durjana Thian-sat-cu tadi. Namun kalau membiarkan saja,
tentulah rahasia tentang mayat dalam peti itu akan terbongkar
. . .
Tiba-Tiba terdengar lengking seorang gadis : "Tunggu
dulu, niocu ....!"
Ternyata yang berseru itu adalah Liok Sianli, murid
perempuan dari Kim Thian-cong
Hiang Hiang niocu tertegun, tegurnya: "Mau apa engkau?”
"Niocu beberapa hari sebelum suhu menutup mata. beliau
telah menyerahkan sebuah sampul kepadaku. Pesan beliau,
apabila nanti dalam pemakaman terdapat tetamu wanita
cantik yang mengaku sebagai kekasih suhu, supaya sampul
surat ini diberikan kepadanya. Apakah sampul itu dapat
kuterimakan, kepada niocu ?' ia mengakhiri kata dengan
mengeluarkan sebuah sampul warna kuning muda.
Hiang Hiang niocu terkesiap. Cepat ia ulurkan tangan :
"Berikan kepadaku !"
Setelah menyambuti sampul surat, Hianp, Hiang niocupun
segera membukanya, Membaca . . .
Sekalian ketua partai persilatan hening serentak. Mereka
memandang Hiang Hiang niocu dengan penuh perhatian.
"Ah, Thian-cong . . . , " tiba-tiba Hiang Hiang niocu
mendesah panjang. Ia tegak seperti patung, terlongonglongong
dengan kerut wajah hampa Sedemikian kehilangan
semangat wanita itu hingga surat dalam sampul kuning itu
terlepas dari tangannya dan bertebaran jatuh kelantai.
Rupanya saat itu pengemis sakti Hoa Sin sudah selesai
menenangkan darahnya yang bergejolak. Karena suasana
amat sepi sekali maka hamburan surat itupun dapat ditangkap
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
telinganya. Dan secara kebetulan sekali, surat itu melayang
jatuh ke atas pangkuannya. Secepat kilat ia membuka mala,
mengambil surat dan membaca. Hanya dalam sekejab mata
saja ia sudah mengerti isi surat itu.
Serentak berbangkitlah ketua partai Pengemis lalu tertawa :
"Ha. ha, sekarang nyata bahwa dugaanku tadi memang benar.
Kim tayhiap jelas terminum ..."
"Jahanam, jangan banyak mulut!" tiba-tiba Hiang Hiang
memaki dan taburkan tangannya. Sebuah benda tipis sebesar
bunga melati tetapi berwarna merah, melayang kearah
pengemis itu. Itulah senjata rahasia Ang-lian-cu atau Biji
Teratai merah. Tiada seorang lawan yang pernah lolos apabila
Hiang Hiang niocu menaburnya dengan Ang-lian-ca.
Pengemis sakti Hoa Sin terkejut sekali. Karena tak
menyangka akan gerakan Hiang Hiangl niocu yang sedemikian
cepat sekali. Apalagi jaraknya amat dekat, hanya beberapa
belas langkah. Betapapun sakti pengemis tua itu, namun
Hiang Hiang niocu lebih sakti.
Cret . . . surat yang tengah dipegang pengemis Hoa Sin
tertabur hancur, masih Ang-lian-cu itu melanda dadanya, tring
. . . terdengar dering macam keping baja tertimpah palu besi.
Tubuh pengemis sakti Hoa Sin terjungkal kebelakang tapi
secepat itu ia sudah berjumpalitan melonjak bangun.
Hiang Hiang niocu heran bahwa pengemis usil mulut itu
masih hidup. Demikianpun para ke partai persilatan. Tetapi
cepat mereka mengerti apa sebabnya. Bunyi mendering tajam
tadi, jelas dari kepingan baja. Dengan begitu dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengemis saksi Hoa Sin mengenakan
papan baja pada dadanya. Dan teringat pula para ketua partai
persilatan apa sebab tadi pengemis sakti itu begitu ngotot
hendak menahan pukulan maut Bu kek-coan-jit-hun momok
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Thian-sat-cu. Dan nyatanya berkat lindungan keping baja itu,
selamatlah ketua partai Pengemis itu.
Malu karena ang-lian-cunya tak mampu mencabut nyawa
sipengemis sakti; Hiang Hiang niocu terus hendak lepaskan
pukulan. Tetapi secepat itu Hui Gong taysu mencegah : .
"Omitohud, harap niocu suka bermurah hati kepadanya. Hoa
pangcu itu memang suka usil mulut tetapi dia bukan orang
yang jahat."
Beda sikap Hiang Hiang niocu ketika baru datang dengan
saat itu setelah membaca surat Kim Thian-cong. Rupanya ada
sesuatu dalam surat itu sehingga Hiang Hiang niocu berobah
ramah hati.
"Paderi Siau-lim-si," katanya kepada Hui Gong, "agar
jangan menumpahkan darah karena aku tak dapat
mengendalikan kemarahan, harap engkau suruh dia pergi,
jangan menyebalkan mataku. Kalau dia membangkang,
terpaksa aku harus turun tangan !"
Karena Hoa Sin itu terus menerus mengganggu, Hui Gong
taysu kuatir Hiang Hiang niocu akan marah dan benar-benar
akan membunuh ketua Partai Pengemis itu. Maka ia
menghampiri ketua Partai Pengemis itu lalu dengan pelahan ia
memintanya agar suka menyingkir dulu untuk menjaga hal-hal
yang tak diinginkan.
"Baiklah, taysu, kalau Hiang Hiang niocu sebal melihat
tampangku, akupun akan menyingkir," kata pengemis sakti
Hoa Sin tertawa-tawa sambil ayunkan langkah keruang
belakang, tinggalkan surat dalam sampul kuning yang sudah
hancur terkena senjata rahasia Ang-lian-cu.
Kemudian Hiang Hiang niocu meminta dupa dan
bersembahyang dimuka peti jenazah : "Thian-cong, maafkan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
aku. Ternyata engkaupun amat menderita seperti aku . . .
Engkaupun telah berusaha mati-matian untuk mencari aku
tetapi tak berhasil sehingga engkau menganggap aku sudah
mati dalami pembasmian markas Pek-lian-kau . . . Thiancong,!
sebenarnya saat ini juga aku ingin mati didepan peti
jenazahmu, untuk menebus kesalahanku, agar aku segera
berkumpul lagi dengan engkau dialam baka . . . ah, Thiancong,
hanya engkaulah pria satu-satunya yang benar-benar
mengisi hatiku . . Thian cong, terpaksa aku belum dapat
menyusul engkau karena aku masih ingin menyelesaikan tugas
kewajibanku yang terakhir. Dan tugas itu demi untuk
kepentinganmu dan kepentinganku. Ya, Thian cong, berilah
aku kekuatan lahir dan batin agar dalam sisa hidupku yang
terakhir ini aku berhasi mencari puteramu. Akan kuberinya
keterangan si apa ayahnya dan akan kusuruh iya berlutut
dide pan makammu . . . . "
Sekalian ketua partai persilatan mendengarkan doa Hiang
Hiang niocu dengan penuh rasa haru dan belasungkawa.
Mereka duga isi surat Kim Thian-cong itu tentu suatu
penjelasan kepada Hiang Hiang niocu.
Beberapa saat kemudian tampak Hiang Hiang niocu dan
ketujuh anakmuridnya berbangkit lalu wanita itu menghadap
kearah Hui Gong taysu.
"Taysu," katanya dalam nada rawan, "akan ditanam
dimanakah jenazah Thian-cong nanti ?"
Ketika ketua partai Siau-lim-pay itu menerangkan bahwa
Kim Thian-cong sudah meninggalkan pesan agar jenazahnya
dikubur dipuncak Giok-li-nia disamping makam isterinya, Hiang
Hiang niocu terkait : "Ah. dia sudah beristeri ?"
"Ya, tetapi isterinya sudah mendahului meninggal lima
tahun yang lalu," kata Hui Gong.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Adakah dia berputera ?"
"Ya, seorang Tetapi putera Kim tayhiap itu nakal dan malas
sehingga karena jengkel, Kim tayhiap telah mengusirnya,"
kata Hui Gong yang kemudian juga memperkenalkan Tio
Goan-pa, Liok Sian-li serta Kwik Ing yang sedang bertugas
dibelakang.
"Siapakah nama anak itu dan berapakah kita-kita umurnya
sekarang ?"
"Namanya Kim Yu-yong. sudah berumur 15-16 tahun tetapi
masih ketolol-tololan seperti unak kecil."
"Baiklah taysu," kata Hiang Hiang niocu," saut ini fajar
sudah menjelang tiba. Aku tak dapat linggal lama disini. Aku
masih harus menyelesaikan hcberapa urusan penting sehingga
terpaksa tak dapat hadir dalam pemakaman Thian-cong.
Kelak dalam usahaku mencari puteraku yang hilang itu,
akupun akan mencari putera Kim Thian-cong si Yu-yong yang
blo'on itu. Taysu dan sekalian ketua partai persilatan.
Walaupun aku bukan isteri Thian-cong yang resmi, tetapi aku
adalah ibu dari seorang putera Kim Thian-cong. Maka
terimalah hormatku sebagai pernyataan terima atas bantuan
saudara-saudara dalam mengurus jenazah a-yah dari puteraku
itu ... "
Hui Gong taysu dan para ketua partai per silatan melonjak
kaget ketika Hiang Hiang niocu membungkuk tubuh memberi
hormat kepada mereka. Tersipu-sipu mereka membalas
hormat ke pada wanita itu.
"Omitohud." serta merta Hui Gong berseri "harap niocu
jangan berlaku keliwat menghormat Pin-ni dan sekalian ketua
partai persilatan merasa telah berhutang budi kepada Kim
tayhiap yang dalam masa-masa yang gawat, telah
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
menyelamatkan kaum persilatan di Tiong-goan dari
kehancuran dan mempersatukannya kembali. Apa yang kami
lakukan terhadap Kim tayhiap saat ini masih jauh artinya dari
apa yang Kim tayhiap telah diberikan kepada kami . "
"Baik, taysu. Selamat tinggal, aku hendak pergi," kata Hiang
Hiang niocu seraya ayun langkah mengajak anakmuridnya
keluar.
"Niocu, tunggu dulu," tiba-tiba Ang Bin tosu ketua Bu-tongpay
berseru gopoh. Hiang Hiang niocu hentikan langkah,
berpaling.
"Niocu" kata ketua partai Bu-tong-pay sambil memberi
hormat, "kami merasa telah berhutang budi besar kepada Kim
tayhiap. Maka apapun yang dapat kami lakukan tentu akan
kami lakukan untuk membalas budi Kim tayhiap. Siapakah
nama dan bagaimanakah ciri-ciri dari putera niocu yang hilang
itu ? Siapa tahu, kalau Tuhan memberi jalan kepada kami
untuk membalas budi kepada Kim tayhiap, mungkin kami akan
menemukan putera Kim tayhiap dengan niocu itu."
Sejenak merenung Hiang Hiang niocupun menjawab :
"Waktu direbut Pek Lian lojin, bayi itu baru berumur tiga
bulan. Pada dada sebelah kiri terdapat tanda hitam sebesar
buah kelengkeng. Dan kunamakan anak itu Sin-lui yang
artinya tunas baru."
Demikian Hiang Hiang niocu lalu tinggalkan puncak Giok-linia
dengan membawa kenangan yang tak mudah dilupakan.
Saat itu fajar sudah tiba. Ternyata pembicaraan Hiang
Hiang niocu dengan para ketua partai persilatan itu telah
memakan waktu hampir setengah malam. Dan diwaktu Hiang
Hiang niocu bicara menururkan kisah jalinan hidupnya
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
bersama Kini Thian-cong, tak ada seorang tetamu yang berani
mengganggu peti jenazah.
Hari itu peti jenazah Kim Thian-cong, ditanam dipuncak
Giok-li-nia disamping makam isterinya. Kemudian para wakilwakil
perguruan maupun partai persilatan dan perorangan,
berbondong-bondong tinggalkan puncak Giok-li-nia pulang
kembali ketempat masing-masing
Yang masih tinggal hanialah Hui Gong taysu dan keenam
ketua partai persilatan yang memikul tugas mengurus
pemakaman itu. Karena semalam suntuk tak tidur dan pagi
harinya melangsungkan pemakaman, mereka letih juga.
Setelah siang hari beristirahat, malam mereka baru berkumpul
di paseban Wisma Perdamaian.
"Ah, syukurlah pemakaman telah berlangsung lancar.
Memang apa yang kita kuatirkan, hampir menjadi kenyataan
semua. Untunglah karena terjadi hal-hal yang tak terduga,
maka muzibah itu dapat teratasi," kata Hui Gong taysu sambil
menarik napas |onggar.
"Tetapi kurasa dalam peristiwa semalam, tidak seluruhnya
hanya terjadi karena hal yang tali terduga. Sebagian memang
kita atur sedemikian rupa sehingga tepatlah apa yang
kuperhitungkan 'dengan racun mengobati racun' atau 'bahaya
untuk menolah bahaya' ," kata pengemis sakti Hoa Sin.
"Hoa pangcu, apakah maksud ucapanmu ?” Hui Gong
meminta penjelasan.
Ketua partai Pengemis itu tertawa : "Taysu siapakah yang
paling berbahaya diantara tetamu semalam tadi ?"
"Thian-sat-cu," jawab Hui Gong taysu. "Dan yang paling
sakti kepandaiannya Hiang Hiang niocu."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Pengemis sakti Hoa Sin tertawa: "Benar, dan bukankah
Hiang Hiang niocu telah menolak bahaya baik dari Thian-satcu
maupun dari semua tokoh yang hendak mengganggu peti
jenazah Kim tayhiap?"
"O, itukah sebabnya mengapa Hoa pangcu selalu menyela
dan menukas pembicaraan Hiang Hiang niocu ?' tiba-tiba Ang
Bin tojin berseru.
"Benar, totiang," sahut Hoa Sin, "memang sengaja
kupancing kemarahannya agar mau adu mulut dengan aku
sampai berkepanjangan. Dengan demkian dapatkah kita
'tahan' dia terus menerus di depan meja sembahyangan
hingga fajar. Beradanya Hiang Hiang niocu didepan meja
sembahyang,akan merupakan momok. Tak ada seorang
persilatan musuh-musuh Kim tayhiap yang berani maju
menghampiri ki-muka peti. Dan amanlah. Siasat itu
kusesuaikan degan siasat 'dengan racun mengobati racun'
atau 'menggunakan bahaya untuk menolak bahaya'."
"Ai, ai, sicu benar-benar cerdik seperti kancil, licin bagai
belut," Hui Gong taysu tertawa memuji ketua partai Pengemis.
Demikian para ketua partai persilatan yang lain, pun ikut
memuji.
Kemudian keenam ketua partai persilatan itu makan malam
bersama. Sehabis makan barulah Hia Gong mengajak mereka
menuju ke kamar rahasia menjenguk keadaan jenazah Kim
Thian-cong yang di simpan disitu dijaga muridnya nomor dua
Kwik Ing dan wakil perguruan Hoa-san-pay si Naga-tidur Pang
To-tik.
Kamar rahasia terletak dibawah tanah- Sebenarnya sebuah
guha, lalu dibangun oleh Kim Thian-cong menjadi sebuah
kamar, rahasia dimana ia biasa menggunakannya sebagai
tempat semedhi. Ia' menyadari bahwa selama aktif dalam
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
pergolakan dunia persilatan, ia banyak mengikat persahabatan
dan permusuhan. Oleh karena itu demi penjagaan dan
pengamanan, ia mendirikan kamar rahasia dari guha dibawah
tanah itu. Memang tempatnya rapat dan sukar diketahui
orang.
Goan-pa dan Sian-li mengikuti rombongan ketua partai
persilatan yang tengah menuju ke ka mar rahasia gurunya.
Begitu masuk kedalam kamar itu, mereka agak heran
karena tak melihat Pang To-tik. Sedang Kwik Ing duduk
dilantai bersandar pada dinding dan pejamkan mata. Karena
melihat keadaan dalam kamar itu tak ada sesuatu yang patut
menimbulkan kecurigaan, para ketua partai persilatan itupun
longgar perasaannya. Pang To-tik mungkin sedang ada
keperluan keluar dan Kwik Ing karena lelah mungkin tertidur.
Lampu yang menerangi kamar itupun masih memancar
terang. Peti yang berisi jenazah yang sesungguhnya dari Kim
Thian-congpun masih terletak ditempat semula. Sedikitpun tak
ada tanda-tanda terjadi suatu perobahan.
Goan-pa hendak membangunkan sutenya, Kwik Ing, yang
tidur bersandar dinding. Tetapi dicegah Hui Gong: "Jangan,
biarlah Kwik sicu tidur, dia tentu amat letih "
Demikian enam ketua partai persilatan dan dua anakmurid
Kim Thian-cong berkerumun dike-dua samping peti. Hui Gong
taysu minta agar Go-an-pa suka membuka penutup peti.
"Mengapa taysu ?" tanya Goan-pa, "apakah kita perlu
melihat jenazah suhu lagi ?"
"Ya, kurasa demikian," sahut Hui Gong, "a-gar hati kita
lebih tenteram."
"Tetapi kurasa kurang perlu," kata-kata Ceng Sian suthay
rahib ketua Kun-lun-pay "peti ini tak mengunjuk tanda-tanda
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
yang mencurigakan. Sebaiknya jenazah Kim tayhiap jangan
dibuka. Makin berada di tempat yang tertutup rapat, makin
daya tahan pembalsemannya lebih bagus. Bila ditempat yang
terbuka, hawa dan angin dapat mengganggu ketahanannya."
Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay, Sugong In ketua Kongtong-
paypun mendukung pernyataan Ooan-pa dan Ceng Sian
suthay. Apa boleh buat, Hui Gong taysu terpaksa mengalah.
Karena keadaan kamar rahasia tampak aman, para ketua
partai persilatanpun hendak kembali ke paseban Wisma
Perdamaian.
Baru berjalan beberapa langkah, sekonyong-konyong
sesosok tubuh melesat masuk dengan tegang.
"Pang sicu !" seru Hui Gong taysu demi melihat pendatang
itu Pang To-tik, wakil Hoa-san-pay yang ditugaskan menjaga
kamar rahasia disitu. Dia tampak menghunus pedang dengan
wajah membe-ringas, "mengapa sicu menghunus pedang ?
Dari manakah sicu tadi ?"
Pang To-tik tak cepat menjawab melainkan mengerling
mata memandang kesekeliling. Demi di lihatnya Kwik Ing
seperti tidur bersandar didinding dan kain hitam yang
menutup peti tempat jenazah Kim Thian-cong masih seperti
sediakala, ketegangan wajahnyapun menyurut
"Taysu, apakah taysu sekalian sudah lama berkunjung
kemari ? Dan apakah tak ada sesuatu yang terjadi dalam
kamar ini ?' Pang To-tik tidak menjawab melainkan malah
balas mengajukan pertanyaan.
Hui Gong kerutkan kening: "Pin-ni dan sekalian ketua partai
persilatan baru saja datang dan tak melihat suatu apa dalam
kamar ini. Tetapi mengapa sicu tampak begitu tegang ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Pang To-tik menghela napas untuk mengendorkan
ketegangan uratsyarafnya. lalu menjawab "Aku baru saja
mengejar seseorang yang hendak masuk kemari. Dia lari
melintasi dua puncak dan menghilang ke dalam hutan.
Walaupun sampai lama ku cari, namun tak dapat
kuketemukan lalu aku beri gegas lari pulang . . . eh, aneh,"
tiba-tiba ia berpaling memandang kearah Kwik Ing yang masih
meram. ”Apakah sejak taysu sekalian datang, dia beluid juga
bangun ?"
"Belum, memang pin-ni yang melarang jangan
dibangunkan. Dia tentu lelah," ujar Hui Gong.
"Aneh," seru Pang To-tik, "tadi sewaktu musuh datang
menganggu kemari, dia masih terjaga. Dan ketika aku
mengejar orang itu. pun sebelumnya sudah kupesan supaya
dia hati-hati menjaga peti. Belum setengah jam aku pergi,
mengapa dia sudah tidur selelap itu," kata Pang Tp-tik seraya
menghampiri ketempat Kwik Ing. Dipandangnya pemuda itu
dengan seksama. Serentak timbullah lasa curiga dalam hati si
Naga-tidur Pang To-tik. la memperhatikan dada dan tubuh
pemuda itu tak bergoncang sebagai orang tidur.
Cepat ia mendekati dan merabah hidung Kwik Ing :
"Celaka, dia sudah mati !" serentak ia berteriak keras sekali.
"Apa ...?!" hampir serempak para ketua partai persilatan itu
berseru dan berhamburan loncat menghampiri. Hui Gong
cepat mencekal pergelangan tangan pemuda itu dan :
"Omitohud....." ia berseru berat, "Kwik sicu memang sudah tak
bernyawa ..."
Ketua partai Siau-lim-pay cepat memeriksa tubuh Kwik Ing
tetapi ia tak menemukan suatu luka pada tubuhnya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hm, dia terkena pukulan tenaga-dalam sakti yang dapat
memutuskan urat-urat jantungnya” akhirnya Hui Gong
memberi kesimpulan.
"Bu ing-sin-ciang !" seru Ang Bin tojin. Bu-ing-sin-ciang
artinya PukuIan-sakti-tanpa-bayang-an.
"Adakah Bu-ing-kui yang melakukan?" sambut Hong Hong
tojin ketua Go-bi-pay.
"Mungkin," sahut Hui Gong. "Mungkin juga Hong-sat-koayceng
sipaderi lhama aneh dari Mongolia yang memiliki pukulan
Hong-sat-ciang (pukulan Pasir-kuning). Mengapa dia tak
muncul di paseban Wisma Perdamaian karena mungkin dia
menyelundup kemari ?" seru pengemis sakti Hoa Sin.
Ucapan ketua Partai Pengemis itu menimbul kan keraguan
pada para ketua partai persilatan Kedua orang itu, Bu-ing-kui
atau Setan-tanpa-bayangan dan paderi lhama Pasir-kuning,
mempunyai kesaktian dan kemungkinan yang sama dalam
pembunuhan terhadap Kwik Ing.
"Baik si Bu-ing-kui atau lhama Pasir-kuning atau lain orang
tetapi yang jelas Pang To-tik itulah yang bertanggung jawab
akan kematian Kwik sicu", tiba-tiba rahib Ceng Sian suthay
berseru, "sehingga seorang cianpwe mengapa begitu mudah
terpancing musuh dan meninggalkan Kwik sicu seorang diri
sehingga dapat dibinasakan oleh gerombolan musuh ?"
Hui Gong taysu. Ang Bin tojin, Hong Hong tojin. Sugong ln
dan Ceng Sian suthay mencurahkan pandang mata kearah
wakil dari Hoa-san-pay.
Seolah-olah hendak menuntut pertanggungan jawab dari
tokoh Hoa-san-pay itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Rupanya Pang To-tik menyadari itu. Diapun seorang jantan,
serunya : "Baik, akulah yang bertanggung jawab akan
kematian Kwik Ing. Tetapi kumohon taysu dan totiang sekalian
dapat memberi waktu agar aku sempat untuk mencari sipembunuh.
Apabila gagal, Pang To-tik akan menyerahkan diri
kepada taysu sekalian untuk menerima hukuman !"
"Ah, mengapa Pang sicu sedemikian bersungguh," kata Hui
Gong taysu, "kami hanya ingin
meminta penjelasan tentang
kematian Kwik sicu. Sama
sekali tak menuntut Pang sicu
harus mengganti jiwanya."
"Jelas Kwik Ing telah
dibunuh dengan pukulan
tenaga-sakti. Dua pukulan
sakti Bu-ing-sin-ciang dan
Hong-sat-ciang, dapat kita
curigai. Selain itu kita harus
mencari pula tokoh-tokoh
persilatan siapa yang memiliki
ilmu pukulan-sakti setingkat
itu Setelah itu baru kita bertindak menyelidiki mereka ....”
"Hai," sekonyong-konyong pengemis sakti Hoa Sin menjerit
seperti dipagut ular, "jenazah Kim tayhiap . . . . "
Cepat ia loncat kesamping peti lalu membuka penutupnya
dan menjeritlah ketua Partai Pengemis itu senyaringnyaringnya
: "Astaga '. Jenazah Kim tayhiap lenyap.....!"
Apabila saat itu petir berbunyi, tidaklah para ketua partai
persilatan sampai begitu terkejut seperti waktu mendengar
teriakan pengemis Hoa Sin. Rasa kejut itu cepat berobah
menjadi perobah an warna muka yang pucat ketika mereka
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
melongok kedalam peti. Pucat lesilah wajah para ketua partai
persilatan ketika melihat peti itu kosong melompong, jenazah
Kim Thian-cong hilang . . . !
Mereka saling berpandangan, saling bertukar pancaran
mata bertanya, namun hanya kerut dahi yang mengernyut
lipatan dalam-dalam saja yang tampak pada wajah para ketua
partai persilatan. Lipatan ! kerut dahi yang memantulkan
rasa heran dan kehilangan faham.
"Adakah peti ini benar peti yang kita gunakan untuk tempat
jenazah Kim tayhiap?" kata Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay
seraya memeriksa peti.
"Ya,"jawab Hui Gong taysu, "maksud toheng?"
"Pinto kuatirkan, penjahat itu menukar peti yang berisi
jenazah Kim tayhiap dengan sebuah peti yang kosong," kata
Hong Hong tojin.
"Tidak," jawab Hui Gong, "penjahat itu hanya mengambil
jenazah Kim tayhiap saja" Ketua partai Siau-lim-si itu segera
alihkan pandang kepada Pang To-tik si Naga-tidur wakil dari
Hoa-kan-pay. Demikianpun pandang mata dari para ketua
partai persilatan sermpak mencurah kepadanya.
Tampak wajah si Naga-tidur Pang To-tik pucat seperti
mayat Ia tahu bahwa para ketua partai persilatan itu
menuntut pertanggungan jawab kepadanya. Ia tak takut soal
itu, tetapi ia merasa telah melakukan suatu kesalahan besar
sehingga menyebabkan timbulnya dua musibah besar: jenazah
Ki Thian-cong hilang dan muridnya yang kedua Kwi Ing tewas.
Namun apa yang terjadi telah terjadi. Sebagai seorang
ksatrya ia harus berani bertanggun jawab, baik atas nama
perguruan Hoa-san-pay ma upun atas nama peribadinya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Taysu dan totiang sekalian ..."
"Kutahu Pang sicu hendak mengatakan apa," cepat Hui
Gong taysu menukas, "hal itu sudah terjadi. Yang penting
bukan pernyataan dan ikrar, tetapi usaha-usaha untuk segera
mencari jenazah Kim tayhiap. Sebelumnya, maukah Pang sicu
menceritakaa, apa yang sicu alami sejak menjaga kamar
rahasia ini ?"
"Hari pertama dan seterusnya, tidak terjadi suatu apa.
Rupanya penjahat itu memang cermat dan tak mau buru-buru
tangan turun. Dia hendak menunggu setelah perhatian kami
lengah. Dan terus terang, aku sendiripun mulai berkurang
keteganganku. Kuanggap musuh-musuh Kim tayhiap tentu tak
tahu akan rahasia peti jenazah yang kita taruh depan meja
sembahyang itu. Mereka tentu menui peti itu benar-benar
terisi jenazah Kim tayhiap, PM To-tik mulai menuturkan apa
yang dialaminya.
”Tiba-tiba tadi dua jam lalu, terjadi suatu peristiwa yang tak
terduga-duga. Pintu tiba-tiba diketuk orang. Cepat kubuka dan
ternyata seorang bujang lelaki setengah tua. Dia. mengatakan
disuruh Hui Gong taysu untuk memanggil kami, berdua ke
paseban, diajak makan malam bersama. Hampir saja aku
menurut tetapi tiba-tiba terkilas sesuatu dalam pikiranku.
Kuanggap tindakan taysu itu aneh. Demi menjaga rahasia
tempat peti jenazah Kim tayhiap, tidak seorangpun
diperbolehkan datang kesini kecuali Hui Gong taysu sendiri
Dan ini telah kita mufakatkan lebih dulu."
"Benar," Hui Gong taysu mengiakan, "memang tiap hari,
pin-ni sendiri yang datang mengantar makanan untuk sicu
berdua."
"Tetapi bujang itu cerdik sekali. Rupanya ia tahu kalau aku
curiga. Maka cepat ia menerangkan bahwa pagi tadi jenazah
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kim tayhiap telah selesai dimakamkan. Taysu menganggap
sudah tak berbahaya maka suruh dia yang mengundang aku.
Walaupun alasan itu baik namun aku tak mau begitu percaja
terus menghapus kecurigaanku. Kuberi isyarat supaya Kwik
Ing datang. Kwik Ing cepat dapat mengatakan bahwa
bujang itu bukan bujang Kim layhiap. Tiba-Tiba bujang itu
menghantam aku, terus loncat melarikan diri. Karena tak
menduga dan jaraknya begitu dekat, bahuku kena terpukul
sehingga aku tersurut mundur. Setelah itu kupesan Kwik
Ing supaya hati-hati dan akupun segera mengejarnya.
Penjahat itu gesit sekali dan memiliki ilmu meringankan tubuh
yang hebat. Walaupun sudah melintasi dua puncak gunung,
tetapi tak dapat mengejar, kemudian tiba-tiba ia masuk ke
dalam hutan dan menghilang. Setelah mencari sampai
beberapa saat, akupun segera kembali dan dapatkan taysu
sekalian berada disini ..."
"Dan Kwik Ing terbunuh dan jenazah Kim tayhiap hilang,
bukankah begitu ?" tiba-tiba Ceng Sian suthay melengking
dengan nada sinis. Sejak perta ma kali tiba, Ceng Sian suthay
nampaknya kurang senang dengan Pang To-tik. Pang To-tiklah
yangj mengusulkan supaya jenazah Kim Thian-cong di
sembunyikan dan peti yang ditaruh dimuka paseban itu diisi
dengan mayat dari kayu. Ceng Sian suthay tak setuju tetapi
karena kalah suara, terpaksa ia diam saja.
Demikianpun setelah terjadi hilangnya mayi Kim Thian-cong
saat itu, Ceng Sian suthay ngunjuk sikap yang curiga terhadap
Pang To Entah ada ganjelan apakah antara Ceng Sian thay
dengan Pang To-tik atau partai Kun-lun-pay dengan partai
Hoa-san-pay. Mungkin kedua partai persilatan mempunyai
dendam permusuhan.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Pang To-tik merah mukanya. Ia kerling mata kearah rahib
itu, sahutnya : "Memang begitulah. Bila suthay hendak
menghukum. Orang Pang siap menerima dengan rela hati."
”Ih,” dengus rahib ketua perguruan Hoa san-pay itu.
"hukuman pasti diberikan kepada orang yang bersalah Kalau
engkau merasa dan tak terbukti bersalah, mengapa engkau
minta dihukum ?"
"Kalau suthay mencurigai diriku, silahkan suthay memeriksa
dan mengajukan pertanyaan ?" kata Pang To-tik.
"Hm, kalau engkau meminta, baiklah," kata Ceng Sian
suthay, "akan kuminta engkau menjawab beberapa
pertanyaanku. Pada waktu hendak mengejar musuh, apakah
tak terlintas dalam pikiranmu bahwa engkau mungkin akan
terjebak dalam perangkap musuh yang disebut 'memancing
harimau tinggalkan sarang'. Begitu engkau pergi mayat Kim
Tayhiap tentu akan disergap oleh komplotan penjahat itu ?"
"Tidak ..."
"Mengapa ?' desak Ceng Sian suthay. "Karena pikiranku
hanya tertumpah untuk Membekuk penjahat itu !"
"Dan berhasilkah engkau meringkusnya ?"
"Tidak."
"Mengapa ?"
"Karena dia menghilang kedalam rimba lebat."
"Setelah penjahat itu lenyap, apakah engkau segera
kembali ke kamar rahasia ini ?"
"Tidak."
"Mengapa ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Karena hatiku panas dan aku terus masuk ke dalam hutan
untuk mencarinya sampai beberapa lama”
"O, karena engkau anggap kamar rahasia ini cukup aman ?"
"Bukan begitu, tetapi saat itu pikiranku benar-benar
dirangsang oieh kemarahan untuk meringku penjahat itu,"
bantah Pang To-tik,
'"O, cukup," kata Ceng Sian suthay mengakhiri pertanyaan.
"Ah, didalam menghadapi peristiwa hilangnya jenazah Kim
tayhiap, kita ibarat 'mendayung dalam satu perahu'.
Hendaknya bersatu hati dan seragam langkah. Hindari curigamencurigai
diantara sesa ma kawan." kata Hui Gong taysu.
Kemudian memutuskan, "yang kita hadapi saat ini ialah dua
buah masalah. Pertama, mencari putera Kim tayhiap dan
kedua mencari jenazah Kim tayhiap."
"Benar," sambut Sugong In ketua Kong-tong pay, "kuminta
peristiwa hilangnya jenazah Kim tayhiap ini supaya
dirahasiakan jangan sampai teruwar. Agar penjahat itu tak
ketakutan dan tak mau unjuk diri."
"Ya. benar," seru Ang Bin tojin ketua Bu tong-pay, "dan
juga menjaga gengsi kita ketua partai persilatan agar jangan
dicemohkan orang karena tak mampu menjaga sebuah
jenazah saja."
Demikian Hui Gong taysu lalu membagi tugas. Tugas
mencari si blo'on Yu-yong. diserahkan kepada perguruan yang
luas pengaruhnya ialah pengemis-sakti Hoa Sin dari Partai
Pengemis, Cian Sian suthay dari perguruan Kun-lun-pay dan
Su gong In dari Kong-tong-pay. Sedang tugas untuk vnencari
jenazah Kim Thian-cong, dilakukan oleh Hui Gong taysu dari
partai Siau-lim-si, Ang Bin tojin dari partai Bu-tong-pay, Hong
Hong tojin dari partai Go-bi-pay dan Pang To-tik wakil dari
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Hoa-sah-pay yang bertanggung jawab atas hilangnya jenazah
itu.
Masing-Masing partai akan bekerja secara berpencaran dan
nanti tiga bulan lagi, supaya berkumpul di Wisma Perdamaian
untuk memberi laporan.
"Bagaimana misalnya ada salah seorang dari kita yang
dapat menemukan jejak pencuri jenazah Kim tayhiap ?" tanya
Hong Hong tojin.
"Bawa langsung ke Wisma Perdamaian, jaga baik-baik
sampai kawan-kawan yang lain datang semua, "kala Hui Gong
taysu.
'Tetapi bagaimana kalau dalam usaha merebut jenazah Kim
tayhiap itu kita mengalami kesukaran karena gerombolan
pencuri itu lebih kuat?" lunya Hong Hong tojin pula.
"Kirim orang atau merpati untuk memberita-hu ke markas
perguruan masing-masing, agar murid-murid perguruan yang
bersangkutan itu dapat cepat memberi berita kepada suhu
masing-masing," kata Hui Gong pula.
Demikian setelah mengurus penguburan KwiK Ing, para
ketua partai persilatan itupun kembali ke markas kediaman
masing-masing.
Tio Goan-pa dan Liok Sian-li tetap tinggal dipuncak Gjok-linia.
-oo0dw0oo-
Si Blo'on
Halimun pagi yang menyelubungi barisan puncak gunung
yang terpisah satu sama lain dengan jurang yang curam,
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
pelahan-pelahan mulai berarak menipis karena jeri akan
kehadiran mentari pagi. Disalah sebuah puncak gunung itu,
terdapati sebuah guha yang letaknya tersembunyi. Didalam
guha itu samar-samar tampak dua sosok tubuh membujur
ditanah.
Yang satu, seorang jejaka tanggung berumur 16 tahun.
Romannya cakap, kulit bersih seperti seorang wanita jelita.
Tetapi potongan rambutnya agak nyentrik. Bagian belakang
gondrong, bagian muka masih disisakan sekepal rambut yang
terus hinggap diatas jidatnya. Sepintas pandang mirip dengan
jambul atau tengger ayam yang habis kalah bersabung ....
Pakaiannya dari kain cita kasar yang sudah kumal dan dia
masih tidur pulas diatas lantai cadas. Tangannya kiri mencekal
sebuah kerangka pedang yang isinya sudah kosong.
Sedang sosok tubuh yang lain, seorang lelaki setengah tua,
berpakaian putih dan rebah dengan tubuh tengkurap. Pakaian
putih yang dipakainya berhias warna merah. Bukan warna dari
kain tetapi warna darah yang menghambur dari sebatang
pedang yang tertanam pada punggungnya. Ya, lelaki setengah
tua itu sudah mati dengan punggung tertusuk sebatang
pedang hingga tangkai pedang itu saja yang masih tampak ....
Guha sunyi senyap dan sinar mentari pun mulai menyinari
kedalam guha. Menimpah wajah anak muda yang masih tidur
pulas.
Beberapa saat kemudian, anak muda itupun membuka
mata. Pertama-tama yang tertumbuk pada pandang matanya
ialah dinding karang guha yang berlekuk-lekuk penuh pakis.
Kemudian sebuah lubang besar yang menghadap kearah alam
terbuka.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Serentak bangunlah pemuda itu dengan rasa kejut yang tak
terhingga. la heran mengapa dirinya seperti berada dalam
sebuah guha. Dan ketika menggerakkan tangan kanan, ia
makin bertambah heran lagi. Sebuah kerangka pedang berada
di tangannya.
"Hai . ... kerangka pedang siapakah ini ?" serunya, "aku tak
punya barang semacam ini. Siapa yang memberikan kepadaku
. . . . ?"
Ia memandang pula bajunya dan matanya-terbelalak lebarlebar.
Lengan bajunya, ya lengan Bajunya berlumuran darah
merah. Gila, pikirnya.
"Hai, apakah aku terluka ?" serunya seraya mengamatamati
sekujur tubuhnya. Tetapi tak ada suatu luka apapun dan
memang ia tak pernah merasa sakit. '"Aneh, benar-benar aneh
. . dari mana ini? Aku tak terluka mengapa baju dan tanganku
berdarah . . Ia berusaha untuk menggali ingatannya. Tetapi
aneh, ya, benar-benar aneh sekali. Mengapa pikirannya terasa
kosong melompong ? Mengapa ia tak dapat mengingat apaapa
lagi ?
Ia duduk numprah lagi ketanah dan masih mencoba untuk
mengerjakan otaknya yang beku. Tetapi benar-benar ia tak
mampu mengingat segala apa.
"Ah, mungkin aku sedang bermimpi," katanya lalu digigitnya
lidahnya sendiri, "aduh ..” ia menjerit kesakitan, "mengapa
masih terasa sakit. Kalau begitu aku ini bukan ngimpi tapi
terjaga. Ia masih tak percaya, tangannya diayun menampar
mukanya sendiri, plak . . Aduh, mak . kembali ia menjerit
keras karena tamparan membuat matanya berkunaugkunang,
kepala pusing tujuh keliling.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Masih belum puas, ia mencubit lagi pahati sendiri, idihh . .
lagi-lagi ia menjerit tinggi ketika paha yang dicubitnya itu
membegap meninggalkan tanda matang biru.
"Ah, sudahlah, minta ampun . .. aku memang melek, tidak
ngimpi, "akhirnya ia mengoceh minta ampun pada dirinya
sendiri. Lalu mulai ia mengajukan bertanya pada dia sendiri:
"Hm, setan, kalau memang aku melek, berarti aku masih
hidup. Dan orang hidup harus dapat bicara. Ya, engkau harus
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini," katanya kepada
diri sendiri.
"Dimanakah aku? Apakah nama tempat ini?"
”. . entah . . , " ia gelengkan kepala. 'Mengapa aku berada
disini ?"
”. . entah . . - ,"
'Eh, bodoh aku ini," gumamnya,
"siapa namaku?”
”Namaku . . namaku . . eh, entahlah . . "
'Lho, engkau anak orang atau anak khewan?"
"Hah, bagaimana engkau tak kenal pada dirimu sendiri.
Engkau kan anak orang?" katanya menjawab pertanyaan yang
diajukan pada dirinya sendiri,
"Lalu siapa nama orangtuaku ?"
"Nama orangtua . . en . . tah . . celaka, mengrapa aku tak
tahu nama orangtuaku!" plak, plak, ia menampar kepalanya
supaya otaknya mau bekerja. Tetapi tetap macet. Ia lupa
segala apa.
"Apa engkau gila ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Gila ? Mungkin, eh , . . gila itu bagaimana. ya ? Mengapa
aku tak pernah merasa gila ? Apakah perasaan orang gila itu
seperti yang kualami saat ini ? Entah, entah ..."
"Dari manakah asalmu ?" tanyanya pula.
"Aku? ... ih, aneh, aneh . . dari mana aku ya? Ih, tak
tahulah karena tahu-tahu aku sudah ada disini . , . , "
jawabnya sendiri pula. 'Nama tak tahu, orangtua tak tahu.
tempat tak tahu. Habis aku ini orang apa ? Kalau bermimpi,
mengapa lidahku masih sakit kugigit. Kalau melek mengapa
akiu tak ingat apa-apa. Kalau mati, mengapa bisa bicara.
Kalau hidup mengapa, pikiranku hilang ? Oh . i . "
Bluk, ia jatuhkan diri ketanah dan menangis: "Huh, hu, hu.
hu . .. bagaimana aku ini .. 'Memang tiada suatu penderitaan
yang lebih menyiksa daripada kehilangan diri sendiri. Melek
tetapi tak tahu apa-apa. Hidup tetapi tak ingat apa-apa
Bernyawa tapi tak punya pikiran.
Tiba-Tiba matanya tertumbuk lagi pada orangtua yang
masih tidur ditanah itu. Ia berhenti menangis lalu merangkak
menghampiri ketempat orang itu Ketika melihat keadaan
orang itu, serentak menjeritlah ia sekuat-kuainya : "Hai, dia
sudah mati
Memang setelah dekat, baru ia mengetahui bahwa tongkat
yang terpaku pada punggungnya itu ternyata tangkai pedang.
Karena masih tampak sisa batang pedangnya.
"Siapakah orang tua itu ?" serunya, "mengapa dia mati
ditusuk pedang ? Siapa yang menusuknya ?"
Ia menghambur pertanyaan pada dirinya sendiri tetapi
iapun tak dapat menjawab sendiri.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Tiba-Tiba ia merasa tangan kirinya masih mencekal
kerangka pedang yang kosong. Menjerit la ia senyaringnyaringnya
: "Hai ! Apakah pedang yang menancap pada
punggungnya berasal dari kerangka ini ? Celaka ..." tiba-tiba ia
melonjak lagi, "kalau begitu .... kalau begitu .. aku yang
membunuhnya ? Oh, tidak, tidak! Aku bukan pembunuh ! Aku
tak pernah melakukan pemnubuhan kepada orang tua itu !
Aku tak tahu siapa dia,!"
Ia coba mencabut pedang itu. Tetapi hatinya merasa ngeri
ketika melihat darah mengucur deras Dilepaskannya lagi.
"Mengapa aku membunuhnya? Huss . . aku tidak
membunuhnya!" ia membantah pertanyaannya sendiri.
'Tetapi pedang itu berasal dari kerangka yang engkau
pegang, tentu engkaulah yang membunuh!" ia menuduh
dirinya lagi.
"Jangan gila-gilaan engkau, bung! Apakah engkau merasa
pernah melihat orang itu sebelumnya? Huh, jangan takut
dituduh membunuh, engkau kan benar-benar tidak membunuh
. . . ," katanya membuat pembelaan sendiri.
Ia makin bingung dan bingung. Ia ingin marah tetapi
dengan siapa ia harus menumpahkan kemarahannya. Ingin
menangis, eh, bukankah tadi ia itulah menangis seperti anak
kecil ? Ingin tertawa, eh, gila . Masakan dalam keadaan
seperti saat itu kau masih dapat tertawa ? lalu bagaimana ia
harus bertindak ?
Duduk salah, berdiripun salah. Siapa dirinya ia tak tahu
sendiri. Siapa namanya, juga tak tahu. Dari mana asalnya dan
mengapa berada disitu, aduhai . . mengapa kepalanya macet .
. Huh!" karena jengkel ia terus loncat ayunkan tubuhnya
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
keatas, duk, aduh . . . kepalanya terbentur langit guha karang
dan terpelantinglah ia jatuh ketanah lagi.
Guha itu tingginya tiga meter. Biasanya tak mungkin ia
dapat melonjak keatas sedemikian tingginya. Dan memang tak
pernah berlonjakan. Tetapi saat itu ia dapat mencapai
ketinggian yang begitu tinggi Seharusnya ia merasa aneh
mengapa dirinya mendadak bisa begitu. Tetapi karena otak
nya hampa, ia tak menyadari hal itu . . .
Karena membentur langit guha, kepalanya rasa pusing.
Setelah berdiam diri beberapa saat ia mengeliarkan pandang,
mata lagi. Secara kebetulan pandang matanya tertumbuk pada
tangkai pedang yang menancap di punggung orang tua itu.
"Eh, ada tulisannya . . . ," ia menghampir merapatkan muka
dan membaca : Wan-ong-kiam . . . , "ho apakah artinya Wanong-
kiam? O, benar, benar. Karena pedang itu berasal dari
kerangka yang berada ditanganku ini, tentulah Wan-ong-kiam
itu nama dari yang empunya, aku . . hola . . !" berteriak
kegirangan, "sekarang tahulah siapa namaku. Ya, namaku
tentu Wan-ong-kiam, ha, ha”
Sebenarnya arti daripada Wan-ong-kiam ialah Pedang
Penasaran. Tetapi karena otak anak itu sudah macet, dia tak
menyadari hal itu
Tiba-Tiba dari luar guha terdengar suara orang bercakapcakap.
Yang seorang nadanya seperti a-nak perempuan.
"Hati-Hati, sumoay semalam habis hujan lebat, padas tentu
licin. Kerahkan seluruh gin-kangmu agar jangan sampai
tergelincir kebawah jurang;" seru seorang pemuda.
"Baik, suko," sahut kawannya yang bernada anak
perempuan. Rupanya kedua orang itu suko dan sumoay atau
kakak dan adik seperguruan.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Terdengar angin menderu dan sesosok tubuh melayang
ketepi seberang, dipuncak gunung yang terdapat guha itu.
"Bagus, sumoay, gerakanmu sungguh indah. Tak kecewa
engkau diberi nama suhu 'burung Walet-kuning dari Hoa-san',"
sipemuda berseru memuji.
"Ai, jangan menyanjung setinggi langit. Suko, lekaslah
engkau melayang kemari," seru si dara. Terdengar deru angin
meniup dan kembali diseberang karang bertambah dengan
seorang pemuda.
"Bagus sekali, suko. Bukan hanya melompat biasa tetapi
engkau dapat melompat sambil berjumpalitan diudara. Kalau
suhu mengasih nama si Rajawali-bermata-biru kepadamu, itu
memang tepat-sekali," kata dara itu pula.
"Ho, apakah biji mataku ini benar-benar biru, sumoay ?”
kata pemuda itu sambil rentangkan kedua matanya lebar-lebar
kemuka si dara.
"Hi, hi, hik," si dara tertawa geli, "memang berwarna biru.
Engkau malu ? Salah. Seharusnya engkau bangga karena
mempunyai sepasang mata yang berwarna biru."
"Mengapa sebabnya ?"
"Sebab didunia ini jarang orang yang mempunyai mata biru.
Maka engkau harus menepuk-dada karena hanya engkaulah
satu-satunya orang yang memiliki mata biru . . . ," kembali si
dara tertawa mengikik.
"Budak kurang ajar, engkau berani mengerjai aku ?"
pemuda itu tahu kalau diolok-olok, lalu mengangkat tangan
hendak menampar. Tetapi secepat itu si darapun sudah loncat
lari. Pemudi itupun mengejarnya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Rupanya kedua suko dan sumoay itu amat akrab sehingga
dimana tempat, bahkan di tepi jurang puncak gunung yang
tinggi, mereka masih bergurau saling berolok.
Dara itu mengenakan baju kuning, bertubuh kecil langsing.
Wajahnya sesegar bunga mekar pagi hari, berseri cerah dan
periang. Umurnya sekitar 15 tahun. Yang paling menonjol,
adalah sepasang matanya yang lebar bundar berpagar
bulumata yang lebat hitam.
Sedang pemuda itu bertubuh tegap, wajah cakap dan mata
yang berkilat tajam. Umur sekitar -sekitar 0 tahun. Tiada yang
tercelah pada pemuda itu kecuali sepasang alisnya yang
menjungkat keatas, memantulkan sifat yang kejam.
"Hai, sumoay, berhentilah," serunya kepada si dara yang
masih melesat-lesat di antara jajaran batu karang untuk
menghindari kejaran suko-nya.
"Apa engkau tak marah lagi ?" seru sinona-
"Sudahlah. jangan bertingkah seperti anak kekecil. Lihat,
matahari sudah makin menjulang, suhu tentu sudah bangun.
Mari kita cepat menjenguknya !"
Dara yang disebut Walet-kuning dari Hoasan itu menurut.
Memang demikian pekerjaan keduanya. Tiap pagi naik
kepuncak dan menjenguk suhunya yang berada dalam guha
itu.
Kini derap langkah kedua muda mudi itu makin dekat dan
makin jelas. Anakmuda yang berada dalam guha dan merasa
dirinya bernama Wan-ong-kiam itu makin terkejut gelisah
”Ah, bagaimana kalau kedua pendatang itu tahu aku berada
disini ? Orang tua yang mati itu kemungkinan besar tentulah
suhu mereka. Kalau mereka mendapatkan suhunya sudah mati
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
dan yang ada disini hanya aku, bukankah mereka akan
menuduh aku yang memmbunuh suhunya ..." ^
Namun guha itu hanya mempunyai sebuah pintu. Jika ia
menerobos keluar dari pintu, tentu akan kesompokan dengan
kedua muda mudi itu. Ia meneliti pula keadaan guha. "Ah,
kemana aku harus bersembunyi . . . ?” belum selesai ia
bertanya pada diri sendiri, tiba-tiba di pintu guha muncullah
dua orang muda mudi.
"Suhu . . . !" serentak
terdengarlah sigadis menjerit kaget
demi melihat keadaan orangtua
yang teah bergelimangan darah itu.
Keduanya menerobos masuk
menghampiri mayat itu.
Sejenak kemudian, pemuda itu
mengangkat muka dan menjerit
kaget: "Hai, siapakah engkau!"
Serentak pemuda itu berbangkit,
menghunus pedang lalu loncat menyerang : "Bangsat, tentu
kau yang membunuh suhuku . . . !"
Pemuda yang berada dalam guha itu, terkejut, Sesaat ia tak
dapat berbuat apa-apa kecuali hanya terlongong-longong saja
....
-ooo0dw0ooo-
Jilid 3
Siapa diriku ?
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Pemuda yang kehilangan pikirannya itu memang kasihan
sekali. Ia tidur, bangun dan mendapatkan dirinya dalam
keadaan yang serba aneh. Berada dalam sebuah guha yang
tak diketahui namanya, mencekal kerangka pedang dan
berteman dengan seorang mayat yang berlumuran darah dan
punggungnya berhias pedang Lalu muncul dua o-rang muda
mudi. Si pemudi menubruk tubuh mayat itu dan si pemuda
terus loncat menyerang dia . . .
Pemuda blo'on itu masih terlongong-longong-Tetapi ketika
sinar ujung pedang memancar menyilaukan matanya, tiba-tiba
ia menyadari kalau dirinya terancam maut. Walaupun
pikirannya hampa, tetapi ia masih mempunyai naluri. Naluri
sebagai manusia yang akan berusaha menyelamatkan diri
apabila terancam bahaya.
Cepat ia gerakkan kerangka pedang untuk menangkis
seraya loncat menghindar kesamping. Tring, ujung pedang si
Rajawali-mata-biru tersiak dan pemuda yang hendak
dibunuhnya itupun dapat meloloskan diri.
"Ho, kiranya engkau hebat juga !" seru si Rajawali-matabiru
seraya berputar tubuh menghadaJ kearah pemuda blo'on
itu.
"Aku tidak membunuh orang itu!" teriak pemuda blo'on itu.
Karena tangkisan kerangka pedang tadi dapat menyiakkan
ujung pedangnya, si Rajawali-mata-biru terkejut. Diam-Diam
ia menduga kalau pemuda itu tentu hebat ilmu silatnya. Maka
ia hentikan serangannya dan hendak menyelidiki dulu
siapakah pemuda pembunuh suhunya itu.
"Siapa engkau !" bentaknya
"Aku ? Entah, aku sendiri tak tahu . . . "
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"jangan gila-gilaan, katakan namamu!" bentak si Rajawalimata-
biru makin geram.
"Nama? Aku sendiri tak tahu siapa namaku”
"Apa engkau gila ?"
"Tidak, eh, ya . .eh, apakah maksudnya gila ?”
Walaupun mendongkol tetapi si Rajawali mata-biru terpaksa
menerangkan : "Gila ialah pikirannva tidak waras."
"O . . ," desus pemuda blo'on, "apakah kalau orang tak tahu
namanya sendiri itu juga orang gila ?”
""Ya, gila yang paling gila ”
'"O, kalau begitu aku ini tentu gila," teriak pemuda blo'on
itu."
"Hm, kalau engkau tetap hendak mempermainkan aku,
tentu kupotong lehermu!" si Rajawali-mata-biru deliki mata.
"Idih . . . , " pemuda blo'on itu mendesis seram, "jangan
memandang aku begitu rupa i"
"Engkau takut ? Mengapa ?"
"Matamu biru, seperti ..."
"Seperti apa ?
"Seperti . . . seperti, eh. mengapa aku tak ingat ? seperti
apa, aku sendiri tak tahu."
"Tutup mulutmu !" bentak si Rajawali-mata-biru, "siapa
nama suhumu ?-"
"Suhu ? Apa suhu itu ?" kembali pemuda blo'on itu
mengerut dahi.
"Suhu ialah guru yang mengajarkan engkau ilmu silat."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"O" desus pemuda blo'on,, "eh, ilmusilat? Tetapi aku tak
mengerti ilmusilat. Apakah ilmusilat?”
Hampir meledak perut si Rajawali-mata-biru karena
mendengar ocehan si blo'on yang kegila-gilaan itu. Namun
karena ia perlu mengetahui nama perguruannya agar kelak
dapat meminta pertanggungan jawab kepada ketua
perguruannya itu, terpaksa ia tahankan kemarahannya.
"Tadi aku menusukmu dan engkau dapat menangkis lalu
menghindar. Gerakanmu itu disebut ilmu silat, ilmu untuk bela
diri, pun untuk berkelahi. Bukankah engkau pandai ilmusilat ?"
"Ha, ha, ha, ha ... " tiba-tiba blo'on tertawa gelak-gelak,
"kalau gerakan begitu disebut ilmusilat, aku memang bisa.
Tetapi gerakanku tadi hanya untuk menyingkir dari ujung
pedangmu. Aku tak mengert kalau gerakan itu disebut
ilmusilat".
"Jangan ngoceh, lekas katakan siapa suhumu?”
"Entah, aku tak punya suhu."
"Eh, bung, engkau ini orang atau setan!" tiba-tiba si dara
Walet-kuning menghampiri dan mendamprat!
"Entahlah. Aku sendiri juga bingung. Sungguh mati, aku
memang tak tahuapa-apa. Pikiranku kosong melompong ..."
"Mengapa engkau membunuh suhuku?" tukas si Waletkuning
pula.
"Aduh, ampun nona," si blo'on mengelus dada, "aku benarbenar
tak membunuh suhumu. Aku sendiri tak mengerti
mengapa aku berada disini."
"Dari mana engkau sebelumnya."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Eh . . , " si blo'on garuk-garuk kepala, "ya, benar dari
mana saja aku sebelum berada disini Ah, celaka, mengapa aku
tak ingat apa-apa lagi . .”
"Kalau bukan engkau yang membunuh, mengapa kerangka
pedang itu berada dalam tangan dan pedangnya tertancap
dipunggung suhuku” desak Walet-kuning
"Hai, sekarang aku tahu namaku" bukan jawab pertanyaan
tetapi blo'on itu malah berteriak semaunya sendiri.
"Siapa ?" seru dara itu yang tanpa disadari ikut terhanyut
dalam gelombang ke-blo'onan.
"Wan-ong-kiam !"
Walet-kuning terkejut, hampir tertawa tetapi cepat
menyengir : "Jangan gila-gilaan ! Engkau tahu apa artinya
Wan-ong-kiam itu ?"
Pemuda blo'on gelengkan kepala.
"Wan-ong itu artinya penasaran dan kiam Itu pedang.
Apakah maksudmu memakai nama itu?"
"Entahlah aku tak tahu. Aku menemukan Wan-ong-kiam
dan nama itu terus kupakai. Aku tak peduli apa arti nya.
Pedang Penasaran atau Pedang Huntung, itu bu'an soal.
Engkau boleh panggil begitu atau kalau keberatan, panggil
saja Wan-ong atau Ong-kiam atau apa saja yang engkau
senangi ..."
Si dara tak mau melayani ocehan pemuda blo'on yang
makin tak keruan itu. la menuding dan membentaknya dengan
marah: "Engkau pembunuh suhu..."
Belum nona itu menyelesaikan kata-kata, pemuda bloon
sudah menukas : "Tidak . . . !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Bangsat, serahkan jiwamu !" tiba-tiba Si Rajawali matabiru
loncat menyerangnya lagi. Selama su-moaynya sedang
bicara dengan pemuda blo'on, dia menghampiri dan
memeriksa mayat suhunya. Ktlika memeriksa tanaman
mustika Liong-si-jau telah lenyap, ia makin terkejut Tepat
pada, saat itu ia mendengar pemuda blo'on mengatakan
bernama Wan-ong-kiam. Pada hal iapun membaca tulisan
pada pedang yang menancap dipunggung suhunya itu
berbunyi Wan-ong-kiam. Ya, jelaslah kalau pemuda blo'on itu
yang membunuh suhunya Maka cepat ia loncat
menyerangnya.
Karena ketakutan pemuda blo'on itu loncat kesamping,
maksudnya hendak menghindar. Tetapi entah bagaimana
gerak loncatannya itu sedemikian pesat sehingga ia tak dapat
menguasai diri dan membentur karang, duk . . .
„Aduh . . ," ia jatuh terduduk, menjerit kesakitan seraya
mendekap dahinya yang
berdarah. Ia heran mengapa
tubuhnya terasa ringan sekali la
hendak lompat kesamping
selangkah dua langkah,
mengapa tahu-tahu tubuhnya
melayang empat lima langkah
sehingga membentur dinding
guha.
Tengah dia masih terlongong
keheranan, tiba-tiba Rajawalimata-
biru kembali
menyerangnya "Bangsat, engkau membunuh suhuku karena
hendak mencuri rumput mustika Liong-si-jau !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Saat itu pemuda blo'on masih berjongkok duduk Ketika
ujung pedang Rajawali-mata-biru menyerang, ia tak sempat
menghindar lagi. Cepat ia mengangkat kerangka pedang untuk
menangkis. Kreek, uh . . karena kali ini Rajawali-mata-biru
menyerang dengan sekuat tenaga, kerangka pedang pemuda
blo'on terdampar kebelakang dan orangnya pun jatuh
terjerembab kebelakang juga.
Apabila seorang sedang duduk berjongkok lalu tiba-tiba
didorong kebelakang, dia tentu jatuh terjerembab. Jatuh
dengan kepala rubuh kebawah tetapi kaki menjulang keatas.
Demikian pula dengan pemuda blo'on itu. Karena dihantam
pedang sekuat-kuatnya oleh Rajawali-mata-biru, pemuda
blo'on itupun terpelanting, kepalanya rubuh kebelakang tetapi
kedua kakinya menjulang keatas. Plak . . secara tak disengaja,
kedua kakinya tepat menghantam perut Rajawali-mata-biru itu
terlemparlah tubuh Rajawali-mata-biru dan sampai beberapa
meter jauhnya. Duk, kepalanya terbentur dinding karang dan
terus terkulai jatuh tak sadarkan diri ....
"Suko' si dara Walet-kuning menjerit kaget dan loncat
menghampiri. Ternyata belakang kepala sukonya berdarah
dan tulang punggungnya patah Sukonya pingsan.
Walet-kuning diam-diam terkejut. Sukonya memiliki ilmu
lwekang yang tinggi. Serangan yang dilancarkan tadipun
menggunakan jurus istimewa dari perguruannya. Tetapi hanya
dalam satu gebrak saja, sukonya dapat ditendang mencelat
begitu rupa sehingga tak ingat diri. Ah, pemuda pembunuh iti
tentu seorang yang hebat ilmu kepandaiannya.
Tetapi pada lain kejab, si dara Walet-kuning mengertek gigi.
Suhunya telah dibunuh, kini sukonyapun dirubuhkan. Tak
peduli musuh bagaimana saktinya, ia harus melakukan
pembalasan. Serentak dara itu melonjak bangun, mencabut
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
pedang dan menghampiri ketempat pemuda blo'on yang
masih duduk numprah ditanah. Wajah dara Walet-kuning yang
cerah, saat itu tampak memberingas seperti macan betina
yang kehilangan anak . . .
Pemuda blo'on itu terbeliak, serunya : "Hai, nona, engkau .
. . engkau hendak, mengapa ?"
"Mencincang tubuhmu, bangsat !" teriak nona itu dengan
mata berapi-api, "engkau membunuh suhuku. melukai sukoku
dan mencuri bunga rumput Liong-si-jau yang berumur seribu
tahun !"
"Berhenti !" pemuda blo'on itu memekik keras ketika
melihat si dara hendak menyerangnya, "nanti dulu. Kalau
engkau hendak membunuh aku. tunggu dulu aku bicara. Jika
memang aku bersalah, bunuh sajalah. Tetapi kalau tidak,
engkau tak boleh main bunuh. Apalagi engkau seorang anak
perempuan ..."
"Ngaco !" bentak Walet-kuning, "lekas bilang "
”Mengapa engkau menuduh aku membunuh suhumu ?"
"Tanganmu berlumuran darah, engkau mencekal kerangka
pedang yang sudah kosong, pedangnya tertancap dipunggung
suhu. Anak kecilpun tentu akan mengatakan kalau engkau
yang membunuhnya. Kalau bukan engkau, habis siapa ?
bukankah disini tiada lain orang lagi kecuali engkau ?”
"Benar, benar, apa yang engkau katakan itu memang
benar," seru pemuda blo'on, "tetapi akupun benar-benar tak
membunuh, tak mencuri rumput Itu. Coha pikirkan. Mengapa
aku harus membunuh suhumu, aku tak kenal siapa dia. Dan
akupun tak mencuri rumput itu. Bahkan melihat bagaimansl
macamnya rumput itupun aku belum tahu. Bagaimana engkau
menuduh aku mencurinya !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Blo'on yang pintar bersilat lidah atau tukang bersilat lidah
yang blo'on, engkau ini hai !” si dara deliki mata, "seribu katakata
....
"Eh, tunggu dulu nona," tiba-tiba anakmuda itu berseru,
"engkau bilang Blo'on, apakah blo'on itu ?"
"Blo'on ialah manusia seperti engkau Tolol, tidak tolol
sesungguhnya. Bodoh, tidak bodoh sesungguhnya. Gila, tidak,
waraspun buka Jelasnya manusia yang serba setengah.
Setengah tolol, setengah goblok, setengah gila, setengah
waras !"
"O, kalau begitu aku ini manusia setengah” kata pemuda
itu, "hai, benar, benar. Aku memang blo'on ini. Kalau tidak,
masakan punya kepala tapi tak berisi otak. Punya otak tetapi
macet. Punya diri tetapi tak kenal. Ya, aku memang manusia
yang kehilangan diri. Tidak tahu siapa diriku ini . . .,"
"Jangan ngoceh !" tiba-tiba dara itu terus menusukkan
pedangnya. Tetapi karena ketakutan pemuda blo'on itu
menjerit keras dan menghindar samping.
Diluar dugaan, jeritan pemuda blo'on itu menghamburkan
tenaga yang hebat dan kumandangnyapun lebih dahsyat dari
harimau mengaum. Si dara Walet-kuning terkejut sekali
sehingga tusukannyapun sampai mencong kesamping. Tetapi
pemuda itu sendiripun kaget. Ia terlongong-longong heran
mengapa tiba-tiba ia memiliki nada suara yang sedemikian
dahsyatnya.
"Tunggu !" teriaknya pula ketika melihat si Walet-kuning
hendak menyerang lagi, "aku belum habis bicara, mengapa
engkau sudah hendak membunuh aku ?"
Si dara Walet-kuning tertegun. Diam-Diam ia makin
menyadari bahwa pemuda yang tampaknya blo'on itu
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
sesungguhnya memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Bukti
yang jelas sukonya dapat ditendang rubuh. Dan suara
gemborannya tadi, benar-benar hampir membuat jantungnya
copot. Baiklah, ia hendak menunggu penjelasan pemuda itu
baru nanti mengambil tindakan.
"Lekas !" bentaknya.
”Ya, ya, aku bilang," katanya, "nona, aku ingin tanya
kepadamu, boleh ?"
"Hm," dengus si dara.
"Apakah engkau ingat semua perjalanan hidup mu selama
ini. sejak kecil sampai sekarang ?"
Walet-kuning kerutkan dahi. Ada hubungan apa pertanyaan
itu diajukan kepalanya. Namun ia ingin tahu juga : "Ya,"
sahutnya ringkas.
"Apakah engkau percaya bahwa seorang itu dapat
kehilangan ingatannya sama sekali ?"
"Itu orang gila !"
"Nona, apakah engkau anggap aku ini orang gila ?"
"Hm, bukan gila tetapi menggila atau pura-pura gila !"
"Terima kasih," kata pemuda blo'on, "tetapi aku sebenarnya
tidak pura-pura gila, hanya otakku kosong. Aku tak ingat apaapa
lagi. Bahkan diriku, namakupun aku tak tahu. Benar,
nona, hendaknya engkau mau percaya omonganku ini . . . "
Walet-kuning menatap pemuda itu. Seorang pemuda yang
berwajah cakap sekali. Bukan memiliki tampang pembunuh
dan pembohong. Tetap gerak geriknya memang seperti anak
blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
'"Nona, tolonglah engkau memberitahu kepadaku.
Bagaimana cara atau obatnya untuk memulihkan otakku ?"
"Mudah."
"Apa ?"
"Makan otak naga !"
"Hai. benarkah ? Dimana aku dapat memperoleh otak naga
itu ?"'
"Engkau tahu apa naga itu?" tanya Walet-kuning
"Tidak."
"Naga itu ular besar yang tinggal dalam laut Suka makan
orang."
"idih . , " pemuda blo'on mengungkap kedua bahu karena
merasa ngeri, "lalu bukankah aku juga akan dimakannya kalau
hendak mengambil otaknya?
"Tentu," sahut sinona, "kalau engkau dapat mengalahkan
naga itu, barulah engkau dapat mengambil otaknya "
"Bagaimana cara membunuh naga itu ?"
"Terserah engkau sendiri."
Jejaka blo'on itu garuk-garuk kepala, tiba-tiba ia bertanya
pula : "Tetapi benarkah otak naga itu dapat menyembuhkan
otakku yang hilang ?'
"Ya."
"Di mana tempat naga itu ?"
"Laut Hitam "
"Letaknya ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Jauh sekali dari sini. Engkau terus berjalan ketimur saja.
Tanya pada orang, nanti tentu sampai," kata Walet-kuning.
Sebenarnya nona itu hanya omong sekenanya saja..la
sendiri tak tahu apakah otak naga itu dapat menyembuhkan
penyakit si blo'on itu atau tidak. Pun ia tak tahu apakah ada
laut yang bernama Laut Hitam. Dan kalau ada, iapun tak tahu
apakah dilaut itu ada naganya. Sebenarnya ia hanya hendak
mempermainkan jejaka itu saja.
"Terima kasih, nona," tiba-tiba Walet-kuning terkejut ketika
pemuda Wo'on itu terus berputar tubuh hendak angkat kaki.
"Hai, hendak kemana engkau !" cepat Walet-kuning
lintangkan pedang menghadang si Wo'on.
"Ke Laut Hitam."
"Ngaco !" bentak Walet-kuning, "engkau belum
membereskan persoalan disini. Belum
mempertanggungjawabkan perbuatanmu membunuh suhu,
melukai suko dan mencuri rumput mustika !"
"Akan kupertanggung-jawabkan semuanya itu Tetapi aku
minta tempo."
"Minta tempo ?"
"Ya, aku hendak mencari otak naga. Setelah otakku
sembuh, baru aku akan kemari untuk memberi
pertanggungan-jawab kepadamu."
"Bohong !" bentak Walet-kuning, "apa engkau kira aku ini
anak kecil yang mudah engkau kelabuhi. Begitu engkau pergi
dari sini, tak mungkin engkau akan kembali lagi."
"Nona, aku seorang lelaki," katanya sambil tegapkan tubuh
busungkan dada dan mengangkat kepala, "apa yang
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
kukatakan tentu akan kutepati. Berani berbuat tentu berani
bertanggung jawab”
"Tidak !" bentak Walet-kuning lalu menusukkan pedangnya
keperut pemuda blo'on itu.
"Ih ... " si blo'on mengerutkan perut dan ujung pedang
Waiet-kuning mengenai dinding karang.
Walet-kuning benar-benar terkejut. Jarak ujung
pedangnya dengan perut si blo'on dekat sekali Tetapi ia heran
mengapa sedemikian gesit anak blo'on itu menggerakkan
perutnya. Dan karena ia menggunakan sekuat tenaga untuk
menusuk, ujung pedangnya sampai masuk kedalam dinding
hingga sampai setengah bagian.
Walet-kuning berusaha hendak mencabutnya. Melihat itu si
blo'on hendak membantu. Ia ulurkan tangannya. Tetapi
gerakan blo'on telah salah ditafsirkan oleh Walet-kuning. Ia
mengira pemuda iiu hendak menutuk lengannya. Cepat ia
lepaskan pedang dan loncat kebelakang.
"Eh, mengapa engkau?" si blo'on terlongong heran
memandang nona itu.
"Tutup mulutmu !" bentak Walet-kuning seraya
memukulnya. Kini karena tak membawa pedang, ia gunakan
tangan kosong untuk menyerang.
"Tahan " teriak blo'on seraya menyingkir ke samping,
"mengapa engkau hendak memukul aku?"
"Tanpa pedang akupun sanggup untuk menghancurkan
kepalamu !"
"Nanti dulu, nona," blo'on berseru gopoh, 'aku toh sudah
mengatakan bahwa saat ini otakku hilang. Aku tak ingat apaapa
lagi. Biar kucari otak saja dulu. Setelah otakku kembali,
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
baru aku datang kesini lagi. Percaialah, nona, aku tentu
pegang janji !"
"Tidak ! Engkau tentu menipu aku ."
"Oh, nona manis . . , " tiba-tiba si blo'on berlutut. "mengapa
engkau tak mau percaya kepada keteranganku. Aku benarbenar
menderita penyakit yang aneh Pikiranku serasa kosong,
otakku hampa. Ini sungguh, kalau engkau tak percaya . . hu,
hu, hu. . . , " tiba-tiba blo'on menangis. Ia jengkel sekali
karena sinona tak mau percaya omongannya kalau dia sakit
otak. Karena tak dapat melampiaskan kejengkelannya, iapun
menangis.
Betapapun halnya, Walet-kuning itu seorang anak
perempuan. Walaupun ia marah dan benci sekali kepada
pemuda yang dianggap membunuh suhunya, namun
perasaannya sebagai seorang dara tetap terketuk. Untuk
sementara terpaksa ia tahan kemarahannya.
"Hai, engkau anak laki atau anak perempuan ?" tegurnya.
"Laki-Laki."
"Mengapa menangis seperti anak perempuan? "
”Jengkel, ya karena hatiku jengkel sekali tetapi tak tahu
kepada siapa aku harus menumpah kan kejengkelanku.
Daripada jengkel terhadap orang biarlah kutumpahkan dengan
jalan menangis saja.”
"O, ada gunanya jugakah tangis itu ?"
"Tentu, tentu," sahut si blo'on, "menangis itu dapat
melonggarkan dada yang sesak karena sedih jengkel, marah
dan dendam ..."
"Kurang ajar !" tiba-tiba nona itu mendamprat terus
ayunkan tangan menampar muka blo'on,"ternyata engkau
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
pandai memberi penjelasan kepada orang. Mengapa bilang
kalau ingatanmu sudah hilang ?”
Plak, karena tak menyangka, pipi si blo'on kena tertampar.
Hidungnyapun mengucur darah. Tiba-Tiba ia songsongkan
pipinya yang sebelah: "Nih, tamparlah yang kanan juga."
"Mengapa?" mau tak mau si dara tertegun.
"Supaya imbang, jangan begap sebelah "
"Baik," kata Walet-kuning lalu ayunkan tangannya lagi. Plak
. . .
Pipi kiri pemuda itu membegap merah. Dia hanya
menyeringai, tidak mengaduh kesakitan. Lalu bertanya :
"Sudah puaskah engkau sekarang ?"
"Bagaimana bisa puas kalau engkau belum mengganti jiwa
suhuku yang engkau bunuh itu !" lengking si Walet-kuning.
"O, sayang, aku tak dapat memuaskan keinginanmu.
Karena aku tak merasa membunuhnya. Andaikata
membunuhnya, pun bukan atas kesadaran pikiranku. Soal ini
kuminta waktu. Setelah otakku yang lumpuh ini sembuh,
barulah nanti kita bicara lagi, "habis berkata pemuda blo'on
itupun terus lanjutkan langkah lagi.
"Jangan main gila," bentak si Walet-kuning seraya
menyerang dengan THay-san-gui-ting atau Gunung Thay-san
menindih puncak. Kedua tangannva menghantam ubun-ubun
kepala pemuda itu.
Pemuda blo'on terpaksa menghindar dan si Waletkuningpun
makin menyerang gencar. Demikian keduanya
segera terlibat perkelahian yang seru. Namun betapapun
Walet-kuning berkeras hendak merubuhkan lawan tetapi si
blo'on tetap dapat menghindar. Nona itu diam-diam terkejut
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
melihat kesaktian pemuda blo'on. Tetapi pemuda itupun juga
heran sendiri. Ia merasa gerakkan tubuhnya amat ringan
sekali, seolah tumbuh sayap.
Beberapa jurus telah berlangsung, tiba-tiba Walet-kuning
gencarkan serangannya. Ia benar-benar penasaran kalau tak
dapat merubuhkan lawan. Bahkan dalam suatu kesempatan, ia
menyapu kaki si blo'on dan rubuhlah pemuda itu terbanting
ketanah. Kerangka pedang yang berada ditangan kirinnya
terbentur dinding karang dan mencelat. Saat itu si Waletkuning
terus mengangkat tangan hendak menyusuli
menghantam kepala si blo'on. Crek.. tiba-tiba kerangka
pedang yang mencelat itu mengenai jalan darah jiok-ti-hiat
siku lengannya. Seketika tinju sinona yang tengah mengacung
diatas itu berhenti. Dan terjadilah suatu pemandangan yang
lucu.
Walet-kuning berdiri tegak seperti patung tangan kanannya
diangkat keatas kepala seperti hendak menghantam. Tetapi
nona itu tak dapat bergerak lagi. Seperti sebuah patung.
Pemuda blo'on meringis kesakitan. Pantatnya menghantam
karang yang keras. Sejenak kemudian ia berbangkit dan
menghampiri sinona : "Hm, galak ya engkau ini ! Masakan
anak perempuan berani menjegal anak laki. Hayo, jegallah aku
sekali lagi ... "
la sosongkan tubuh kehadapan dara itu. Tetapi sampai
beberapa jenak tak juga nona itu menggerakkan kakinya
"Ho, mengapa tak mau ?" si blo'on mengangkat muka, "O,
engkau hendak memukul ? Bukankah tadi engkau sudah dua
kali memberi tamparan kepadaku ? Apa masih belum puas ?
Baik, baik, pukullah kepala !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Ia songsongkan kepalanya kemuka menunggu pukulan
tetapi sampai beberapa jenak, belum juga si dara memukul.
Cepat ia memandangnya : "Lho, mengapa engkau diam saja?"
Bukan kepalang geram si Walet-kuning. Wajahnya merah
padam : "Bedebah, jangan keliwat menghina si Walet-kuning.
Kalau mau bunuh, bunuhlah aku !"
Pemuda blo'on membelalakkan matanya lebar-lebar : "Apa?
Bukankah engkau hendak memukul aku? Mengapa engkau
minta aku membunuhmu?"
Karena jalan darah lengannya tertutuk kerangka pedang, si
Walet-kuning tak dapat berkutik. Sekalipun karena jatuh,
kerangka pedang itu mencelat dan secara tak sengaja
kebetulan mengenai jalan darah sinona, namun nona itu
mengira kalau gerakan itu memang sengaja dilakukan oleh
pemuda blo'on. Ia anggap pemuda blo'on itu memang hendak
mempermainkannya.
"Hm, jangan gila-giiaan. Bunuh saja aku daripada engkau
bikin malu begini !"
"Bikin malu ? Mengapa aku membikin malu kepadamu ?"
makin heranlah pemuda blo'on itu.
"Jahanam, engkau menutuk jalandarah siku lenganku
sehingga aku tak dapat bergerak, mengapa masih berlagak
pilon ?" damprat si dara.
"Heh, heh, heh," tiba-tiba pemuda blo'on tertawa geli,
"lucu, lucu sekali engkau ini. Menjamahpun tidak, mengapa
engkau bilang aku menutuk siku lenganmu !"
"Engkau timpuk dengan kerangka pedang, tolol!"karena
geramnya nona itu sampai hampir muntah
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"O, ya, ya sudah," kata pemuda blo'on. Sebenarnya ia tak
tahu apa sebab kerangka pedang yang mencelat dari
tangannya itu dapat menyebabkan sinona tak dapat berkutik.
Tapi karena kuatir dara itu marah, terpaksa ia mengiakan saja
"lalu bagaimana sekarang ?"
"Bunuhlah aku !" teriak Walet-kuning.
"Bunuh? Huh, ngeri dong, "si blo'on mengerenyut dahi,
"aku tak pernah membunuh. Jangarkan membunuh orang,
ayampun aku ngeri. Suruh apa saja aku mau asal jangan
engkau suruh bonuh.”
"Kalau engkau tak mau membunuh, mengapa tak engkau
buka jalandarahku yang engkau tutuk ini?” seru si dara.
"Membuka jalandarahmu? Ya, baiklah," kata blo'on tetapi
pada lain saat ia cepat berteriak! "hai. bagaimana caranya ?
Dimana jalandarahmu itu ?"
"Jangan berlagak pilon. jalandarah jiok-ti-hiat dilenganku
ini." teriak dara yang mengira pemuda blo'on itu memang
sengaja hendak memperolok dirinya.
Sudah beberapa kali ia berusaha menyalurkan tenagadalam
membuka jalandarahnya yang tertuuk itu. Tetapi
walaupun ia telah berusaha sekuat tenaga namun tetap gagal.
Jalandarahnya yang tertutuk itu seolah-olah macet. Diam-
Diam ia makin terkejut dan makin percaya bahwa pemuda
yang umpaknya blo'on itu ternyata memiliki ilmu kepandaian
yang tinggi.
Bahwa beberapa kali pemuda itu berlagak tak tahu,
tentulah sengaja hendak mempermainkan dirinya. Maka
karena geram, marah, jengkel, dan putus asa bercampur aduk
dalam hati, nona itu menangis . . .
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hai," pemuda blo'on melonjak kaget, "mengapa engkau
menangis ?"
Tetapi nona itu tak mau mempedulikan. Ia pejamkan mata
tak sudi melihatnya.
Si blo'on makin bingung dan kelabakan. Ia tak tahu apa
sebab nona itu tiba-tiba menangis. Dan diperhatikannya pula
nona itu masih tetap mengacungkan tangannya kanan keatas
seperti hendak memukul. Dan yang lebih aneh pula, nona itu
diam saja tak bergerak
"Nona, mengapa engkau ? Engkau mengatakan aku
menutuk jalandarahmu, tetapi aku sungguh tak merasa
melakukan hal itu. Sudahlah jangan menangis, katakanlah apa
yang engkau hendak suruh aku melakukan ?"
Tetapi si Walet-kuning sudah keliwat jengkel. Ia tak mau
menggubrisnya lagi dan tetap menangis terus.
"Nona, kalau engkau tak mau berhenti menangis, aku
hendak pergi saja mencari otak naga. Engkau jangan pergi
kemana-mana dulu, setelah mendapatkan obat itu, aku tentu
segera datang kesini lagi ..."
Serentak nona itu terus membuka mata dan berteriak :
"Hai, tolol, tunggu ! Hendak kemana engkau ?"
"Cari otak naga. Bukankah engkau katakan hanya otak naga
yang dapat menyembuhkan otakku yang hilang itu ?"
Dada Walet-kuning benar-benar mau meledak, ia hanya
berolok-olok tetapi ternyata pemuda tolol itu benar-benar
percaya. Dan celakanya kalau dia pergi siapa yang akan
menolong membuka jalandarahnya yang tertutuk itu ? Pergi
ke Laut Hitam bukan sejam dua jam sehari dua hari atau
sebulan duu bulan, tetapi mungkin sampai beberapa tahun.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Engkau gila!" teriaknya, "Laut hitam itu jauh sekali, kalau
engkau kesana mungkin sampai setahun dua tahun baru
datang kesini. Dan aku bagaimana . . .”
"Silahkan engkau pulang dan tiap hari datanglah kemari
untuk menengok apakah aku sudah kembali," kata si blo’on
seenaknya saja.
”Hai, tolol, apakah engkau sungguh-sungguh tak tahu?"
teriaknya.
"Tahu apa ?"
"Karena siku lenganku tertutuk, aku tak dapat
menggerakkan tubuhku?"
Blo'on melonjak seperti terpagut ular : "Hai, jadi engkau tak
dapat bergerak ? Apakah engkau mau jadi patung ?"
Walet-kuning benar-benar mau muntah darah karena
marahnya mendengar ocehan si blo'on yang tak keruan itu :
"Ya, sudahlah, pergilah engkau biar aku jadi patung disini."
Akhirnya karena jengkel sinona menjerit.
Blo'on melongo, garuk-garuk kepala dan berseru : "Ai, ai
serba salah. Kuminta engkau suruh aku melakukan apa,
engkau diam saja. Aku pergi, engkau marah-marah. Habis
bagaimana ?"
Tetapi nona itu diam saja. Ia pejamkan mata tak sudi
melihat cecongor si blo'on.
"Nona, beritahu kepadaku, bagaimana cara untuk membuka
jalan darahmu itu r"
Walet-kuning tetap membisu.
"Nona, engkau salah faham," bujuk si blo'on, "aku benarbenar
tak mencelakai mu, pun sungguh tak mengerti tentang
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
ilmu menutuk jalandarah engkau lurus percaya seperti engkau
harus percaya pula bahwa aku bukan pembunuh suhumu . . .
Si dara tetap diam.
"Hai, mengapa diajak bicara diam saja?" si blo'on garukgaruk
kepala, "apakah dia benar sudah jadi patung yang tak
dapat bicara?"
Diam-Diam diawasinya nona itu. Dari atas kepala sampai ke
ujung kaki. Diam-Diam ia mendapat kesan bahwa dara itu
cantik. Tetapi ia heran mengapa tangannya mengacung
keatas seperti hendak meninju. Lalu timbul pertanyaan lagi
dalam hatinya, apakah yang menyebabkan tangannya terus
saja mengacung keatas itu ?
"Ah, biarlah kuperiksanya," akhirnya ia memutuskan lalu
berkisar maju. Didapatinya lengan dara itu tak terluka sama
sekali. Aneh, mengapa tak mau menurunkan saja. Ia
memberanikan diri untuk memegang lengan si dara, dicobanya
untuk menurunkan. Uh. uh . . ia mendesus. Mengapa tangan
itu kaku sekali ?
la lepaskan cekalannya lalu mengangkat tangannya sendiri
keatas menirukan gaya nona itu Digerak-gerakkannya
tangannya sendiri turun naik beberapa kali, katanya : "Ah,
begini mudah sekali, mengapa dia tak mampu ? Asal sikunya
digerakkan, tangan tentu akan turun ..."
Dengan mendapat pikiran semacam itu, dipegangnya siku
lengan dara itu lalu dipijatnya dan...
"Hai, dapat bergerak . . . !"
Tetapi belum habis ia berseru, tiba-tiba tangan si dara
bergerak mendorong dadanya. Uh . . bluk , si blo'on terdorong
jatuh ketanah,
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Ternyata pada waktu pergelangan siku lengan nona itu
dipijat si blo'on serentak terbukalah jalandarahnya yang
tertutuk. Dan serentak itu juga ia menghantam si blo'on
sehingga terpelanting jatuh.
"Hai, aku sudah menolongmu, mengapa engkau malah
memukul aku?" si blo'on menegur. Tetapi Walet-kuning tak
peduli. Dengan gemas ia menendang pemuda itu dan
menghajarnya. Untuk menghindarkan diri, blo'onpun terpaksa
berguling-guling ditanah. Tetapi nona itu tak mau memberi
ampun lagi. Ia merasa telah dipermainkan maka saat itu ia
hendak membalas sepuas-puasnya.
Karena berguling-guling di tanah, pakaian pemuda blo'on
kotor semua, begitu pula kulit mukanya bergurat-gurat lantai
batu yang tak rata. Karena sakit lama kelamaan timbul pikiran
si blo'on untuk menghentikan amukan dara itu. Pada saat tinju
Walet-kuning melayang, si blo'onpun cepat menyambar. Nona
itu terkejut, bahkan si blo'on sendiri juga. Ia tak kira kalau
gerak tangannya begitu cepat sekali diluar kehendaknya. Cret,
tangan sinona dapat dicengkeramnya dan menjeritlah dara itu
kesakitan : "Ih . . .”
Walet-kuning hendak meronta tetapi ia rasakan tenaganya
merana. Cengkeiaman si blo'on telah melunglaikan sendi-sendi
uratnya.
"Mengapa engkau menghajar aku?" tegur pemuda blo'on
itu.
Walet-kuning tahu bahwa ia berhadapan dergan seorang
anakmuda yang aneh. Tolol tetapi sakti. Apabila ia berkeras
kepala, kemungkinan pemuda itu marah, tentulah akan
meremas tangannya. Mati ia tak takut tetapi kematian itu
berarti kematian yang sia-sia. Ia tak dapat membalaskan sakit
hati suhunya yang dibunuh pemuda itu. Maka lebih baik untuk
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
sementara ia menggunakan siasat lunak, membawanya ke
markas agar diadili oleh para tetua partai perkumpulannya.
"Engkau hendak menghancurkan tanganku ?" lengking si
dara menantang.
"Tidak," sahut si blo'on, "mana aku mampu?"
"Kalau tidak mengapa engkau memegang tanganku? Cis,
tak malu. anak laki pegang-pegang tangan anak perempuan,
hayo lepaskan!" bentak Walet-kuj ning.
"Ya, akan kulepas tetapi bagaimana kalau engkau memukul
aku lagi ?"
"Hm ..."
"Maukah engkau berjanji takkan memukul aku” tanya si
blo'on.
"Tergantung pada engkau. Kalau engkau memberi
keterangan yang jujur, aku tentu tak marah.”
"Ya, ya, baiklah, "si blo'on girang dan segera lepaskan
cekalannya. Lalu bertanya : "Nah sekarang tanialah."
"Engkau membunuh suhuku ?"
"Tidak !"
"Sungguh ?"
"Sungguh mati, nona. Aku berani disumpah.”
"Tetapi yang ada disini hanya engkau. Punggung suhu
tertikam pedang dan kerangka pedang itu berada ditangahmu.
Tanganmupun berlumuran darah. Bagaimana engkau masih
berani menyangkal?”
"Mengapa tak berani? Kalau aku membunuh tentu aku
mengaku membunuh. Tetapi aku tak merasa melakukan hal
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
itu. Aku berada disini, memegang kerangka pedang dan
tanganku berlumuran darah, itu tak kuketahui semua. Aku
sendiri juga heran tetapi aku tak dapat mengingat apa yang
telah terjadi pada diriku. Bahkan namaku dan siapa diriku,
akupun tak tahu. Otakku seperti hilang."
"Bohong !"
Serta merta pemuda blo'on itu berlutut di-hadapan Waletkuning.
Dengan mata berlinang-linang dan suara terharu ia
berkata: "Nona manis, kalau engkau kasihan padaku, berilah
aku obat agar otakku sembuh. Tetapi kalau engkau tak
kasihan, tak apa. Tetapi kuminta engkau mau percaya pada
keteranganku. Setidak-tidaknya untuk sementara waktu ini
sampai aku sudah sembuh, sudah dapat mengingat segala
apa. Maukah ?"
Melihat wajah si blo'on yang cakap dan bersih, timbullah
kesan Walet-kuning bahwa pemuda itu seorang yang jujur.
Adakah pemuda itu benar kehilangan daya ingatannya ?
Sejenak merenung, akhirnya ia memutuskan untuk
mengajaknya ke markas perguruannya dan menghadapkan
kepada beberapa tokoh yang berwewenang.
"Baik, tetapi engkau harus mau kubawa ke markas
perguruanku. Disana ada beberapa cianpwe yang akan
memeriksamu. Kalau engkau memang tak bersalah engkau
tentu dibebaskan dan akupun bersedia mengantar engkau
mencari otak naga itu."
"Benar?"
"Ya."
"Baik, baik," teriak pemuda blo'on itu tetapi tiba-tiba ia
kerutkan dahi, apakah 'cianpwe' itu? Dia manusia atau
binatang?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Si dara mau marah karena merasa hendak dipermainkan
tetapi demi melihat kesungguhan wajah pemuda itu, diamdiam
ia kasihan juga. Dari marah ia menjadi geli.
"Cianpwe itu adalah orang tua, dalam kalangan persilatan
ialah orangtua yang tinggi ilmu kepandaiannya," menerangkan
si dara.
"O." desuh si blo'on "mari kita pergi."
"Tunggu," seru si dara ketika melihat begitu omong, terus
saja si blo'on ayunkan langkah," bagaimana dengan mayat
suhuku ?"
"Ah, kurasa biar disini, jangan dipindah-pindah agar
memudahkan cianpwe-cianpwe itu memeriksa keadaannya."
"Dan suko ?"
"Apa itu suko ?" tanya si blo'on.
"Eh, engkau ini bagaimana, sudah hampir satu setengah
hari aku berteriak menyebut suko, mengapa engkau belum
tahu juga? Itu," ia menuding ke arah Rajawali-mata-biru yang
masih menggeletak pingsan, "suko-ku ialah engkoh
seperguruanku, mengerti ?"
"Ya, ya," kata si blo'on, maksudmu bagaimana?”
"Dia terluka dan pingsan, harus kita bawa pulang."-
"Ya, benar."
"Lalu siapa yang membawa ?" tanya si dara.
"Lha siapa ya?" blo'on balas bertanya, "bagaimana kalau
engkau ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Gila" desuh Walet-kuning, "aku seorang gadis bagaimana
disuruh memanggul seorang anak laki Dan lagi aku tentu tak
mampu membawanya melompati jurang karang ?"
"Mengapa tak dapat ?"
"Ih, apa engkau mampu”
Blo'on belum melihat betapa keadaan jurang karang yang
memisahkan puncak disitu dengan puncak diseberang. Demi
untuk menyenangkan hati si dara ia membusungkan dada :
"Anak laki-laki harus mampu dan tentu bisa melompati
jurang."
"Bagus " seru Walet-kuning, "sekaiang engkau panggul
sukoku itu dan marilah kita keluar."
Kali ini si blo'on sangat mendengar kata. Ia mengangkat
tubuh Rajawah-mata-biru lalu dipanggulnya. Ia heran
mengapa tubuh pemuda yang masih pingsan itu terasa ringan
sekali.
Tak berapa lama setelah melalui beberapa gunduk karang
mereka tiba disebuah tepi karang yang buntung. Si dara
berhenti.
"Nah, kita harus melompati jurang pemisah ini untuk
mencapai tepi karang diseberang," katanya seraya menunjuk
kekarang seberang, "kemudian» kita menuruni karang itu,
melintasi sebuah hutan dan baru tiba di markas perguruanku."
Si blo'on memandang kebawah. Demi melihat betapa dalam
jurang itu. hingga dasarnya sampai tak kelihatan, blo'on
mendesis kaget : "Aduh . . ngeri aku !"
"Ngeri ? Kenapa ?" tanya Walet-kuning. "Jurang ini ternyata
dalam sekali. Kalau jatuh bukankah tubuhku hancur lebur ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Benar," sahut si dara, "tetapi engkau memmiliki ilmu
meringankan tubuh yang hebat. Tak mungkin akan terjatuh."
"Benar . . eh, apa katamu? Ilmu meringakan tubuh? Apakah
ilmu meringankan tubuh itu?”
"Dalam istilah persilatan ilmu meringankan tubuh itu disebut
ginkang. Seorang yang ginkangnya tinggi dapat melayang di
udara sampai beberapa meter tingginya. Engkau tentu bisa,
bukan?”
"O, begitu," kata si blo'on, "tetapi aku tak bisa !"
Walet-kuning sudah muak mendengar kegilaan si blo'on. Ia
anggap pemuda itu memang suka berolok-berolok saja tetapi
sebenarnya memiliki ilmu kepadaian yang sakti. Maka ia tak
mempedulikannya lagi.
"Sekarang engkau atau aku yang lompat ke sana lebih
dulu?" tanya Walet-kuning.
"Tetapi aku tak dapat. Ih . . ngeri," kembali ia mengeluh
ketika melongok kebawah.
"Kutunggu diseberang sana," Walet-kuning terus enjot
tubuhnya melambung keudara. Dan pada lain kejab, dara
itupun sudah berdiri ditepi puncak yang terpisah tiga empat
tombak dari puncak tempat blo'on berdiri.
"Hayo, lekas engkau. Dan jangan lupa panggullah suko-ku
!" seru si dara
Si blo'on terlongong-longong. Bagaimana mungkin ia dapat
melintasi jurang yang lebarnya tiga empat tombak. Apalagi
disuruh memanggul seorang yang terluka.
"Aku tidak bisa, nona! Sungguh mati sampai tujuh kali
akupun bersedia kalau aKu bohong. Aku memang tak mampu
!" teriak si blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
”Lekas . . . !" teriak Walet-kuning pula yang sudah tak mau
mempedulikan ocehannya. Ia anggap pemuda blo'on itu tentu
dapat.
"Tidak " balas blo'on tak kalah kerasnya, "apakah engkau
hendak suruh aku mati dibawah dasar jurangini? O, betapa
kejam engkau ini, nona."
Walet-kuning termenung. Kalau ia memaki, sia-sia saja-
Pemuda blo'on itu sudah kebal dimaki. Lebih baik ia cari siasat
agar pemuda itu bangkit semangatnya.
"Hai, blo'on, kalau engkau takut, letakkan suko-ku ditanah
dan pergilah engkau. Walaupun aku seorang anak perempuan
tetapi tak sudi kalah dengan anak lelaki semacam engkau.
Mentang-Mentang berani buka bacot, menepuk dada sebagai
anak laki-laki, tetapi nyatanya,
cis . . melompati sebuah
jurang begini saja tak berani.
Berani berjanji tetapi tak malu
menjilat ludah !"
"Ludah siapa yang kujilat ?"
teriak blo'on.
"Ludahmu sendiri! Bukankah
engkau tadi berjanji mau
menggendong suko pulang ke
markas? Mengapa sekarang
nyalimu mengkeret ?"
"Hai, anak perempuan,jangan engkau terlalu menghina
padaku. Engkau kira aku tak berani melompati jurang ini ?
Lihatlah saja nanti !" tiba-tiba blo'on berteriak lalu pasang
kuda-kuda. Setelah menahan napas ia terus enjot kakinya
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
mengantar tubuhnya melayang keudara, melintasi mulut
jurang yag menganga beberapa meter itu.
Blo'on hanya dirangsang panasnya hati mendengar ejekan
Walet-kuning. Ia tak menyadari bahwa loncatan itu adalah
loncatan maut. Apabila gagal, pasti ia akan melayang turun
kedasar jurang yang dalamnya beberapa ratus meter.
"Uh, ternyata mudah saja," pikirnya ketika melayang diatas
mulut jurang. Dan ia tak merasakan suatu beban apa-apa
walaupun menggendong tubuh Rajawali mata-biru yang masih
pingsan.
Tetapi ketika hampir mencapai tepi karang, tiba-tiba ia
menunduk kepala dan : "Hai, tolongng...!" ia menjerit sekuatkuatnya
dan tubuhnyapun segera meluncur kebawah jurang.
Rasa kejut dan takut yang hebat telah menghentikan darah
dalam tubuh anak itu sehingga tubuhnya berat dan meluncur
kebawah.
"Hai, awas, tubuhmu tentu hancur lebur" teriak Waletkuning.
Teriakan si dara itu membuat blo'on gelagapan.
Seketika ia kencangkan urat-urat, mengempos semangat
dan bergeliatan meronta-ronta. Tubuhnya yang sudah
meluncur turun itu melambung keatas lagi. Dan sekali blo'on
ayunkan tubuh makaiapun melayang ketepi karang, tak
berapa jauh dari tempat Walet-kuning.
"Ah . . . ," Walet-kuning menghela napas longgar,
"mengapa engkau tiba-tiba menjerit lagi ?"
"Ai, ngeri sekali melihat jurang yang begitu dalam." kata
blo'on, "eh, apakah aku masih hidup ?"
"Ya."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Aneh," kata blo'on garuk-garuk kepala, "mengapa aku
dapat melompati jurang yang begitu lebar dengan
menggendong orang ?"
"Ginkangmu hebat sekali," seru Walet-kuning
"O, begitu ?" tanya blo'on, "mengapa aku tak merasa ?"
Walet-kuning tahu makin digubris, pemuda itu maikin
menjadi-jadi blo'onnya. Maka cepat ia mengajaknya berangkat
menuju ke markas perguruan-
"Berapa jauhnya ?" tanya blo'on.
"Lebih kurang dua tigapuluh li," sahut si dara.
"Apakah nama perguruanmu ?"
"Hea-san-pay "
"Siapakah nama gurumu itu?" tanya blo'on pula
"Kam Sian-hong."
"Bagus sekali nama itu, sayang orangnya sudah... ?”
"Engkau bunuh!" Walet-kuning menukas geram
"Ah, engkau rupanya tak percaya kalau aku merasa
membunuh suhumu."
"Hm, nanti didepan keempat tiang-lo Hoa-san-pay baru
dapat kita ketahui engkau bohong atau tidak."
”Siapakah empat tiang-lo itu ? Manusia atau bukan ?" tanya
blo'on.
Walet-kuning deliki mata dan membentak: ”Jangan kurang
ajar ! Keempat tiang-lo itu adalah empat orang tetua atau
tokoh angkatan tua dari Hoa-san-pay. Walaupun mereka
bukan ketua, tapi kedudukan mereka amat tinggi. Setiap ada
persoalan, suhu tentu minta pendapat mereka."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"O, kalau begitu tentu sudah tua renta sekali ?"
"Yang paling muda sendiri sudah berumur delpanpuluh
tahun. Yang tua hampir seratus tahun."
"Siapa nama mereka ?" tanya blo'on.
"Tertua bernama Naga-besi Pui Kian. Kedua Garuda-emas
Lim Cong, ketiga ialah Beruang-sakti Han Tiong dan keempat,
Naga-besi Pui Kiat".
"Uh, seram benar," kata blo'on, "lalu siapa lagi?"
"Masih banyak. Tak perlu kusebutkan narma-narmanya
"Dan engkau sendiri?”
"Walet-kuning Ui Hong-ing."
"Sukomu?"
"Beruang-mata-biru Ong Gwan."
"Lalu ..."
"Engkau ?" tukas si dara Hong-ing.
"Wan-ong-kiam."
Mau tak mau Hong-ing tertawa juga. Jelai nama itu adalah
tulisan pada pedang yang tertancap dipunggung suhunya.
"Wan-ong-kiam itu nama pedang, bukan nama orang",
serunya.
"Habis, aku tak ingat namaku lagi."
"Mau kuberi nama?" tanya Hong-ing.
"Ya, mau."
"Bagaimana kalau Blo'on?"
"Apa artinya blo'on?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Bego."
"Apa artinya bego itu ?" desak si blo'on.
"Goblok, tolol, kocluk seperti engkau!"
"O, bagus, bagus. Ya, namaku si Bloon sajalah," seru
pemuda itu gembira.
Hong-ing benar-benar seperti dikili-kili hatinya Muak-Muak
geli. Masakan diberi nama blo'on malah begtu gembira sekali.
"Engkau tak malu dipanggil Blo'on'" tanyanya
"Malu? Mengapa harus malu? Nama itu hanya untuk
mengenal dan membedakan. Kalau orang menertawakan
nama itu, bukanlah salahku. Tetapi salah orang yang
memberi."
"Aku?" tanya si dara Hong-ing.
"Ya, tetapi jangan kuatir. Blo'on itu bukan nama yang jahat,
bukan pula nama yang jelek. A-ku berterima kasih kepadamu
untuk pemberian nama itu. Bukankah didunia ini hanya aku
seorang yang mempunyai nama Blo'on ?"
Saat itu mereka sudah menuruni tanjakan karang dan
tengah menjelang melintasi sebuah hutan pohon siong.
Sekonyong-konyong muncul tiga jenis binatang. Seekor anjing
kuning sebesar anak kerbau, seekor monyet hitam dan seekor
burung rajawali. Ketiga binatang itu menyongsong Blo'on.
Anjing kuning terus menjilat-jilat kaki Blo'on. Monyet hitam
loncat duduk diatas bahu dan burung rajawali hinggap
dikepala si Blo'on Karena sedang mendukung Rajawali-matabiru
Ong Gwan yang pingsan, terpaksa si Blo'on memegangi
tubuh Ong Gwan supaya tidak jatuh hingga ia tak dapat
berbuat apa-apa ketika ketiga binatang itu menyerbunya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Mata Blo'on berkicup-kicup. Rasanya ia pernah melihat
ketiga binatang itu tetapi ia lupa sama sekali dimana dan
kapan pernah berjumpa.
”Hai, apakah binatang peliharaanmu ?" tanya Hong-ing.
"Bukan, aku tak kenal mereka !"
"Kalau begitu, biar kuhalaunya agar jangan
mengganggumu," seru Hong-ing.
Dara itu kuatir si Blo'on tak tahan diganggu monyet dan
burung la lu lepaskan pegangan tangannya. Sukonya tentu
kan terlepas jatuh."
"Jangan, biarkan saja . . ," cepat-cepat si Blo'on mencegah
tetapi terlambat. Hong-ing sudah lebih dulu menghantam
simonyet hitam Duk . . .
"Aduh . . '" Blo'on menjerit karena bahunya dihantam Honging.
Memang ketika tinju sida berayun, monyet hitam itu
sudah loncat ke udar lalu duduk lagi di bahu si Blo'on. Tinju
Hong-in mendapat bahu si Blo'on.
Hong-ing terkejut. Ia heran mengapa monyet itu
sedemikian gesit gerakannya. Kali ini ia hendak memukul
burung rajawali yang hinggap di kepala si Blo'on.
”Plak . . . aduh !" kembali si Blo'on menjerit "budak
perempuan setan, mengapa engkau memukul kepalaku !"
Hong-ing tertegun sekali. Ia seorang dara yang tinggi
ilmusilatnya. Pukulannya itupun dilancarkan cepat sekali.
Tetapi ternyata burung rajawali itupun amat tangkas. Begitu
tinju si dara melayang, burung itu segera terbang ke udara
dan hinggap pula di atas kepala Blo'on.
"Hai, budak perempuan, jangan gila-gilaan Kalau memukuli
kepalaku, sukomu tentu kulepaskan !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Si dara hanya menyeringai. Tanpa berkata apa-pa ia
menendang anjing kuning yang selalu melibat kaki si Blo'on
hingga mengganggu jalannya. Plak....
"Aduh . . " si Bloon menjerit dan rubuh. Anjing kuning
lompat kesamping, lutut si Blo'on termakan tendang Hong-ing
dan rubuhlah pemuda itu.
"Anak perempuan," Blo'on geleng-geleng kepala, "tak jadi
saja !"
Hong-ing tercengang : "Apa yang tak jadi?"
„Nama itu, ya nama Blo'on yang engkau berikan kepadaku.
kukembalikan kepadamu saja. Pakailah sendiri karena ternyata
engkau ini seorang gadis yang blo"on "
Hong-ing tahu apa yang dimaksudkan pemuda itu.
Merahlah mukanya. Tiga kali ia menyerang tiga binatang,
tetapi selalu luput. Diam-Diam ia heran. Sesaat kemudian
penasaran. Masakan dia kalah dengan binatang saja !
"Uh, siapa yang blo'on? Aku hendak mengusir binatang
yang mengganggumu itu, mengapa engkau marah?"
"Apakah begitu caranya mengusir. Binatang tidak pergi, aku
yang menjadi korbanmu !"
"Jangan ngoceh ! Lihat kuusirnya !" Walet-kuning mulai lagi
untuk menyerang. Tetapi sejak si Blo'on jatuh, rajawali, kera
dan anjing kuning sudah bersatu tegak disamping pemuda itu.
Monyet menunggang punggung anjing, burung rajawali
hinggap di kepala si monyet.
Waktu Hong-ing menyerang, ketiga binatang itupun
serempak menyongsong. Anjing menggigit kaki si dara,
monyet loncat ke bahu dan rajawali menyambar kepala.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
”Ih . . ," Hong-ing terkejut dan loncat menghindar ke
samping. Namun ketika binatang itupun kembali lagi berdiri di
samping si Blo'on.
Hong-ing heran, serunya : "Hai, Blo'on, binatang itu tentu
peliharaanmu. Kalau tidak masakan selalu melekat engkau
saja. Dan merekapun tahu juga berkelahi."
"Aku sendiri juga heran," seru Blo'on, "aku tak kenal
dengan mereka tetapi mengapa mereka menjaga aku ?" tibatiba
ia berpaling kepada binatang itu, tegurnya: "Hai, engkau,
aku tak kenal kepada kamu, hayo, enyahlah !"
Tetapi ketiga binatang itu malah ribut. Anjing menyalak,
monyet bercuit-cuit dan rajawali-pun bersuit nyaring. Seolaholah
tertawa-tawa mendengar si Blo'on bicara.
"Pergi . . . !" si Blo'on bangkit dan berteriak keras mengusir.
Tetapi tetap ketiga binatang itu diam saja. Karena jengkel, si
Blo'on menendang-Ketiga binatang itu hanya menyingkir
beberapa langkah saja, tetap tak mau pergi. Demikian tiap kali
si Blo'on memburu, memburu, mereka nyingkir tetapi berhenti
lagi.
"Kubantu engkau mengusir mereka !" teriak Hong-ing terus
lari hendak menyerang. Tetapi ketiga binatang itupun
serempak menyerang si dara.
Kalau si Blo'on yang menghalau, mereka hanya menyingkir.
Tetapi kalau Hong-ing yang mengusir mereka serempak
menyerang.
Akhirnya karena kewalahan, Hong-ing berseru: "Sudahlah,
jangan hiraukan ketiga binatang itu. Mari kita lanjutkan
perjalanan lagi !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Tak berapa lama merekapun tiba disebuah lembah. Sebuah
bangunan yang luasnya hampir menduduki seluruh lembah,
dipagari dengan dinding batu. Sepintas pandang menyerupai
sebuah markas tentara.
Begitu Walet-kuning Hong-ing masuk bersama seorang
pemuda yang memanggul seorang yang terluka, beberapa
anakmurid Hoa-san-pay segera mengerumuninya. Mereka
adalah murid-murid tingkat kedua dan ketiga. Murid tingkat
kesatu hanya lima orang. Ialah Ang Hin-liong, kedua Ko Sengtik,
ketiga Tian Hui-beng, keempat si Rajawali-mata-biru Ong
Gwan dan kelima Walet-kuning Ui Hong-
"Mengapa Ong suko ?” tanya mereka.
"Lekas bawa suko kedalam " seru Hong-ing. berapa murid
Hoa-san-pay segera menghampiri ketempat Blo'on dan
mengangkutnya kedalam.
Seorang pemuda baju biru menjurahdihadapan Ulo'on;
"Terima kasih atas pertolongan saudara membawa suko kami
yang terluka ..."
"Hai, Gui sute, engkau salah ! Dialah yang melukai suko!"
teriak Walet-kuning Hong-ing ketika melihat Gui Tik, murid
tingkat kedua dari Hoa -san-pay menghaturkan terima kasih
kepada Blo'on.
"Hai ?" Gui Tik yang sedang membungkukkan tubuh
berhenti setengah jalan dan cepat-cepat menegakkan diri lagi,
"dia yang melukai suko ?"
"Jagalah baik-baik, jangan sampai dia lolos ! Aku hendak
memberi laporan kepada keempat Tiang-lo!” kata Hong-ing
terus melesat masuk kedalam gedung
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Mendengar keterangan Hong-ing, beberapa murid Hoa-sanpaypun
segera maju mengepun Blo'on. Blo'on diam saja.
"Hm, besar sekali nyalimu, bung, berani melukai suko kami
!"' dengus Gui Tik.
Blo'on hanya kicup-kicupkan mata tetapi tak menjawab.
"Siapa namamu !" bentak Gui Tik.
Blo'on tak mau menjawab, la mengusap peluh yang
membasahi mukanya. Tiba-Tiba jarinya membentur lubang
hidung dan seketika iapun berbangkis "Hajingngng . . . !"
"Bangsat'" Gui Tik tiba-tiba menjerit dan memaki Karena
hanya terpisah dua tiga langkah dengan-Blo'on, Gui Tik
tertabur cairan ingus dari hidung si Blo'on. Rupanya kuat
sekali semburan hidung Blo'on itu sehingga mata Gui Tik
terasa sakit seperti ditabur butir-butir pasir.
Gui Tik mencabut pedang dan maju menghampiri lalu
mengangkat pedang: "Bilang, siapa nama mu?”
Blo'on mengangkat muka. Saat itu ia menghadap ke barat
dan justeru matahari sudah berada disebelah barat. Karena
muka menengadah, lubang hidungnyapun terlimpah sinar
matahari. Seketika pula ia berbangkis lagi, hajingngng ....
Gui Tik menjerit dan menyurut mundur dua tiga angkah
sambil mendekap mukanya. Melihat itu beberapa murid yang
mengepung serentak hendak menyerbu. Tetapi melihat si
Blo'on berdiri tegak sambil menyikapkan kedua tangannya
kedada, murid-murid Hoa-san-pay itu berhenti. Sebagai murid
perguruan silat merekapun pernah mendengar petuah
suhunya bahwa orang yang memiliki kepandaian tinggi tentu
tenang sekali sikapnya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on bersikap tenang karena sudah paserah asib. Tetapi
sikap itu diartikan oleh murid-murid Hoa-san-pay sebagai sikap
seorang yang berisi. Apalagi jelas mereka mendengar
keterangan dari Hong-ig, bahwa Blo'onlah yang melukai
Rajawali-mata-biru tetapi tetap berani datang ke markas situ.
Kalau tidak mempunyai kepandaian sakti masakan dia berani
bertindak begitu ? Bukankah Hoa-san-pay itu sebuah
perguruan silat yang cukup ditakuti dan di indahkan kaum
persilatan ?
"Bayar jiwa suko kami !" teriak Gui Tik seraya maju hendak
menusuk.
"Jangan sute," tiba-tiba seorang pemuda bertul buh tinggi
kurus berseru mencegah, "ingat pesan Hong-ing su-ci. Kita
disuruh menjaga, bukan disuruh menyerangnya !"
"Tetapi dia ..."
"Dia tidak melarikan diri," tukas pemuda tinggi kurus pula.
"maka kitapun harus mengindahkan pesan Hong-ing suci.
Tunggu saja nanti keempat Tiang-lo yang membereskannya.
Kalau kita bertindak sendiri tentu akan menerima hukuman
karena dianggap lancang !"
Yang berkata itu Li Cong-bun, juga murid Hoa-san-pay
tingkat kedua, suheng atau kakak seperguruan dari Gui Tik.
Gui Tik terpaksa menahan diri. Ia tak berani melanggar
peringatan sukonya yang memang tepat.
"Saudara," kata Cong-bun dengan nada ramah kepada
Blo'on, "mengapa saudara melukai suko kami ? Apakah
urusannya?"
Blo'on tetap membisu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Apakah saudara tak tahu kalau Hoa-san-pay itu sumber
pencetak jago-jago silat yang Iihay ?"
Blo'on masih diam.
"Apakah kedatangan saudara ke markas Hol san-pay ini
hendak menyerahkan diri atau hendak menantang kami?"
masih Cong-bun bertanya sabaj
Blo'on diam.
"Mengapa saudara tak menjawab? Apakah benar-benar
saudara memandang rendah kepada murid-murid Hoa-sanpay
?" nada Cong-bun mulai kurang puas.
Blo'on tak mau bicara.
”Hm, rupanya saudara memang bermaksud begitu. Baik,
hayo, cabutlah senjatamu dan mari kita main-main barang
beberapa jurus saja ! „ tantang Cong-bUn yang sudah hilang
sabarnya.
Namun Blo'on tetap diam. Paling-Paling hanya hidungnya
yang menyeringai.
"Apakah engkau bisu, bung !" teriak Cong-bun makin
sengit.
Blo'on tetap diam.
"Hai, engkau memang bisu ! Celaka, mengapa seorang bisu
seperti engkau berani melukai murid Hoa-san-pay !" seru
Cong-bun seraya maju menghampiri dan siap hendak
memukul. Tetapi sekonyong-konyong dari dalam gedung
muncul berpuluh-puluh orang. Cong-bun hentikan tangannya.
Empat orang kakek tua berjalan dengan langkah goyang
gontai, diiring oleh tiga orang pemuda. Dibelakang pemuda itu
diiring oleh beberapa puluh murid-murid Hoa-san-pay.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Rombongan anakmurid Hoa-san-pay yang mengepung
segera memberi jalan kepada rombongan kakek tua itu.
Keempat kakek tua itu ialah yang disebut empat Tiang-lo
dari Hoa-san-pay. Sedang ketiga pemuda tegap dibelakangnya
itu ialah Ang Hin-liong, fci Seng dan Tian Hui-beng, murid
tingkat pertama dari Hoa-san-pay dan suheng dari Rajawalimata-
biru serta Walet-kuning.
Sedangkan keempat kakek tua itu ialah keempat Tiang-lo.
Yang paling tua sendiri Naga-besi Pui Ki, lalu Beruang-sakti
Han Tiong, Kilin-emas Lim-Ping dan Serigala- bergigi-perak
Bok Jiang. Mereka berhenti di hadapan si Blo'on.
"Anakmuda, siapakah engkau ?" Naga-besi Pui Kian yang
paling tua mulai menegur.
"Lo-cianpwe menanyakan diriku atau namaku ?" Blo'on
balas bertanya dengan menyebut locianpwe atau orangtua
yang terhormat.
"Dirimu."
"Diriku ? Diriku ya aku ini," sahut Blo'on seraya menepuknepuk
dadanya.
Jawaban itu membuat sekalian murid Hoal san-pay gempar.
Dihadapan keempat Tiang-lo, masakan pemuda itu berani
bersikap sekurangajar begitu
"Jangan kurang ajar!"bentak salah seorang dari kakek itu
ialah Serigala-bergigi-perak Bok Jiangl "engkau tahu siapa
yang engkau hadapi ini ?'
"Tahu," jawab Blo'on.
"Siapa ?" Seru Serigala-gigi-perak pula.
"Empat orang kakek tua renta !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Jawaban Blo'on itu disambut dengan suara rang
menggeram penuh kemarahan dari murid-murid Hoa san-pay
Apabila keempat Tiang-lo itu mengizinkan, ingin sekali mereka
meremuk pemuda kurang ajar
"Tahu nama kami?" masih Serigala-gigi-perak melanjutkan
pertanyaan. Belum ada tanda-tanda ia marah. Mungkin dia
hendak menjaga gengsi sebagai seorang cianpwe, tak boleh
merendahkan diri berbantah dengan seorang anakmuda.
"Belum," sahut Blo'on, "tahu saja baru sekarang masakan
sudah kenal namanya." Keempat Tiang-lo terkesiap.
"Ketahuilah, kami berempat ini adalah Tiang-lo dari Hoasan-
pay ..."
"O," sambut Blo'on tenang-tenang "Dan yang bertanya
kepadamu tadi ialah Tiang-lo yang peitama ialah Naga-besi Pui
Kian...."
"O," kembali Blo'on mendesuh kaget. Lalu berseru girang,
"bagus, sungguh kebetulan sekali. Aku tak pergi jauh-jauh ke
Laut Hitam. Ternyata disini juga terdapat naga !"
Sudah tentu keempat Tiang-lo dan murid-murid Hoa-sanpay
terlongong-longong heran. Mereka tak tahu apa sebab
anakmuda itu tiba-tiba saja begitu girang.
"Apa katamu ?" tegur Serigala-gigi-perak.
"Lo-cianpwe, aku menderita sakit yang aneh. hakku hilang
sehingga aku tak ingat apa-apa lagi. Menurut keterangan anak
perempuan yang membawa aku kemari tadi, penyakitku itu
hanya dapat disembuhkan dengan makan otak naga. Kalau disini
ada Naga-besi, bukankah aku dapat meminta otaknya
untuk mengobati otakku itu ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Jahanam! Berani sekali engkau menghina Tianglo kami !"
tiba-tiba seorang pemuda berteriak terus ! loncat kemuka
hendak menyerang Blo'on.
"Hin-liong. jangan !" serigala-gigi-perak cepat mencegah
tindakan Hin-liong murid pertama dari Hoa-san-pay. Dan
pemuda itupun hentikan langkahnya.
"Otakmu hilang? Bagaimana engkau tahu kalau otakmu
hilang?" tanya Serigala-gigi-perak.
"Aku tak ingat apa-apa, tak dapat berpikir. Bukankah
karena otakku hilang ?"
Serigala-gigi-perak mendapat kesan bahwa pemuda itu
memang tak waras pikirannya. Namun untuk lebih mendapat
kepastian, ia harus mengajukan beberapa pertanyaan lagi.
"Siapa namamu ?"
"Nama dulu atau nama sekarang ?"
"Eh, apakah engkau mempunyai dua nama?".
"Tentulah begitu."
"Siapa namamu yang dulu dan sekarang," masih Serigalagigi-
perak bersikap sabar.
"Namaku yang dulu, aku tak ingat lagi. Namaku yang
sekarang ialah Blo'on."
"Blo'on ? Siapa yang memberi nama itu ?"
"Anak perempuan yang membawaku kemari itul”
"Oh," dengus Serigala-gigi-perak, "engkau merima
mendapat nama itu ?"
"Ya, nama itu bagus sekali."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Rupanya Serigala-gigi-perak menyadari bahwa dia terlalu
banyak yang mengajukan pertanyaan. maka diapun segera
berkata: "Blo'on, sekarang Pui suheng hendak bertanya
kepadamu. Engkau harus menjawab yang benar."
"Ya," sahut Blo'on.
Setelah dipersilahkan Serigala-gigi-perak, maka Naga-besi
Pui kian mulai mengajukan pertanyaan lagi: "Hai, anakmuda,
engkau dari perguruan mana”
"Justeru itulah yang hendak kutanyakan kepada cianpwe
sekalian." jawab Blo'on.
"Bertanya bagaimana?" Naga-besi kerutkan kening.
"Seperti yang telah kukatakan tadi, aku menderita suatu
penyakit yang aneh otakku hilang, aku tak ingat apa-apa lagi.
Bahkan siapa diriku, namaku asal usulku, aku tak mengerti.
Maka aku hendak minta tulung kepada cianpwe dan sekalian
saudara-saudara disini untuk memberitahu siapa diriku ini."
"Aneh," gumam Naga-besi Pui Kian, "kalau engkau tak
kenal dirimu sendiri bagaimana orang lain dapat
mengenalmu?"
"Bukan begitu," sahut Blo'on, "kemungkinan diantara
cianpwe dan saudara-saudara disini pernah melihat aku dan
tahu siapakah diriku ini ?"
"Hm," dengus Naga-sakti Pui Kian lalu mengeliarkan
pandang mata kearah murid-murid Hoa-san-pay: "Siapakah
diantara kamu yang pernah melihat anak ini?
Murid-Murid Hoa-san-pay mencurahkan pandang maka
kepada Blo'on lalu saling berpandangan dan telengkan kepala
kemudian menyatakan tak kenal.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Nah, tidak ada murid Hoa-san-pay yang kenal padamu.
Sekarang engkau harus berusaha untuk mengenal dirimu
sendiri !" seru Naga-besi Pu kian.
"Tidak bisa !" bantah Blo'on, "sebelum otak ku kembali,
mana aku bisa mengingat semua peristiwa yang lampau ?"
"Ngaco !" bentak Naga-besi Pui Kian.
"Eh, engkau tak percaya ? Begini saja, aku membutuhkan
bantuanmu. Kalau engkau meluluskan, aku tentu dapat
memberi keterangan yang jelas."
"Bantuan apa ?"
"Tadi cianpwe yang itu," Blo'on menunjuk kepada Serigalagigi-
perak, "mengatakan kalau engkau bergelar Naga-besi.
Aku membutuhkan otak naga untuk menyembuhkan
penyakitku itu. Boleh kah aku meminta otak itu dari engkau.
Ya, sedikit sajalah sudah cukup ..."
"Bangsat, jangan kurang ajar!" Hin-liong cepat hendak maju
menghajar. Tetapi dicegah oleh Naga-besi Pui Kian.
"Ya, akan kuberi. Tetapi lebih dulu engkau harus
menerangkan mengapa engkau membunul Kam Sian-hong
kaucu, ketua Hoa-san-pay?" Naga-besi.
"Aku tak membunuhnya !"
"Bohong ! Coba engkau ingat-ingat lagi !" Naga-besi Pui
Kian.
"Tidak bisa, aku tidak ingat apa-apa lagi otakku macet.
Mungkin aku membunuhnya, mungkin tidak ..."
"Bukan mungkin lagi tetapi memang engkau telah
membunuhnya. Sarung pedang dan darah di tanganmu itu,
bukti yang jelas !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Eh, bagaimana engkau tahu ? Apakah engkau melihatnya
sendiri? Apakah engkau sudah menyaksikan mayat itu ?"
"Hong-ing telah memberi laporan kepadaku," kata Nagabesi
Pui Kian. Tetapi pada lain saat ia pun menyadari bahwa
sebelum memeriksa mayat Kam Sian-hong, ia memang belum
mendapat gam baran jelas dan belum dapat menarik
kesimpulan yang tepat.
"Gui Tik, Cong-bun, pergi ke guha dan ambillah jenazah
suhumu kemari," Naga-besi segera memberi perintah kepada
kedua murid tingkat kedua itu.
Gui Tik dan Cong-bun bergegas melakukan perintah.
"Hm, walaupun kusuruh mengangkut jenazah itu kemari
tetapi bukan berarti bahwa engkau bebas dari tuduhan.
Karena bagaimanapun juga, tetap engkau yang
membunuhnya!" kata Naga-besi pada Blo'on.
"Aneh, aku tak kenal padanya, mengapa aku hurus
membunuhnya ?" seru Blo'on.
"Sudah jelas, engkau tentu hendak merebut rumput Liongsi-
jau yang berumur seribu tahun itu. Rumput yang jarang
terdapat di dunia !”
"Tidak! Aku tak tahu rumput apa itu, bagai mana aku
hendak merebutnya. Buat apa?" bantah Blo'on.
Naga-besi Pui Kian tertawa mengejek : "Memang pencuri
tentu tak mau mengaku kalau tidak digebuk ..."
"Tetapi aku bukan pencuri ! Waktu aku bangun kulihat
sesosok mayat. Aku sendiri heran mengapa tahu-tahu aku
berada di guha itu."
"Baik," kata Naga-besi Pui Kian, "akan kubuktikan engkau
benar mencuri rumput mustika itu atau tidak."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"O, bagus, bagus, enkau bijaksana !" teriak Blo'on girang
"Jangan terburu bergirang dulu," seru Naga besi, "engkau
dengarkan dulu cara yang hendak kulakukan untuk menguji
engkau. Ialah begini, kalau engkau dapat menahan
seranganku sampai tiga jurus, berarti engkau mencuri rumput
mustika itu."
"Kalau tidak dapat menahan seranganmu” tanya Blo'on
"Engkau harus mati !"
"O, bagus sekali cara itu . . eh, tidak, tidak Aku rugi, bisa
menahan, dianggap pencuri. Kalau tidak bisa, harus mati.
Cara apa itu?" teriak Blo'on tak puas.
"Cara untuk menebus kematian seorang ketua seorang
ketua perguruan silat yang terbunuh secara licik !"
"Tidak adil !" teriak Blo'on.
"Memang seorang pembunuh selalu menuduh hakim tidak
adil," Naga-besi Pui Kian mendengus, "tetapi hutang jiwa
harus bayar jiwa. Jika engkau dibunuh, engkau masih untung
karena jiwa seorang ketua perguruan silat sebesar Hoa-sanpay
hanya ditukari dengan jiwa seorang pemuda kerucuk."
"Kalau aku memang yang membunuh, tentu dengan rela
kuserahkan jiwaku untuk dibunuh. Te tapi aku tak tahu dan
tak ingat apa-apa lagi. Biarlah aku menemukan diriku yang
hilang ini lebih dahulu, baru nanti aku akan datang kemari
untuk membuat penyelesaian."
"Hm, enak saja engkau omong," dengus Naga-besi pula",
seolah-olah engkau dapat berbuat sekehendak hatimu."
"Aku merasa tak bersalah, kalaupun bersalah juga aku tak
ingat apa-apa lagi. Aku datang kemari bukan hendak
menyerahkan diri tetapi hendak mencari pengenal diriku.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Karena kamu tak ada yang kenal padaku, percuma aku berada
disini. Aku segera angkat kaki saja ..." habis berkata Blo'on
terus ayunkan langkah.
"Hm . . hayo, maju biar kutabas tubuhmu!" seru anak-anak
murid Hoa-san-pay yang menghadang jaan, seraya lintangkan
senjata.
Tiba-Tiba serangkum angin tajam bergelombang
mendampar punggung si Blo'on sehingga karena gugup anak
itupun hentakkan kaki dan melayangkan tubuhnya ke udara.
Beberapa anakmurid Hoa-san-pay yang hendak
menghadang itu, terkejut sekali ketika Blo'on melayang
melampau atas kepala mereka. Tetapi Blo'on sendiri juga
heran mengapa ia rasakan tubuhnya amat ringan sekali.
Begitu melayang turun ketanah, Blo'on terus hendak
melarikan diri tetapi alangkah kejutnya ketika seorang kakek
sudah menghadang dihadapan. Dan ketika memandang
kemuka ternyata kakek itu adalah Beruang-sakti Han Tiong,
tianglo kedua dari Hoa-san-pay. Kakek itu digelari Beruangsakti
karena waktu mudanya seorang yang bertubuh tinggi
besar, sekujur tubuhnya penuh bulu lebat. Dan yang istimewa,
kedua tangannya lebih panjang dari tangan orang biasa,
hingga mencapai lutut. Dengan ciri-ciri itulah maka orang
persilatan memberinya gelaran si Beruang-sakti.
"Hm, monyet, jangan ngimpi engkau dapat melarikan diri "
dengus kakek Beruang-sakti Han Tiong.
"Siapa yang engkau sebut monyet itu? Aku? Uh, apakah aku
mirip dengan monyet ?" sahut Blo'on.
"Ya, engkau bukan mirip tetapi memang serupa dengan
monyet yang kurang ajar dan harus disembelih.”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Aduh ! Apakah lo-cianpwe ini suka makan daging monyet ?
Enakkah daging monyet itu ?"
Sejak mendengarkan percakapan si Blo'on dengan "Nagabesi
Pui Kian dan Serigala-gigi-perak tadi, Beruang-sakti Lim
Ping sudah mempunyai kesan bahwa pemuda itu memang
seorang blo'on dan suka bicara yang tak keruan. Maka ia tak
mau tarik urat dengan pemuda itu.
"Jangan banyak mulut !" sekonyong-konyong Beruang-sakti
ulurkan tangannya yang panjang untuk mengcengkeram dada
si Blo'on.
"Ah, Io-cianrwe . . . ," karena ketakutan si Blo'on menyurut
mundur selangkah dan luputlah cengkeraman tianglo Hoa-sanpay
itu.
Gerak penghindaran yang dilakukan Blo'on itu sebenarnya
karena rasa takut. Tetapi bagi Beruang-sakti, gerakan anak itu
dianggapnya suatu gerak yang luar biasa. Dan memang diamdiam
ia terkejut karena anak itu mampu meloloskan diri dari
cengkeramannya yang disebut jurus Beruang-merogoh-hati.
Suatu ilmu cengkeraman yang hebat dan jaang dapat dihindari
oleh tokoh-tokoh persilatan yang pernah bertempur dengan
dia.
"Hm, hebat benar kepandaianmu !" dengus Beruang-saKti
seraya memburu maju dan mencengkeram bahu Blo'on.
Gerakan itu disebut jurus Beruang-menyambar ikan-lele.
Menggambarkan seekor beruang yang sesedang berburu ikan
dalam sungai. Setiap tampak ikan unjuk diri dalam air, dengan
gerak yang cepat, beruang itu tentu menyambarnya.
'Uh . . ," Blo’on terkejut dan condongkan tubuhnya kebawah
untuk menghindar. Tetapi cengkeraman Beruang-sakti lebih
cepat. Apalagi tangannya yang panjang, banyak
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
membantunya. Bahu Blo'on tercengkeraman dan anak itu
meringis kesakitan.
Sebelum ajal berpantang maut. Demikian pula Blo'on.
Karena ingin melepaskan diri dari cengkeraman besi, tanpa
disadari ia gerakkan tangan kanannya untuk menghantam
tangan orang yang mencengkeram bahu kirinya. Plak . . .
Beruang! sakti terkejut,,, ketika tangannya serasa terhantam
sebuah paluiv-besi. Lengannya gemetar dan
cengkeramannyapun terlepas. Sebelum melepaskan
cengkeramannya, ia mendorong bahu pemuda itu.
"Uh .... uh....." mulut Blo'on mendesuh dan tubuhnya
terhuyung-huyung lima enam langkah dan jatuhlah ia
terduduk di tanah. Ketika memandang bahu kirinya ternyata;
bajunya telah robek, berlubang sebesar cengkeram tangan
orang.
Beberapa murid Hoa-san-pay tingkat dua, begitu
mengetahui Blo'on jatuh, cepat mereka loncat hendak
meringkusnya. Tetapi timbullah naluri Blo'on sebagai seorang
manusia yang hendak mempertahankan hidup, tiba-tiba
merangkum segenggam pasir lalu ditaburkan.
"Aduh . . aduh . . " terdengar jerit pekikan dari murid-murid
Hoa-san-pay yang hendak meringkus-nya ketika muka dan
mata mereka tertabur pasir, entah bagaimana, butir-butir pasir
yang ditaburkan Blo'on seperti berobah menjadi percikan besi
baja sehingga biji mata mereka seperti pecah dan wajah
mereka seperti ditusuki jarum-jarum yang tajam. Sakitnya
bukan alang kepalang.
Sambil mendekap muka, murid-murid Hoa-san-pay itu
serempak mundur beberapa langkah.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Jahanam, jangan terlalu menghina murid Hoa-san-pay."
Ang Hin-liong, murid pertama dari mendiang ketua Hoa-sanpay,
apungkan tubuh melayang ke hadapan Blo'on dan
membentaknya, "hayo, keluarkanlah senjatamu dan mari kita
bertanding !"
Blo'on bangun segan-segan dan segan-segan pula ia
menjawab : "Kedatanganku kemari untuk mencari orang yang
dapat mengenal diriku. Bukan untuk berkelahi. Kalau engkau
mau berkelahi, berkelahi-lah sendiri. Aku tak dapat berkelahi !"
"Lekas cabut senjatamu !" bentak Ang Hin-
"Buat apa ?"
"Kita bertempur sampai mati !"
"Tidak !"
”Aku tak mau bertempur dan tak mau mati, sebelum tahu
diriku ini siapa !"
Ang Hin-liong mendengus: "Engkau mau bertempur atau
tidak, tetap harus bertempur. Engkau mau mati atau tidak,
tetap harus mati !"
'"Eh, bung, mengapa engkau main paksa begitu ? Apakah
engkau anggap aku ini musuhmu?"
"Ya, musuh besar karena engkau berani membunuh suhuku
!"
Dengan wajah ngotot, Blo'on menjawab: "Tanialah pada
suhumu, kalau benar aku yang membunuhnya, engkau boleh
menebas kepalaku. Tetapi kalau tidak, engkau harus minta
maaf kepadaku .. "
"Ngaco!" bentak Ang Hin-liong, "orang yang sudah mati,
bagaimana dapat bicara !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Mengapa tidak bisa ? Gampang saja kalau engkau mau
bicara dengan suhumu !"
"Hm, jangan gila-gilaan engkau !"
"Siapa yang gila-gilaan? Kalau engkau sampai tak dapat
bicara dengan suhumu, penggallah kepalaku ini," kata Blo'on
seraya menjulurkan lehernya kemuka."
"Tutup bacotmu!" bentak Ang Hin-liong marah "Engkau
mengatakan tak bisa, tetapi aku bilang bisa. Mengapa engkau
suruh aku tutup mulut ?"
"Coba katakan bagaimana caranya '." akhirnya An Hin-liong
kewalahan juga.
"Mudah," Blo'on menengadahkan muka, "tetapi ada
syaratnya."
"Bagaimana syaratnya ?"
"Engkau harus hentikan seranganmu dan jangan
menyerang aku lagi !"
Sejenak merenung akhirnya Ang Hin-liong mau juga
menerimanya. Pikirnya, tak mungkin orang hidup dapat
mengajak bicara orang mati. "Baik, katakanlah !" seru Hinliong.
"Dengarkanlah. Kalau engkau tak dapat mengajak suhumu
bicara, itu karena engkau tak menggunakan bahasa orang
mati."
"Bahasa orang mati ?”
"Ya, orang mati lain bahasanya dengan orang hidup."
"Bagaimana aku dapat berbahasa orang mati?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Mudah saja bung," kata Blo'on dengan bangga, "engkau
harus menyusul mati !"
"Bangsat, engkau menipu aku !" teriak Hin-liong seraya
hendak menyerang dengan pedang.
"Nanti dulu !" teriak Blo'on seraya julurkan kedua telapak
tangan kemuka untuk mencegah, "aku tidak menipu. Memang
begitulah caranya. Bukankah engkau belum mencoba,
mengapa bilang kalau aku menipu ?"
"Engkau gila ! Dengan begitu engkau suruh aku mati, bukan
?" Hin-liong deliki mata.
'"Terserah, bung," sahut Blo'on, "tetapi aku sudah
memberitahukan caranya dan engkaupun sudah menerima
syaratnya. Mengapa sekarang engkau hendak ingkar janji ?"
Hin-liong merah mukanya. Ia benar-benar malu karena
dapat ditipu melek-melek oleh seorang pemuda blo'on. la
malu, marah tetapi tak dapat berbuat apa-apa kecuali tegak
terlongong-longong seperti patung.
Beruang-sakti Lim Ping, tianglo kedua dari Hoa-san-pay
dibikin kejut. Sekarang Ang Hin-liong murid pertama dari
perguruan itupun dibikin mati kutu. Serentak hiruk pikuklah
murid-murid Hoa-san-pay yang menyaksikan peristiwa itu.
Belum pernah markas Hoa-san-pay segempar saat itu.
'"Bangsat, makanlah pedangku ini !" pemuda Ko Seng-tik,
murid kedua dari Hoa-san-pay serentak loncat menerjang
Blo'on.
Cret, cret . . . dua buah gerak tabasan yang diarahkan ke
kepala Blo’on, karena Blo'on kaget dan miringkan kepala,
hanya berhasil memapas segenggam rambut pada bagian atas
jidat dan bagian belakang kepala yang gondrong.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Karena kehilangan rambut itu, wajah si Blo'on tampak lucu
Mau tak mau Ko Seng-tik geli juga Apalagi dasarnya dia
memang senang bergurau. Sebelum membunuh, ia hendak
menjadikan si Blo'on bulan-bulan tertawa. Cret. cret, cret ....
rambut bagian atas kepala, kedua alis Blo'on terpapas habis
Memang diantara murid-murid Hoa-san-pay, Seng-tiklah
yang paling hebat memapas alis orang tanpa orang itu
terpapas kulitnya.
Karena merasa silir, Blo'on merabah kepalanya dan astaga .
. rambut bagian ubun-ubun kepalanya hilang. Merabah alis,
pun hilang . . .
"Ha. ha. ha . . " terdengar gelak tertawa murid Hoa-san-pay
menyaksikan perwujutan Blo'on itu. Kaiena rambut bagian atas
hilang maka pala Blo'on itu
seperti memakai kopiah
hitam dan atasnya berlubang.
Dan karena sepasang alisnya
hilang, wajah Blo'on benarbenar
seperti setan
kesiangan . . . .
"Ha. ha, ha . . ," tiba-tiba
Blo'on ikut tertawa gelakgelak
sehingga murid-murid
Hoa-san-pay itu berhenti
tertawa karena heran.
Mereka ingin tahu mengapa
Blo'on juga tertawa.
Bukankah dia yang dijadikan bahan tertawaan ? Sampaipun
Ko Seng-tik juga hentikan pedangnya dan memandang Blo'on.
"Mengapa engkau tertawa !" tegur Seng-tik.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Entah aku tak tahu, aku hanya ikut tertawa pada kawankawanmu
itu saja !" sahut Blo'on.
"Kita tertawa karena melihat wajahmu bukan seperti
manusia tetapi seperti setan kesiangan !"
"Terima kasih, bung."
"Terima kasih ? Mengapa ?" Seng-tik heran.
"Rambutku kotor dan banyak kutunya. Ingin cukur tak ada
yang mencukur. Sekarang engkau tolongi aku mencukurnya.
Bukankah aku harus terima kasih kepadamu ?"
Ko seng-tik terbelalak.
"Kalau suka, jangan kepalang tanggung, cukurlah semua
rambutku biar gundul !"
"Hm, akan kujadikan engkau setan gundul!" seru Ko Sengtik
seraya kiblatkan pedang dan tahu-tahu kepala Bio'on sudah
klirnis, "dan sekarang engkau harus mampus !"
"Hai, jangan . . . !" Blo'on berteriak kaget ketika leher
bajunya dicengkeraman tangan kiri Seng-tik lalu hendak
ditusuk dengan pedang. Karena kaget, kaki Blo'on
menendang, uh . . . tendangan itu tepat mengenai perut
Seng-tik sehingga terlempar beberapa belas meter jauhnya
dan rubuh tak sadarkan diri lagi.
"Bunuh ? Bunuh bangsat gundu! !" terdengar hiruk pikuk
berpuluh-puluh murid Hoa-san-pay seraya menghunus senjata
dan mengepung Blo'on. Keempat Tiang-lo Hoa-san-paypun
melangkah maju menghampiri Blo'on. Wajah mereka
membesi, matanya berkilat-kilat memancar sinar merah. Sinar
yang mengandung darah pembunuhan . . . .
-oooo0dw0oooTiraikasih
website http://kangzusi.com.
Jilid 4
Aneh bin ajaib.
Walaupun menderita penyakit aneh sehingga pikirannya
terasa hampa namun Blo'on mengerti apa yang dihadapinya
saat itu. Ia hanya tak dapat mengingat apa yang telah terjadi
pada masa yang lampau, bahkan apa yang terjadi pada hari
kemarin. Oleh karena itu ia tak mengenali dirinya sendiri, tak
tahu siapa namanya.
Tetapi apa yang dialami saat itu, yang dilihat dan dirasakan
saat itu, ia tahu dan mengerti. Demikianpun ketika keempat
kakek Hoa-san-pay dan berpuluh-puluh murid Hoa-san-pay
menghampiri ketempat ia berdiri dengan wajah bengis dan
mata berapi-api. Blo'onpun tahu bahwa ia hendak dibunuh.
Namun apa guna ia tahu? Karena sekalipun tahu ia juga tak
dapat berbuat apa-apa. Ia merasa tak mengerti ilmusilat.
Bagaimana mungkin ia dapat menghadapi serbuan mereka
Sekalipun daya ingatannya hilang, namun nalurinya sebagai
seorang manusia yang sayang akan jiwanya tetap masih
dimiliki Blo'on. Tak dapat melawanpun harus mencari daya
upaya. Dan satu-sa-tunya dava hanialah melarikan diri. Ya, lari
paling selamat.
Tepat pada saat ia mempunyai keputusan begitu, tiba-tiba
dua orang murid Hoa-san-pay yang menjaga pintu markas
berlari-lari dan menjerit-jerit :
"Haya, anjing gila . . . monyet gila . . . burung gila..”
Baik keempat Tiang-lo maupun murid-murid Hoa-san-pay
yang hendak menyerbu Blo'on, terpaksa harus berhenti dan
memandang kepada kedua orang yang berlari-lari mendatangi
itu. Mereka heran mendengar teriakan kedua anak murid itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kalau anjing gila, itu masih dapat diterima. Tetapi monyetpun
gila, burung juga gila, ah, benar-benar mengherankan sekali !
Cepat sekali kedua murid Hoa-san-pay itu tiba di hadapan
keempat Tiang-lo dengan napas terengah-engah mereka
berkata : "Tianglo . . kami diamuk . . . diamuk anjing,
monyet dan burung rajawali ..."
Naga-besi Pui Kian suruh kedua orang itu tenangkan diri
dulu. Setelah itu baru bicara.
Beberapa saat kemudian barulah kedua murid Hoa-san-pay
itu dapat memberi laporan yang jelas "Ketika tecu (murid)
sedang berjaga di pintu, tiba-tiba muncullah tiga ekor
binatang, seekor anjing bulu kuning yang besar dan galak,
seekor monyet yang kutang ajar dan seekor burung rajawali
yang ganas. Ketiga binatang itu menyerang tecu berdua se
hingga tecu kalang kabut dan terpaksa melarikan diri masuk
kemari ..."
"Hm, tak malu engkau melapor !” dengus Naga-besi Pui
Kian, "masakan manusia kalah dengan binatang begitu saja !"
"Harap lo-cianpwe sudi memberi ampun. Tecu berdua
sudah melawan sekuat tenaga, tetapi ketiga binatang itu
hebat sekali. Mereka dapat bersatu dan bekerja-sama dengan
bagus. Kalau yang satu diserang, yang dua tentu akan
menyerbu."
Naga-besi Pui Kian memberi perintah kepada dua orang
murid Hoa-san-pay tingkat dua untuk memperkuat penjagaan
pintu markas. Belum ke empat murid Hoa-san-pay itu
melangkah, sekonyong lonyong dari arah pintu markas,
tampak Gui Tik dan Li Cong-bun berlari-larian kencang seperti
orang dikejar setan. Mereka cepat menghampiri ke hadapan
keempat Tiang-lo.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Tianglo . . tianglo . . ce . . cela . celaka.."
Keempat Tiang-lo itu terkejut.
"Mengapa ?" tegur Naga-besi Pui Kian.
"Suhu . . suhu . . "
"Jangan bicara dulu sebelum engkau tenang," lentak Nagabesi
kepada kedua murid itu.
Gui Tik dan Li Cong-bun berusaha untuk menenangkan diri
tetapi sampai sekian saat belum juga berhasil. Dada mereka
masih tampak bergelombang naik turun, wajah pucat lesi.
"Mengapa engkau ?" tegur Naga-besi pula. "Ketika tecu
masuk kedalam guha, ternyata . . . jenazah suhu . . hilang . . "
"Hai . . !" keempat Tiang-lo serempak berteriak dan
melonjak kaget seperti mendengar halilintar berbunyi disiang
hari.
"Apa katamu ?" teriak Naga-besi.
"Jenazah suhu . . lenyap . . " Gemparlah sekalian murid
Hoa-san-pay demi mendengar berita itu.
Sesaat kemudian Naga-besi Pui Kian memanggil si Waletkuning
Hong-ing : "Hong-ing, apakah engkau tahu jelas bahwa
suhumu telah binasa didalam guha itu ?"
"Benar, sucou," sahut Hong-ing. Ia berbahasa sucou atau
kakek guru kepada keempat tianglo.
"Mengapa Gui Tik dan Li Cong-bun mengatakan jenazah
suhumu hilang ?"
"Benar, Hong-ing su-ci. Kami berdua tak melihat suatu apa
didalam guha itu," seru Gui Tik.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hm, aneh," gumam sidara, "apakah engkau sudah
menyelidiki keadaan guha itu ?"
"Sudah."
"Apa yang engkau ketemukan dan lihat ?"
"Darah merah yang sudah mengental dan bercampur
dengan tanah. Hanya itu. Tetapi jenazah suhu tak ada ..."
"Aneh sekali !" lengking Hong-ing, "jelas jenazah suhu
masih berbaring di tanah ..." cepat ia berpaling memandang
“Blo'on, hai, Blo'on, bukankah mayat orangtua itu masih
berada didalam Goha?”
"Ya, memang masih menggeletak di guha itu," sahut Blo'on,
"kalau begitu, biarlah kuambilnya kemari ..."
Habis berkata ia terus hendak melangkah. "Hai, jangan gilagilaan!"
teriak murid-murid Hoa-san-pay seraya acungkan
senjata memagari Blo'on.
"Heh, kurang ajar," teriak Blo'on, "aku hendak menolong
mengambilkan jenazah suhumu, mengapa kalian malah
hendak menusuk perutku”
"Jangan banyak mulut !" bentak Seng-tik. Tampak Nagabesi
Pui Kian kerutkan jidat, merenung. Sesaat kemudian ia
berpaling kearah su lenya : "Bok sute, mari ikut aku meninjau
ke guha. lan sute dan Lim sute harap menjaga disini jangan
sampai budak gila itu lolos !"
Demikian Naga-besi Pui Kian dan Serigala-Kigi-perak Bok
Jiang segera menuju ke guha. Gui k dan Cong-bunpun
diajaknya.
Setelah kedua Tiang-lo itu pergi maka Beruang-sakti Han
Tiong bertanya kepada Blo'on : Hai, anak Blo'on, kemana
engkau bawa mayat Kam sutit itu ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Apa ? Aku membawa mayat orangtua itu ? Huh, jangan
engkau menuduh semena-mena, kakek tua !" marahlah Blo'on
karena disangka begitu,"tanyakan pada budak perempuan
itu!"
"Kurang ajar, engkau berani menyebut aku budak
perempuan !" teriak Walet-kuning Hong-ing, "awas kutampar
mulutmu kalau berani menyebut sekali lagi !"
"Bilang, kemana engkau menyembunyikan mayat itu !"
bentak Beruang-sakti Han Tiong yang sudah hilang sabar.
"Aku tidak mencuri mayat itu, mau apa ?" Blo'on juga
marah dan bercekak pinggang.
"Bukan engkau, tetapi konco-koncomu !"
"Konco ? Huh, apa itu konco ?"
"Setan, konco ialah kawan !"
"O, kalau bicara jangan gunakan bahasa daerah aku tak
mengerti, eh . . kawan? Aku tak punya kawan. Kalau punya
dia tentu akan datang ke mari menolong aku."
"Hm, kawanmu itu tentu bersembunyi. Walau dia
mempunyai delapan tangan pun, tak nanti dia berani masuk
ke dalam markas Hoa-san-pay !"
"Mengapa tak berani ? Bukankah aku juga berani ?"
"Kawanmu tentu seorang yang berotak. Beda dengan
engkau yang tak punya otak sehingga tak tahu kalau Hoa-sanpay
itu sarang naga dan harimau yang tak boleh dibuat mainmain."
"Itulah, mengapa aku datang kemari. Disini sarang naga
dan aku butuh otak naga “ baru ia berkata begitu, tiba-tiba
Beruang-sakti ayunkan tangan.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
“Uh . . .” Blo'on menjerit dan terjungkal kebelakang. tetapi
secepat itu juga iapun sudah melonjak bangun.
"Kakek, mengapa engkau menampar aku ?" teriaknya.
"Maka engkau harus jaga mulutmu jangan sembarangan
bicara kepadaku!" seru Naga-besi.
"Sekarang engkau harus menjawab pertanyaanku yang
benar, jangan bicara yang tak keruan!" kata Naga-besi pula.
"Hm ..."
"Mengapa engkau membunuh Kam sutit ?" Naga-besi mulai
mengajukan pertanyaan.
"Aku tidak membunuh. Aku bangun, tahu-tahu aku berada
dalam guha itu dan kulihat sesosok mayat disitu."
"Bukankah engkau makan rumput Liong-si itu ?"
"Tidak."
"Apakah rumput itu diambil kawanmu ?"
"Aku tak punya kawan."
"Hm, cukup, engkau harus mati !"
"Tidak mau !"
"Mau atau tidak mau, engkau harus mati. hanya sebelum
mati, engkau kuberi kelonggaran untuk melawan, agar jangan
mati sia-sia."
"Tidak cukup ! Aku minta kelonggaran lagi!" seru Blo'on.
"Apa ?"
"Mengajukan pertanyaan."
"Hm, tanialah !" dengus Beruang-sakti.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Nanti dulu," kata Blo'on, "bagaimana kalau engkau tak
mampu menjawab pertanyaanku ?”
Beruang-sakti kerutkan alis : "Maksudmu suruh aku
bagaimana ?”
"Harus malu ! Seorang kakek yang. sudah begitu tua, tentu
harus malu kalau tak dapat menjawab pertanyaanku."
"Hm, mulai mengoceh lagi, ya ?" dengus Beruang-sakti,
"kalau malu lalu bagaimana ?"
Blo'on tertawa : "Ai, ai, engkau seorang kakek tua,
mengapa suka marah ? Maksudku begini, kalau engkau dapat
menjawab pertanyaanku itu, cukup sebuah pertanyaan saja,
engkau boleh membunuh aku. Tetapi kalau tidak bisa,
bagaimana ?"
Beruang-sakti anggap dirinya sudah tua, banyak
pengalaman, luas pengetahuan. Dan anak yang berada
dihadapannya itu seorang anak blo'on. Ah, masakan ia tak
dapat menjawab pertanyaannya !
"Terserah, engkau menghendaki bagaimana?" katanya.
"Baik," seru Blo'on, "aku tak menghendaki apa-apa
melainkan engkau harus suruh anak murid Hoa-san-pay
mundur dan membebaskan aku."
"Jangan sucou!" tiba-tiba Ang Hin-liong berseru "dia hendak
main gila mempermainkan kita. Ha-lap sucou jangan memberi
hati."
"Ha, ha," Blo'on tertawa, "kalau memang tak berani,
akupun tak memaksa. Karena orang Hoa-san-pay itu memang
bodoh-bodoh, ha, ha !"
"Budak liar, sebutkanlah pertanyaanmu, lekas!" teriak
Beruang-sakti Han Tiong. Walaupun sudah tua, tetapi
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
mendengar ejekan si Blo'on, meluaplah kemarahannya.
Andaikata yang mengejek itu lain orang, mungkin dia masih
dapat menahan diri. Tetapi karena yang mengejek itu seorang
anak blo'on, Tianglo nomor dua dari Hoa-san-pay itu-pun
malu.
Tetapi Blo'on tak segera mengeluarkan pertanyaan,
melainkan berseru kepada murid-murid Hoa-san-pay : "Hai,
kamu murid-murid Hoa-san-pay, aku hendak bertaruh dengan
tianglo perguruanmu. Kalau dia dapat menjawab
pertanyaanku, aku boleh dibunuh. Tetapi kalau dia tak dapat
menjawab, aku bebas. Bagaimana kalian setuju atau tidak ?"
Karena Beruang-sakti sudah menerima tandingan itu,
murid-murid Hoa-san-paypun terpaksa mendukung. Mereka
setuju karena percaya Tiang-lo itu tentu dapat menjawab
pertanyaan si Blo'on.
"Baik," kata Blo'on, "sekarang aku hendak mulai bertanya.
Lo-cianpwe, siapakah diriku ini ?"
Seketika gemparlah murid-murid Hoa-san-pay mendengar
pertanyaan yang diajukan si Blo'on. Sejak tadi hal itu sudah
ditanyakan oleh Naga-besi tapi tiada seorang murid Hoa-sanpay
yang tahu dan kenal si Blo'on.
Beruang-sakti Han Tiongpun berobah wajahnya. Sebagai
tiang-lo, ia menempati kedudukan yang tinggi dalam
perguruan Hoa-san-pay. Apabila tak dapat menjawab
pertanyaan itu, bukankah ia akan kehilangan muka ? Namun
untuk menjawab, pun benar-benar ia tak tahu.
"Aku tahu!" tiba-tiba sidara Walet-kuningHong-ing
melengking.
Blo'on berpaling kearah dara itu, serunya : "Yang harus
menjawab ialah lo-cianpwe ini. Engkau tak berhak menjawab."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Kalau begitu, akupun tak berhak ikut bertanggung jawab
membebaskan engkau. Kalau aku disuruh bertanggung jawab
membebaskan engkau, aku harus boleh memberi jawaban."
"Ya, boleh dah," seru si Blo'on, "bukan hanya engkau tetapi
semua murid-murid Hoa-san-paypun boleh ikut menjawab.
Kalau ada seorang yang dapat menjawab tepat, bolehlah aku
dibunuh !"
"Baik, akulah yang akan menjawab," kata Hong-ing,
"engkau bertanya, siapa dirimu ?"
"Ya."
"Engkau seorang manusia, seorang anak laki-laki. Benar
tidak ?" tanya Hong-ing.
"O, benar," jawab Blo'on, "tetapi siapa namaku?”
"Namamu Blo'on, benar tidak ?"
“O, ya, ya, tidak benar "
Waktu mendengar Blo'on mengatakan 'ya’, si dara gembira.
Tetapi alangkah kejutnya ketika pernyataan 'ya' itu ditutup
dengan kata-kata 'tidak benar' la kecele.
"Mengapa tidak benar ?" ia menegas.
"Karena namaku tentu bukan Blo'on. Nama itu nama baru,
engkau yang memberi. Tetapi masakan sebelumnya aku tak
punya nama ?"
Hong-ing tak dapat membantah. Sekalian murid-murid Hoasan-
paypun terdiam.
"Bagaimana lo-cianpwe ? Bukankah aku boleh bebas
sekarang ? Atau lo-cianpwe menyesal karena terlanjur
menerima pertanyaanku itu ?" seru Blo'on kepada Beruangsakti.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ya, engkau menang dan pergilah !" seru Beruang-sakti.
"Sucou !" teriak Ko Seng-tik.
"Mengapa ?" sahut Beruang-sakti, "apakah engkau
menghendaki sucoumu ini dihina orang karena tak pegang
janji ?"
"Bukan begitu, sucou," kata Seng-tik, "tetapi bukankah Pui
sucou tadi sudah memesan supaya anak itu jangan sampai
lolos ?"
"Benar".
"Lalu ?"
"Hm, aku yang bertanggung jawab ..."
Baru Beruang-sakti berkata begitu. Naga-besi Pui Kian,
Serigala-gigi-perak Bok Jiang dan kedua murid tingkat dua Gui
Tik dan Li Cong-bun bergegas masuk kedalam markas. Telinga
Naga-besi yang tajam dapat menangkap pembicaraan yang
berlangsung dengan Blo'on.
"Tak perlu sute bertanggung jawab !" teriak Naga-besi yang
saat itu sudah tiba ditempat Beruang-sakti. Kemudian Tiang-lo
pertama dari Hoa-san-pay itu berpaling memandang Blo'on.
"Hai, jelas engkau yang mencuri mayat Kam sutit ! Hayo
kembalikan !"
"Apa ? Aku mencuri mayat ? Buat apa ?"
"Tanya pada dirimu sendiri buat apa engka mencuri mayat
itu."
Blo'on rentangkan kedua mata lebar-lebar: "Ketika aku
menggendong murid Hoa-san-pay yang terluka, kutinggalkan
guha itu bersama eh . . . siapa namanya tadi. Ya, bersama
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
murid perempuan dari perguruan ini. Sampai kita datang
kemari, aku tak pernah kembali ke guha itu."
"Jangan banyak mulut !" bentak Naga-besi Pui Kian,
"pokoknya engkau harus pilih, kembalikan mayat itu atau
kuhancurkan tubuhmu !"
"Nanti dulu, kakek," seru Blo'on, "tadi kakek yang berada
disini, telah kalah janji dengan aku. Kalau dapat menjawab
pertanyaanku, aku boleh dibunuh. Kalau tak dapat, aku
dibebaskan. Dan ternyata dia tak mampu menjawab maka
akupun dibebaskan. Mengapa sekarang engkau hendak
mengganggu aku lagi ?"
"Aku tak terikat dengan perjanjian itu. Lekas beri
keputusan."
"Aneh, aneh engkau tetua Hoa-san-pay dia pun tetua Hoasan-
pay. Dia sudah membebaskan, engkau tak boleh. Dia
pegang janji, engkau pungkir janji." .
"Siapa berjanji kepadamu ? Bukankah aku tak pernah
berjanji ?"
"Cianpwe yang itu ! " Blo'on menunjuk Beruang-sakti Han
Tiong.
"Ya, baiklah," kata Naga-besi Pui Kian, "karena dia sudah
berjanji maka dia berhak membebaskan engkau. Tetapi karena
aku tak berjanji maka akupun bebas untuk membunuhmu."
"Jadi engkau tak mau ikut dalam perjanjian itu?"
"Tidak !"
"O, aneh, mengapa ?"
"Karena hendak mencabut nyawamu!" kata Naga-besi
dengan geram lalu melangkah maju menghampiri Blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Wajahnya seram, sinar matanya berkilat-berkilat. Rupanya
Tiang-lo pertama dari Hoa-san-pay itu sudah memutuskan
untuk meremuk Blo'on.
Blo'on menggigil, la tahu terhadap kakek yang satu ini, ia
tak dapat menyiasati. Satu-satunya jalan, ia harus meloloskan
diri. Memandang ke sekeliling, tampak berpuluh-puluh murid
Hoa-san-pay menghunus senjata, memagari ketat sekali.
Tiba-Tiba Naga-sakti memekik. Nadanya mirip dengan
ringkikan naga. Karena terkejut, Blo'on hampir terjungkal
jatuh.
Tiba-Tiba Naga-besi Pui
Kian loncat, menerkam.
Karena kejutnya, Blo'onpun
loncat menghindar. Di luar
kehendaknya, loncatannya
itu hebat sekali. Tubuhnya
melambung keudara sampai
dua tombak tingginya.
"Hai, hendak lari kemana
engkau budak hina!" teriak
kakek Naga-besi seraya
enjot tubuh melambung
keudara untuk menyambar
tubuh Blo'on. Cret, lengan baju Blo'on tercengkeram. Terus
ditarik kebawah. Maksudnya supaya jatuh terbanting ditanah.
Tetapi saat itu, karena lengan bajunya terasa kaku sekali
sehingga lengannya tak dapat digerakkan, Blo'on meronta
sekuat-kuatnya. Brat, lengan bajunya robek memanjang
sampai kebahu di orangnyapun bergeliatan meluncur turun.
Kebetulan sekali ia jatuh disamping Walet-kuning Hong-Hong
ing. Nona itu cepat hendak tusukkan pedangnyi Tetapi entah
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
bagaimana, melihat wajih Blo'on yang lucu dan kasihan,
kepalanya gundul, alis hilang dan lengan baju rompal, dara itu
agak bersangsi.
Melihat dara itu hendak menusuknya, Blo’on cepat
menampar tangan dara itu. Plak, pedang Hong-ing terpental
jatuh dan lengannyapun dicekal erat-erat oleh Blo'on, Honging
hendak meronta tetapi cengkeraman Blo'on pada
pergelangan tangan, membuat dara itu tak dapat berkutik
karena tenaganya terasa hilang.
Pada lain kejab, kakek Naga-besi Pui Kian pun melayang
turun kehadapan Blo'on, terus hendak merangsang anak itu.
"Berhenti, atau gadis ini kubunuh !" teriak Blo'on seraya
mengangkat tangan kanannya ke atas kepala Hong-ing.
Memang setiap manusia, blo’on sekalipun dia, tetapi dalam
detik-detik menghadapi bahaya maut, tentu timbul dayanya
untuk membela diri. Demikian dengan Blo'on. Entah
bagaimana, tiba-tiba saja ia mendapat akal begitu.
Menjadikan Walet kuning Hong-ing sebagai sandera atau
tawanan.
Kakek Naga-besi tertegun. Melihat cara Blo' on melayang
diudara sampai begitu tinggi dan cara ia dapat menguasai
Walet-kuning begitu mudah, mau tak mau tiang-lo Hoa-sanpay
itu harus menarik kesimpulan bahwa Blo'on itu benarbenar
seorang pemuda yang sakti. Kalau ia lanjutkan
serangan, pasti Blo'on nekad akan membunuh Hong-ing.
Naga-besi merenung beberapa saat. Akhirnya ia berseru :
"Bagaimana kehendakmu ?"
"Bebaskan aku dari sini. Jangan ada murid Hoa-san-pay
yang berani mengganggu kalau aku pergi dari markas ini !"
"Hm, baiklah.”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on mencekal lengan Hong-ing, tangan kanan.
"Setelah pengalaman tadi, aku tak dapat mempercayai
orang Hoa-san-pay. Terpaksa nona ini hendak kubawa," sahut
Blo'on.
"Engkau pengapakan ?"
"Apabila ada murid-murid Hoa-san-pay yang berani
menyerang aku, nona ini terpaksa kuhancurkan lebih dulu."
"Engkau cerdik juga !" dengus Naga-besi dengan nada
menghina.
Blo'on tak mau meladeni bicara. Ia terus membawa Honging
menuju ke pintu markas. Keempat Tiang-lo dan muridmurid
Hoa-san-pay mengikuti dari belakang. Setelah tiba
dipintu markas, Naga-besi berseru : "Nah, sekarang engkau
sudah melewati pintu markas Hoa-san-pay, lepaskan nona
itu."
"Tidak !" sahut Blo'on, "daerah ini masih dalam kekuasaan
Hoa-san-pay. Bagaimana kalau nona ini kulepas, kalian terus
menindak aku? Siapakah yang akan menjamin
keselamatanku?"
"Lalu ?"
"Nona ini tetap akan kubawa bersamaku melanjutkan
perjalanan."
"Kemana ?”
“Ke Laut Hitam mencari otak naga”
"Buat apa otak naga itu ?"
"Mengobati otakku yang hilang !"
"Ha, ha, ha . . . , " tiba-tiba kakek Naga-besi tertawa lebar.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Mengapa engkau tertawa ?" tegur Blo'on
"Siapa yang memberitahu di Laut Hitam terdapat naga ?"
"Gadis ini."
"Siapa yang memberitahu otak naga dapat menyembuhkan
otakmu yang hilang ?"
"Juga gadis ini."
"O." seru kakek Naga-besi. Ia tertawa: "Baiklah. Tetapi
ingat, jangan sekali-kali engkau ganggu murid Hoa-san-pay
itu. Sehelai rambutnya saja engkau ganggu, engkau tentu
akan kami cincang jadi bakso !"
"Aku bersumpah !"
"Baik, pergilah," kata kakek Naga-besi. Tetapi baru Blo'on
berjalan beberapa langkah, Naga-besi sudah berseru lagi :
"Hai, tunggu dulu ! Apakah setelah tiba di Laut Hitam engkau
terus membebaskan dia pulang ?"
"Ya."
"Engkau berani menghadapi naga itu sendirii?"
"Ya," sahut Blo'on.
Demikian Blo'on segera mengajak Hong-ing keluar dari
markas Hoa-san-pay, menuruni gunung Hoa-san dan
melanjutkan perjalanan.
"Pui suheng," tiba-tiba Beruang-sakti Han Tiong bertanya
kepada Naga-besi, "mengapa suheng melepaskan anak itu
membawa Hong-ing ? Apakah tidak membahayakan jiwa
Hong-ing ?"
Naga-besi tersenyum: "Tak perlu kuatir, Tak berapa lama
anak itu tentu akan kembali ke sini sebagai tangkapan."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Beruang-sakti terbeliak : "Bagaimana hal itu dapat terjadi ?"
"Hong-ing yang akan menangkapnya dan membawa
kemari."
"O. adakah suheng sudah memberi perintah kepadanya ?"
"Ya, ketika pemuda itu menyatakan hendak membawa
Hong-ing sebagai tanggungan, diam-diam kugunakan ilmu
menyusup suara Coan-im-jip-bi untuk memberi bisikan kepada
Hong-ing agar dia menurut saja Tetapi nanti ditengah jalan
begitu ada kesempatan, supaya pemuda itu ditutuk jalan
darah nya dan dibawa kembali ke markas kita."
Beruang-sakti masih cemas: "Apakah kita perlu suruh murid
lain untuk membayangi mereka, memberi bantuan apabila
Hong-ing sampai gagal ?"
Naga-besi Pui Kian menyatakan tak perlu. Karena pemuda
itu blo'on dan Hong-ing seorang dara yang cerdik. Tentu dapat
mengatasinya.
Kemudian Beruang-sakti meminta keterangan bagaimana
hasil peninjauan suhengnya ke guha.
"Memang mayat Kam sutit hilang. Telah kuteliti keadaan
dalam guha itu tetapi tak terdapat bekas-bekas jejak
binatang buas. Pencurinya tentu seorang tokoh silat yang
sakti," kata Naga besi.
"Lalu apakah tujuannya mencuri mayat Kam sutit ?" tibatiba
Kilin-Emas Lim Ping bertanya
"Justeru itulah yang masih belum dapat kita ketahui," jawab
Naga-besi Pui Kian.
"Lalu menurut pendapat suheng, bagaimanakah tindakan
kita sekarang ?" tanya Beruang-sakti.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Sejenak merenung, tetua pertama dari Hao san-pay yang
sudah berusia lanjut itu berkata: “Urusan ini gawat sekali
karena menyangkut nama Hoa san-pay. Tindakan yang
pertama, harus menutup rapat-rapat agar peristiwa ini jangan
sampai tersiar ke luar. Karena kalau sampai dunia persilatan
mendengar berita ini, nama Hoa-san-pay pasti akan menjadi
buah pembicaraan dan bulan-bulan tertawaan."
Beruang-sakti Han Tiong, Kilin emas Lim dan Serigala-gigiperak
Bok Jiang menjetujui.
"Untuk melaksanakan hal itu, kita harus Mengumpulkan
segenap anakmurid Hoa-san-pay untuk memberi pesan
kepada mereka agar jangan membocorkan peristiwa ini.
Barangsiapa yang membocorkan dianggap mengkhianati
perguruan dan akan dijatuhi hukuman sesuai dengan
peraturan Hoa san pay kepada murid yang berhianat." kata
Naga besi Pui Kian.
"Tetapi itupun masih belum sempurna," katanya lebih
lanjut, "dikuatirkan apabila ada tetamu dari lain perguruan
yang berkunjung kemari tak bertemu dengan Kam sutit,
mereka tentu akan curiga..”
"Benar," Beruang-sakti Han Tiong menanggapi "memang
kemungkinan semacam itu bisa saja terjadi."
"Lalu bagaimana langkah kita?" tanya Serigala gigi-perak
Bok Jiang, "apakah suheng bermaksud hendak mengadakan
seorang Kam sutit tiruan ?"
"Tepat, Bok sute," sahut Naga-besi Pui Kian, "memang aku
merencanakan hal itu. Tetapi tertumbuk pada kesulitan
orangnya yang dapat menyamar sebagai Kam sutit."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"O rasanya tiada seorang yang dapat menyamar sebagai
Kam sute, kecuali Pang To-tik sutit," seru Beruang-sakti Han
Tiong.
"Hai, benar." seru Naga-besi Pui Kian, "ya, memang dialah
yang paling tepat untuk menyamar sebagai Kam sutit. Baik
dalam perawakan maupun nada suara dan kepandaiannya,
keduanya memang hampir menyerupai satu sama lain."
"Tetapi bukankah dia sedang mewakili perguruan Hoa-sanpay
menghadiri pemakaman Kim Thian-cong tayhiap ?” kata
Naga-besi Pui Kian
"Ya, tetapi tentulah dia sudah pulang. Aneh, mengapa dia
tak datang melapor kemari ?" kata Naga-besi Pui Kian.
"Ya, benar," sambut Beruang-sakti Han Tiong, "seharusnya
dia datang kemari untuk membeli laporan."
"Adakah dia belum pulang ?" tanya Kilin-emas Lim Ping.
Setelah merenung, Naga-besi Pui Kian mengambil
keputusan : "Mengingat urusan ini penting sekali, akan
kusuruh salah seorang murid untuk meninjau ketempat
kediaman Pang sutit. Tunggu sampai dia pulang, supaya terus
diajak kesini."
Ketiga Tiang-lo Hoa-san-pay setuju. Mereka lalu mengutus
Ko Seng-tik murid kedua dari Hom san-pay dan sutenya Tan
Hui-beng menuju ketempat kediaman Pang To-tik di gunung
Hong-san.
Setelah itu, Naga-besi Pui Kian melanjutkan perundingan
lagi. Katanya: "Dan tindakan kedua kita harus mencari pencuri
jenazah Kam sutit."
"Bagus." seru Serigala-gigi-perak Bok Jiang "biarlah aku
yang melakukan tugas itu.”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Rasanya belum cukup kalau hanya seorang Dan akupun
bersedia melakukan tugas itu juga” seru Beruang-sakti Han
Tiong.
"Tetapi menurut hematku," tiba-tiba Kilin-emas Lim Ping
yang tak banyak bicara tetapi setiap kali membuka suara tentu
mengandung pendapat yang tepat, menyelutuk, "Lebih baik
kita tunggu dulu sampai Hong-ing pulang membawa anak
blo’on itu. Kita bisa mengorek keterangan lebih lanjut dari
anak itu. Setelah mendapat keterangan yang diperlukan
barulah kita dapat bertindak mencari pembunuh itu. Dengan
begitu kita dapat menghemat tenaga dan waktu, pula dapat
bertindak secara terarah."
Naga-besi Pui Kian mengangguk: "Ya, pendapat Lim sute
benar juga. Lebih baik kita tunggu dulu kedatangan budak
perempuan itu."
Demikian para Tiang-lo itu menunggu pulangnya Waletkuning
Hong-ing yang telah diberi kisikan oleh Naga-besi Pui
Kian, supaya meringkus si Blo'on dan membawanya pulang ke
markas.
Sehari dua hari, tiga, empat dan akhirnya hampir tujuh hari
lamanya, belum juga murid-murid itu pulang. Waelet-kuning
Hong-ing belum datang dan Ko Seng-tik serta Tian-Huibengpun
tak kunjung pulang.
Keempat Tiang-lo makin sibuk. Akhirnya diputuskan
mengirim Serigala-gigi-perak Bok Jiang menuju ke Hong-san
untuk meninjau Pang To-tik. Dan Beruang-sakti Han Tiong
diberi tugas menyusul perjalanan Walet-kuning Hong-ing
karena di-kuatirkan terjadi sesuatu dengan gadis itu.
Sepanjang sejarah berdirinya perguruan Hoa-san-pay belum
pernah mereka mengalami kehebohan seperti saat itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kam Sian-hong, ketua angkatan ke duabelas dari Hoa-sanpay
telah mati dibunuh orang. Kemudian mayatnyapun hilang
dicuri orang. Siapa pembunuhnya, menurut dugaan tentulah
pemuda blo'on, tetapi merekapun tak berani memastikan.
Diam-Diam merekapnn meragukan bahwa seorang pemuda
yang begitu blo'on dapat membunuh Kam Sian-hong, ketua
Hoa-san-pay yang berkepandaian sakti.
Dan siapakah yang mencuri mayat itu ?
---ooo0dw0ooo---
Sial dangkal.
"Hendak engkau bawa kemana aku ?" tanya Hong-ing
setelah jauh dari markas Hoa-san-pay.
"Ke Laut Hitam mencari otak naga," sahut Blo'on.
Hong-ing terkejut. Laut Hitam, hanya nama yang dibuatnya
untuk mengelabuhi anakmuda itu. la sendiri tak tahu apakah
di dunia ini terdapat laut yang hitam. Bahkan ia sendiri belum
pernah melihat laut biasa, apalagi laut yang hitam.
"Celaka, rupanya anak blo'on ini percaya sungguh akan
keteranganku, "diam-diam ia mengeluh, "ah, bagaimana kalau
dia memaksa aku harus membawanya ke Laut Hitam itu ?"
Setelah memutar otak, akhirnya dara itu tertawa mengikik.
"Hai, mengapa engkau tertawa?" tegur Blo'on,
"Apakah tidak boleh aku tertawa ?" balas dara.
"O, boleh saja. Tetapi mengapa engkau tertawa seorang
diri?" Blo’on menyeringai,
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Eh, apakah engkau merasa sakit karena aku tertawa itu ?"
sahut sidara pula.
"O, tidak, tidak sakit, "hanya heran.
"Mengapa heran ?"
"Biasanya kalau aku tertawa, tentu ada sesuatu yang
menggelikan hatiku."
"Hm, apakah engkau anggap aku tertawa karena tak ada
sesuatu yang menggelikan hatiku ?”
"Apa yang menggelikan hatimu ?"
"Sudah tentu ada, bahkan banyak."
"Apa ?" tanya Blo'on.
"Misalnya, kalau melihat tampang mukamu, perutku seperti
dikili-kili."
"Karena kepalaku gundul ?"
"Ya."
"Alisku hilang ?"
"Ya."
"Lalu tampangku seperti setan ?”
"Ya."
"Aneh !" gerutu Blo'on.
"Apa yang aneh ?"
"Engkau !" kata Blo'on.
"Aku ? Mengapa ?" Hong-ing kerutkan dahi.
"Sudah pernahkah engkau melihat setan ? Apakah setan itu
benar seperti tampangku ini ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Hong-ing terkesiap, la seorang dara yang lincah bergerak
dan tangkas bicara. Tetapi entah bagaimana, beberapa kali ia
selalu terpukul diam, oleh kata-kata si Blo'on.
"Ya, benar," untuk menutupi kekalahannya bicara, Hong-ing
menjawab sekenanya saja.
"Tidak, aku tak percaya !"
"Hm, kalau tak percaya engkau boleh berkaca !"
"Dimana kaca itu ?"
"O," Hong-ing mendesuh karena menyadari hampir kalah
bicara lagi. Tetapi cepat ia dapat menjawab, "nanti apabila
tiba di telaga yang bening, airnya, engkau tentu bisa mengacai
mukamu."
"O, dimanakah telaga itu ?"
"Dua tiga li dibawah sana, ada sebuah telaga yang bening
airnya," jawab Hong-ing.
Demikian keduanya berjalan menuruni gunun sambil
bercakap-cakap. Dalam pada itu, Blo'on tetap mencekal
tangan si dara. Rupanya ia kuatir kalau Hong-ing akan
melarikan diri kembali kemarkas Hoa-san-pay.
Hong-ing memang sudah beberapa kali berusaha untuk
melepaskan diri dari cekalan Blo'on. Tetapi selalu gagal, ia
merasa cekalan tangan Blo’on itu tak ubah seperti jepitan
baja.
Demikian mereka tiba di telaga dan Blo’on pun bergegas
membawa sidara ke tepi telaga.
"Aduh mati aku . . ," tiba-tiba Blo'on menjerit keras, ia
kaget sendiri ketika melihat dirinya berubah begitu aneh.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kepalanya gundul, alisnya hilang bajunva robek dan mukanya
kotor.
"Blo'on, lepaskanlah tanganku !" seru si dara
"Mengapa? Apakah engkau hendak pulang?"
"Pulang atau tidak, itu sesukaku. Engkau tak perlu
mengurus !"
"Aku harus mengurus," jawab Blo'on. "karena kalau engkau
pulang engkau tentu memanggil keempat kakek tua dan
murid-murid Hoa-san-pay untuk mengejar aku !"
"Itu tidak termasuk dalam perjanjianmu. Pokok aku
mengantar engkau keluar dari markas Hoa-san-pay. Setelah
itu aku bebas pulang."
"Hm, tempat ini masih belum jauh dari markas Hoa-sanpay.
Kalau kubebaskan, engkau tentu memanggil orang-orang
Hoa-san-pay."
"Habis, kapankah engkau melepaskan aku ?"
"Nanti setelah jauh dari Hoa-san-pay, ditempat yang
kuanggap sudah aman bagiku."
Tiba-Tiba nona itu tertawa.
"Eh, mengapa engkau tertawa lagi ?" tegur si Blo'on.
"Karena aku geli melihat tingkahmu yang sebenarnya blo'on
tetapi bertingkah sok !"
"Mengapa ?"
"Walaupun engkau tak mau melepaskan aku tetapi engkau
terpaksa harus melepaskan juga."
"Mengapa ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Lihatlah bahumu yang kain penutupnya robek itu.
Bukankah terdapat guratan merah yang memanjang
kebawah?"
Blo'on memandang bahu kanannya. Dan apa yang
dikatakan Hong-ing memang benar. Luka itu tampak membiru
dan gatal.
"Ah, hanya luka kena cengkeraman kuku kakek tua tadi,"
kata Blo'on.
Hong-ing tertawa : "Hm, engkau kira luka biasa ?"
Blo'on mengiakan.
"Salah, luka itu beracun. Bermula lengan kananmu akan
terasa lunglai, kaku. Setelah itu sekujur tubuhmu akan tak
dapat digerakkan semua."
"Benarkah ?"
"Ya, sejak tadi kurasakan cekalan tanganmu sudah mulai
berkurang tenaganya. Engkau tak percaya, lihatlah ..." tibatiba
Hong-ing meronta dan terlepaslah ia dari cekalan Blo'on.
Blo'on terkejut. Cepat ia hendak menubruk dara itu tetapi si
dara dengan lincah menghindar ke samping lalu mencabut
pedang : "Berani maju tentu kutusuk !" serunya mengancam.
Blo'on kesima. Memang diam-diam ia merasakan lengan
kanannya terasa lunglai tak bertenaga.
"Engkau benar," serunya, "mengapa lengan ku terasa
lemas?"
"Itulah racunnya sudah mulai bekerja !"
"Racun ?'
"Ya, kuku dari Pui sucou itu mengandung racun."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Bohong !" teriak Blo'on.
"Kalau kukunya mengandung racun, bagaimana dia dapat
menyuap makanan dengan tangannya '"
Hong-ing tertawa : "Engkau memang blo'on. Pui sucou itu
mempunyai sebuah ilmu yang disebut Tok-jiau-kang."
''Apa Tok-jiau-kang itu ?'
"Ilmu cengkeraman beracun. Kalau tidak dipancarkan,
racun itupun tak bergerak. Dia dapat makan dan mengambil
barang seperti biasa Tetapi begitu dipancarkan, racun pada
kukunya akan berhamburan masuk ketubuh lawan. Tadi
sucou memberi tahu kepadaku, engkau sudah terkena Tokjiau-
kang, tentu mati. Maka diapun rela saja melepas engkau
pergi dengan membawa aku karena akhirnya engkau tentu
mati kaku."
"O, kejam benar ..."
"Tak lebih kejam dari engkau yang membunuh suhuku itu !"
Blo'on deliki mata kepada nona itu. Ia hendak marah dan
membantahnya tetapi pada lain saat tiba-tiba ia tenang
kembali : "Ah, sudahlah Kalau engkau mengatakan begitu,
terserah. Tetapi aku merasa tak membunuhnya . . . . "
Hong-ing hanya mendengus.
"Pergilah, aku tak membutuhkan engkau lagi," tiba-tiba
Blo'on berseru.
"Engkau melepaskan aku pulang?" Hong-ing menegas.
"Pergilah, jangan banyak bicara !" teriak Blo'on.
"Tidak " seru Hong-ing.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on terbeliak : "Mengapa? Bukankah engkau sudah
bebas? Pulanglah, pulanglah! Panggillah kakek-kakek itu dan
kawan-kawanmu kemari membunuh aku!"
"Tak perlu," sahut Hong-ing, "tanpa memanggil mereka,
engkaupun tentu mati juga."
"Biar, biar!" teriak Blo'on, "pergilah engkau, biar aku mati
sendiri."
"Tidak !"
"Mengapa ?" kembali Blo'on heran.
"Engkau sudah menolong suhengku yang pingsan engkau
bawa pulang ke markas. Untuk kebaikanmu itu akan kubalas.
Kalau engkau mati, akan kukubur dalam sebuah liang agar
mayatmu jangan dimakan burung."
"Tidak!" teriak Blo'on makin kalap, "hayo pergilah engkau !
Aku lebih suka mayatku dimakan burung daripada engkau
jamah. Orang-Orang Hoa san-pay memang jahat-jahat
semua!"
"Cis, engkau tak berhak mengusir aku. Daerah ini masih
termasuk lingkungan Hoa-san. Aku yang menjadi tuan rumah
dan engkau orang luar. Masakan orang luar berani mengusir
tuan rumah” balas Hong-ing.
"Persetan dengan tuan rumah atau tetamu “ makin kalap
Blo'on berteriak, "pendek kata engkau mau pergi atau tidak.
Aku tak suka melihatmu di sini ! Aku benci dengan orangorang
Hoa-san-pay "
"Tidak !"
"Hm, kalau engkau membangkang, terpaksa tentu kuhajar "
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Penipu !" teriak Hong-ing. “engkau bilang tak mengerti
ilmusilat, ternyata sekarang engkau hendak menghajar aku."
"Uh, untuk menghajar seorang anak perempuan; mengapa
perlu belajar ilmusilat ?”
"Ha, ha," Hong-ing tertawa, "itu kalau anak perempuan
biasa. Tetapi aku seorang anak perempuan persilatan. Apa
engkau mampu mengalahkan aku ?"
"Kalau mau coba, bolehlah'" habis berkata . Blo'on terus
lompat menubruk Hong-ing. Ia tak mengerti ilmusilat. Tetapi
karena terdorong oleh kemarahan, ia nekad menyerang
sidara. Hanya saja caranya menyerang bukan dengan
memukul atau menampar melainkan dengan menubruk. Ya, ia
hendak mendekap dara itu.
Sudah tentu mudah sekali Hong-ing menghindar ke
samping. Diam-Diam dara itu memperhatikan gerakan Blo'on.
Kalau Blo'on yang berada di guha tadi, tak mungkin ia dapat
menghindar terkamannya. Tetapi saat itu Blo'on tampak
lamban gerakannya. Tentulah karena racun dalam tubuhnya
sudah mulai bekerja.
Terkaman pertama luput, Blo'on menyusuli lagi dengan
terkaman kedua, ketiga, keempat dan terus saja selama
terkamannya itu masih belum berhasil mendekap si dara.
Walet-kuning Hong-ing sesungguhnya tinggi juga
ilmusilatnya. Tetapi karena ia tahu bahwa pemuda blo'on itu
memiliki tenaga-dalam yang hebat, terpaksa ia tak berani adu
kekerasan dan melainkan menghindar saja. Tetapi setelah
memperhatikan gerak pemuda itu makin lamban tahulah ia
bahwa racun dalam tubuh pemuda itu sudah mulai bekerja.
Dan memang dugaannya tepat. Hampir tiga jam menuruni
gunung, karena tak mengerahkan tenaga racun itu pelahan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
sekali jalannya. Tetapi kini karena Blo'on mengeluarkan tenaga
menyergap Hong-ing maka racun itupun bekerja cepat.
Hampir separoh tubuh Blo'on terasa kaku tak dapat
digerakkan lagi.
„Uh . . , " tiba-tiba Blo'on mendesuh kaget ketika luput
menubruk Hong-ing, kakinya terantuk pada segunduk batu
dan tak ampun lagi. ia jatuh terguling di tanah dan meluncur
ke dalam telaga . . .
"Hai !" Hong-ing memburu hendak menyambar kaki si
Blo'on tetapi terlambat. Tubuh Blo'on sudah tenggelam
kedalam telaga.
Karena gugup, Hong-ing lari kian kemari, sejenak
memandang ke permukaan telaga, sejenak memandang ke
sekeliiing penjuru seperti hendak mencari orang yang dapat
memberi pertolongan, Ia sendiri tak bisa berenang. Paling-
Paling ia akan minta tolong orang untuk menyelam ke dasar
telaga Tetapi sekeliling tempat itu sunyi senyap.
"Blo'on . . ! Blo'on ..!" berulang kali la meneriaki pemuda itu
tetapi tiada bersahut. Blo'on seolah-olah lenyap di dasar
telaga.
Entah bagaimana Hong-ing merasa menyesal atas
terjadinya peristiwa itu. Memang bukti amat kuat bahwa
Blo'on berada di dalam guha di mana suhunya terdapat
menggeletak tak bernyawa. Tetapi menilik wajah dan sikap
pemuda yang blo'on itu, masih ada sepercik kepercayaan
dalam hatinya bahwa Blo'on bukan pembunuh suhunya.
Selama belum menemukan jejak yang menyatakan bahwa
Blo'on tak bersalah, rasa benci dan dendam terhadap pemuda
itu tetap membara dalam hati Hong-ing. Betapapun ia benci
pada setiap pembunuh. Apalagi yang dibunuh itu suhunya . . .
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Namun dibalik rasa dendam itu, tersembul pula rasa
kasihan atas nasib Blo'on yang dideritanya ketika berada
dalam markas Hoa-san-pay. Blo'on diperlakukan sebagai
seorang terdakwa, dijadikan bulan-bulan tertawa dengan
digunduli rambut dan alisnya, dihajar sana dipukul sini seperti
seekor anjing Bahkan tak segan-segan pula keempat Tiang-lo
itu beramai-ramai hendak membunuh Blo'on. Hong-ing benci
kepada Blo'on tetapi iapun merasa kasihan atas nasibnya.
Rasa kasihan dari Hong-ing bukan tak beralasan, la merasa
bahwa kesalahan Blo'on itu walaupun jelas tetapi belum
meyakinkan, la merasa bahwa pemuda itu memang blo'on,
linglung dan seperti orang yang kehilangan kesadaran
pikirannya. Buktinya, begitu ia mengatakan soal otak naga di
Laut Hitam, pemuda itu terus percaya seratus persen. Begitu
pula ia merasa bahwa pernyataan Blo-on yang lupa pada diri
dan namanya, memang sungguh-sungguh bukan pura-pura.
Setolol-tolol dan seblo'on-blo’on seorang anakmuda, namun
tak mungkin dia mau menerima pemberian nama Blo'on itu.
Dan akhirhya wajah serta bicara pemuda itu, mengunjukkan
kejujuran hatinya.
Itulah sebabnya, Hong-ing mandah saya ketika ditawan si
Blo'on dan dijadikan sandra lalu diajak lari dari markas Hoasan-
pay. Pun dalam perjalanan, ia makin mendapat kesan
bahwa Blo'on itu seorang pemuda yang polos hati. Oleh
karena itu, walaupun beberapa kali mendapat kesempatan
baik, tetapi dara itu tetap tak mau melarikan diri. Ia ingin
menemani si Blo'on mencari obat penyembuh otaknya.
Dan rasa kasihan itu meledak menjadi rasa gugup dan
gelisah ketika melihat Blo'on tenggelam dalam telaga. Karena
tak mendapat jalan untuk menolong, akhirnya dara itu duduk
numprah di tepi telaga dan menangis.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Maafkan aku, Blo'on. Sebenarnya aku tidak mempunyai
maksud hendak membunuh atau mencelakai engkau. Tetapi
mengapa engkau mengusir aku ? Bukankah aku ingin
menemani engkau mencari obat ? Andai engkau tak sebengis
itu mengusirku, tentu akan kuberimu pil pencegah racun untuk
mencegah menjalarnya racun pada lukamu itu . . . " Hong-ing
menghela napas.
"Blo'on, kalau engkau mati, kudoakan supaya arwahmu
dalam beristirahat tenang di alam baka .., " Hong-ing menutup
doanya dengan menangis terisak-isak. Puas menangis, ia
berbangkit. la tetap tak terima kalau belum menemukar mayat
Blo'on. Ia hendak pergi kesebuah perumahan yang terdekat
untuk minta tolong pada beberapa penduduk, mencari mayat
Blo'on. Sekalipun mati, namun ia hendak mengubur mayat
Blo'on secara baik.
Maka ia segera tinggalkan telaga dan mencari rumah
penduduk.
Haripun kian tinggi dan akhirnya matahari mulai rebah
dipunggung gunung sebelah barat. Tiba-tiba muncullah
seorang aneh. Seorang lelaki tinggi besar yang mukanya
penuh dengan rambut, memelihara kumis lebat dan jenggot
panjang. Kepalanya terbungkus kain putih yang dilingkai-
Iingkar keatas macam bentuk seekor kerucut. Pakaiannya
jubah merah yang penuh berhias tanda-tanda swastika.
Setiba di tepi telaga, ia berdiri tegak menghadap
kepermukaan air. Kedua tangannya ditengadahkan di muka
dada dan mulutnya mulai berkemak kemik. Tiba-tiba tangan
kanan dijulurkan kemuka menghadap ke permukaan telaga
laluu mulai digerakkan seperti menarik kebelakang Perbuatan
itu dilakukan berulang-ulang sambil mulutnya melantang
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
ucapan-ucapan seperti doa mantra. Tetapi tak dapat
dimengerti artinya karena menggunakan bahasa asing.
Aneh benar ! Tak berapa lama tampak sesosok tubuh
menyumbul ke permukaan air lalu pelahan-lahan tubuh itu
hanyut dibawa air ketepi tempat orang aneh itu berdiri. Dan
lebih aneh pula, walaupun sudah berada di daratan, tubuh
yang masih rebah di tanah itu dapat meluncur ketempat orang
aneh. Setelah tiba dibawah kaki orang itu baru berhenti.
Ternyata sosok tubuh itu bukan lain adalah mayat Blo'on
yang terbungkus dengan benda hitam macam lumpur. Orang
aneh berjongkok memeriksa Ia kerutkan alis ketika
mengetahui bahwa benda yang menyelubungi muka dan
badan si Blo-on iitu bukan lumpur melainkan kawanan
binatang lintah. Orang aneh itu segera membersihkan tubuh
Blo’on dari kerumunan lintah. Setelah itu ia memeriksa baju si
Blo'on.
"Kurang ajar, kemanakah rumput mustika itu?" tiba-tiba ia
berkata seorang diri dengan nada marah. "apakah dimakannya
sendiri ? Dan sarung dang itu . . ?”
"Ah." pada lain saat ia menghela napas panjang, "celaka,
kemungkinan rumput mustika dan sarung pedang tentu ikut
tenggelam kedasar telaga. Celaka, kalau benar begitu,
sungguh sulit. Untuk mencari sarung pedang, sih masih
mudah. Tetapi bagaimana untuk mencari rumput Jenggotnaga
yang begitu kecil dan halus ? Bukankah sesukar orang
mencari jarum dalam laut ? Ah ..."
Sejenak merenung, orang aneh itu mengingau pula :
"Terpaksa aku harus bersemedhi nanti malam untuk
mengetahui apakah kedua benda itu memang masih di dasar
telaga atau dilempar kelain tempat oleh anak itu ... .
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kemudian ia memeriksa keadaan mayat Blo'on Setelah
memegang pergelangan tangan, ia berkata seorang diri pula :
"Denyut jantungnya masih terasa, anak ini belum mati ..."
Ia mengeluarkan sebuah botol kumala, menuang sebutir pil
merah dan disusupkan kemulut Blo'on, lalu ditinggal pergi :
"Hm, dalam waktu duapuluh empat jam, dia tentu sadar ..."
Orang aneh itu tak menghiraukan Blo'on. Ia masuk kedalam
hutan untuk mencari tempat yang sesuai dimana ia akan
melakukan semedhi untuk meneropong keadaan dalam telaga.
Malampun makin merayap, menebarkan selimut hitam
kepermukaan alam. Suasana sekeliling telaga makin dibenam
dalam kesunyian lelap.
Blo'on masih menggeletak dalam keadaan tak sadar. Entah
dia dapat hidup lagi atau tidak.
---ooo0dw0ooo---
Korban kedua.
Keesokan harinya, Hong-ing membawa dua orang
penduduk ketepi telaga. Dara itu berhasil mengupah kedua
orang itu untuk menyelam ke dasar telaga, mencari mayat si
Blo'on.
"Wah, celaka," seru salah seorang penduduk itu, "telaga ini
disebut Telaga-lintah, boleh dikata menjadi sarang lintah.
Maka walaupun airnya bening, tetapi jarang sekali orang yang
berani mandi disini."
"O," Hong-ing mendesuh kejut, "lalu bagaimana cara kalian
hendak menyelam ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kedua lelaki itu tersenyum. Mereka melepaskan bungkusan
yang dibawa lalu mengeluarkan dua buah botol. Yang satu
diserahkan kepada kawan nya. Mereka lalu melumuri tubuh
dengan isi botol itu.
"Apakah itu ?" tanya Hong-ing "Minyak dari ikan paus.
Bangsa lintah tak suka baunya dan tak mampu hinggap pada
badan orang yang dilumuri minyak ini."
Demikian kedua orang itupun lalu menyelam kedalam
telaga. Tetapi hampir setengah hari mereka mencari, Blo'on
tetap tak dapat diketemukan. Akhirnya setelah sore, mereka
naik ke daratan.
"Sia-sia," kata mereka, "mayat kawan nona itu tak berhasil
kami ketemukan."
"Aneh," sahut Hong-ing, "jelas dia terjatuh kedalam telaga
ini mengapa mayatnya tak dapat diketemukan ?"
Kedua orang itu kerutkan dahi. Diam-Diam mere kapun
heran juga. Tiba-Tiba salah seorang bertanya : "Apakah nona
tak keliru melihat ?"
"Keliru bagaimana ?" tanya Hong-ing.
"Kalau kawan nona itu benar-benar jatuh ke dalam telaga
ini ?'
"Gila ! Masakan aku bisa keliru ? Sudah jelas kulihat dengan
mata kepala sendiri, dia terantuk batu lalu terguling jatuh
kedalam telaga !" seru Hong-ing agak penasaran.
"Hm, kalau begitu tentu hanya satu kemungkinan," kata
mereka.
"Bagaimana?”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Mayat itu telah habis dilahap kawanan ikan lele-macan di
telaga ini."
"Hah?" Hong-ing terbeliak kaget, "lele-macan?"
"Ya," sahut salah seorang, "selain lintah pun telaga ini
penuh dengan sejenis ikan lele yang oleh penduduk disebut
lele-macan. Ikan itu ganas sekali, suka makan ikan lain yang
bukan jenisnya."
"Ah . . ," Hong-ing hempaskan diri duduk ditepi telaga.
Hatinya sedih, semangatnya lunglai. Rasa kasihan atas nasib
Blo'on, membuat ia seperti orang yang kehilangan semangat.
"Apakah nona tak kembali ke desa kami ?” tanya salah
seoracg penyelam.
"Tidak, kalau kalian mau pulang, pulanglah” sahut Hong
ing.
Setelah menerima upah, walaupun merasa heran, namun
kedua orang itupun segera pergi.
Berjam-jam lamanya Hong-ing duduk memandang ke
permukaan telaga. Mataharipun mulai turun ke balik gunung.
Cuaca mulai gelap. Namun Hong-ing tetap tak berkisar dari
tempatnya. Matanya memandang ke air telaga yang jernih.
Beberapa saat kemudian tiba-tiba ia terkesiap Samar-
Samar pada permukaan air, muncul sebuah wajah orang.
Hong-ing mengebas-kebaskan kepala lalu mengusap-usap
mata. la kuatir kalau kalau mata nya yang kabur. Tetapi ketika
memandang ke permukaan air lagi, bayangan wajah orang itu
tetap tampak, bahkan kali ini tersenyum menyeringai Dan
karena wajah orang itu penuh ditumbuhi rambut, maka
tampaknyapun menyeramkan. Dia tertawa malah seperti
serigala menguak.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hai . . . setan'" teriak Hong-ing seraya! loncat bangun dan
hendak mencabut pedang. Tetapi tiba-tiba pedangnya itu
sukar dicabut, seolah-olah seperti melekat pada kerangkanya.
Hong-ing makin karet. Dicobanya pula untuk mencabut
sekuat tenaga. Tetapi tetap gagal karena jengkel kerangka
yang masih berisi pedang itu dibanting ketanah, tringg..
"Hai," ia menjerit ketika melihat pedang itu meluncur keluar
dari kerangkanya. Pada hal tadi walaupun ditarik sekuatkuatnya
pedang itu tak mau keluar.
Cepat dara itu menghampiri hendak mengambilnya lagi.
Tetapi tepat pada saat tangannya menjamah tangkai pedang,
tiba-tiba sebuah kaki menginjak batang pedang
"Ih..”Hong-ing mendesis dan memandang keatas; Dan
seketika ia menjerit, loncat, loncat ke belakang.
Ternyata yang menginjak batang itu seorang lelaki tua yang
aneh. Ialah berpakaian jubah merah berhias swastika yang
kemarin datang ke tepi telaga, menarik keluar mayat si Blo’on.
Dalam persemedian malam tadi, ia mendapat kisikan halus,
bahwa pedang dan rumput mustika Liong-si-jau tidak jatuh di
dasar telaga tetapi masih berada pada si Blo'on. Maka pada
siang itu ia segera menuju ke tepi telaga tempat Blo'on
diletakkan kemarin. Ia hendak menunggu si Blo’on sadar dan
menanyainya tentang rumput mustika itu.
Tetapi alangkah kejutnya ketika tubuh Blo'on tak berada
ditempatnya dan sebagai gantinya tampak seorang gadis
tengah duduk termenung-menung memandang permukaan
telaga.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Orang aneh itu gunakan ilmu meringankan tubuh,
menghampiri ke belakang sigadis atau Hong-ing. Dan akhirnya
terjadilah peristiwa itu.
"Siapa engkau!" teriak Hong-ing seraya siapkan tinju.
"Ha, ha, baru ini kali sepanjang hidupku, seorang anak
perempuan berani bertanya begitu kasar kepadaku. Biasanya
tak pernah orang berani bertanya kepadaku karena aku yang
selalu bertanya kepada orang !" sahut orang aneh itu.
"Lekas bilang, siapa engkau !" Hong-ing mengulang
pertanyaan.
"Akan kuberitahu namaku apabila engkau mau memberi
sedikit keterangan," sahut orang aneh itu.
"Soal apa ?"
"Sudah lamakah engkau berada di tepi telaga ini ?"
"Sejak pagi tadi."
"Ho, kalau begitu engkau tentu melihat sesosok mayat di
tepi telaga ini ?"
"Mayat ? Mayat siapa ?"
"Mayat seorang anakmuda ?"
"Si Blo'on ?"
"Apa itu Blo'on ?"
"Bukankah nama anak itu si Blo'on ?'
"Ngaco !" bentak orang aneh itu. "apa itu Blo'on-blo'on. Aku
tak mengerti. Jawablah yang betul, mengaku tahu atau tidak
mayat seorang anak muda disini ?”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Hong-ing marah karena sikap orang yang begitu kasar
seolah-olah seperti memberi perintah. Ia menjawab getas :
"Kalau tahu bagaimana, kalau tak tahu bagaimana ?"
"Kalau tahu, lekas tunjukkan dimana mayat itu?”
"Ih garang benar engkau. Kalau aku tak mau menunjukkan,
bagaimana ?"
"Akan kupaksa sampai engkau mau ?"
"Kalau tak tahu ?”
"Engkau jelas bohong !" kata orang aneh itu, "karena jelas
malam tadi mayat itu berada di sini."
"Aku tak tahu, engkau mau apa!" Hong-ing melengking.
"Engkau bohong “
Sebenarnya Hong-ing berkata dengan sesungguhnya tapi
karena ia marah atas sikap orang aneh itu, iapun menantang:
"Ya, aku memang bohong, engkau mau apa ?"
"Ho, budak perempuan, rupanya engkau belum kenal
kelihayanku!" kata orang aneh itu seraya ulurkan tangan
hendak menyambar tangan Hong-ing. Tetapi dara itu cepat
menyurut mundur.
"Uh, engkau pandai silat juga?"dengus orang aneh itu agak
terkejut karena sambarannya luput. Lalu ia ulangi lagi dengan
sebuah lompatan seraya menerkam. Tetapi tetap Walet-kuning
Hong-ing dapat menghindar.
"Eh, engkau benar-benar pandai ilmu silat ? Siapakah
perguruanmu ?" orang aneh itu berhenti dan berseru.
"Perlu apa engkau bertanya perguruanku?”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Agar dapat kupertimbangkan langkah, cara hukuman apa
yang layak kuberikan kepadamu !"
"Wah besar sekali mulutmu, orang brewok!" seru Hong-ing,
"aku murid Hoa-san-pay ..."
"O, murid Hoa-san-pay ?" teriak orang aneh itu. Sepasang
matanya tampak berkedip-kedip, "kalau engkau murid
perguruan lain, mungkin masih dapat kuampuni. Tetapi karena
engkau murid Hoa-san pay jangan harap engkau mendapat
pengampunanku!"
"Cis ! Siapa yang sudi minta ampun kepadamu !" lengking si
dara.
"Kurang ajar !" orang itupun terus loncat menubruk. Kali ini
Hong-ing sudah siap. Menghindar kesamping ia terus ayunkan
sebelah kakinya menendang. Plak . . orang itu jatuh tergulingguling
ditepi telaga. Hampir saja dia terguling jatuh kedalam
air.
Cepat ia berbangkit lalu melangkah pelahan-lahan
menghampiri Hong-ing, berdiri tiga langkah dihadapannya.
Orang aneh itu tegak berdiri memandang lekat pada Honging.
Pada lain saat, tiba-tiba ia julurkan kan dua buah jari
tangannya kearah Hong-ing : "Lihatlah . . , "
Hong-ing terkejut dan tanpa sadar terpengaruh oleh katakata
orang aneh itu. Cepat ia mencurah pandang mata kearah
jari orang itu. Tiba-Tiba ia rasakan aliran hawa dingin melanda
dadanya, menebarkan keseluruh urat-urat tubuhnya. Ia
hendak bergerak tetapi tak mampu menggerakkan tubuh.
Lemas lunglai . . .
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ho, budak perempuan, engkau sudah terkena ilmuku Jitpoh-
sip-hun-ci. Ha, ha sekarang engkau sudah dalam
kekuasaanku!" seru orang aneh itu.
Hong-ing terkejut tetapi tak dapat berbuat suatu apa. Jitpoh-
sip-hun-ci, ia tahu juga artinya, Ialah Jari-pelenyapsukma-
tujuh-langkah. Dalam jarak tujuh langkah, ilmu
gerakan jari itu dapat melenyapkan sukma, membuat orang
lemas tak berkutik.
"Engkau man apa ?" serunya dengan mata menghambur
kemarahan.
"Katakan dimana mayat anakmuda itu !" seru siorang aneh.
"Siapa yang engkau maksudkan anakmuda itu?
"Masakan engkau tak tahu ? Dia yang membunuh ketua
perguruan Hoa-san-pay itu !"
''Ih . . , " Hong-ing terbeliak kaget, "engkau tahu peristiwa
pembunuhan itu ?"
"Kalau tak tahu masakan aku bisa berkata, "jawab orang
aneh itu, "lekas bilang yang betul “
"Dia kecemplung dalam telaga ini !"
"Lalu, mana mayatnya ?"
"Justeru akupun hendak mencari mayatnya”
"Ngaco ! Mayat itu sudah kuangkat kesini tetapi sekarang
lenyap. Kalau bukan engkau yang mengambil, siapa lagi ?"
"Hai, benarkah mayat itu sudah berada ditepi telaga sini ?"
teriak Hong-ing.
"Jangan berpura-pura!" hardik orang aneh itu "lekas
katakan dimana engkau menyembunyikannya “
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Cepat Hong-ing hendak menyangkal tetapi pada lain kilas
tiba-tiba ia mendapat pikiran. "O, sudah kukubur !" serunya.
"Dimana ?"
"Diujung hutan sana !"
"Bawa aku kesana !"
"Tidak !" sahut Hong-ing getas.
"Mengapa?" orang aneh itu terkesiap heran.
"Aku tak dapat berjalan."
"O," rupanya orang aneh itu teringat kalau dara itu terkena
tutukan jarinya, "tak apa, akan kupondong engkau kesana."
"Tidak sudi, tidak sudi !" teriak Hong-ing
"Masakan engkau mampu meronta kalau ku pondong ..."
"Kalau engkau berani menjamah tubuhku, lebih baik aku
bunuh diri menggigit lidahku sendiri!"
"Lalu maksudmu ?"
Halaman 51-58 sobek
"Kenal baik sekali. Mereka sering berkunjung kemari," kata
Him Pa.
Blo'on terbelalak : "Kalau begitu paman tentu akan
menangkap dan menyerahkan aku ke markas Hoa-san-pay ?"
"Tidak," sahut Him Pa.
"Tidak ? Mengapa ? Bukankah paman bersahabat baik
dengan mereka ?" tanya Blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Kutahu engkau jujur," jawab Him Pa, "karena dengan terus
terang engkau menceritakan tentang pembunuhan yang
terjadi pada diri Kim kaucu. Tetapi apakah engkau benarbenar
tidak membunuhnya?
"Sungguh mati, paman. Aku berani bersumpah kalau tak
merasa membunuh ketua Hoa-san-pay."
"Baiklah, aku percaya padamu . . , " baru Him Pa berkata
sampai disitu tiba-tiba ia terkejut bangun, "ada orang datang.
Ah, kemungkinan tentu orang Hoa-san-pay yang hendak
mencarimu."
"Celaka !" Blo'on mengeluh, "bagaimana aku dapat lolos ?"
Sejenak kebaikan pandang mata, Him Pa cepat menyuruh
Blo on : "Lekas engkau menjadi harimau kumbang itu . . . "
"Hah?" Blo-on terbelalak kaget, "bagaimana aku dapat
menjadi harimau ?"
Sambil mendorong Blo'on ketempat harimau kumbang, Him
Pa berjongkok, membuka kulit harimau. mengambil rumput
dan cepat suruh Blo'on memakai kulit harimau dan mendekam
disudut bilik.
Him Pa tak tunggu Blo'on melakukan perintah, ia terus
keluar karena pintu diketuk orang.
"Ah, kiranya Han lotiang yang datang," sen Him Pa ketika
melihat tetamu itu atau Beruang-sakti Han Tiong, tetua nomor
dua dari Hoa-san-pay.
Sambil mengiakan, Beruang-sakti Han Tionj melangkah
masuk : "Bagaimana Him Pa, banyak memperoleh binatang
buruan ?"
"Lumayan, lotiang," sahut Him Pa seraya membawa
tetamunya masuk kedalam bilik. Mereka duduk dikursi.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Tak sari-sarinya lotiang berkunjung kemari pada saat hari
semalam ini. Tentulah lotiang mempunyai urusan yang
penting," Him Pa membuka pembicaraan.
"Benar, Him Pa, aku hendak mencari seorang anakmuda."
Him Pa tahu siapa yang dimaksud orangtua dari Hoa-sanpav
itu. Namun ia tetap tenang, tanyanya pula : "Mengapa
dia, lotiang ?"
"Hm, anak itu kurang ajar sekali, berani masuk kedalam
markas Hoa-san-pay dan melukai beberapa anakmurid.
Hendak kuringkus dan kubawa nya naik ke markas untuk
menerima hukuman. Mendengar itu Blo'on menggigil. Kalau
Him Pa menunjukkan dirinya, tentu ia akan tertangkap orang
Hoa-san-pay lagi.
"Apakah engkau tak melihatnya? Apakah datang kemari “
tanya Beruang-sakti.
"Akupun baru saja pulang dari berburu, lo tiang. Dan
dirumah ini tiada orang yang datang."
"Aneh," gumam Beruang-sakti Han Tiong, "padahal jelas dia
membawa Walet-kuning Hong-ing, murid perempuan Hoa-sanpay
turun gunung."
"Walet-kuning Hong-ing dibawanya? Aneh, bagaimana hal
itu dapat terjadi ?" seru Him Pa.
"Ketika kami kepung anak liar itu, tiba-tiba saja dia
mendapat akal untuk menawan Hong-ing dijadikan sandera."
"Dan keempat lo-tiang membiarkan saja ?" tanya Him Pa.
"Ya, karena menurut Pui suheng, anak itu telah terkena
cengkeraman Tok-jiau-kang yang beracun Dalam beberapa
jam dia tentu mati. Mengapa ia tak kelihatan, pun Hong-ing
juga tak tampak"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ah, kemungkinan nona Ci telah sengaja menunjukkan jalan
yang salah kepadanya. Kalau tidak mereka tentu lewat disini.
Eh, maaf, taruh kata lewat, apabila pada siang hari, jelas kalau
aku tak melihat mereka karena sejak pagi aku sudah keluar
berburu dan petang ini baru pulang"
"Kalau begitu, apabila engkau melihatnya, supaya engkau
tahan dan antarkan ke atas gunung."
"Baiklah, lo-tiang, apa pesan lo-tiang tentu akan kulakukan
dengan sungguh hati," kata Him pa lalu menuju ke dapur dan
tak lama masuk kembeli membawa hidangan arak: "Maaf,
lotiang, hanya dapat menghidangkan arak dingin, untuk
sekedar penghilang-haus saja."
Jika kedua orang itu enak-enak menikmati arak, adalah
Blo'on yang setengah mati. Mendekam dan memakai kulit
hariamau, ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Panasnya
bukan kepalang sehingga keringatnya bercucuran deras
membasahi sekujur tubuh.
Tiba-Tiba saja ia ingin kencing. Perutnya yang penuh terisi
air sekendi dan bubur cair sepanci mulai kembung dan hendak
mintn keluar. Celaka, bagaimana nih ? Kalau ia kencing, airnya
tentu mengalir dan tentu diketahui Beruang-sakti. Namun
kalau ditahan, perutnya terasa mulas. Dalam hati tak hentihentinya
ia memaki dan menyumpahi kakek Beruang-sakti
mengapa tak lekas pergi.
"Hm, mungkin pemburu itu memang sengaja hendak
menyiksa aku. Kalau tidak mengapa ia terus menerus
mengajak bicara kakek itu ? Bukankah lebih lekas disuruh
pergi, lebih baik bagiku?" gumamnya panjang pendek dalam
hati.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on benar tak kuat menahan keluarnya air kencing. Pada
detik-detik yang tegang sehingga wajahnya merah padam,
tiba-tiba Beruang-sakti Han Tiong berkata : "Him Pa, karena
sudah malam, aku terpaksa pamit".
"Lotiang hendak pulang ke markas ?"
"Mungkin tidak. Aku hendak melanjutkan pengejaran
kepada anak liar itu. Tolong saja sewaktu-waktu melihat
mereka supaya engkau bawa kemarkas kami."
"Baik, lotiang, "kata Him Pa-seraya ikut berbangkit hendak
mengantarkan tetamunya keluar. Tiba-Tiba tetua nomor dua
dari Hoa-san-pay itu berhenti, memandang kesudut. ruangan :
"Eh, Him Pa, itu hari-mau hidup atau mati ?"
Sambil berkata, rupanya karena tertarik akan harimau yang
mendekam itu, Beruang-sakti Han Ti ong segera menghampiri.
"O, itu kulit harimau yang sengaja kuutuhkan dan kuisi
dengan rumput kering," kata Him Pa tertawa cemas.
"Buat apa ?"
"Selain untuk hiasan, pun dengan adanya harimau itu,
rupanya tikus-tikus tak berani datang. Begitu pula untuk
menakuti apabila ada pencuri masuk."
"Ah, benar-benar seperti hidup, " Beruang-sakti Han Tiong
hendak mendekati dan julurkan tangannya hendak mengeluselus
kepala harimau itu.
Jika ada petir berbunyi saat itu, tidaklah lebih mengejutkan
hati Blo'on daripada ketika tangan Beruang-sakti hendak
mengelus kepalanya. Rasa ingin kencing yang sudah tak kuasa
ditahannya tadi tiba-tiba lenyap seketika.
Prang . . tiba-tiba terdengar suara berkerontangan dan tibatiba
ruanganpun gelap gelita. Lampu yang terletak di atas
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
meja, mencelat jatuh ke lantai dan padam. Dan serentak
terdengar suara Him Pa berseru kaget : "Ai, sial. tanganku
membentur lampu. Maaf,
lotiang, kamar menjadi
gelap."
Rupanya Beruang-sakti
tak pernah menyangka
bahwa jatuhnya lampu
kelantai itu karena
sengaja ditampar Him Pa.
Agar dapat membatalkan
niat Beruang-sakti
mengelus kepala
harimau. Dan memang
Beruang sakti terkejut
lalu urungkan
keinginannya. Ia
melangkah kepintu dan
keluar dari bilik. Ketika
pamit, ia mengulangi pula permintaannya supaya Him Pa
memperhatikan anak liar yang melarikan Hong-ing itu.
Setelah tetamu pergi, barulah Him Pa masuk kedalam bilik
lagi. Ia memperbaiki lampu lalu di-sulutnya pula. Ketika
memandang ke sudut ruang, ia berteriak kaget : "Hai, kemana
harimau itu . . ?"
Ternyata kulit harimau yang berisi Blo'on, lenyap dari sudut
bilik. Him Pa cepat mencari ke belakang. Juga tak ada. Keluar
halaman muka, pun tak tampak. Ia mencari kesekeliling
pondok tetap tak ketemu. Akhirnya ia kembali masuk ke dalam
bilik dan astaga . . . harimau itu sudah berada dalam bilik
tetapi tidak lagi mendekam melainkan duduk di ranjang kayu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hai, kemana engkau tadi ?" tegur Him pa.
"Ke sumur di belakang rumah."
"Mengapa ?" Him Pa heran.
"Maaf, paman, karena perut penuh air dan bubur cair, tadi
aku hendak kencing. Ketika kakek Hoa san-pay hendak
mengelus kepalaku. Karena ta kut, aku sampai terkencing di
celana. Celana terpaksa kucuci di sumur dan aku harus pinjam
kulit harimau untuk malam ini . . .
Him Pa hanya tertawa. Demikian dalam pembicaraan
selanjutnya, Blo'on mengatakan tentang penyakit aneh yang
dideritanya. Him Pa juga heran.
"Di kota Song-hian-koan kudengar ada seorang imam yang
pandai mengobati' segala penyakit aneh, dapat mengusir
setan dan lain-lain ilmu yang aneh. Cobalah engkau kesana,
barangkali penyakitmu yang aneh itu dapat disembuhnya,"
kata Him Pa.
"Jauhkah tempat itu dari sini?" tanya Blo'on
"Tidak," sahut Him Pa. "begitu turun kaki gunung, berjalan
ke utara kira-kira sepuluh li, tentu sudah tiba di kota itu."
"Lalu siapakah nama imam itu ?"
"Tanya saja pada penduduk disitu. Setiap orang tentu kenal
pada imam sakti itu."
"Paman, mengapa engkau melindungi aku dari kejaran
kakek Hoa-san-pay tadi ?" tanya Blo'on pula, "Bukankah
paman bersahabat baik dengan mereka dan baru saja kenal
padaku ?”
Him Pa berkata : "engkau terluka dan kutolong kemari.
Kalau menolong orang, aku tak mau kepalang tanggung. Maka
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
engkau kusembunyikan Tetapi ingat ! Apabila terbukti bahwa
memang engkau yang membunuh ketua Hoa-san-pay itu, aku
tentu akan menangkapmu "
Tengah malam ketika sedang pulas tidur, Blo'on dikejutkan
oleh suara aum harimau yang dahsyat. Cepat ia bangun dan
mencari Him Pa tetapi pemburu itu tak berada dalam rumah.
"Paman, kemana engkau? Ada harimau hendak menyerbu
rumah ini !" serunya. Tetapi Him Pa tak menyahut, entah
kemana.
"Celaka harimau suka makan orang. Apakah paman
pemburu itu sudah dimakan harimau?"pikirnya
Aum . . . aummmm, harimau makin dekat dan masuk
kedalam halaman.
"Mati aku . . . !" Blo'on makin ketakutan. Ia lari kian kemari
kebingungan. Tiba-Tiba ia teringat kalau masih memakai kulit
harimau, "ah, terpaksa aku harus menjadi harimau juga.
Harimau bertemu harimau, tentu tak mau memakan ..."
Karena kulit harimau itu dibuat sedemikian utuh maka
seluruh kepala dan tubuh Blo'on dapat tertutup rapat dan
jadilah ia seekor harimau.
Aum . . . harimau yang sungguh itu pun masuk kedalam
pondok ....
---ooo0dw0ooo---
Jilid 5
Sepasang harimau.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Aummm ....
Bermula Blo'on menyangka bahwa dengan menjadi harimau
gadungan itu tentu takkan memakannya. Dan tenanglah ia.
Tetapi ketika harimau itu masuk kedalam rumah dan
mengaum dahsyat, serasa tergetarlah genteng-genteng atap
karena gema suara raja hutan itu. Sedemikian keras dan
dahsyat sehingga jantung Blo' on hampir copot. Ia tak pernah
menyangka kalau seekor harimau itu ternyata sedemikian
perkasanya.
Aum . . . karena takut, iapun mengaum menirukan suara
siraja hutan dan terus loncat keluar dari jendela. Ah, ia
terkejut sendiri ketika tubuhnya berhasil menerobos lubang
jendela, terus meluncur keluar halaman, bum ....
Rasa takut dan ngeri melihat harimau yang begitu seram,
membuat Blo'on lupa segala. Lupa apakah ia mampu
melompat keluar dari lubang jendela, lupa bagaimana
andaikata ia nanti jatuh keluar. Lupa akan rencananya bahwa
setelah menjadi 'harimau gadungan' harimau yang aseli itu
tentu takkan memakannya. Pendek kata, karena pikirannya
hilang semangatnya buyar, ia terus loncat saja keluar jendela
.....
Harimau heran mengapa kawannya itu malah melarikan diri.
Binatang itupun segera loncat menerobos lubang jendela.
Dilihatnya harimau Blo'on masih mendekam ditanah. Rupanya
karena terbanting ditanah, kepala Blo'on pusing, mata
berkunang-kunang sehingga untuk beberapa saat ia tetap
rebah tengkurap ditanah.
Demi mendengar harimau loncat keluar dari jendela
mengejarnya, Blo'on terkejut dan serentak ia terus loncat
bangun lalu . . . lari.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Apabila ia lari dengan merangkak, itu masih dapat
dimaklumi. Tetapi si Blo'on lari seperti orang biasa. Dia lupa
kalau saat itu dirinya menjadi seekor harimau.
Diluar dugaan, harimau tertegun. Rupanya binatang itu
heran mengapa kawannya mendadak dapat berdiri dan lari.
Sesait kemudian binatang itupun terus loncat mengejar.
Blo'on lari dan lari sekuat-kuatnya. Tetapi ketika ia
berpaling ke belakang, dilihatnya harimau makin dekat
dibelakangnya.
Aummm . . . harimau mengaum dan karena kejutnya,
Blo'on terpelanting jatuh mencium tanah. Ia pejamkan mata
menunggu dirinya dimakan si-raja hutan. Tetapi sampai
beberapa saat, ia merasa masih selamat. Buru-Buru ia
membuka mat-a. Melalui mata dari kulit harimau yang
dipakainya itu, ia melihat harimau masih berada dihadapannya.
Baru Blo'on hendak menarik napas legah tiba-tiba harimau
itu maju menghampiri dan . . .
"Mati aku "Blo'on menjerit dalam hati ketika harimau itu
ngangakan mulutnya, tepat dimukanya. la terpaksa pejamkan
mata lagi menunggu kematian ....
"Uh, uh, uh . . .” tiba-tiba ia mendesuh-desuh ketika merasa
kepalanya berayun - ayun maju mundur. Ketika membuka
mata, ia melihat tubuh harimau itu merapat sekali kepadanya.
Dan ketika ia berusaha untuk memandang keatas ternyata
harimau itu tengah menjilati kepalanya ....
Hampir ia menjerit keras. Untung ia teringat kalau saat itu
kepalanya terbungkus dengan kulit kepala harimau. Apabila
tidak, tentu kulit gundulnya sudah terkelupas kedalam mulut
harimau
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Auff, auff ..." tiba-tiba pula ia mendesuh-desuh ketika tibatiba
harimau itu menjilati mukanya.
Haa . . haaa . . . hasyingngng . . . !
Bau mulut harimau yang memuakkan dan kumisnya yang
menusuk kehidungnya, benar-benar menggelitik sekali.
Beberapa kali ia berusaha untuk menahan jangan sampai
berbangkis namun karena ia tak dapat menggunakan tangan
untuk mendekap hidung, akhirnya ia berbangkis juga dengan
keras.
Harimau terkejut dan loncat
kebelakang, memandang
harimau Blo'on lalu
menghampiri Jagi. Blo'on
bingung. Kalau ia diam saja,
harimau itu tentu akan
menjilati mukanya lagi dan ia
tentu akan berbangkis lagi.
Ternyata kulit harimau yang
dikenakan si Blo'on itu adalah
dari harimau betina. Dan
harimau yang datang itu
harimau jantan. Sudah beberapa waktu harimau jantan
mengamuk dan berkeliaran kemana-mana untuk mencari
harimau betina yang hilang. Hilang yang dibunuh Him Pa.
Sekarang harimau itu telah menemukan betinanya. Sudah
tentu ia rindu sekali. Dijilat-jilatinya kepala, jidat dan muka
sang betina dengan mesra. Mesra bagi si harimau jantan
tetapi celaka bagi si Blo'on. Ia benar-benar tersiksa karena
menyaru menjadi harimau itu. Walaupun harimau jantan itu
tak memakannya, tetapi ia benar-benar sebal dan muak
karena selalu diciumi dan dijilati harimau itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Akhirnya karena bingung dan jengkel, iapun berbangkit lalu
mengaum menirukan suara harimau jantan tadi : "Aummm .. "
Ketika harimau jantan menjilati mukanya, Blo'on yang
terpaksa jadi harimau gadungan, hampir muntah. Dan ketika
kumis harimau jantan menggelitik hidungnya, Blo'onpun
berbangkis sekuat-kuatnya.....
Blo'on term hendak berbangkit dan lari ke dalam pondok.
"Uh . . ," tiba-tiba mendekam lagi karena teringat kalau dirinya
masih menjadi harimau. Setelah itu ia merangkak ke pintu
pondok.
Tiba-Tiba harimau loncat menerkamnya sehingga ia jatuh
terguling-guling. Harimau menghampirinya lalu menjilati
kepala dan mukanya lagi dengan mesra.
"Uh, apa-apaan ini ?" Blo'on menggerutu dalam hati. Ia tak
tahu mengapa harimau itu selalu menjilati kepala dan
mukanya saja. Karena muak dan jengkel, ia mengaum lagi,
aummm ....
Harimau itu terkejut, loncat kebelakang. Tetapi ketika
melihat Blo'on merangkak kearah pintu, binatang itu loncat
menerkamnya lagi. Dan setelah Blo'on jatuh berguling-guling
binatang itu menjilat-jilat kepala dan mukanya lagi.
Karena terulang beberapa kali, akhirnya timbullah pikiran
Blo'on : "Apakah dia melarang aku masuk kedalam pondok ?"
"Celaka !"' kembali Blo'on menjerit dalam hati, "apakah dia
hendak membawa aku pulang ke rumahnya . . . ?"
Blo'on benar-benar bingung setengah mati. Gara-Gara
memakai kulit harimau, sekarang benar-benar ia harus
menjadi harimau.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Kurang ajar, kemanakah batang hidungnya Him Pa
sipemburu itu ?" ia mengomel penasaran. Ia tak menyadari
bahwa apabila tak memakai kulit harimau itu, dia tentu sudah
tertangkap Beruang-sakti Han Tiong. Atau, dia tentu sudah
dimakan harimau itu.
Karena tiada lain pilihan, akhirnya. Blo'on terpaksa lepaskan
usahanya meloloskan diri. Dia memutuskan untuk ikut pada
harimau itu. Nanti apabiia mendapat kesempatan," ia hendak
lari atau kalau perlu, mengadu jiwa dengan raja hutan itu.
Demikian dengan hati besar, ia segera merangkak kemuka,
keluar dari halaman pondok. Ah, andaikata ia tahu bahwa kulit
harimau yang dipakainya itu dari harimau betina dan harimau
yang datang itu yang jantan. Tentulah ia akan lebih kaget lagi.
Dan andaikata dia dapat membayangkan bagaimana ulah
seekor harimau jantan yang bertemu dengan yang betina, dia
tentu akan lemas. Mungkin kalau tidak besar nyalinya, tentu
sudah mati kaku.
Untunglah si Blo'on itu seorang Blo'on. Dia tak menyadari
hal itu. Maka enak saja ia merangkak keluar, diiring oleh
harimau jantan.
Aum . . . harimau jantan itu loncat ke samping jalan lalu
masuk kedalam hutan. Tetapi Blo'on tak mau.
"Huh, siapa sudi berjalan merangkak di dalam hutan" ia
menggerutu dalam hati dan tetap merangkak di sepanjang
jalan.
Rupanya harimau jantan itu heran mengapa betinanya tak
mau menyusul. Ia berhenti baru menerobos keluar ke jalan
lagi, menyusul Blo'on.
Untunglah harimau itu seekor binatang yang tak punya
pikiran seperti manusia sehingga tak lekas dapat mengetahui
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
keanehan-keanehan yang terdapat pada diri isterinya si
harimau betina itu. Masakan harimau berjalan, kepalanya
menyusur kebawah dan pantatnya menjulang keatas seperti
yang dilakukan-si harimau blo'on itu ?
Tetapi sebodoh-bodoh harimau itu, akhirnya merasa heran
juga mengapa sang betina begitu tertatih-tatih jalannya.
Segera ia loncat dan sosorkan kepalanya mendorong kepala
harimau blo'on supaya membiluk kesamping. Karena tak tahan
baunya, terpaksa Blo'on mau membiluk dan masuk kedalam
hutan.
"Celaka ..." Blo'on mengeluh panjang pendek ketika ia
harus menerjang semak-semak berduri. Untung karena
mengenakan kulit harimau, tubuhnya-pun tak kena apa-apa.
Hanya setempo ia harus katupkan mata apabila ada ranting
atau duri yang mengancam depan mukanya.
Dan setelah masuk kedalam hutan, ternyata harimau jantan
itu tak mengganggunya lagi. Rupa nya memang begitulah
yang dikehendaki.
"Aduh, celaka . . ," kembali Blo on mengomel, "Di manakah
sarangnya ? Kalau harus merangkak jauh, mana aku kuat ?
Makin lama mereka makin masuk kebagian dalam dari
hutan itu. Saat itu masih malam. Hutan amat gelap sekali.
Rupanya harimau itu tak sabar melihat sang betina begitu
pelahan sekali jalannya. Kembali ia mendorong-dorong pantat
sang betina, menyuruh supaya lari lebih cepat.
"Kurang ajar," damprat Blo'on dalam hati, "siapa sudi
engkau suruh lari dengan merangkak begini ? . . . "
Belum habis ia menimang, tiba-tiba ia rasakan tengkuknya
dicengkeram keras sekali dan serempak dengan itu iapun
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
mendengar mulut harimau menggerung. Seketika pucatlah
Blo'on. Tentulah tengkuknya digigit mulut harimau jantan itu.
Memang sudah lazim bangsa harimau maupun kucing dan
anjing, apabila bercanda, mereka suka menggigit-gigit leher
kawannya. Gigitan harimau jantan kepada harimau betina
itupun bukan gigitan maut, melainkan gigitan bercanda, dalam
hal ini harimau jantan hendak menyuruh sang betina supaya
berlari cepat.
Tetapi bagi Blo'on, gigitan mesra dari harimau jantan itu
dirasakan seperti sebuah cekikan baja yang keras. Sakitnya
bukan kepalang sehingga hampir ia tak dapat bernapas.
Karena kesakitan, Blo'on lupa kalau dirinya sedang menjadi
harimau. Serentak ia gerakkan tangan kanan menampar muka
harimau jantan itu, prak .
Harimau jantan mengerang dan mengaum keras seraya
menyurut mundur beberapa langkah. Rupanya tamparan
tangan si Blo’on cukup keras. Dan kebetulan pula kuku-kuku
yang runcing tajam dari kaki kulit harimau itu tepat mengenai
hidung harimau jantan. Seketika harimau itu meraung-raung
kesakitan, hidungnyapun berdarah . .
Memang sejak bangun dari tidurnya didalam guha, Blo'on
kerap kali merasa aneh pada dirinya sendiri. Tubuhnya serasa
ringan sekali digerakkan. Ia dapat memanggul Rajawali-matabiru
untuk melompati sebuah jurang. Ia. dapat mencengkeram
tangan Hong-ing sehingga tak dapat berkutik. Ia dapat
menghindari serangan dari tiang-lo dan murid-murid Hoa-sanpay.
Benar-Benar ia telah mengalami suatu perobahan yang
aneh dalam dirinya. Namun ia tak tahu apa sebabnya.
Demikian pula dengan tamparannya kemuka harimau
jantan itu. Ia tak menyangka bahwa tamparan itu dapat
membuat harimau jantan meraung raung kesakitan. Andaikata
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
ia mengetahui mengapa dirinya memiliki tenaga sedemikian
saktinya, tentulah ia akan menyusuli pula dengan tamparan
yang menggebu-gebu kepada harimau jantan itu.
Tetapi Blo'on tak menyadari dan karena itu iapun
ketakutan. Takut kalau harimau jantan itu akan balas
menyerangnya. Maka diam-diam ia terus beringsut-ingsut
menyelinap kedalam semak. Maksudnya hendak melarikan diri.
Tetapi secepat itu harimau jantanpun kedengaran
meraung dan loncat mengejarnya. Sebenarnya harimau itu,
seperti lazimnya mahluk jantan terhadap betina, tidaklah
bermaksud hendak menerkam sang betina. Walaupun
menderita luka tetapi harimau itu tak marah. Tetapi Blo'on
menyangka, lain. Harimau loncat kearahnya tentulah hendak
menerkam. Maka karena ketakutan, secepat harimau jantan
tiba dihadapannya, secepat itu pula ia ayunkan tangan atau
cakar kanannya untuk menampar, prak . . .
Harimau jantan tak berusaha untuk menghindar. Pada
kebiasaannya, apabila sedang bermesra-mesraan dengan sang
betina, betina itu memang se ring menggerakkan kaki untuk
mencakar-cakar tubuhnya dan harimau jantan membiarkannya
saja, paling-paling ia balas menggigit kepala atau leher sang
betina. Gigitan yang mesra.
Tetapi diluar dugaan, tamparan harimau blo'on itu tepat
sekali mendarat pada kedua mata harimau jantan. Dan kukukukunya
yang runcing keras dengan tepat sekali menghantam
kedua biji mata harimau jantan. Sedemikian keras sampai biji
mata harimau itu pecah dan berhamburan keluar....
Muka berlujmuran darah, kelopak mata complong dan
meraunglah harimau jantan itu sekuat kuatnya seraya
mengamuk tak keruan. Melonjak-lonjak keatas, bergulingguling
kesemak, menerkam pohon, mencakar - cakar tanah
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
sehingga menimbulkan lubang besar dan lain-lain gerak
tingkah yang menge
Halaman 16-17 hilang
tidur tengkurap maka tak dapat diketahui bagaimana
tampang mukanya.
Blo'on terkejut. Mengapa kakek itu tidur tengkurap begitu
nyenyak diatas tanah. Apakah .dia . . . sudah mati? Karena
dibayangi ketakutan hal itu, cepat Blo'on berjongkok dan
membalikkan tubuh orang itu.
"Astaga . . . !" Blo'on menjerit seraya Ioncat mundur.
Ternyata kakek itu bukan lain ialah Beruang-sakti Han Tiong.
Blo'on terus hendak lari. Tetapi beberapa saat kemudian ia
berpaling. Hai . . mengapa kakek itu diam saja dan masih
tetap rebah ditanah.
Blo'on hentikan larinya, berputar tubuh dan tegak beberapa
saat memandang sosok tubuh itu. Rupanya dia masih takut.
Setelah yakin bahwa Beruang-sakti itu memang rebah tak
bergerak lagi, barulah ia maju menghampiri.
Tetapi ketika hampir dekat, kembali ia berhenti, serunya :
"Hai, mengapa engkau memandang aku tak berkedip begitu ?"
Memang Beruang-sakti rebah tertelentang dengan sepasang
matanya masih terbuka lebar.
Sampai dua tiga kali Blo'on mengulang seruannya, tetap
kakek itu diam saja. Akhirnya Blo'on memberanikan diri maju
beberapa langkah lagi. Hatinya berkebat kebit karena melihat
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
sepasang mata kakek itu tetap terbuka dan menurut anggapan
Blo'on seperti memandang kepadanya.
Ia maju selangkah dan selangkah lagi sehingga tiba disisi
Beruang sakti. Ia merasa aneh mengapa, mata Beruang-sakti
itu terus terbuka tak pernah mengatup. Dan suatu
pemandangan yang menyebabkan dia melonjak kaget ialah
luka sebesar genggaman tangan yang menghias dada kakek
itu. Luka itu menganga besar, berlumuran darah yang
mengental merah.
"Hai, dia mati !" akhirnya Blo’on berseru ka get setelah
memandang dengan seksama keadaan tetua nomor dua dari
partai Hoa-san-pay itu.
"Aneh. kakek ini sakti sekali, siapa yang membunuhnya ?
Aku . . ?"' tiba-tiba Blo'on menunjuk pada dirinya sendiri.
Tetapi sesaat kemudian ia menjerit: "Tidakl Tidak! Aku tidak
membunuhnya!
Ia hendak lari tetapi berhenti lagi, lalu maju menghampiri
ketempat Beruang-sakti Han Tiong. Diperiksanya luka pada
dada kakek itu. Ah. sebuah luka yang cukup dalam. Entah
bagaimana, karena ingin mengetahui dalam luka itu, tanpa
disadari tangannya terus menyusup masuk kedalam luka ....
"Ho, bangsat, ternyata engkau seorang pembunuh ganas !"
tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan bengis.
Blo'on tersentak kaget dan terus melonjak bangun. Ketika
berputar tubuh, ternyata Him Pa sudah berada dibelakangnya,
kiranya hanya empat lima langkah jaraknya. Mata pemburu itu
berkilat-kilat bengis, wajahnya menyala kemarahan. Tangan
kanan pemburu itu mencekal sebatang golok yang berkilatkilat.
"Paman ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Tak perlu memanggil aku paman, hai bangsat !" bentak
Him Pa dengan mata mendelik, "aku telah salah menolong
seorang pembunuh. Kukira engkau benar-benar seorang
pemuda yang jujur kusembunyikan engkau dari kejaran Han
lotiang. Tiada tahunya ternyata engkau seorang pembunuh
yang ganas, ganas seperti harimau !"
"Paman engkau salah !" teriak Blo'on, "memang aku masih
meminjam kulit harimaumu ini tetapi aku tidak ganas seperti
harimau ..."
"Tutup mulutmu !"
"Kalau aku menutup mulut, bagaimana aku dapat memberi
keterangan pada paman ?"
"Engkau pembunuh keji !" bentak Him Pa yang mau
melayani ocehan Blo'on.
"Siapa yang kubunuh ?"
"Bangsat, jangan omong tak keruan. Siapa lagi yang
membunuh Han lotiang itu kalau bukan engkau !"
"Tidak, aku tidak membunuhnya ..."
"Bangsat, sudah jeias berbukti, engkau masih berani
menyangkal ?"
“Siapakah bangsat itu? Aku ? Aku bukan.. bangsat, aku
Blo'on ....”
"Jangan banyak mulut !" bentak Him Pa pula, "lekas
serahkan dirimu kuikat dan kubawa ke markas Hoa-san-pay !"
"Mengapa ?" Blo’on tetap membantah.
"Engkau telah membunuh Beruang-sakti Han Tiong, engkau
harus mempertanggung jawabkan dosamu kepada para tetua
Hoa-san-pay !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on tertawa : "Ah, paman salah faham. Sekali-kali aku
tak membunuh kakek ini. Ketika aku turun gunung hendak
mencari pondok paman, kulihat dia sudah rebah menggeletak
ditepi Jalan. Waktu kuperiksa, ternyata dadanya terluka dan
dia sudah mati ..."
"Ho, kemarin aku memang percaya engkau seorang anak
yang jujur dan kasihan. Tetapi tidak saat ini setelah kulihat
tanganmu berlumuran darah membunuh Han lotiang !"
"Celaka !" tiba-tiba Blo'on menjerit kaget, "tadi aku hanya
ingin mengetahui berapakah dalamnya luka di dada kakek ini .
. . "
"Sudah, jangan banyak mulut ! Lekas serahkan dirimu.
Kalau tidak, hm ..."
"Bagaimana ?" tanya Blo'on.
"Terpaksa harus kutangkap dengan kekerasan."
"Jangan paman," buru-buru Blo'on berseru, "aku merasa
telah menerima pertolonganmu, kalau engkau hendak
memukul badanku, kepalaku atau mana saja, aku rela. Bahkan
kalau engkau hendak membunuhku, akupun takkan melawan.
Tetapi janganlah paman membawaku keatas gunung lagi !"
"Beruang-sakti Han Tiong adalah salah seorang tetua Hoasan-
pay. Karena engkau bunuh, maka engkau harus diadili
oleh orang Hoa-san-pay!”
"Apakah paman orang Hoa-san-pay juga?"
"Bukan." sahut Him Pa, "tetapi aku bersahabat baik dengan
orang Hoa-san-pay. Dan akupun memang tak senang kepada
pembunuh."
"Tetapi paman, aku benar-benar tidak membunuhnya.”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Him Pa tertawa menyeringai : "Hm, apakah! engkau hendak
membangkang ?"
Pemburu itu melangkah maju menghampiri ke hadapan
Blo'on. Sikapnya bengis sekali.
"Jangan paman, jangan memaksa aku ..." kata Blo'on
seraya beringsut mundur.
"Bangsat . . . !" Him Pa terus loncat menabas Blo’on tetapi
pemuda itu karena ketakutan loncat ke samping. Sekali loncat
ia sudah berada tujuh delapan langkah.
"Ho, rupanya engkau memiliki ilmu ginkang yang hebat "
Him Pa loncat memburu. Ia mainkan ilmu golok Angin-puyuhmengamuk
- sahara. Golok berhamburan laksana petir
menyambar, menimbulkan deru angin macam angin puyuh.
Blo'on makin ketakutan. Ia terus main loncat menghindar.
Dan akhirnya karena tak tahan menerima serangan golok
yang sehebat itu. La terus melarikan diri.
"Hai, hendak lari kemana engkau !" teriak Him Pa seraya
mengejar. Demikian keduanya segera kejar mengejar.
Him Pa menang mengerti ilmusilat, walaupun tidak berapa
tinggi. Karena ia biasa masuk keluar hutan, naik turun
gunung, maka ia dapat memiliki ilmu gin-kang yang hebat.
Tetapi benar-benar ia merasa aneh dan heran, mengapa tak
mampu mengejar si Blo'on.
Sedangkan Blo'onpun tak menyadari apa yang
dilakukannya. Ia merasa takut dan harus menyelamatkan diri
dari kejaran Him Pa yang hendak membunuhnya. Ia tak
menyadari bahwa larinya itu sepesat angin. Pendek kata,
setiap kali ia berpaling kebelakang dan melihat Him Pa masih
beberapa belas langkah dibelakangnya, legahlah hatinya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Demikian kurang lebih setengah jam mereka berlari-lari,
tiba-tiba Blo'on menjerit kaget dan berhenti. Ternyata
dihadapannya terbentang sebuah jurang. Jalanan disitu
merupakan sebuah karang buntung. Hanya ada dua pilihan
baginya. Balik kembali dan harus menghadapi Him Pa atau
loncat ke jurang yang lebarnya hampir lima meter.
"Ho, akhirnya engkau tentu kubunuh !" teriak Him Pa
dengan napas terengah-engah.
Bukan karena Blo'on takut menghadapi pemburu itu. Tetapi
ia merasa telah ditolong, dia tak mau berkelahi dengan orang
itu. Untuk menghindarkan diri dari kejaran Him Pa tiada lain
jalan kecuali harus melompati jurang itu.
"Paman, aku benar-benar tidak membunuh kakek Hoa-sanpay
itu. Kelak pada suatu hari aku tentu akan datang ke Hoasan-
pay untuk menjelaskan persoalan itu," tiba-tiba Blo'on
berpaling dan berseru kepada Him Pa. Setelah itu cepat ia
berputar tubuh dan terus enjot kakinya melayang ke udara.
"Hai, hendak lari kemana engkau . . !" Him Papun cepat tiba
ditepi karang tetapi Blo'on sudah terapung diatas mulut
jurang. Pada lain kejab, pemuda itu sudah mendarat di
seberang karang, melambaikan tangan lalu berlari ke balik
gunung.
Him Pa seperti orang kebakaran jenggot. Dia lari kian
kemari, melonjak dan banting-banting kaki, memekik dan
memaki-maki : "Bangsat . . . keparat, jahanam . . . awas,
kalau ketemu lagi, tentu kucincang tubuhmu ..."
Namun Blo'on sudah tak mendengar. Dia sudah rnulai
menuruni lereng gunung. Dan setiba dikaki gunung, ia terus
berjalan menurut jalan yang terbentang kearah utara. Ia tak
tahu akan menuju kemana. Pokok asal berjalan saja.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Menjelang petang hari, akhirnya ia melihat segunduk
perumahan penduduk. Rupanya sebuah pedesaan kecil
dilereng gunung. Segera ia pesatkan langkah menuju
kesebuah rumah.
Keadaan di tempat ini sunyi senyap. Pun dalam rumah itu
hanya diterangi oleh pelita yang tak begitu terang nyalanya.
Blo'on mengetuk pintu. Lama baru terdengar derap langkah
orang berjalan keluar. Langkahnya pelahan dan tertatih-tatih.
Kemudian terdengar bunyi kancing pintu dilepas dan lalu daun
pintu mulai bergerak terbuka.
Seorang nenek tua menyembul keluar. Wajahnya penuh
keriput ketuaan, rambutnya putih tetapi mulutnya masih dapat
mengomel dan menda prat : "Ih, pengemis tua, mengapa
masih mengganggu rumahku? Sudah kukatakan kami ini orang
miskin, mengapa masih minta nasi, uh ... "
Pada saat pintu dibuka, sebesarnya Blo'on berdiri
menghadap ke pintu. Tetapi demi mendengar nenek didalam
rumah mengomel panjang pendek menyebut-nyebut
pengemis, ia kira kalau nenek itu sedang bicara dengan
seorang pengemis. Maka Blo'oopun berputar tubuh ke
belakang hendak melihat dengan siapakah nenek itu bicara.
Blo'on masih mengenakan pakaian kulit harimau. Hanya
bagian kepala harimau itu, ia singkap kan kebelakang agar ia
dapat bernapas longgar. Kalau dari muka, memang seperti
harimau berkepala orang. Tetapi apabila dilihat dari belakang,
karena kepala harimau itu terkulai pada tengkuknya, maka
sepintas pandang menyerupai seekor ha rimau yang tengah
berdiri.
"Aiiiii . . . . " tiba-tiba Blo'on terkejut karena si nenek
menjerit keras dan menyusul terdengar suara tubuh jatuh ke
lantai, bluk ....
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on cepat berpaling dan ternyata nenek itu sudah
terkapar menggeletak di lantai. Sudah tentu ia terkejut dan
buru-buru berjongkok untuk menolongnya. Ia tak tahu apa
sebab nenek itu sekonyong-konyong menjerit dan rubuh.
Bukankah ne nek itu habis memaki-maki seorang pengemis ?
Tetapi mengapa ia tak melihat seorang lain kecuali dirinya ?
Uh, apakah nenek itu menyangka dia seorang pengemis lalu
memaki-makinya ?
Tengah Blo'on sibuk menolong supaya nenek itu sadar dari
pingsannya, tiba-tiba muncullah seorang kakek dan seorang
anak perempuan kecil dari dalam rumah.
Demi melihat sinenek menggeletak di lantai diterkam oleh
seekor harimau, kakek dan anak perempuan itu menjerit.
Hanya setelah menjerit, si kakek ikut rubuh tetapi anak
perempuan kecil itu terus lari keluar dari pintu belakang dan
berteriak teriak : "tolong, tolong . . . . "
Dalam sekejab saja, beberapa orang lelaki desa itu keluar
menghampiri sianak perempuan kecil. Mereka menanyakan
Kepada anak itu.
"Itu...tu ...itu . . " seru sianak perempuan sambil menunjuk
kerumahnya.
"Itu, itu apa ?" tanya beberapa penduduk.
"Nenek . . nenekku .. dimakan . . kakek .. "
Sekalian orang terkejut dan saling berpandangan. Akhirnya
salah seorang lelaki tua memegang tubah anak perempuan
kecil itu dan berkata dengan sabar : "Nak, jangan gugup,
katakanlah dengan pelahan, mengapa nenekmu?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Setelah dielus-elus punggungnya oleh lelaki tua itu,
akhirnya anak perempuan kecil itu berkata dengan agak
tenang : "Nenekku dimakan harimau . . . !"
Mendengar itu menjeritlah sekalian orang itu : "Hai,
benarkah itu? Apa engkau tidak bermain-main?"
"Tidak, mari ke rumahku. Harimau itu masih menjilati tubuh
nenek," kata anak perempuan kecil seraya melangkah kearah
rumahnya.
Berpuluh-puluh penduduk itu dengan tegang mengikuti si
anak perempuan. Ada beberapa yang lari pulang mengambil
senjata. Ada yang membawa parang, golok, pentung, arit,
tombak, cangkul dan linggis
Ketika tiba dsmuka rumah, orang-orang itu melihat seekor
harimau tengah menerkam tubuh nenek dari anak perempuan
kecil itu. Hari malam dan penerangan dalam rumah itu tak
begitu terang. Seharusnya penduduk itu merasa heran
mengapa seekor harimau menelungkupi korbannya dengan
kepala berpaling kebelakang dan menengadah ke-atas.
Tetapi penduduk tak menghiraukan hal itu. Begitu melihat
segunduk tubuh harimau, mereka terus menjerit dan memekik
lalu mengepung diambang pintu. Bagaimanapun, mereka
masih takut terhadap seekor harimau yang sedemikian
besarnya Mereka hanya berkaok-kaok seraya mengacung-,
acungkan senjatanya.
Ada seorang lelaki setengah tua yang bernyali besar dan
membawa golok, melangkah masuk hendak menyerang
harimau itu. Sekonyong-konyong! harimau itu berbangkit dan
berputar tubuh.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ne . . " baru Blo'on hendak berkata tentang nenek itu,
lelaki setengah tua tadi sudah menjerit dan lari keluar,
sehingga Blo'on tertegun dengan mulut masih menganga.
"Harimau gadungan !" serentak berhamburan teriakan dari
penduduk yang berjaga diluar pintu.
Setelah hilang kejutnya, Blo'on melangkah ke pintu, la
heran mengapa sekian banyak penduduk sama mengacungkan
senjata kepadanya dan berteriak-teriak hendak
membunuhnya.
"Mengapa kalian ribut-ribut ?" akhirnya Blo'on menegur
mereka.
"Bunuh harimau gadungan! Hancurkan harimau siluman . !"
sambut puluhan orang itu. Bahkan ada beberapa orang yang
maju hendak menyerang.
"Kamu gila!" akhirnya karena jengkel, Blo'on berteriak keras
sehingga orang-orang itupun tersentak diam.
"Aku seorang manusia seperti kamu !" kata Blo'on pula.
"Bukan! Engkau tentu macan gadungan . . .
"Apa itu macan gadungan ?" balas Blo'on tak kalah
kerasnya.
"Macan siluman !" teriak orang-orang.
"Apa itu Macan siluman ?" Blo'on tetap melantang.
"Macan siluman ialah manusia yang mempunyai ilmu
menjadi macan lalu memakan orang !"
"ih, tetapi aku tak suka makan orang. Makananku nasi,"
seru Blo'on pula.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Bangsat, engkau masih berani berpura-pura? Lihatlah,
nenek Ong telah engkau makan . . . !"
"Bunuh ! Tak usah diajak bicara, hayo bunuh macan
siluman itu!" serentak terdengar pula hiruk pikuk penduduk
berteriak-teriak hendak menyerbu Blo'on.
"Tahan " cepat Blo'on berseru mencegah orang-rang yang
hendak menyerbu itu, "nenek itu tak kumakan, masih utuh.
Periksalah sendiri. Dia hanya pingsan karena kaget melihat
aku memakai kulit harimau. Tentu mengira aku seekor
harimau “
Beberapa penduduk maju menghampiri ketem-pat nenek
Ong. Dilihatnya nenek itu tak menderita luka. Dan setelah
diperiksa, napasnyapun masih.
Tentulah nenek itu hanya pingsan. Hampir mereka mau
mempercayai keterangan Blo'on atau tiba-tiba seorang lelaki
bertubuh pendek kekar, berteriak nyaring : "Macan gadungan,
kalau kami tak keburu datang, nenek itu tentu sudah engkau
makan habis !"
Blo'on marah : "Hai, bung, engkau manusia akupun
manusia. Mengapa engkau tak percaya pada omonganku?"
"Siapa sudi percaya?" teriak orang itu, "desa ini sudah
banyak menderita dari gangguan macan gadungan. Tiap tiga
hari kami harus mengirim makanan kepadanya. Kalau tidak,
dia tentu akan mengganas disini. Nenek Ong ini salah seorang
korban. Karena tak punya uang untuk mengantar makanan,
macan itu datang kemari dan mengambil anak lelaki dan
menantu nenek Ong. Sampai sekarang tiada beritanya."
'O." desuh Blo'on, "dimanakah macan gadungan itu ?"
Orang pendek itu tertawa mengejek: "Disini!"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Disini? Mana?" Blo'on terbeliak.
"Engkau!"
"Gila !" Blo'on menjerit marah, "aku bukan macan
gadungan, aku manusia biasa !"
"Kalau manusia biasa, mengapa memakai kulit macan?"
teriak beberapa orang.
"Karena pakaianku kotor terpaksa aku diberi pinjam kulit
harimau ini oleh paman Him Pa seorang pemburu yang tinggal
dalam hutan disebelah puncak itu," kata BIo on sambil
menunjuk ke puncak gunung disebelah selatan, "kalau engkau
tak percaya, tunjukkan tempat macan gadungan itu, aku akan
menangkapnya!"
Orang-Orang itu tertegun mendengar pernyataan Blo'on.
Sesaat kemudian mereka gembira. Mereka tak tahu siapa
Blo'ori itu dan tak mempedulikan apakah Blo'on mampu
menangkap macan gadungan itu atau tidak. Yang dirasakan,
mereka menderita tekanan dari seorang penjahat yang
menyaru jadi macan dan memeras penduduk disitu. Dan kini
ada seorang yang menyatakan dapat menangkap macan
gadungan itu. Serentak merekapun menyambut dengan
gembira : "Baik, mari kita antarkan engkau ke sana !"
Berpuluh-Berpuluh penduduk segera hendak membawa
Blo'on tetapi Blo'on menolak : "Nanti dulu. Aku bersedia
menghadapi macan gadungan itu tetapi aku hendak
mengajukan dua buah permintaan kepada penduduk disini."
"Katakanlah !" seru mereka.
"Pertama, aku minta makan. Karena sejak pagi tadi,
perutku belum terisi sebutir nasipun jua. Dan kedua, aku
minta pakaian," kata Blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Tentu!" teriak mereka, "kami tentu akan memberikan
permintaanmu itu !"
"Kapan ?" seru Blo'on.
"Setelah engkau benar-benar dapat menangkap harimau
gadungan itu !"
"Tidak !" teriak Blo'on. "makanan harus sekarang karena
aku sudah lapar sekali. Kalau lapar mana aku dapat berkelahi?
Coba kalian pikir !"
Karena menganggap omongan Blo'on itu benar, akhirnya
Blo'on diajak kerumah salah seorang penduduk. Disitu dia
diberi makan dan minum sekenyangnya.
.Setelah makan, Blo'on bercakap-cakap sebentar
menanyakan tentang keadaan macan gadungan yang hendak
ditangkapnya itu. Ternyata sejak beberapa bulan yang lalu,
memang di desa itu telahi muncul seekor harimau yang ganas.
Banyak ternak yang hilang. Beberapa penduduk yang bernyali
besar, beramai-ramai mencari binatang itu yang tinggal
disebuah guha dalam lembah yang sunyi. Dalam pertempuran,
penduduk kalah dan menyerah. Ternyata macan itu bukan
macan sesungguhnya melainkan seorang yang menyaru.
Rupanya orang itu pandai ilmusilat sehingga berpuluh-puluh
penduduk dapat dikalahkan.
"Sejak itu kami diharuskan mengirim makanan dan
minuman kepadanya, "orang itu mengakhiri ceritanya.
"O, kurang ajar benar," seru Blo'on, "dia hendak memeras
rakyat yang miskin."
"Itu masih belum seberapa," kata orang itu pula, "dia masih
minta disediakan gadis atau wanita muda."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ho, kurang ajar benar!" teriak Blo'on seraya kepalkan
tangannya seolah-okh hendak meninju. Dia sebenarnya tak
mengerti ilmusilat walaupun ayahnya seorang jago silat nomor
satu. Tetapi dia marah mendengar perbuatan yang begitu
jahat. Namun setelah bersikap seperti jagoan yang garang,
tiba-tiba ia membayangkan wajah harimau jantan kemarin.
Seketika bergidiklah bulu romanya.
"Hai," teriaknya keras sehingga tuan rumah tersentak
kaget, "harimau itu harimau gadnngan atau harimau
sungguh?"
"Gadungan," sahut yang empunya rumah. Dan hati
Blo'onpuo tenang kembali. Kalau melawan orang, ia tak
gentar. Ia pernah bertempur dengan Rajawali-mata-biru dan
dengan Walet kuning Ui Hong-ing, bahkan pernah dikepung
oleh berpuluh-berpuluh anakmurid Hoa-san-pay. Ia anggap
cara o-rang yang katanya pandai ilmusilat itu, ternyata hanya
begitu saja.
"Bagus, antarkan aku sekarang " serunya seraya
berbangkit.
Dengan diantar oleh belasan penduduk yang bersenjata,
Blo'on dibawa kesebuah lembah dipedalaman gunung. Setelah
tiba, Blo'on lalu dilepas seorang diri memasuki lembah itu.
"Pulanglah," kata Blo'on dengan garang seolah-olah yakin
tentu menang, "tunggu saja nanti kuseret mayatnya !"
Melihat nada dan tingkah Blo'on yang begitu garang,
legahlah hati penduduk itu. Setitikpun mereka tak pernah
menyangka bahwa pemuda itu sesungguhnya hanya seorang
anak blo’on. Mereka pun lalu pulang.
Saat itu rembulan remang. Permukaan lembah tertutup
kepekatan malam. Blo’on mulai ayunkan langkah menyusur
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
jalan yang menjurus ke dalam lembah. Seluruh lembah
tertutup rumput dan alang-lang setinggi orang. Kedua batas
lembah, merupakan karang yang menjulang tinggi, bertaut
pada lereng gunung.
Akhirnya tibalah Blo'on di dalam lembah. Namun ia heran
mengapa tak seorangpun yang muncul mengganggunya.
Kemanakah gerangan harimau gadungan itu? Huh, apakah dia
takut kepadaku ? Blo'on mulai bertanya pada diri sendiri.
"Hai, macan gadungan, keluarlah dari tempat
persembunyianmu agar kubunuh!" teriaknya berulang-ulang.
Namun tiada penyahutan.
Sekonyong-konyong dari balik gerumbul belukar rumput.
terdengar suara anjing menggonggong dan burung menguaknguak.
la heran Mengapa anjing .dan bukan harimau. Adakah
harimau gadungan itu dapat berobah diri jadi anjing ?
Blo'on lari menghampiri. Setelah menyibak dan menerobos
gerumbul belukar, akhirnya ia melihat sebuah gua karang.
Mulutnya cukup lebar untuk dimasuki orang. Ketika
menginjakkan kaki dimulut guna, segera la disambut dengan
dan gonggongan anjing dan kuak burung yang keras. Tetapi
tak tampak barang seekor anjing atau burung yang
menyongsong keluar.
Blo'on tak peduli. Ia terus melangkah kedalam. Guha itu
dari luar tampaknya gelap, tetapi ketika berada di dalam,
ternyata terdapat penerangannya. Ialah dari sebuah lubang
pada langit guha. Dari lubang itu, sinar matahari atau
rembulan dapat menyorot masuk.
Ketika berjalan kedalam, tiba-tiba kakinya terantuk sebuah
benda yang melintang di tanah. "Uh . . " Blo'on terhuyung ke
muka dan jatuh mengusur ke tanah, "Hai . . ," kembali ia
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
menjerit kaget ketika mukanya seperti dijilati sebuah lidah
yang berair.
Cepat ia melonjak bangun. Ah . . . ternyata yang menjilati
mukanya itu seekor anjing yang besar. Tetapi anjing itu tak
dapat bergerak leluasa. Ternyata dia diikat dengan rantai dan
ujung rantai dilekatkan pada dinding guha.
Anjing menyalak-nyalak lalu beringsut-ingsut mendekam
seraya mencawatkan ekor. Persis seperti tingkah anjing yang
ketakutan dan minta pertolongan.
Blo'on kasihan. Dibukanya tali pengikat anjing itu. Tetapi
serentak dengan itu, terdengar dua buah suara yang aneh.
Suara burung menguak dan suara monyet mencuit - cuit.
Setelah beberapa saat, mata Blo’onpun sudah terbiasa
dengan tempat itu. Segera ia dapat melihat seekor monyet
dan seekor burung rajawali terikat dengan rantai. Monyet itu
tak henti-hentinya melonjak-lonjak kegirangan ketika melihat
Blo'on. Anjing besar yang sudah terlepas dari rantai ikatannya
itupun mulai menggigit kakinya dan menarik-nariknya
ketempat monyet dan burung.
"Setan," gumam Blo'on, "tak perlu engkau tarik-tarik, aku
memang hendak melepaskan mereka."
Monyet dan burung rajawali segera dibebaskan dari rantai
yang mengikat kaki mereka pada dinding. Setelah bebas,
monyet terus loncat keatas kepala Blo'on dan menampar -
nampar kepalanya yang gundul. Sedang burung rajawalipun
terus terbang lalu hinggap diatas bahunya.
"Edan !" Blo'on menjerit seraya menyiak monyet itu
ketanah, "masakan kepala manusia dibuat keplakan, eh . .
setan, engkau anggap bahuku ini sebatang dahan pohon ?" ia
berpaling menegur burung rajawali. Namun burung itu diam
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
saja. Dan karena tidak menganggunya, Blo'on pun
membiarkan saja burung itu hinggap dibah-nya.
Blo'on memandang dan memeriksa keadaan guha itu. Tiba-
Tiba ia menjerit kaget ketika melihat sesosok tubuh harimau
menggeletak ditanah. Cepat ia menghampiri : "Hai, aneh,
badannya harimau tetapi mengapa kepalanya orang . , . hus
eh, seperti aku, mengapa meniru seperti aku ?"
Blo'on teringat kalau ia masih memakai kulit harimau. Dan
keadaan orang yang menggeletak ditanah itupun serupa
dengan dirinya.
"Hai, mengapa engkau diam saja? Hayo, bangun !"
disepaknya pantat orang itu. Tetapi orang itu tetap diam tak
bergerak.
"Kurang ajar, apa engkau suruh aku memondongmu ? Huh,
anjing, gigitlah hidungnya !" karena marah, Blo'on menyuruh
anjing itu. Entah bagaimana, anjing itu seperti mengerti
perintah BIo' on. Ia terus menghampiri muka orang itu lalu
menggigit hidungnya.
"Hai, kurang ajar, mengapa hidungnya engkau gigit sampai
putus ?" teriak Blo'on lalu hendak memukul anjing. Anjing
merebah ketanah dan bercawat ekor, pertanda ketakutan.
"Celaka, kalau dia minta ganti hidungnya, kemana aku
harus mencarikan ?" Blo'on mengomel uring-uringan, "oh,
benar, "ia berpaling ke arah anjing yang masih mendekam di
tanah, lalu menudingnya, "anjing, kalau dia minta ganti
hidungnya, hidungmu akan kuambil dan kuberikan
kepadanya!"
Anjing itu tak menyahut melainkan mengopat-apitkan
ekornya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on membungkuk tubuh memeriksa muka orang itu.
Tiba-Tiba ia berseru kaget : "Hai, apa engkau mati ? Kalau
tidak mati, mengapa matamu meram saja ?" ia ulurkan
merabah hidung orang itu dan serentak menjeritlah ia : "Hai,
sudah tak bernapas . . . !"
"Celaka!" Blo'on tiba-tiba melonjak bangun dan terus lari
keluar, "kalau diketahui orang, aku tentu dituduh yang
membunuh lagi. Ketua Hoa-san-pay, aku yang dituduh
membunuhnya. Kakek Hoa-san-pay juga aku yang dituduh
menjadi pembunuhi nya. Lalu orang ini, tentu aku juga yang
akan dituduh sebagai pembunuhnya !"
Beberapa puluh langkah dari guha, tiba-tiba Blo' on
berhenti. Dan saat itu anjing, monyet dan rajawalipun
mengikutinya.
"Hai, mengapa kalian ikut aku?" hardiknya. Namun ketiga
binatang itu tak mengacuhkan. Mereka diam saja, "hem, sial.
Aku sendiri sukar cari makan, mengapa kalian ikut aku."
Ia terus lanjutkan langkah dan ketiga binatang itupun tetap
mengikutinya. Kalau ia berhenti, merekapun berhenti.
Akhirnya ia kewalahan: "Hm, kalau kalian mau ikut aku, boleh
saja. Tetapi harus cari makan sendiri, mau ?"
Anjing menyalak, monyet menguik dan burung rajawalipun
berkaok. Rupanya mereka menyetujui syarat yang dikatakan
Blo'on.
"Bagus, mari kita jalan," seru Blo'on.
Tiba dimulut desa, beberapa penduduk sudah tampak
menyambut: "Mana harimau gadungan itu?
"Ha, apa maksud kalian?" Blo'on terbelalak.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hal, bukankah engkau sudah berjanji akan membunuh
harimau gadungan dan menyeret mayatnya kemari ?" teriak
beberapa penduduk.
"Ho, benar, benar ! Aku lupa membawa ma yatnya kemari,"
seru Blo'on, "tetapi ..."
"Tetapi bagaimana ?" seru penduduk.
"Tetapi bukankah kalian takkan menuduh aku sebagai
pembunuh ?"
"Gila," seru mereka, "justeru kami minta engkau
membunuhnya ?"
"0, aku tak bersalah kalau membunuhnya?" masih Blo'on
menegas.
"Siapa bilang salah! Justeru harimau gadungan yang jahat
itu harus dibunuh !"
"Awas, kalau engkau tak dapat membunuhnya engkau
sendiri yang akan kami bunuh!" teriak salah seorang
penduduk.
"Ya, engkau sendirilah macan gadungan itu" seru pula
seorang lain.
"Tutup mulutmu " Blo'on terus berputar tubuh dan lari
kembali ke lembah. Beberapa langkah jauhnya, ia berhenti,
berpaling dan berseru : "Hai, tunggu saja, tentu akan kubawa
mayatnya kemari!
Ia terus lari lagi tetapi beberapa langkah jauhnya, ia
kembali berhenti dan berseru keras-keras : "Hai, jangan lupa
sediakan makanan dan minuman lagi untukku!"
Blo'on dengan diiring oleh anjing kuning monyet dan
burung rajawali, kembali ke lembah.' Mayat orang yang
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
menyaru jadi harimau itu lalui dipanggulnya dan dibawa turun
ke desa lagi.
Gemparlah sekalian penduduk kampung itu ketika melihat
penjahat yang menyaru jadi macan.. Rupanya penjahat itu
banyak sekali menimbulkan kerugian pada penduduk, maka
untuk melampiaskan kemarahannya, merekapun memakimaki.
menyepak dan menggebuk mayat penjahat itu.
Karena sampai sekian saat belum juga penduduk itu
mengurus dirinya, Blo'on berteriak: "Sudahlah, sudahlah!
Orang mati masa digebuki terun menerus. Dia sudah mati,
kubur atau lempar saja mayatnya ke jurang supaya dimakan
burung. Tetapi jangan terus menerus disiksa begitu rupa.
Jangan mengurus yang sudah mati, tetapi aku yans masih
hidup ini harus kalian urus !"
Pendudukpun dapat menerima nasehat Blo'on. Mayat itu
lalu dikubur. Kemudian mereka mengurus Blo'on dianggap
sebagai pahlawan yang berja sa telah membebaskan desa itu
dari gangguan penjahat. Blo'on sendiri tak merasa telah
membunuh penjahat itu karena begitu tiba di guha, ia terus
terantuk pada tubuh si penjahat yang sudah rebah menjadi
mayat ditanah. Siapa yang membunuhnya ia sendiri tak tahu
dan memang menganggiap tak perlu tahu. Ia girang karena
dirinya tak dituduh sebagai pembunuh.
Blo'on dipestakan lagi, dijamu dengan makanan dan
minuman yang lezat. Demikian pula dengan ketiga binatang
pengikutnya. Selesai makan, Blo’on minta pakaian. Kulit
harimau dilipat dan disimpan dalam sebuah bungkusan Pikir
blo' on, kelak hendak ia kembalikan kepada si pemburu Him
Pa.
Keesokan harinya, setelah mendapat keterangan dan
penduduk. Blo’onpun melanjutkan perjalanan menuju ke kota
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Song-hian-koan untuk mencari sinshe yang menurut Him Pa
pandai mengobati orang yang terserang penyakit syarat.
Hoa-san merupakan salah sebuah dari Lima Gunung besar
di negeri Tiongkok (Cina). Disebut Lima Besar karena letaknya
arah. Hoa-san disebut Se-gak atau Gunung Barat. Thay-san
disebut Tang-gak atau Gunung Timur. Jong- san itu Lam-gak
atau Gunung Selatan dan Heng-san sebagai Pak-gak atau
Gunung Utara. Sedangkan Tiong-gak atau Gunung Tengah
ialah Ko-san, gunung yang menjadi pangkalan dari gereja
Siau-lim-si.
Hoa-san terletak dikota Hoa-im-koan wilayah Siamsay.
Seterusnya dari kaki gunung, Blo'on terus menuju keutara.
Menjelang petang, tibalah ia disebuah kota. Langsung ia
bertanya pada seorang penduduk tentang sinshe yang pandai
itu.
"O, engkau mencari Gan Kui sinshe?" tanya orang itu.
"Entah," sahut Blo'on. Orang itu terbeliak : "Entah ? Apakah
engkau tak tahu nama sinshe itu '?"
"Tolol engkau ini !" Blo'on deliki mata, "kalau tahu masa
aku tanya kepadamu ?"
Orang itu tak senang karena dirinya dimaki sebagai orang
tolol. Ia hendak memberi tahu, malah dibentak dan dimaki.
Tanpa berkata ia berputar tubuh lalu ayunkan langkah.
"Hai, kemana engkau !" Blo'on cepat memburu dan
mencekal lengan orang itu. Orang itu hendak meronta tetapi
tak mampu lepaskan tangannya dari cekalan Blo’on.
"Kurang ajar, engkau hendak membunuh aku ?" orang itu
ayunkan kakinya menendang.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Mendengar kata-kata 'membunuh', Blo'on kaget dan
lepaskan tangannya.
"Aku tidak membunuhmu ! Jangan menuduh
sembarangan!" teriaknya.
Setelah bebas, orang itu terus lanjutkan langkah, tak
menghiraukan si Blo'on lagi. Blo’on terlongong-longong. Tiba-
Tiba anjing kuning, monyet dan burung rajawali serempak
memburu orang itu. Anjing menggigit celananya, monyet
loncat menerkam tengkuk dan rajawali mencengkeram kepala
orang itu.
"Tolong ! Tolongngng . . . !" orang itu menjerit-menjerit
ketakutan tetapi tak dapat terlepas dari sergapan ketiga
binatang itu.
Blo'on tertawa lalu menghampirinya : "Aku mau
menolongmu asal engkau mau memberi keterangan tentang
sinshe itu, mau ?"
Karena tak ada lain jalan, terpaksa orang itu setuju. Blo'on
lalu menyuruh ketiga binatang itu menyingkir. Setelah itu ia
berkata pula : "Aku memang tak tahu nama sinshe itu. Kalau
dia bernama Gan Kui, ya Gan Kui. Pokok dia dapat mengobati
penyakitku. Eh, apakah artinya nama itu ?"
Setelah mendapat penjelasan, rupanya orang itupun
bersikap baik. sahutnya : "Gan Kui artinya si Mata Setan.
Entah siapa namanya yang aseli. Karena pandai mengusir
setan dan mengobati orang dengan dipandang saja maka
orang-orang memberi julukan sinshe Gan Kui kepadanya."
"Dimana tinggalnya ?" tanya Blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Dari sini engkau jalan keutara sampai hampir keluar kota.
Dia tinggal diujung kota. Asal engkau melihat sebuah
bangunan yang mirip dengan sebuah biara, itulah rumahnya."
Blo'on menghaturkan tetima kasih lalu meneruskan
perjalanan.
Tiba diujung kota, memang ia melihat sebuah rumah bercat
merah yang bentuknya mirip dengan sebuah biara. Diruang
luar tampak beberapa orang sedang duduk, la masuk dan
bertanya kepada orang-orang itu. Ternyata mereka juga
orang-orang yang hendak mengobatkan sakitnya.
Setelah mereka satu demi satu dipanggil, akhirnya tiba
giliran Blo'on. Dia berhadapan dengan seorang tua bertubuh
gemuk, memakai kopiah hitam, berkumis panjang dan
mencekal sebatang pipa huncwe dari perak. Dia segera
menanyai Blo' on apa keperluannya datang kesitu.
"Sinshe aku menderita penyakit aneh," kata Blo'on, "ialah
aku merasa seperti kehilangan ingatanku. Aku tak ingat lagi
siapa diriku siapa namaku dan dari mana asalku . . ."
"O, barangkali engkau gila!" tukas sinshe itu.
"Tidak, aku tidak gila," bantah Blo'on, ''aku masih suka
makan, masih kenal orang, masih tahu kalau sinshe ini
berwajah seperti setan."
Tabib atau sinshe itu terbeliak : "Eh, rupanya engkau
memang benar-benar gila. Kalau tidak masakan orang sakit
berani mengatakan seorang tabib berwajah seperti setan .'"
"Ho, kalau begitu aku keliru masuk ke sini," seru Blo'on,
"bukankah nama sinshe ini Gan Kui?"
"Ya."
"Bukankah arti dari kata Gan Kui itu si Mata Setan ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Tabib itu terbeliak.
"Kalau yang mempunyai mata setan, tentulah bangsa setan.
Salahkah kalau kukatakan sinshe ini berwajah seperti setan ?"
Sitabib Gan Kui merah wajahnya. Tetapi cepat ia
menghapus kemarahannya dengan tertawa: "Ya, ya memang
namaku Gan Kui tetapi itu hanya nama gelaran sedang aku
sendiri tetap seorang manusia seperti engkau."
"O," Blo'on mendesuh.
"Siapa namamu ?" tanya Gan Kui.
"Itu justeru yang ingin kuketahui karena aku lupa. Seorang
nona memberi nama baru kepadaku si Blo'on."
"Tepat sekali," seru tabib Gan Kui, "memang engkau
searang pemuda blo'on. Lalu penyakit apakah yang
sesungguhnya engkau derita ?"
"Sudah kukatakan tadi, aku kehilangan ingatanku tentang
masa yang lampau. Tulunglah sinshe memeriksa dan memberi
obat.”
"O, baiklah," kata Gan Kui, "mari ikut aku kekamar periksa."
Blo'on mengikuti tabib itu masuk kedalam rumah belakang.
Ternyata gedung itu mempunyai beberapa belas kamar. Blo'on
dibawa kekamar paling belakang sendiri. Sinshe itu menuju
keujung ruang lalu memutar sebuah tombol. Dinding terbuka
dan tampaklah sebuah titian batu yang menurun kebawah
"Mari," kata tabib Gan Kui seraya menuruni titian. Blo'on
meragu sejenak lalu mengikuti.
Ternyata dibawah titian itu merupakan sebuah bangunan
dibawah tanah yang mempunyai beberapa kamar. Blo'on
dibawa masuk kedalam sebuah kamar gelap. Kamar itu hanya
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
diterangi sebatang lilin. Dari sebuah almari yang terdapat di
kamar itu, sinshe Gan Kui mengambil seperangkat jubah hitam
dan suruh Blo'on memakai.
"Untuk apa ?" tanya Blo'on.
"Agar dapat kuperiksa apakah dalam tubuhmu terdapat
penyakit biasa atau memang kemasukan setan," kata sitabib.
Blo'on menurut. Ternyata bagian muka dari jubah itu
digambari tulang kerangka manusia dengan cat putih. Begitu
dipakai, seketika Blo'on berobah menjadi sesosok tengkorak.
"Sekarang engkau harus menyebut 'omito-hud' sampai tiga
kali," perintah sitabib. Blo'onpun melakukan perintah itu.
"Bagus," kata Gan Kui, "sekarang julurkan lidahmu."
Blo'onpun menjulurkan lidahnya. Tiba-Tiba tangan tabib itu
mencekal lidah Blo'on terus ditarik.
"Auhhh, aduh . . . !" Blo'on menjerit, "mengapa engkau
hendak menarik lidahku ?"
"Diam!" bentak Gan Kui, "kalau engkau tak suka silahkan
keluar !"
Karena ingin sembuh, terpaksa Blo'on menahan sabar. Tiba-
Tiba sinshe itu memegang kedua telinga Blo'on lalu dijiwir
sekeras-kerasnya.
"Aduhhh !" kembali Blo'on menjerit kesakitan, "awas, kalau
daun telingaku sampai putus, engkau harus mengganti !"
"Engkau tak mengandung penyakit apa-apa, "kata Gan Kui,
"manakah yang engkau rasakan sakit?
"Aku tak sakit, hanya ingatanku yang hilang.”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"O, kepalamu akan kuperiksa. Menunjuklah," seru sinshe
itu.
Blo'onpun menunduk.
Tabib itu mengambil sebuah palu kayu lalu dipukulkan ke
kepala Blo'on, tuk . . .
"Aduh .. " Blo'on menjerit kesakitan tetapi sinshe itu tak
menghiraukan. Ia memukul gundul Blo'on sampai duabelas
kali.
"Aneh," gumam tabib itu.
"Apa yang aneh ?" tanya Blo'on. "Urat-Urat kepalamu masih
berjalan baik. Buktinya, setiap kali kupukul tentu membenjul.
Itu tandanya masih hidup."
Blo'on meringis. Ia memaki dalam hati: "Setan, kalau
kepalamu kupukul dengan palu, tentu akan benjul juga."
"Kalau begitu terpaksa aku harus memeriksa rohmu," kata
sinshe itu seraya menghampiri almari. Menyimpan palu kayu
mengambil sebuah cermin besar berbentuk segi-delapan.
"Bukalah pakaianmu !"
Blo'onpun menanggalkan jubah hitam dari tabib itu.
"Semua"
"Hai, semua? Apa engkau suruh aku telanjang?
"Ya, agar dapat kulihat apakah rohmu Mu masih ada di
dalam tubuhmu. Dengan kaca wasiat Peneropong-roh ini,
tentu dapat kuketahui keadaan rohmu yang sebenarnya."
"Ah, malu ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Mengapa malu ? Aku orang lelaki dan engkaupun anak
lelaki. Dan lagi disini tak ada lain orang kecuali kita berdua.
Mengapa harus malu?"
"Malu ya malu !" sahut Blo'on kaku.
"Kalau malu ya sudah, silahkan pulang saja. aku tak dapat
mengobati," kata si tabib juga jengkel.
"Ya, sudahlah," kata Blo'on lalu melepas baju dan celananya
sehingga dia telanjang bulat.
"Berdiri tegak kearahku, angkat kedua tanganmu keatas,"
seru tabib itu pula.
Blo'on mendongkol sekali. Tetapi apa boleh buat, terpaksa
ia melakukan perintah itu.
Si tabib pun lalu mengacai seluruh tubuh Blo'on dengan
cermin sesi-delapan. Tiba-Tiba ia hentikan kacanya pada alat
kelamin Blo'on.
"Hai, mengapa engkau memandang begitu lama ?" Blo'on
malu dan mendongkol sekali.
Tabib itu tertawa : "Ho, kiranya engkau masih perjaka,
bukan ?"
"Perjaka bagaimana ?"
"Belum pernah kawin."
"Ya," Blo'on mendengus, "lalu engkau mau apa kalau aku
masih perjaka."
Tabib tak mau meladeni. Ia mengacai dada si Blo'on,
setelah itu ia berkata : "Ah, benar, benar. Tak heran kalau
ingatanmu hilang, bung.”
"Kenapa ?" Blo'on kerutkan alis.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Roh-mu telah diambil orang karenanya ingatanmupun ikut
hilang. Tanpa roh, orang tak dapat berpikir.
"Kurang ajar !" Blo'on melengking, "makanya pikiranku
serasa hampa. Lalu siapakah yang mencuri rohku itu ?"
"Itu harus dicari dulu," sahut Gan Kui. .
"Bagaimana mencarinya ?"
"Itu urusanku, engkau tak perlu tahu. Aku dapat mencari
siapa pencurinya lalu kuambil rohmu dan kukembalikan
kedalam tubuhmu."
"O, terima kasih, terima kasih, sinshe, "seru Blo'on gembira
ria dan memberi hormat.
Sinshe itu terlongong: “Pengobatan disini bukan
pertolongan cuma-cuma. Bukan hanya dibayar dengan terima
kasih tetapi harus dengan uang."
"Ya, ya, tak apa. Pokok aku sembuh, uang itu gampang."
"Berapa engkau sanggup membayar ?"
"Berapa engkau minta ?" balas Blo'on.
"Berapa banyak uang yang engkau bawa ?"
"Uang ? O, aku belum membawa. Tetapi begitu sembuh,
aku akan pulang mengambil uang, jangan kuatir."
"Ngaco !" bentak tabib itu, "aku bukan anak kecil yang
dapat engkau permainkan. Ada uang, engkau kuobati. Tidak
punya uang, silahkan pulang !"
Bio'on melongo.
'"Eh, bung, apa isi buntalan yang engkau bawa itu?" tibatiba
si tabib berseru sambil memandang bungkusan yang
tersanggul di punggung Blo'on"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ini? O, kulit harimau'' jawab Blo'on, "apakah engkau mau
kubayar dengan kulit harimau ini?" ia terus menurunkan
buntalan dan membuka isinya, "jangan kuatir, ambil dulu kulit
harimau ini, setelah sembuh aku segera pulang mengambil,
uang dan kutebus kulit harimau ini. Terus terang,! ini bukan
milikku sendiri."
Gan Kui tertegun ketika melihat kulit harimau yang masih
utuh. Tanyanya: "Dari mana engkau memperoleh kulit
harimau itu ?"
"Dan seorang pemburu."
"Pemiliknya tentu engkau bunuh, bukan ?" tabib Gan Kui
menegas.
"Tidak dia masih hidup. Eh, apa ? Engkau bilang aku
membunuh ? Tidak, tidak Dia sudah mati sendiri !"
Tabib Gan Kui melongo. Ia tak mengerti ucapan Blo'on yang
simpang siur itu. Semula bilang orang itu masih hidup,
kemudian mengatakan kalau sudah mati.
"Eh, bung," tegurnya, "kalau bicara supaya yang jelas.
Siapa yang masih hidup dan siapa yang sudah mati ?"
"Yang masih hidup, pemburu harimau. Yang sudah mati
manusia harimau. Jelas ?" seru Blo'on dengan garang.
"Apa? Manusia harimau?" Gan Kui terbeliak "Ya, seorang
manusia yang menyaru jadi harimau, tinggalnya dalam guha di
lembah karang."
"Setan, engkau yang membunuhnya ?" tabib, itu merah
matanya.
"Bukan, aku tak membunuhnya. Dia mati sendiri," kata
Blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Bagaimana engkau tahu kalau dia mati sendiri?"
"Karena ketika aku masuk kedalam guha, kakiku terantuk
mayatnya yang membujur di tanah dengan tak bernyawa ..."
"Bohong !" tiba-tiba tabib itu mencekik leher Blo'on,
"engkau tentu yang membunuhnya !"
Karena dicekik, Blo'on mendelik matanya. Ia meronta-ronta
hendak menyiak tangan tabib itu. Tetapi gagal. Karena
kesakitan, kaki Blo'on menendang perut si tabib, plak . . .
tabib itu menjerit dan terpelanting jatuh ke belakang.
Kepalanya membentur lantai hingga membenjul.
"Eh, sinshe, mengapa engkau mencekik leherku? Apakah
engkau hendak membunuh aku ?" kata Blo'on seraya
mengangkat bangun tabib itu.
Rupanya tabib itu menyadari bahwa pemuda yang blo’on itu
ternyata memiliki ilmu kepandaian yang hebat. Tendangannya
tadi benar-benar hebat sekali. Diam-Diam ia mengatur siasat.
"Ah, karena tegang, aku sampai lupa mencekik lehermu,"
katanya dengan nada berobah ramah, "lalu manusia harimau
itu sudah mati ?"
"Sudah kubawa kedesa dibawah gunung dan setelah
digebuki penduduk lalu dikubur," kata Blo’on.
"O, bagus! Memang pengganggu rakyat itu harus dibunuh,"
kata tabib Gan Kui, "mengingati engkau telah berjasa kepada
rakyat, maka akupun dapat memberi kelonggaran kepadamu.
Engkau akan kuobati sampai sembuh, setelah itu engkau
pulang mengambil uang. Engkau tentu sungguh akan kembali
kesini, bukan ?"
"Tentu," sahut Blo'on, "aku tak pernah bohong”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Tetapi engkau harus tinggal disini cukup lama. Apakah
engkau sanggup ?"
"Berapa lama ?"
"Tergantung dari usahaku merebut rohmu dari pencuri itu.
Untuk mencari si pencuri, memakan waktu tujuh hari. Syukur
kalau bisa lebih cepat. Hal itu tergantung dari tingkat
kesaktian si pencuri. Kemudian untuk mengambil dan
mengembalikan rohmu kedalam tubuhmu, juga akan waktu
tujuh hari. Jadi paling tidak engkau harus tinggal disini
setengah bulan."
"Bagaimana kalau aku turut padamu mencari si pencuri.
Apabila ketemu, ambil saja roh itu terus masukkan ke dalam
tubuhku. Bukankah itu dapat lebih cepat daripada aku harus
menunggu disini ?" kata Blo'on.
"Ho, engkau kira aku pergi mencari pencuri itu kemanamana?"
kata sitabib, "ketahuilah. Dalam waktu tujuh hari itu
akan mengadakan sembahyangan untuk memanggil roh dari
sipencuri. Itu-pun tidak-mudah. Kalau dia tak mau datang,
terpaksa aku harus memaksanya. Dan kalau dia lebih sakti
ilmunya, kemungkinan aku juga bisa kalah. Maka engkau
harus tinggal disini agar engkau tidak mengalami gangguan
yang lebih hebat lagi."
Habis berkata tabib itu mengambil secarik kertas kuning lalu
menulis coretan-coretan, ditempelkan di pintu kamar.
"Inilah hu atau jimat penolak setan. Karena rohmu kosong,
engkau mudah dimasuki setan, "kata sitabib lalu menutup
pintu dan terus ngeloyor pergi.
Blo'on seorang diri tinggal dalam kamar yang hanya
diterangi lilin. Jelas ia tahu bahwa kamar itu berada dibawah
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
tanah Tiba-Tiba ia mendengar dari lain kamar, suara wanita
menangis dan suara seorang lelaki yang tertawa-tawa.
Heran, mengapa ditempat semacam ini terdapat orang
perempuan? ia mulai tak enak. Ketika seorang pelayan kecil
datang mengantar makanan iapun bertanya: "Hai, bung kecil,
kemana sinshe?"
"Sinshe berada diatas, masih sibuk menerima tetamu,"
sahut kacung kecil itu.
"Tempat apakah ini ?" tanya Blo'on. "Tempat orang sakit
yang perlu dirawat lama."
"Lalu siapakah orang perempuan yang menangis dan lelaki
yang tertawa dilain kamar itu ?"
"Kata sinshe, perempuan itu menderita penyakit kemasukan
setan dan lelaki itu suaminya."
"Engkau bawa apa itu?"
"Makanan dan minuman," kata kacung kecil, lalu berbisik,
"untunglah masih ada untuk tuan. Tadi makanan dan
minuman yang diperuntukkan tuan. karena gelap, telah
kujatuhkan. Terpaksa ku ambilkan lagi yang baru. persediaan
untuk sinshe. Tetapi harap tuan jangan bilang pada sinshe.
Kalau dia tahu, aku tentu dipukuli."
Setelah kacung itu pergi, tanpa banyak pikir, Blo'on terus
melahap makanan itu sampai habis. Setelah kenyang iapun
terus tidur. Beberapa waktu kemudian, tiba-tiba ia terkejut
mendengar suara orang masuk ketempat itu, dan berhenti
dimuka pintu kamar Blo'on.
"Ah, sebenarnya aku memerlukan sekali pada anak itu. Dia
masih perjaka. Sari perjakanya itu itu kubutuhkan untuk
ramuan obat panjang umur" kata salah seorang yang berada
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
diluar pintu," tetapi apa boleh buat, karena lotiang yang
meminta, akupun terpaksa rnemberikan."
Blo'on terkejut, la kenal suara itu sebagai nada tabib Gan
Kui.
"Huh, setan, dia tabib jahat !" gumam Blo'on dalam hati.
"Ah, engkau masih bisa mendapat lain pemuda. Tetapi bagi
Hoa-san-pay dia penting sekali artinya. Dia berani mengacau
markas kami dan membunuh Beruang-sakti Han-Tiong, salah
seorang tianglo Hoa-san-pay. Maka dia harus kubawa ke
anarkas untuk disembelih dan disembahyangkan di depan
makam Han sute," kata orang yang seorang,
Mendengar itu Blo'on hampir menjerit kaget Ternyata yang
datang itu salah seorang tianglo Hoa-san-pay yang akan
menangkapnya. Celaka.....
"Tetapi bagaimana lotiang dapat mengetahui kalau anak itu
datang kesini ?" tanya Gan Kui. .
"Seorang pemburu bernama Him Pa yang tinggal didaerah
gunung Hoa-san, memberitahukan kepadaku bahwa anak itu
hendak berobat kemari."
"Keparat si Him Pa itu Dialah kiranya yang memberi tahu
kepada kakek Hoa-san-pay ini, "damprat Blo'on.
"Lotiang," kata si tabib, "maaf, tetapi karena terpaksa maka
aku memberanikan diri untuk mengatakan hal ini kepada
lotiang. Dalam membuka usaha pengobatan disini, apa yang
kuterima dari orang-orang yang minta obat, tidaklah memadai
dengan ongkos-ongkos yang harus kukeluarkan. Bahkan
sering aku harus memberi obat cuma-cuma kepada orang
miskin. Karena itu aku mohon totiang suka memberi uang
pengganti untuk diri anak itu."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hm, berapa engkau minta ?" dengus Naga-besi Pui Kian.
"Tak banyak, cukup seratus tail perak saja."
"Terlalu banyak. Aku hanya membawa dua puluh tail perak,
terimalah," kata tetua kesatu dari Hoa-san-pay seraya
mengeluarkan sekantong perak, hancur dan diserahkan
kepada si tabib.
Apa boleh buat, terpaksa Gan Kui menerima Ia tahu bahwa
orangtua dari Hoa-san pay itu amat sakti. Kalau sampai
menimbulkan kemarahannya, tentu runyam. Masih untung
kakek itu mau memberi uang, kalau dia meminta anak itu
dengan paksa, iapun juga tak dapat berbuat apa-apa.
Gan Kui mendebur pintu tetapi tiada penyahutan. Sambil
mengeluarkan seuntai anak kunci, tabib itu berkata : "Anak itu
tentu sudah pingsan. Makanan yang diberikan kepadanya,
kusuruh mencampuri obat bius."
Pintu terbuka dan tabib itu dengan lenggang melangkah
masuk. Ia heran mengapa ruangan itu gelap gelita. Tetapi ia
tak peduli dan langsung menghampiri ketempat tidur. Memang
dilihat sesosok benda terlentang di atas pembaringan.
Ketika tiba di muka pembaringan ia terus ulurkan tangan
hendak menjamah benda itu. Tiba-Tiba tengkuknya dicekik
keras dan mulutnya didekap orang. Sedemikian keras cekikan
itu sehingga ia tak dapat bernapas ....
"Hm, mengapa dia tak keluar lagi ?" gumam Naga-besi Pui
Kian yang masih menunggu diluar pintu, "hai, Gin Kui,
mengapa tak lekas membawanya keluar ?”
Tetapi tiada penyahutan.
Waktu Gan Kui minta uang tebusan, Naga-besi Han Tiong
sudah mempunyai kesan tak baik terhadap tabib itu. Dan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
setelah masuk kedalam kamar Gan Kui tak keluar lagi, Han
Tiong makin curiga. Ia duga tabib itu hendak main gila.
Mungkin didalam kamar terdapat pintu rahasia untuk
meloloskan diri. Bukankah tabib itu sesungguhnya merasa
sayang untuk melepas anak itu ?
"Hm, kalau berani main gila dengan aku," ia terus
melangkah masuk.
Kamar gelap dan sesaat ia tak dapat melihat jelas keadaan
dalam kamar itu. Baru berapa langkah ia melalui pintu, tibatiba
punggungnya terasa dilanda oleh segelombang angin
keras. Cepat ia berputar diri seraya menghantam, prak ... Ia
terkejut karena merasa telah menghantam batok kepala orang
sehingga tangannya basah dengan air.
"Darah . . ," serunya makin kaget. Cepat ia menyulut korek
dan astaga . . . Gan Kui terkapar di lantai dengan kepala
pecah !
Kakek Hoa-san-pay menyuluhi kamar tetapi tak melihat
Blo'on. Segera ia tersadar apa yang telah terjadi. Ia duga
waktu masuk kedalam ruang, Gan Kui tentu kena diringkus si
Blo'on. Dan ketika ia masuk, pemuda itu tentu sudah siap
melemparkan tubuh Gan Kui, lalu menyelinap keluar.
"Hm, setan itu dapat mempermainkan aku lagi," secepat
kilat tetua nomor satu dari Hoa-san pay itu terus melesat
keluar, mengejar si Blo'on. Ternyata pintu masuk kedalam
ruangan di bawah tanah itu telah tertutup. Tentulah ditutup si
Blo'on. Pintu itu terbuat dari papan besi.
Darrr . . . dengan kemarahan menyala-nyala kakek dari
Hoa-san-pay itu Kerahkan tenaga-dalam menghantam pintu
penutup. Daun pintu besi itupun mencelat dan terbukalah
lubang diatas titian. Sekali ayun, tubuh kakek Hoa-san-pay
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
itupun sudah melayang ke atas lalu melesat keluar dari rumah
sitabib.
Saat itu rembulan terang. Dengan matanya yang tajam,
dapatlah si Naga-besi Pui Kian melihat jejak si Blo'on yang lari.
Walaupun sudah jauh dan pula pada waktu tengah malam,
namun karena sosok tubuh pemuda itu diikuti oleh tiga ekor
binatang yakni anjing, monyet dan burung rajawali, dapatlah
kakek Hoa-san-pay itu mengenalinya.
Dengan gunakan ilmu gin-kang, berlarilah Naga-besi Pui
Kian mengejar Blo'on. Ternyata Blo'on pemuda itu lari
menurut si pembawa kakinya. Ia tak tahu kemana arah
larinya. Pokok lari kencang, makin jauh makin baik.
Tetapi apabila ia berhenti sebentar dan berpaling ke
belakang, darahnya mendebur keras lagi. Dari sinar rembulan
yang menerangi bumi, dapatlah ia melihat jelas sesosok tubuh
orang yang berlari sepesat angin menyusup jalan yang telah
dilaluinya. Ya, tak salah lagi, tentulah orang itu kakek Hoasan-
pay. Blo'on tancap gas lagi, lari te kuat-kuatnya.
Angin malam terasa menderu-deru, menampar muka dan
mendesing telinganya. Ia tak menyadairi bahwa sesungguhnya
ia dapat berlari dengan pesat tak kalah dengan orang
persilatan yang memiliki ilmu gin-kang. Itulah sebabnya maka
sampai beberapa waktu, ia dapat mempertahankan jarak
tertentu dengan Naga-besi Pui Kian.
Anjing kuning tetap lari dibelakangnya. Sedangkan monyet
kecil naik di punggung rajawali pun terbang mengikuti jejak
Blo'on.
Setelah melintasi sebuah hutan, ia seperti berlari keatas
sebuah puncak gunung. Entah apa nama gunung itu. Sebuah
pegunungan karang.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hai . . . " Blo'on tiba-tiba menjerit kaget ketika jalan yang
ditempuhnya itu ternyata sebuah jalan buntu., yang menjurus
kesebuah jurang. Menyadari tak mungkin dapat melanjutkan
lari ke muka Blo'on terus berputar diri hendak lari balik. Tetapi
tiba-tiba kakek Hoa-san-pay sudah tiba dihadapannya.
"Ho, hendak lari kemana engkau sekarang?" Naga-besi Pui
Kian menyeringai seraya melangkah maju menghampiri'
"Lo-cianpwe, harap percaya padaku.. Aku tak membunuh
ketua Hoa-san-pay dan kakek yang seorang itu ... .
"Mengapa engkau masih banyak mulut? Kalau aku percaya,
masakan aku mengejarmu sampai disini
"Lalu dengan cara bagaimana aku dapat membuat locianpwe
percaya ?" seru Blo'on.
"Menyerahkan dirimu !" ,
"Akan disembelih ?"
"Ya," sahut Naga-besi Pui Kian seraya tetap maju
menghampiri.
Melihat itu Blo'onpun mundur.
"Aku tak mau !" seru Blo'on.
"Boleh," jawab Naga-besi Pui Kian, "asal , engkau mampu
melawan aku sampai lima jurus."
Blo'on gemetar.
"Dapat kuringankan lagi asal engkau mau menjawab dua
buah pertanyaanku. Dimana Walet- kuning Hong-ing, murid
perempuan perguruaan Hoa-san-pay itu ?"
"Entah, aku tak tahu karena aku sendiri tergelincir ke dalam
telaga ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Siapa yang membunuh Beruang-sakti Han Tiong ?"
"Entah, karena ketika aku memeriksanya, dia memang
sudah mati."
"Baiklah," kata tetua nomor satu dari Hoa-san-pay itu,"
sekalipun tak dapat kuberikan keringanan tetapi masih dapat
kuberikan kesempatan kepadamu. Engkau boleh memakai
senjatamu dan melawan aku."
"Tidak, aku tak punya senjata. Kulau cian pwe hendak
menggunakan senjata, silahkan "
Kata-Kata Blo'on itu membangkitkan keangkuhan Naga-besi
Pui Kian, dengusnya : "Hm, engkau kira aku ini orang apa ?
Baik, kalau engkau tak punya senjata, akupun akan memakai
tangan kosong untuk mencabut nyawamu !"
"Ih, mengapa engkau berkeras hendak mengambil jiwaku ?"
gerutu Blo'on.
"Engkau lebih muda, silahkan engkau menyerang lebih
dulu," seru Naga-besi Pui Kian.
"Tidak mau !" bantah Blo'on, "aku tak mau berkelahi. Kalau
engkau hendak membunuh aku, terserah . . . . "
Naga-besi Pui Kian tahu kalau anak itu memang blo'on.
Percuma saja ia berbanyak kata, Maka ia terus saja membuka
serangan dengan sebuah gerak Rajawali-menerkam-kelinci.
Loncat ambil menerkam.
Blo'on ketakutan dan cepat loncat kesamping. Sekalipun
terhindar tetapi tubuhnya teihuyung juga karena deru angin
gerakan tangan kakek itu. Sebelum ia dapat berdiri tegak
Naga besi Pui Kianpun sudah menyusuli dengan sebuah
pukulan Biat-gong-ciang atau pukulan Pembelah-angkasa yang
dahsyat.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Naga-besi Pui Kian menganggap Blo'on memiliki ilmu silat
yang tinggi Maka pukulan Biat-gong ciang yang dilancarkan itu
diisi dengan delapan bagian tenaga-dalam. Dan pukulan itu
dapat menghancurkan batu karang pada jarak beberapa
meter.
Blo’on tak berdaya lagi
menghadapi pukulan itu.
Luas pengaruh pukulan itu
sampai mencapai sepuluh
meter keliling. Kemanapun
ia hendak lari tentu tetap
termakan pukul itu.
Tiba-Tiba sepercik
angin tajam melanda dari
belakang. Tajam sekali.
Serempak menyusul
teriakan seseorang: "Hai,
berhenti dulu. Mengapa
seorang kakek tak tahu
malu hendak membunuh
seorang anak tanggung . , . !"
Sebuah benda warna hitam melayang-layang kearah
punggung Naga-besi. Sebagai seorang tokoh persilatan sakti
sudah tentu Naga-besi Pui Kian dapat mengetahui serangan
gelap itu ditujukan kepadanya.
"Jahanam, mengapa menyerang orang secara begitu
pengecut," Pui Kian menghindar. Dia dapat terlepas dari benda
hitam itu tetapi tidak si Blo'on. Karena menghindar ke
samping, benda hitam itu terus meluncur maju dan tepat
mengenai bahu muka si Blo'on.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Aduh ..." Blo'on menjerit dan lebih kaget, pula ketika bahu
dadanya tertabur sebuah benda yang amat kuat tenaganya.
Blo'on dapat terhindar dari pukulan Biat-gong-ciang tetapi tak
urung tubuhnya terdorong ke belakang dan, ah ... . tubuh si
Blo’on terdorong ke belakang jatuh ke dalam lembah.
Naga-besi Pui Kian kaget dan cepat berpaling ke belakang.
Demi dilihat yang muncul itu seorang pengemis tua, iapun
menggeram : "Ho, pengemis tua, mengapa engkau berani
lancang menyerang tawananku ?"
Yang muncul itu memang Hoa Sin, pengemis aneh yang
memimpin perguruan Kay-pang.
"Sama sekali tidak," sahut pengemis sakti itu, "aku hendak
mencegah cianpwe karena kulihat tak pantas seorang cianpwe
yang begitu dihormati, ternyata sampai hati juga untuk
membunuh seorang anak yang tak mengerti apa-apa.
Kutimpuk dengan kayu tetapi luput. Yang kena anak itu
sendiri. Sampai anak itu terlempar jatuh ke dalam jurang ....
"Ho, rupanya engkau habis makan hati macan," seru Nagabesi
Pui Kian, "sehingga engkau lancang tangan hendak
mencegah tindakanku."
"Jangan salah faham totiang," sahut Hoa Sin, "aku hanya
hendak mencegah totiang membunuh seorang anak. Karena
totiang dapat menghindari, timpukanku kayu mengenai bahu
anak ini dan diapun terus meluncur kedalam jurang. Aku
benar-benar heran melihat seorang tua bertempur dengan
seorang anak. Aku tak tahu kalau yang bertempur itu totiang.
Maksudku hanya mencegah dan tak menyangka kalau anak itu
terkena kayu yang kutimpukkan dan terjebur kedalam jurang.
Ah, dia tentu binasa ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Tanpa menghiraukan Naga-besi Pui Kian yang masih marah,
ketua Partai Pengemis itu terus menghampiri tepi jurang dan
melongok ke bawah. Bergidikiah buluromanya ketika melihat
betapa curam jurang itu sehingga tak kelihatan dasarnya . . .
"Hoa pangcu," tiba-tiba Naga-besi Pui Kian berseru bengis,
"mustahil seorang tokoh berilmu tinggi seperti engkau tak
dapat melihat bahwa yang bertempur itu aku, orangtua dari
Hoa-san-pay yang bernama Pui Kian. Bukankah maksudmu
hendak menolong anak itu ?"
"Pui totiang," sahut Hoa Sin si Pengemis" sakti-jari-enam.
"hari begini malam dan aku masih berada jauh ketika melihat
totiang lepaskan pukulan biat-gong-ciang kepada anak itu. Aku
benar-benar tak tahu kalau totiang . , . "
"Engkau bohong, Hoa paogcu," tukas Naga besi Pui
Kian."bersikaplah sebagai seorang ketua perguruan yang
berwibawa bahwa engkau memang benar-benar hendak
melepaskan anak itu dari tanganku.”
"Totiang," jawab Pengemis-sakti Hoa-Sin, "sama sekali aku
tak kenal siapa anak itu, bajai mana totiang mengatakan aku
hendak menolongnya ? Eh apa sebab totiang hendak
menangkap anak itu ?"
"Hm, dia telah mengacau markas Hoa-san-pay dan
membunuh salah seorang sute ku. Beruang sakti Han Tiong'!"
"Hai" Hoa Sin melonjak kaget, "benarkah itu? Ah, masakan
seorang anak begitu macam mampu membunuh seorang
tiang-lo Hoa-san-pay yang sakti ?"
"Aku tak membutuhkan kepercayaanmu tetapi tanggung
jawabmu melepaskan anak itu dari tanganku !" tukas Nagabesi
Pui Kian.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Pengemis-sakti Hoa Sin terbeliak: "Eh, bukan kah anak itu
sudah binasa didalam jurang Mengapa totiang masih akan
meminta pertanggungan jawabku lagi ?"
Naga-besi Pui Kian mendengus: "Hm, memang anak itu
sudah mati di dasar jurang tetapi kematiannya bukan
disebabkan dari tanganku melainkan dari perbuatanmu. Dan
perbuatanmu itupun sebenarnya bukan hendak membunuhnya
melainkan hendak menolongnya. Dengan begitu jelas engkau
hendak menghina kami orang Hoa-san-pay !"
"Tidak, tidak," seru Hoa Sin, "sama sekali aku tak
mengandung maksud begitu. Harap totiang jangan salah
mengerti. Aku hendak mencegah karena ingin tahu
persoalannya. Setelah tahu dia memang bersalah, tentu akan
kupersilahkan totiang membunuhnya. Bahkan kalau perlu,
totiang boleh menitahkann aku membunuh anak itu."
Naga-besi Pui Kian tertawa mengerontang, serunya :
"Memang pada masa akhir ini nama Hoa-san-pay tampak
pudar di mata orang persilatan. Hoa-san-pay selalu menjadi
buah ejekan dunia persilatan ..."
"Ah, tidak, totiang," kata Hoa Sin, "Hoa-san-pay tetap kami
indahkan sebagai salah sebuah dari Tujuh Partai Besar di
dunia persilatan."
Pui Kian tertawa dingin: "Itu hanya kata-kata kosong untuk
menghibur hati. Buktinya, saat ini Hoa pangcu telah menghina
Hoa-san-pay ..."
"Pui totiang . . . !"
"Naga-besi Pui Kian yang sudah tua, akan mencuci bersih
hinaan itu '."
"Ah, totiang, mengapa engkau ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hoa pangcu, jangan banyak bicara. Mari kita selesaikan
urusan ini secara ksatrya !"
"Totiang ..."
"Hoa Sin. sambutlah seranganku ini!" bentak Naga-besi Pui
Kian seraya menghantam.....
---oo0dw0ooo---
Jilid 6
Kate dan Bungkuk.
Sebenarnya Pengemis-sakti Hoa Sin sedang dalam
perjalanan mencari jejak putera Kim Thian cong yang hilang.
Hari itu ia tiba di Kabupaten Hoa-im-koan wilayah Siamsay.
Karena sudah tiba di daerah itu, pikirnya sekalian ia datang
saja ke Hoa-san. Sekedar kunjungan persahabatan dan
sekalian menanyakan tentang keadaan ketua Hoa-san-pay
yang tak dapat datang pada upacara pemakaman jenazah Kim
Thian-cong.
Pada saat tiba di sebuah bukit, hari pun sudah malam. Dan
ketika mendaki di lereng, ia melihat seorang kakek tua sedang
menyerang seorang anak muda. Dan sebagai seorang tokoh
persilatan yang tajam pandangan, cepat ia dapat melihat kalau
anak muda itu terancam bahaya maut. Mau segera ia
timpukkan sepotong kayu untuk mencegah tindakan si kakek.
Tetapi kakek itu pun sakti. Cepat ia dapat mendengar
kesiur angin yang melanda punggungnya. Dan segera ia pun
menghindar ke samping. Akibatnya si Blo'on yang terdampar
ke dalam jurang.
Memang diantara ketujuh Partai Persilatan besar di dunia
persilatan, dewasa itu Hoa-san-pay sedang mengalami masa
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
kemunduran. Perguruan itu tak mempunyai murid yang
menonjol kepandaiannya dan ketuanya, Kam Sian-hong, pun
lesu semangat. Lebih banyak menyekap diri di dalam gua
pertapaannya daripada turun ke dunia persilatan.
Entah apa yang menjadikan sebabnya, orang luar tak dapat
mengetahui. Apa yang orang dengar, entah apa sebabnya
yang menjadi ketua Hoa-san-pay mengganti Tiang Bi lojin
yang meninggal dunia, adalah Kam Sian-hong murid yang
kedua, bukan Pang To-tik murid yang pertama. Dan sejak itu
Pang To-tik pun tak mau menampakkan diri lagi di dunia
persilatan. Demikian pula dengan sikap Kam Sian-hong yang
tampaknya kurang gairah.
Orang hanya dapat menduga-duga, tetapi tak dapat
mengetahui persoalannya yang sesungguhnya. Dengan
adanya peristiwa dalam tubuh perguruan itu maka Hoa-sanpay
pun makin mundur. Banyak desas desus dan ejek
cemoohan dilontarkan orang kepada alamat perguruan Hoasan-
pay. Tetapi selama itu, fihak Hoa-san-pay tak
mengadakan suatu reaksi apa-apa.
Sebagai tetua dari Hoa-san-pay sudah tentu Naga-besi Pui
Kian ikut prihatin akan keadaan perguruan itu. Dan karena
dikuasai oleh rasa prihatin itu, kakek itu pun mudah sekali
tersinggung perasaannya.
Walau pun Hoa Sin sebagai ketua Partai Pengemis sudah
minta maaf dan memberi penjelasan tetapi Naga-besi Pui Kian
tetap merasa terhina. Ia merangkaikan tindakan Hoa Sin itu
sebagai sikap menghina perguruan Hoa-san-pay.
Naga-besi Pui Kian menyerang ketua Partai Pengemis
dengan hebat. Tetapi Hoa Sin tak mau meladeni. Ia tetap
berusaha untuk menghindar.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Pui totiang, harap berhenti dulu," katanya meminta kepada
kakek yang marah itu.
Namun Naga-besi sudah seperti kemasukan setan, la tak
mau menghiraukan kata-kata ketua Partai Pengemis. Bahkan
sambil melancarkan serangan yang makin dahsyat, ia
menghambur ejekan: "Hm, kiranya hanya begitu sajakah
kepandaian dari pangcu Kay-pang itu ? Main mundur macam
kura-kura menyurutkan kepala, tak berani menghadapi
lawan!"
Setelah menyelinap dari pukulan kakek Hoa-san-pay, tibatiba
Hoa Sin berdiri tegak dan berseru dengan nada bengis :
"Pui Kian, dengarkan. Aku mengalah bukan karena aku takut
kepadamu. Tetapi demi memandang persahabatan antara
Hoa-san-pay dengan Kay-pang. Kita sama-sama partai
sahabat dan sehaluan. Mengapa kita harus saling berhantam
sendiri?"
"Lebih baik tak bersahabat daripada bersahabat menderita
hinaan !" Naga besi Pui Kian menutup kata-kata dengan
lepaskan sebuah pukulan Thi-an-lui-oiang atau pukulan
Geledek-menyambar, bum..
Balu karang meledak pecah, tanah dan pasir berhamburan
ke sekeliling penjuru hingga sekitar tempat itu sampai gelap.
Ketika gulungan debu te bal itu hilang, tampaklah dua
pemandangan yang mengejutkan.
Pengemis-sakti Hoa Sin lenyap, Naga-besi Pui Kian duduk di
tanah pejamkan mata . ,
Apakah yang terjadi ?
Ternyata ketika Pui Kian bergerak memukul, Hoa Sin sudah
menduga. Serentak la pun menghantam tanah sehingga debu
berhamburan memenuhi sekeliling tempat itu. Ketika angin
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
pukulan kakek Hoa-san-pay melanda, Hoa Sin pun sudah
melambung ke udara. Sambil berjumpalitan melayang turun,
ia menimpuk dengan biji tiok-ki atau catur ke arah lutut Pui
Kian.
Pui Kian terkejut ketika lututnya terasa terpukul benda kecil
yang keras. Ia menyadari kalau dirinya diserang benda rahasia
oleh ketua Partai Pengemis. Tak mau ia mengerang kesakitan
karena lebih penting mengerahkan tenaga dalam untuk
mempertahankan keseimbangan kakinya yang kena timpukan
itu. Namun lututnya terasa lunglai sekali sehingga tak kuat
menahan tegak tubuhnya. Akhirnya jatuhlah ia terduduk di
tanah.
"Hm, jalan darah lututku tentu tertutuk," diam-diam ia
menduga seraya kerahkan tenaga dalam untuk berusaha
membukanya kembali.
Demikian keadaan tempat di tepi pegunungan bukit karang
itu segera sunyi senyap lagi. Angin malam berhembus makin
dingin.
Tak berapa lama Naga-besi Pui Kian pun ber bangkit.
Memandang ke sekeliling ia tak melihat ketua Partai Pengemis
itu lagi.
Ia pun segera ayunkan langkah hendak pulang ke markas
Hoa-san-pay. Tiba-Tiba matanya tertumbuk pada gunduk batu
yang terletak di tepi jalan. Pada batu itu terdapat gurat-gurat
tulisan yang berbunyi :
Pengemis Hoa Sin menghaturkan maaf kepada Pui totiang.
Lain hari akan menghadap ke Hoa-san untuk menerima
hukuman.
Geram sekali kakek Hoa-san-pay itu. Tetapi diam-diam ia
mengagumi kesaktian ketua Partai Pengemis. Tulisan pada
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
batu itu dibuat dengan guratan jari tangan! Suatu pertanda
betapa hebat ilmu tenaga dalam pengemis sakti itu.
Naga-besi Pui Kian menghela napas, tundukkan kepala dan
lanjutkan langkah .
Bukit karang itu disebut Hek hou-san atau gunung Macan
Hitam. Disebut bukit Macan Hitam karena memang di daerah
pegunungan itu banyak dihuni kawanan macan hitam yang
bersarang di dalam guha-guha karang yang banyak terdapat
di pegunungan itu.
Diantara yang paling terkenal menyeramkan ialah lembah
Hek-hou-ko atau lembah Macan Hitam. Sebuah lembah yang
menyerupai jurang. Mulut jurang tidak berapa luas. tetapi
dalamnya sampai mencapai ratusan meter sehingga apabila
orang berdiri ditepi jurang dan melongok ke bawah, hanya
seperti sebuah kawah hitam yang tak kelihatan apa-apa.
Memang jarang dan boleh dikata tak ada seorang penduduk
yang berani turun kedalam jurang lembah Macan Hitam itu.
Kecuali menjadi sarang harimau hitam, pun banyak juga
terdapat bangsa ular beracun.
Tetapi sebenarnya jurang Macan Hitam itu mempunyai
seorang penghuni manusia. Seorang kakek yang amat tua
renta, umurnya sudah lebih dari seratus tahun. Tubuhnya
pendek sekali, tingginya hanya satu meter lebih sedikit. Yang
aneh. kakek pendek itu rambut kepala, kumis dan jenggotnya
masih hitam.
Sejak lima hari yang lalu, kakek jenggot hitam itu menerima
kedatangan seorang tetamu. Juga seorang kakek tua renta
yang usianya sebaya dengan kakek pendek,
Diantara kedua kakek itu terdapat hal yang menyolok sekali
bedanya. Kalau tuan rumah seorang kakek yang bertubuh kate
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
dan berambut hitam adalah tetamunya seorang kakek yang
berpunggung bungkuk. Sebuah benjolan daging bundar besar
hinggap di punggungnya. Rambut kepala dan kumis serta
jenggotnya putih semua.
Kakek bungkuk itu tinggal di gunung Hok-gu san atau
gunung Kerbau Mendekam. Dan tempat itu memang sesuai
dengan penghuninya. Sepintas pandang, kakek bungkuk itu
memang menyerupai seekor kerbau yang tengah mendekam
di tanah.
Ah, biasanya orang yang datang berkunjung ke rumah
orang, tentulah karena bersahabat. Kakek dari lembah Macan
Hitam dan kakek dari lembah Kerbau Mendekam, memang
sering kunjung mengunjungi. Tiap tahun mereka bergantian
saling mengunjungi. Tahun yang lalu kakek Macan Hitam yang
berkunjung ke lembah Kerbau Mendekam. Tahun ini kakek
lembah Kerbau Mendekam yang datang ke lembah Macan
Hitam.
Ah, sungguh manis sekali hubungan kedua kakek itu.
Mereka tentu sahabat yang kental dan rukun. Tetapi apabila
anda menyangka demikian, itu salah.
Kedua kakek yang tampaknya begitu rukun dan karib
ternyata bukan bersahabat tetapi saling bermusuhan. Musuh
bebuyutan. Ya, memang aneh tetapi nyata.
Sudah berpuluh-puluh tahun mereka melangsungkan
permusuhan bebuyutan itu. Tiap tahun mereka bergantian
datang berkunjung untuk melangsungkan adu kepandaian.
Adu kepandaian itu berlangsung sampai beberapa hari.
Setelah sama mengakui bahwa kepandaian mereka
berimbang, yang satu tak dapat mengalahkan yang lain,
barulah mereka berjabat tangan. Duduk minum arak, makan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
enak. Setelah itu baru berpisah. Suatu perpisahan dari dua
orang sahabat yang tampaknya mesra dan karib sekali.
Dunia ini memang penuh dengan manusia-manusia aneh.
Diantaranya ialah kedua kakek itu. Mereka sudah tua renta
tetapi pikiran, ulah tingkah dan bicaranya masih seperti anak
kecil. Mungkin karena usianya yang sudah kelewat tua,
mereka berobah menjadi anak lagi.
"Hai, sahabat Kerbau Putih." seru kakek pendek, sudah
empat hari kita adu kepandaian. Ternyata tangan kita sama
kuatnya, kaki juga sama kuat, mulut sama kuat Sekarang hari
kelima, hari terakhir Kita adu kepala. Kalau masih sama kuat,
bubar. Aku menyediakan arak istimewa untukmu. Lain tahun
kita adu kepandaian lagi. Setuju bukan ?
"Ho, ho. Macan Hitam. Tahun ini aku sebagai tetamu.
Sudah tentu aku menurut saja apa kehendakmu. Lain tahun
kalau aku yang jadi tuan rumah, engkau harus menurut
peraturanku.”
"Tentu, tentu" sahut kakek Macan Hitam, "pokok yang
penting, kita jangan mengingkari janji Mati yang telah kita
buat dengan darah itu."
"Jangan kuatir, Macan Hitam," seru kakek berambut putih,
"takkan kulupa Perjanjian Mati itu."
"Bagus engkau. Kerbau Putih," seru " kakek Macan Hitam,
"sekarang mari kita langsungkan pertandingan hari kelima
atau hari terakhir ini. Kepalaku akan beradu kekuatan dengan
daging bundar di punggungmu itu. Tahun yang lalu, kepalaku
pusing sampai aku jatuh. Tetapi punggungmu juga kesakitan
sehingga engkau pun rebah mencium tanah, bukan ?"
"Ya, benar," sahut kakek Kerbau Putih, "tetapi dalam
setahun ini, daging benjolan punggungku sudah kuperbaiki
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
dan kuperkokoh dengan tenaga dalam yang lebih hebat.
Apakah kepalamu juga sudah engkau tambah kuat ? Kalau
tidak, tentu pecah. Dengan begitu berarti engkau menambah
beban padaku !"
"Jangan kuatir, Kerbau Putih," seru kakek Macan Hitam
seraya menampar-nampar kepalanya "cukup keras. Pernah
kucoba dengan batu karang, batu karang yang remuk."
"Ah, sebenarnya aku tak mau berlatih tenaga dalam lagi,
biar daging benjol yang mengeram di punggungku selama
berpuluh-puluh tahun itu hancur saja. Ya, biar dihancurkan
oleh kepala mu”
"Manusia licik, engkau ini !" teriak kakek Macan Hitam
seraya deliki mata menuding kakek berambut putih, "engkau
mau cari enak dan hendak mencelakai aku, ya ! Kalau engkau
mati, tentu aku yang harus mengubur mayatmu. Itu saja
masih tak apa. Tetapi kalau engkau mati, lalu siapakah
tetamuku lagi ? Bukankah aku akan kesepian tak punya
tetamu ? Lalu siapa kawanku bicara ? Siapa kawanku
bertanding kepandaian ? Ho, kakek Kerbau Putih, jangan
engkau cari enak sendiri, ya !"
Memang kedua kakek aneh itu telah membuat perjanjian.
Perjanjian itu disebut perjanjian Mati. Barangsiapa mati dalam
pertandingan tiap tahun itu, yang hidup harus menguburnya.
Perjanjian Mati itu diteguhkan dengan saling minum darah.
Kakek Macan Hitam minum darah kakek Kerbau Putih, kakek
Kerbau Putih juga minum darah kakek Macan Hitam.
Tiba-Tiba kakek Kerbau Putih melonjak bangun dan balas
memaki : "Ho, engkau kakek tak tahu kebaikan orang !"
Kakek Macan Hitam melongo: "Kebaikan siapa Kebaikanku,
sudah tentu!" teriak kakek Kerbau Putih.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Kebaikanmu? Aneh, mengapa aku tak merasa, kakek
Macan Hitam garuk-garuk kepala, "kapan engkau antar
kebaikanmu itu kemari ?"
Jika orang biasa, tentu sudah kaku perut atau paling tidak
tentu sudah muntah karena mendengar omongan yang tak
genah dari kakek itu. Tetapi karena keduanya itu memang
kakek yang linglung, yang sinting, yang aneh, yang bego ....
Mereka bicara menurut apa yang dipikirkan sendiri, menurut
gerak lidahnya Tak peduli lain orang yang mendengarkan,
apakah akan tersinggung hatinya, apakah akan merah
mukanya, apakah akan panas telinganya apakah akan
meringis, marah.
"Edan," pekik kakek Kerbau Putih." masakan engkau tak
merasa ?"
"Huh, kalau merasa, masakan aku bilang tidak !"
"O, benar," kata kakek Kerbau Putih, "tetapi mengapa aku
merasa sudah berbuat baik kepadamu
"Bagaimana kebaikanmu itu ?" seru kakek Macan Hitam.
"Pikir-Pikir, aku kasihan juga kepadamu. Kalau aku mati,
engkau harus mengubur. Engkau tak punya kawan bicara
lagi. Oleh karena itu aku pun lalu berlatih lagi, agar aku
jangan sampai kalah dalam pertandingan tahun ini.
"Ho, jangan sombong engkau, Kerbau Putih, teriak kakek
Macan Hitam, "betapa pun engkau berlatih sampai setengah
mati, tak mungkin engkau mampu mengalahkan kesaktian
kepalaku ini."
"Uh, sombong engkau. Macan Hitam," kata kakek berambut
putih, "coba sajalah nanti berapa.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Setan engkau!" bentak kakek Macan Hitam, "mengapa
terhadap seorang sahabat, engkau tetap mau menyimpan
rahasia ?"
Kakek berambut putih mendelik. Ia merasa akan bertanding
kepandaian dengan kakek Macan Hitam, tetapi ia pun merasa
apa yang dikatakan kakek Macan Hitam itu benar. Kakek
Macan Hitam itu memang seorang sahabat. Ah, ia bingung
memikirkan.
"'Eh, Macan Hitam, coba engkau bilang, kita ini musuh atau
sahabat?" akhirnya ia bertanya.
"Musuh bersahabat, Sahabat bermusuhan," sahut kakek
Macan Hitam.
"Musuh bersahabat, sahabat bermusuhan . . .” kakek
berambut putih mengulang lalu merenung, "o, benar, benar,
tetapi eh, apakah maksudnya itu? Mengapa aku tak
mengerti?"
"Tak perlu mengerti, cukup asal engkau mendengar saja !"
kata kakek Macan Hitam.
"Lho, orang mendengar tentu harus mengerti" bantah
kakek berambut putih.
"Tolol !" damprat kakek Macan Hitam, "coba kutanya
kepadamu. Engkau pernah mendengar kerbau menguak ?"
"Pernah "
"Lalu apakah engkau harus mengerti apa arti dari suara
kerbau itu ?"
Kakek berambut putih merenung diam. Tiba-Tiba berseru:
"Tidak bisa! Aku orang, mana bisa mengerti suara kerbau ?”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Itulah," seru kakek Macan Hitam, "engkau cukup
mendengar tak perlu mengerti. Nah, sekarang engkau
dengarkan lagi. Baru-Baru ini aku mengeluarkan dua guci arak
simpanan selama seratus tahun. Coba bilang arak itu enak
atau tidak ?"
"Arak makin disimpan lama, makin enak. Orang makin
disimpan lama, makin tua. tidak enak"
"Ho, ho, ho . . . " tiba-tiba kakek Macan Hitam tertawa
gelak-gelak, "bagus, bagus. Sekarang engkau pandai bersajak
juga. Penyair, ya ?"
"Entah apa jadinya," sahut kakek berambut putih.
"Eh, engkau belum belang. Engkau ingin minum arak
simpanan seratus tahun itu atau tidak ?" "Semua !"
Kakek Macan Hitam mendelik : "Ho, dasar kerbau, tentu
rakus. Kalau engkau minum semua, lalu aku minum apa?"
"Tak perlu minum, cukup asal membau baunya.
"Ho, mana bisa ? Orang membau, harus minum dong !"
bantah kakek Macan Hitam.
"Gila” seru kakek berambut putih, "sekarang aku yang
bertanya, engkau yang menjawab. Kalau aku kencing, engkau
membau tidak ?"
"Belum tentu " kakek Macan Hitam masih ngotot
membantah.
"Kalau aku kentut disini, engkau membau atau tidak ?'"
Kakek Macan Hitam berdiam sejenak lalu berseru : "Belum
tentu. Harus lihat-lihat anginnya. Kalau aku duduk di sebelah
timur dan angin meniup ke barat, aku tentu takkan membau
kentutmu."-
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
.""Hm, kalau aku berak disini, engkau tentu membau,
bukan ?"
"Kurang ajar ! Tentu saja bau !" teriak kakek Macan Hitam.
"Apakah kalau membau, engkau harus meminum
kotoranku?"
"Cabul!" teriak kakek Macan Hitam seraya loncat mundur
dan mendekap hidungnya kencang-kencang "hayo, enyah dari
sini, kakek cabul !"
Kakek Kerbau Putih melongo : "Aku tidak berak sungguh,
hanya bertanya, kalau aku berak apakah engkau tak mencium
baunya. Setan, mengapa engkau mendekap hidungmu? Apa
engkau kira aku berbau busuk ?"
Kakek Macan Hitam lepaskan hidungnya.
Demikian pembicaraan apabila kedua kakek linglung itu
saling bertemu. Setiap persoalan, tentu berlarut
berkepanjangan sehingga apa yang ditanyakan, sering kabur
dengan lain soal.
"Eh, Kerbau Putih, karena engkau mengoceh panjang lebar,
aku sampai lupa apa yang hendak kutanyakan kepadamu itu.
Hayo, sekarang engkau harus bertanggung jawab,
memberitahu kepadaku apa yang hendak kukatakan
kepadamu tadi !"
Kakek rambut putih terkesiap, kerutkan jidat, merenung.
Tetapi dia lupa.
"Ho, goblok benar engkau Kerbau Putih," seru kakek Macan
Hitam, "masakan soal begitu mudah saja engkau lupa ?"
"Ya, memang aku lupa. Cobalah engkau beri tahu
kepadaku, agar aku dapat, mengingatkan hal itu kepadamu."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Aku tadi bertanya soal arak ..."
"O, benar. Sekarang aku pun akan memberi-tahu apa yang
engkau bilang kepadaku tadi. Ya, engkau bertanya kepadaku
soal arak."
"Benar, ah, mengapa aku lupa," seru kakek Macan Hitam.
Pada hal dialah yang ingat soal itu lalu memberitahu kepada
kakek Kerbau Putih. Kakek itu segera memberitahu kepada
kakek Macan Hitam.
"Belum cukup !" seru kakek Macan Hitam.
"Kalau begitu, engkau harus memberitahu lagi kepadaku
agar akan dapat menyampaikan kepadamu."
"Huh. aku juga lupa!" seru kakek Macan Hitam "Celaka !
Kalau engkau sendiri lupa, bagaimana aku bisa ingat ?" kakek
Kerbau Putih menggerutu .
"Ah, siapa bilang aku lupa ?" kakek Macan Hitam
menyeringai, "bukankah engkau bilang kalau berhasil
mempelajari ilmu tenaga dalam gaya baru ?
"Benar!" seru kakek Kerbau Putih, memang ilmu tenaga
dalam yang kuyakinkan itu luar biasa".
"Engkau harus memberitahu kepadaku apa yang disebut
ilmu tenaga dalam gaya baru itu. Atau arak itu takkan
kusuguhkan kepadamu, akan kuminum sendiri ..."
"Engkau licik, Macan Hitam ! Masakan musuh minta
keterangan tentang kekuatan lawannya. Tetapi, benarkah arak
itu arak simpanan seratus tahun yang lalu, engkau tidak
bohong ?"
"Ha, ha," kakek Macan Hitam tertawa bangga, "diseluruh
jagad ini tak ada arak yang lebih hebat dari arak buatanku.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Coba engkau dengarkan, arak-arak yang kubuat itu. Engkau
tentu akan mendelik keheranan. Arak itu .... "
"Bohong ! Bohong !" teriak kakek Kerbau Putih seraya
mendekap telinganya, "tak usah banyak omong, lekas
sebutkan macam arak yang engkau buat itu"
"Hou-thau-ciu, arak Kepala-macan."
"Heh, apa itu ?"
"Kepala harimau direndam arak sampai puluhan tahun.
Khasiatnya minum arak itu, Ukiran terang, ingatan jernih. Nih,
lihatlah aku. Walau pun sudah tua sekali tetapi aku tidak
simpai linglung ..."
"Lalu ?"
"Hou gan-ciu atau arak Mata-macan. Minum arak itu, mata
menjadi tajam dan terang sekali”
"Ha..”
"Hou-si-ciu atau arak Kumis-macan. Dapat menyuburkan
tumbuhnya rambut Lihat, walau pun umurku sudah se . . . eh,
tua sekali, tetapi rambutku tetap tumbuh subur dan hitam."
Sebenarnya kakek itu hendak mengatakan kalau umurnya
sudah seratus tahun lebih. Tetapi tiba-tiba saja ia teringat
bahwa karena rebutan umur, rebutan lebih tua, dengan kakek
Kerbau Putih, mereka sampai menjadi musuh bebuyutan.
"Ho ..."
"Hou-kut-ciu arak Tulang macan, menguatkan tulangtulang,
gigi dan kuku."
"Hi...”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hou-sin-ciu atau arak Ginjal-macan. Minum arak itu, orang
tentu menjadi muda kembali, ingin kawin dengan gadis-gadis
cantik. Kakek tua semacam engkau, dilarang minum arak itu !"
"Heh . . . apa engkau sering minum sendiri ?”
"Berbahaya! Lalu Hou-si m-ciu, arak Hati macan. Minum
arak itu, nyali akan bertambah besar, segala apa tidak takut."
"Hih..”
"Dan terakhir, yang paling hebat sendiri, Hou hiat-ciu. arak
Darah-macan. Minum arak itu, darah akan mendidih, tenaga
bertambah kuat berlipat ganda."
"Amboi . . . !"
"Sekarang engkau boleh pilih mau minum arak yang mana,
bung?"
Kerbau Putih tak lekas menyahut melainkan merenung
diam. Beberapa jenak kemudian baru berkata : "Aku ingin arak
Hou-sin-ciu saja."
"Hai, goblok benar engkau!" teriak kakek Ma can Hitam,
"arak itu arak Kumis-macan, khasiatnya hanya menumbuhkan
dan menghitamkan rambut”
"Memang aku ingin rambutku yang putih ini jadi hitam
kembali."
"Mengapa engkau tak minta arak Hati-macan atau Darahmacan
yang dapat menambah tenaga kekuatanmu ?" seru
kakek Macan Hitam.
"Tidak perlu," sahut kakek Kerbau Putih, "aku sudah
mendapat ilmu tenaga dalam gaya baru. Tak perlu mencari
tambahan tenaga lagi."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Kurang ajar, hayo, lekas engkau beritahukan rahasia ilmu
tenaga dalam gaya baru itu. Kalau tak mau, pergilah engkau
dari sini, jangan minta arak kepadaku !"
Kerbau Putih melongo. Untung dia itu juga seorang kakek
linglung hingga tak menyadari kata-kata kakek Macan Hitam
yang gila. Ia malah marah juga : "Setan tua, engkau hendak
mengusir aku ? Jangan main-main engkau! Kalau engkau tak
mau memberikan arak itu, sarangmu ini tentu kubakar !"
"Ya, ya, akan kuberi arak itu tetapi sahabatku yang baik,
engkau pun harus memberitahu tentang ilmumu tenaga dalam
gaya baru itu," tiba-tiba kakek Macan Hitam berganti nada
ramah.
Mendengar itu kakek Kerbau Putih pun tenang juga : "O,
baiklah, sahabat yang manis. Dengarkanlah Sebenarnya
secara tak sengaja aku telah menemukan cara menimbulkan
tenaga dalam gaya baru itu . . . "
Kakek Macan Hitam makin gelisah tak sabar. Ia berdiri lalu
duduk, berdiri lagi dan duduk pula.
""Ketika itu aku sakit hampir mati. Dan kukira memang
tentu mati. Aku sampai tak dapat bangun ..."
"Hai, mengapa engkau tak memberitahu kepadaku ? Tentu
aku akan datang menolongmu !" kakek Macan Hitam memutus
omongan orang.
"Engkau edan !" damprat kakek Kerbau Putih, "sedang
bergerak bangun saja tidak bisa, mana aku dapat
memberitahu kepadamu !"
"O, benar, benar," kata kakek Macan Hitam sambil
menampar-nampar kepala.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Perutku sakit sekali, terpaksa aku paksakan diri merangkak
keluar guha untuk buang air. Tiba di muka guha aku sudah tak
tahan dan berak terus menerus sampai kotoran habis hanya
tinggal berak air. Tetapi tetap tak berhentinya. Sehari terus
berak-berak saja, aku sampai lemas sekali dan rubuh pingsan
di muka guha ..."
"O. kasihan benar," kembali kakek Macan Hitam
menyelutuk.
"Entah berapa lama aku terhampar pingsan, ketika
membuka mata mukaku basah kuyup dan perutku
melembung. Ah, ternyata karena rebah dengan kepala
menghadap ke atas dan mulut menganga, hujan yang turun
malam itu telah masuk ke dalam perutku. Buru-Buru aku
masuk ke dalam guha lalu duduk menjalankan pernapasan.
Peredaran darah kuhentikan, kusalurkan saja air itu ke seluruh
tubuh, untuk mencuci bersih kotoran-kotoran dalam tubuh Isi
daging benjolan pada punggungku pun kucuci. Eh, di dalam
menjalankan peredaran air itu, aku menemukan sesuatu yang
belum pernah kualami. Kekuatanku bertambah, semangatku
penuh. Kucoba untuk menghantam karang. Eh, mudah juga,
tak kalah dengan pengerahan tenaga-dalam. Lama kelamaan
baru kusadari bahwa selain tenaga dalam yang berasal dari
pengerahan hawa dan darah dalam tubuh, ternyata air dalam
tubuh manusia itu pun dapat dikerahkan dan dibentuk
menjadi suatu kekuatan yang tak kalah hebatnya. Maka
kusebutnya sebagai tenaga dalam gaya baru. Tidak
menggunakan hawa dan darah tetapi dari air dalam badan
manusia ini."
"O, hebat," seru kakek Macan Hitam, "tetapi masakan dapat
menyamai kehebatan ilmu tenaga dalam yang biasa ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Nanti engkau dapat merasakan sendiri " kata kakek Kerbau
putih, "Cui-sin-kang atau Tenaga-air-sakti, demikian
kunamakan ilmu itu."
"Huh, jangan berlagak sok, engkau !" tiba-tiba kakek Macan
Hitam marah, "aku pun hendak melatih ilmu itu, tentu dapat
menyamai kepandaianmu."
"Bangsat, engkau hendak mencuri ilmuku ? Aku yang jerih
payah dan menderita kesakitan baru dapat menemukan ilmu
itu, sekarang enak-enak saja engkau terus hendak
menjiplaknya !"
''Siapa menjiplaknya ? Aku toh belajar sendiri ? Aku toh
tidak mencuri ilmumu ?"
Tiba-Tiba kakek Macan Hitam berseru kaget : "Hai, Macan
Hitam, jangan, janganlah engkau belajar ilmu itu. Percuma
dan sia-sia sajalah !"
Kakek Macan Hitam melongo kemudian deliki mata : "Huh,
apa engkau kira aku tak dapat meyakinkan ilmu itu? Lihat saja
besok lain tahun !"
"Ha, ha, ha . . . !" tiba-tiba pula kakek Kerbau Putih tertawa
gelak-gelak dan panjang.
"Setan, mengapa engkau tertawa ?" seru kakek Macan
Hitam terlongong.
"Karena tak mungkin engkau dapat melatih ilmu itu !"
"Mengapa?" seru kakek Macan Hitam makin heran.
"Karena hanya orang yang punggungnya tumbuh benjolan
daging seperti aku ini, baru dapat melatih ilmu tenaga Cui-sinkang
!"
"Bohong!"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Aku bicara dengan sungguh, terserah engkau mau percaya
atau tidak !"
"Sekarang keluarkan dulu arakmu itu !" seru kakek Kerbau
Putih.
"Hai !" tiba-tiba kakek Macan Hitam menjerit dan melonjak,
"celaka, celaka engkau Kerbau Putih!”
Sudah tentu kakek Kerbau Putih melongo. Tanpa sebab
apa-apa, mengapa mendadak sontak Macan Hitam menjerit
dan mengerang seperti orang kebakaran jenggot.
"Engkau gila barangkali. Mengapa engkau menjerit-jerit
seperti orang edan ?" seru Kerbau Putih.
"Lihatlah keluar itu," seru kakek Macan Hitam seraya
menunjuk ke dasar lembah yang merupakan sebuah tanah
datar, "bukankah disana tampak terang benderang ? Itulah,
matahari sudah berada di tengah langit, hari sudah tengah
hari !"
Kakek Kerbau Putih menurut arah yang ditunjuk kakek
rambut hitam, serunya : "O, lalu maksudmu ?"
"Mengapa engkau masih mengajak aku bicara begitu
bertele-tele saja ? Bukankah kita harus menyelesaikan
pertempuran yang terakhir ? Atau apakah memang engkau
sudah mengaku kalah ?"'
"Setan tua, siapa bilang aku kalah dengan engkau ?
Bukankah engkau sendiri yang terus menerus mengoceh tak
keruan? Hayo, kita mulai saja pertempuran itu !" sahut kakek
Kerbau Putih yang sudah lupa untuk menagih arak kepada
tuan rumah.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Memang hampir setengah hari mereka bertele-tele berdebat
dan ngotot tak keruan. Setelah matahari naik di tengah,
barulah kakek Macan Hitam itu kelabakan.
"Hayo," katanya seraya melangkah keluar menuju ke tanah
datar yang letaknya tepat di dasar jurang yang menjurus ke
atas sehingga sinar matahari langsung menimpa kesitu.
Setelah saling mengambil kedudukan mereka lalu saling
merapat. Macan Hitam menundukkan kepalanya. Kerbau Putih
berputar tubuh membelakangi dan songsongkan daging
bundar di punggungnya ke kepala lawan. Sesaat terjadilah
pemandangan yang lucu. Kakek Macan Hitam menunduk,
sorongkan kepalanya ke daging benjol di punggung kakek
Kerbau Putih. Sepintas pandang kepala kakek Macan Hitam itu
seperti menyorong sebuah bantal daging.
Demikian adu kepandaian yang aneh dari dua orang kakek
yang aneh. Pertandingan itu mereka sebut adu tenaga kepala.
Dan sesungguhnya, walau pun orang linglung tetapi kedua
kakek itu memiliki kepandaian yang sakti sekali. Mereka
termasuk tokoh-tokoh luar biasa. Adu tenaga kepala itu
diiambari dengan tenaga dalam yang hebat. Dengan
kepalanya itu, kakek Macan hitam dapat menyorong hancur
batu karang. Demikian pun dengan kakek Kerbau Pulih.
Daging benjol pada punggungnya itu mampu mendorong
rubuh pohon besar.
Ternyata kesaktian kedua kakek itu berimbang. Sudah
empat hari lamanya mereka adu kepandaian. Hari pertama
mereka adu tangan. Hantam menghantam, pukul memukul,
cengkam mencengkam dan dorong mendorong dengan
tenaga-dalam. Tetapi sampai malam rembulan tepat berada di
atas mulut jurang, barulah pertandingan itu berhenti tanpa
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
ada kesudahannya. Demikian pun dengan hari kedua, ketiga
dan keempat.
Hari itu adalah hari kelima, yaitu hari yang terakhir.
Menurut perjanjian yang telah disepakati berpuluh-puluh
tahun, pertandingan itu hanya dilangsungkan selama lima hari.
Setelah itu dibubarkan.
"Aduh, kurang ajar engkau Kerbau Putih," tiba-tiba kakek
Macan Hitam berseru, "mengapa daging punggungmu
berobah sedingin gumpalan es ?”
"Ha. ha, itulah yang namanya Cui-sin-kang, sahut kakek
Kerbau Pulih, "dalam waktu beberapa jam saja kepalamu tentu
beku dan keras seperti es !"
"Gila," teriak Macan Hitam, "kalau engkau tetap
menggunakan Cui-sin-kang, aku bisa mati !"
"Ha, ha, ha," seru kakek Kerbau Putih, "ka lau memang tak
tahan, bilang saja kalah. Nanti tentu segera kuhentikan Cuisin-
kang ..."
"Kalah ? Ho, bukankah kalau kalah aku harus mencium
kakiku dan menyebutmu 'ayah'? Tidak tidak, aku tak sudi.
Masakan aku yang lebih tua harus menyebut ayah kepadamu!"
"Siapa bilang engkau lebih tua ! Pantasnya engkau ini
cucuku. Karena sejak aku lahir, aku tak pernah melihat engkau
hidup. Baru setelah aku menjadi kakek setua ini, engkau
muncul di dunia !" bantah kakek Kerbau Putih.
Demikian kedua kakek yang linglung itu mengadu
kepandaian tenaga dalam sambil berbantah. Sekali pun begitu,
tenaga dalam yang dipancarkan dari kepala dan daging benjol
di punggung kakek Kerbau Putih, bukan kepalang
dahsyatnya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Tampak kakek Macan Hitam itu makin gemetar tubuhnya
Rupanya ia mulai kedinginan menerima serangan Cui-sin-kang
atau Tenaga-dalam-air-sakti yang memancarkan hawa
sedingin es.
Berjam-jam lamanya kakek Macan-Hitam itu menggigil
kedinginan. Dan matahari pun sudah silam ke balik gunung,
hari mulai gelap. Tiba-Tiba kakek Macan Hitam menggembor
keras lalu menarik-narik rambutnya, kumis dan jenggotnya.
Berulang kali ia melakukan hal itu.
"Hai, hangat, hangat!" teriak kakek Kerbau Putih, "mengapa
kepalamu mulai hangat?”
Kakek Macan Hitam tak menghiraukan. Ia terus menarik
rambutnya kencang-kencang dan menggerung seperti macan.
Tubuhnya yang menggigil itu pun mulai tenang kembali.
"Kurang ajar, mengapa kepalamu makin panas?" beberapa
saat kemudian kakek Kerbau Putih berteriak kaget.
"Ho, ho, ho," kakek Macan Hitam tertawa meloroh,
"sekarang rasakanlah pembalasanku. Memang Hou-hwat-sinkang
itu baru mau memancar apabila matahari sudah silam."
"Hou-hwat-sin-kang ? Apakah itu ?" tanya Kerbau Putih.
"Hou-hwat-sin-kang ialah tenaga dalam sakti dari Rambutharimau.
Jangan kira rambutku yang hitam ini tidak ada
gunanya. Ada, ada gunanya, bung ! Apabila matahari sudah
silam, rambutku itu dapat kutarik khasiatnya yalah
memancarkan tenaga dalam yang kekuatannya seperti tenaga
harimau."
"O," desus kakek Kerbau Putih, "mengapa saat matahari
silam baru dapat memancarkan tenaga-dalam.”
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Karena sesuai dengan namanya Hou-hwat a-atau rambut
macan, haruslah malam hari dapat digunakan. Bukankah
macan hitam itu baru berkeliaran dan unjuk kekuatan pada
waktu malam hari?”
"Kurang ajar, engkau Macan Hitam," teriak kakek Kerbau
Putih, "mengapa engkau diam saja? Bukankah engkau hendak
mengelabui aku? Kapan engkau mendapatkan ilmu semacam
itu ?"'
"Baru dalam tahun ini," sahut kakek Macan Hitam, "tetapi
aku lupa bilang. Sekali-kali aku tak bermaksud mengelabuhi
engkau."
"Hm, setan tua engkau !" damprat kakek Kerbau Putih lalu
berdiam diri.
Jika tadi setengah hari, dari tengah hari sampai petang,
kakek Macan Hitam yang menggigil kedinginan: Sekarang dari
saat matahari terbenam sampai tengah- malam, kakek Kerbau
Putih yang mengerenyut muka karena kepanasan. Kiranya
tenaga dalam yang memancar dari Hou-hwat-sin-kang si
kakek Macan Hitam itu mengandung hawa panas.
Berjam-jam lamanya kakek Kerbau Putih harus menahan
panas sehingga tubuhnya mandi keringat. Memang pada
hakekatnya, tenaga-sakti dari ilmu Hou-hwat-sin-kang itu lebih
unggul sedikit dari Cui-sin-kang.
Tiba-Tiba rembulan tampak menjulang di tengah angkasa,
wajahnya pun tepat terlihat di bawah dasar lembah sehingga
sinarnya dapat mencapai tempat kedua kakek itu bertempur.
Sekonyong-konyong kakek Kerbau Putih menguak-nguak
tak henti-hentinya. Dan beberapa saat kemudian, kakek
Macan Hitam menjerit: "Hai, mengapa tenaga-dalamku
menyurut balik ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Namun kakek Kerbau Putih tak mau menyahut. Dia tetap
diam saja.
"Kerbau Putih, ilmu apa yang engkau keluarkan sekarang
ini?" teriak kakek Macan Hitam pula. Tubuhnya mulai gemetar,
kepalanya agak pusing.
"Jawab dulu," sahut kakek Kerbau Putih, "bagaimana
rasanya kepalamu ?"
"Pusing, huh, kalau terus begini, kepalaku bisa berputarputar
mengelilingi dunia ..."
"Ha, ha, ha . . ," kakek Kerbau Putih tertawa girang,
"rasakanlah sekarang pembalasanku. Rembulan sudah berada
di tengah, kerbau yang sesat di jalan tak dapat pulang
kandang, tentu akan marah, bukan ?"
"Ya”
"Nah, itulah yang dinamakan ilmu Hong-gu-sin-kang atau
tenaga dalam Kerbau-gila. Kepalamu dalam beberapa kejab
lagi tentu akan berputar-putar dan setelah itu engkau tentu
akan jatuh mencium kakiku !"
"Keparat !" kakek Macan Hitam mendamprat lalu ulurkan
kedua tangannya kemuka dan berulang-ulang mencakar.
Bukan mencakar punggung lawan tetapi mencakar tempat
kosong.
"Uh, uh," sesaat kemudian kakek Kerbau Putih mendesuhdesuh,
"setan tua, hebat sekali tenaga-dalammu yang
menghalau tenaga dalamku."
"Hou-jiau-sin-kang !"
"Apa ? Hou-jiau-sin-kang ?"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ya, engkau boleh rasakan betapa kekuatan dari ilmu
tenaga dalam Macan-mencakar itu."
Demikian silih berganti kedua kakek itu mengeluarkan ilmu
tenaga dalam yang aneh-aneh. Ilmu tenaga dalam yang hanya
dimiliki oleh mereka berdua. Dalam dunia persilatan memang
tak terdapat ilmu tenaga dalam yang seaneh itu. Karena ilmuilmu
itu adalah hasil ciptaan mereka sendiri.
Rembulan makin merebah ke barat dan malam pun makin
larut. Tengah kedua kakek itu bertempur mati-matian,
sekonyong-konyong mereka di kejutkan oleh sesosok tubuh
yang menimpa tepat di atas kepala yang melekat rapat
dengan daging panggung. Bluk ....
Yang jatuh itu bukan lain adalah si Blo'on. Karena tertimpuk
banggol kayu oleh Pengemis-sak-ti Hoa Sin, anak itu terlempar
jatuh ke dalam jurang. Dasar
belum takdirnya mati. Saat itu
di dasar lembah sedang
berlangsung pertempuran
antara kakek Macan Hitam
dengan kakek Kerbau Putih.
Dan jatuhnya Blo'on tepat
duduk di atas kepala kakek
Macan Hitam dan daging
benjul kakek Kerbau putih.
"Aduh . .” Blo'on menjerit
karena paha kanan
menduduki kepala kakak
Macan Hitam yang keras. Tetapi paha yang kiri menduduki
daging benjul kakek Kerbau Putih tak terasa sakit.
Kedua kakek linglung itu tidak merasa bahwa ada tubuh
orang yang menduduki kepala dan daging punggung mereka.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Dan mereka pun tak menyangka kalau ada manusia yang
datang kesitu.
"Kerbau Putih, ho, engkau hendak menekan kepalaku
supaya pecah, bukan? Jangan ngimpi, rasakan seranganku,"
kakek Macan Hitam menjerit dan memaki-maki. Lalu kerahkan
tenaga dalam untuk menyerang.
"Aduhhh . . . panas sekali !" teriak Blo'on ketika rasakan
paha kanannya dialiri hawa yang amat panas. Ia hendak
mengangkat pahanya tetapi tak dapat. Paha itu seolah-oleh
melekat pada kepala kakek Macan Hitam.
Dari paha kanan, aliran hawa panas itu menyalur ke paha
kiri. Deras seperti arus sungai.
"Aduhhh . . . dingin sekali !'" sesaat kemudian Blo'on
menjerit lagi ketika paha kirinya dialiri hawa yang amat dingin,
sedingin es.
Ternyata aliran hawa dingin itu berasal dari pancaran
tenaga dalam kakek Kerbau Putih untuk menolak serangan
hawa panas dari kakek Macan Hitam.
Dua buah tenaga dalam yang berlawanan jenis, panas dan
dingin, segera berhamburan mengalir ke paha Blo'on. Paha
yang kanan dilanda arus panas, paha kiri dibanjiri arus dingin.
Kedua jenis tenaga dalam aneh itu berbenturan di tengah lalu
meluap ke perut Blo'on.
"Aduh perutku panas ..." Blo'on mendekap perut sebelah
kanan, "aduh yang kiri . . " ia mendekap perutnya bagian kiri.
Blo'on peringisan. Perutnya seperti digodok dan dibenam
es.
"Aduh, mati aku . . tiba-tiba Blo'on beralih
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Hola ..." Blo'on menjerit kaget ketika ia jatuh terduduk di
atas kepala kakek Macan Hitam dan hahu kakek Kerbau Putih
yang sedang bertempur mati-matian itu ....mendekap tangan
kiri ke dada kirinya, "dadaku beku . . . !”
"Mampus engkau, setan tua!" tiba-tiba terdengar kakek
rambut putih berteriak girang. Rupanya kakek itu menyangka
kalau yang menjerit kesakitan tadi, lawannya kakek Macan
Hitam.
"Aduh, mati lagi aku . . !" sesaat kemudian Blo'on menjerit
dan mendekapkan tangan kanannya ke dada kanan," dadaku
terbakar ..."
"Ho, rasakan pembalasanku, Kerbau Putih," teriak kakek
Macan Hitam yang mengira kalau jeritan Blo'on itu berasal dari
kakek Kerbau Putih.
Memang kedua kakek itu linglung dan sinting. Mereka tak
merasa kalau kepalanya dan daging punggungnya diduduki
orang. pun mereka tak mau memperhatikan kalau yang
menjerit kesakitan itu bukan lawannya melainkan lain orang.
"Aduh, minta ampun . . kepalaku panas . . mau pecah . . ,"
tiba-tiba Blo'on menjerit kesakitan dan mendekap kepalanya
yang sisih kanan.
"Biar pecah . . eh, engkau sudah minta ampun? Mau
mengaku kalah ?" tiba-tiba pula kakek Macan Hitam berteriak.
Dia mengira kakek Kerbau Putih yang menjerit dan minta am
pun.
"Aduh, mak, ampun. . kepalaku beku . .” Blo'on berteriak
lagi dan mendekap kepalanya sebelah kiri.
"Setan tua, siapa yang minta ampun? Uh, kurang ajar, aku
orang lelaki mengapa engkau menyebut emak kepadaku ?
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kurang ajar, siapa yang kalah! Kalau tak tahan, jangan malu.
Bilang saja, tentu kuampuni . . . ," teriak kakek Kerbau Putih
yang mengadakan serangan tenaga dalam makin hebat.
Kasihan si Blo'on. Dia telah menjadi bulan-bulan sasaran
kedua kakek linglung yang sakti itu. Tubuhnya telah dialiri dua
macam tenaga-dalam, panas dan dingin. Separoh tubuhnya
yang kanan, panas seperti dibakar api. Separoh tubuh yang
kiri dingin seperti direndam es. Untunglah secara tak disadari,
dia telah makan rumput mustika Li-ong-si-jau rumput Kumisnaga
Rumput itu hanya mengeluarkan bunga tiap seribu
tahun. Dengan memakan bunga rumput Liong-si-jau, secara
tak disadari Blo'on telah memiliki tenaga dalam yang hebat,
setingkat dengan tokoh persilatan kelas satu
Tenaga dalam Blo'on mengalami gemblengan yang hebat.
Yang berada di dalam separoh tubuhnya sebelah kanan,
digodok dengan tenaga dalam si kakek Macan Hitam yang
panas. Sedang tenaga dalam Blo'on yang berada ditubuhnya
sebelah kiri, seperti direndam es dari kutub utara.
"Aduh, dadaku beku . . aduh dadaku terbakar . . " Blo'on
menjerit dan berteriak ketika kedua jenis tenaga dalam panas
dan dingin itu turun membanjiri dadanya.
"Mati sungguh aku sekarang . . " Bloon mengerang jerit
terakhir, kemudian ia terkulai rubuh tengkurap di atas kepala
dan daging punggung kedua kakek aneh itu.
Kedua kakek itu tetap tak menyadari bahwa kepala dan
punggungnya dimuati seorang manusia Mereka tetap
menyalurkan tenaga dalam sekuat-kuatnya. Tetapi mereka
pun merasakan sesuatu yang aneh.
Tenaga dalam yang dipancarkan kakek Macan Hitam mau
pun kakek Kerbau Putih, tak pernah kembali. Begitu
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
memancar keluar, terus hilang. Dengan demikian, perlahan
tetapi tentu, tenaga dalam mereka pun mulai berkurang,
makin habis.
Menjelang terang tanah, tenaga dalam kedua kakek itu
benar-benar habis. Bluk. bluk, bluk . . . terdengar tiga buah
suara dan tubuh manusia yang jatuh ketanah. Kedua kakek itu
karena tenaga-dalamnya habis, terjerembab jatuh terduduk
ditanah. Sedang karena kedua kakek itu lepaskan kepala dan
punggungnya maka Blo’on pun jatuh rebah di atas tanah.
Kedua kakek duduk pejamkan mata, menyalurkan
pernapasan dan mengembalikan tenaganya. Blo’on
menggeletak tak ingat diri.
Beberapa waktu lamanya, kedua kakek itu serempak
membuka mata. Demi melihat sesosok tubuh manusia rebah di
hadapan mereka, kakek Macan Hitam melonjak bangun : "Hai,
harimau . . !” la terus mencengkeram Blo'on.
"Kerbauku ..." teriak kakek Kerbau Putih terus menubruk
kaki Blo’on.
"Setan tua. lepaskan. Ini harimauku," teriak kakek Macan
Hitam seraya menarik kepala Blo'on.
"Bukan, ini kerbauku!" kakek Kerbau Putih pun menarik
kaki anak itu.
Blo'on dijadikan barang tarikan. Kepalanya ditarik kakek
Macan Hitam, kakinya ditarik kakek Kerbau Putih.
Karena ditarik sana dibetot sini, Blo'on tersadar. Ia terkejut
dan kesakitan karena dirinya ditarik sana ditarik sini. Saat itu
tangannya masih bebas. Karena tak tahan rasa sakitnya.
Blo'on ayunkan tangan kanan menghantam kebelakang dan
tamparkan tangan kiri kearah kaki kearah kakinya
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Duk . . duk . . bluk . . terdengar suara tubuh jatuh ke tanah
disusul dengan jerit kesakitan.
Karena pukulan Blo'on, kakek Macan Hitam mencelat ke
belakang, membentur karang dan rubuh terduduk ditanah.
pun kakek Kerbau Putih juga terlempar beberapa langkah,
membentur karang dan jatuh terduduk. Tetapi karena dilepas
oleh kedua kakek itu, tubuh Blo’on pun jatuh terbanting
ditanah.
Kembali kedua kakek itu pejamkan mata, menyalurkan
peredaran darahnya yang bergolak-golak. Pukulan Blo'on
bukan main hebatnya. Baik kakek Macan Hitam mau pun
Kerbau Putih rasakan dadanya seperti dihantam pukul besi.
Blo'on bergeliat bangun. Ia heran mendapatkan dirinya
berada dalam sebuah tempat yang sempit. Sekelilingnya
penuh dengan dinding karang yang menjulang tinggi.
"Hai, setan ... !" ia melonjak kaget ketika matanya
tertumbuk pada seorang kakek berambut hitam yang tengah
duduk meramkan mata. Ia ber paling ke kiri dan . . "Hai, setan
lagi . . !" ia menjerit kaget seperti disengat tawon. Dilihatnya
seorang kakek berambut putih tengah duduk pejamkan mata.
Beberapa saat kemudian, ia mulai tenang. Ke dua kakek
yang dianggapnya setan itu masih duduk meram. Timbullah
nyali Blo'on. Ia berindap-indap menghampiri kakek berambut
hitam. Memandangnya dengan teliti.
'"Aneh ..." gumamnya, "kalau setan mengapa mukanya
manusia. Kalau manusia mengapa begitu pendek sekali
tubuhnya. Menurut kerut wajahnya, dia seorang kakek tua
tetapi mengapa rambutnya masih hitam ..."
Ia maju lebih rapat lagi. Dijulurkannya tangannya untuk
meraba muka kakek berambut hitam itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Uh, daging manusia," gumamnya, "kalau begitu dia
seorang manusia, bukan bangsa setan. Tetapi mengapa diam
saja . . "
Tangan Blo'on merayap disepanjang muka kakek itu
singgah ke lubang hidung orang. Maksudnya hendak
memeriksa pernapasan si kakek. Tetapi karena gelap, jari
Blo'on keliru menyasar masuk ke dalam lubang hidung orang,
"Haaaajingng . . . ", karena lubang hidung digelitik jari,
kakek Macan Hitam berbangkis sekuat-sekuatnya.
Karena kaget dan karena kuatnya semburan mulut kakek
Macan Hitam. Blo'on sampai terlempar dan berguling-guling
ketanah. Pada waktu ia bangun, ia pun berteriak kaget : "Hai,
engkau ! Mengapa tiba-tiba rambutmu sudah putih ? Kemana
rambutmu yang hitam tadi ?"
Kakek linglung, anak itu pun Blo'on. Ia berguling-guling
sampai ketempat kakek Kerbau Putih. Dan ketika membuka
mata, ia kaget karena mengira kalau kakek Kerbau Putih itu
kakek Macan Hitam tadi.
Tetapi kakek Kerbau Putih pun diam saja. Rupanya dia
masih menjalankan peredaran napas dan darah untuk
mengembalikan tenaganya yang habis.
Karena heran, Blo'on maju mendekati lalu ulurkan tangan
meraba rambut kepala kakek Kerbau Putih : "Aneh, mengapa
rambutmu menjadi putih, setan ..."
Setelah rambut kepala, tangan Blo'on pun turun meraba
kumis kakek Kerbau Putih. Tak disengaja ujung kukunya
menusuk ke dalam lubang hidung si kakek dan berbangkislah
kakek itu berbangkis sekuat-kuatnya . . .
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Untuk yang kedua kalinya, Blo'on terkejut dan mencelat
beberapa langkah, berguling-guling ketempat kakek Macan
Hitam.
"Hai, engkau . . . , " ia menjerit kaget, "rambutmu hitam
lagi, bagus !"
Blo'on memang blo'on. Ia tak menyadari kalau di dalam
dasar jurang itu terdapat dua orang kakek. Ia heran mengapa
kakek itu, dapat berobah-robah, sebentar rambutnya hitam,
sebentar putih
Karena heran, Blo'on meraba-raba lagi muka kakek pendek
itu. Tiba-Tiba ia meraba kelopak mata si kakek terus disiakkan
supaya terbuka. Sudah tentu kakek Macan Hitam itu
mendongkol. Mati-matian ia pertahankan kelopak matanya
supaya tertutup. Tetapi kalah kuat dengan tangan Blo'on.
Akhirnya kelopak mata kakek Macan Hitam itu pun terbuka.
"Ih, ngeri . . . "Blo'on menjerit kaget karena biji mata kakek
itu melotot. Karena muka dan matanya dibuat mainan, kakek
Macan Hitam itu marah sekali. Dengan menggerung keras, ia
menandukkan kepalanya ke dada Blo'on, duk . . .
Blo'on yang duduk merapat didepan si kakek tak dapat
menghindar lagi. Dadanya tertumbuk kepala si kakek dan
terlemparlah ia ke belakang Bluk . . . tiba-tiba kakek Kerbau
Putih memutar tubuh dan menyambut Blo'on dengan daging
benjolan punggungnya, duk . . .
"Uh . . . ," kembali Blo'on terpental balik ketempat kakek
Macan Hitam Kakek itu menandukkan dengan kepalanya lagi,
duk . . .
Demikian Blo'on dibuat bulan-bulan, ditanduk dengan
kepala dan dipentalkan dengan daging benjol punggung.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Untunglah karena anak itu telah memiliki tenaga dalam yang
kokoh, ia tak sampai menderita luka.
Akhirnya karena dibuat bal-balan, Blo'on marah juga. Ketika
kakek Macan Hitam menanduk. Blo'on menampar kepalanya
dan ketika kakek Kerbau Putih hendak mendorong dengan
punggung, anak itu pun menghantam daging benjol
punggung Kakek itu.
Prak, bluk . . . kakek Macan Hitam terkapar dan kakek
Kerbau Putih pun menyusur tanah. Keduanya tak ingat diri.
Mereka kehabisan tenaga dalam, tenaga dalam keduanya
telah disalurkan ke dalam tubuh Blo'on semua. Ditambah pula
anak itu sudah makan bunga rumput Liong-si-jau. Maka
tampaknya hebat sekali akibatnya. Kedua kakek itu pingsan !
"Aneh, dimanakah aku berada ?" Blo'on mulai bingung
bertanya-tanya," dan siapakah kedua manusia tua itu ?"
Tiba-Tiba melayanglah seekor burung rajawali yang
punggungnya membawa monyet hitam. Langsung burung itu
hinggap di bahu Blo'on dan monyet pun loncat ke atas kepala
anak itu,
"Turun !" teriak Blo'on seraya mendorong monyet dan
burung rajawali. Kedua binatang itu- pun loncat turun.
Kedengaran lolong anjing berkepanjangan. Rupanya anjing
kawan dari kedua binatang itu masih menunggu di tepi jurang
sebelah atas. Anjing itu tak berani menuruni jurang yang
begitu landai.
Blo'on menghampiri kakek Macan Hitam, Diamatinya kakek
itu beberapa saat : "O, dia seorang manusia juga. Tetapi
mengapa tubuhnya pendek sekali ?"
Kemudian dia menghampiri kakek Kerbau Putih
memeriksanya : "Uh, ini juga seorang manusia. Rambutnya
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
putih, tentu sudah tua. Hai, mengapa punggungnya
bersusun?"
Dipegangnya daging benjol pada punggung kakek Kerbau
Putih itu : "Uh, keras sekali ..."
Diguncang-guncangnya kakek itu supaya bangun tetapi
mereka tetap meram. Blo'on tak tahu kalau kedua kakek itu
pingsan. Akhirnya ia mengkal dan dibiarkan saja mereka
menggeletak.
"Celaka!" ia berteriak, "jangan-jangan mereka mati dan aku
lagi yang dituduh orang membunuhnya!"
Karena beberapa kali ia selalu berada di dekat orang mati
dan selalu dituduh pembunuh, Blo'on menjadi jera. Ia mulai
bingung untuk meninggalkan tempat itu. Tetapi ketika
memandang ke sekeliling ternyata dinding karang menjulang
lurus ke atas dengan tinggi sekali.
"Celaka, tak mungkin aku memanjat ke atas" ia mulai sibuk
lari kian kemari mencari jalan.
Akhirnya ia menemukan sebuah terowongan, ia masuk dan
dapatkan dirinya berada dalam sebuah guha yang cukup luas.
Perlengkapan yang terdapat dalam guha itu menyerupai
sebuah bilik rumah. Sebuah meja, dua buah kursi, sebuah
balai-balai yang kesemuanya terbuat dari batu. Sebuah pelita
yang masih menyala terletak di atas meja. Dengan demikian
dapatlah ia melihat keadaan dalam ruang guha itu.
Dan yang lebih menggirangkan, ternyata di-atas meja batu
itu masih terdapat beberapa makanan. Nasi kering dan daging
bakar yang menusuk hidung baunya.
Seketika timbullah rasa lapar Blo'on. Tak peduli apa-apa
lagi, ia terus duduk dan melahap makanan itu sampai habis
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Kemudian ia berbangkit mencari minuman. Setelah mencari
sekian saat. ia menemukan di bawah balai-balai batu itu
sebuah lubang yang ditimbuni rumput kering. Ketika timbunan
rumput diambil, ia menjerit girang.
"Oho, arak ..." ia pun segera mengambil sebuah guci terus
dibawa ke meja. Dicarinya sebuah cawan lalu dituangnya guci
itu. Arak berwarna merah, baunya agak sedap-sedap anyir.
Blo'on terus menghabiskan arak seguci itu. Tiba-Tiba ia
rasakan kepalanya pening dan berat.
Kemudian ia rasakan badannya panas dan makin panas.
Rasanya seperti dibakar api. Karena tak kuat menahan rasa
panas itu, ia tumpahkan pada meja batu. Dipegangnya meja
itu lalu digulingkannya, uh, uh . . meja batu itu ternyata berat
sekali. Tetapi Blo'on sudah seperti orang kemasukan setan.
Didorongnya meja itu sekuat-kuatnya.
Tiba-Tiba terdengar suara berderak-derak ketika meja batu
itu mengisar ke samping. Blo'on tetap mendorongnya
sehingga keringat bercucuran seperti orang mandi. Hanya
dengan berbuat begitu, ia rasakan kepala dan tubuhnya agak
ringan, panasnya mulai berkurang.
Ternyata dia secara tak sengaja telah minum arak Hou-hiatciu
atau Darah Macan Arak dari darah macan yang diawetkan
dengan ramuan daun-daun obat dan disimpan selama
berpuluh-puluh tahun oleh kakek Macan Hitam. Arak itulah
yang dibanggakan kakek Macan Hitam sebagai arak yang
mempunyai daya khasiat menambah kekuatan.
Setelah minum arak itu, berkembanglah tenaga Blo'on
Makan bunga rumput Liong-si-jau, diberi saluran tenaga dalam
oleh kedua kakek aneh dan kini minum arak Darah Macan.
Meja batu yang beratnya beberapa ratus kati itu dapat
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
didorongnya ke samping dan kini terbukalah sebuah lubang
terowongan. Untuk turun ke bawah, terdapat titian batu.
Tanpa banyak pikir, Blo'on terus turun ke-bawah. Burung
rajawali dan monyet pun mengikuti di belakangnya.
Entah berapa lama ia berjalan menyusur lorong terowongan
itu. Akhirnya terowongan itu buntu, pecah menjadi dua lorong
yang menjurus ke kanan dan kiri.. Yang menjurus ke kiri -
terdapat sebuah huruf berbunyi Si (mati). Sedang lorong yang
menjurus ke samping kanan terdapat sebuah Seng (hidup).
Blo'on tak memperhatikan huruf itu. Pokok karena melihat
lorong yang menjurus ke kiri itu agak lebar, ia terus saja
membelok ke kiri.
Berjalan tak berapa lama, tibalah ia di sebuah ruangan yang
besar. Ruangan itu mempunyai empat buah pintu.
Blo'on terkejut melihat suasana ruangan itu tidak segelap
lorong terowongan tadi. Di tengah ruangan terdapat lampu
yang masih menyala. Sedang empat sudut ruangan dihias
dengan empat butir mutiara sebesar telur ayam. Karena
ditimpa sinar lampu, mutiara itu memantulkan cahaya yang
redup tetapi cukup terang.
Mutiara itu disebut Ya-beng-cu atau Mutiara yang dapat
menerangi malam hari. Tergolong mutiara yang jarang
terdapat di dunia. Tetapi Blo'on tak tahu. la tak mempedulikan
benda berharga itu.
Perhatian Blo'on tertumpah pada keempat pintu yang
terletak di empat penjuru, utara, timur selatan dan barat.
Pintu utara bercat merah, pintu timur bercat kuning emas.
pintu selatan bercat biru dan pintu barat bercat putih.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on tertarik pada pintu bercat merah. Ia menghampiri
dan terus membuka pintu itu. Begitu melangkah masuk, ia
menjerit dan terus lari keluar lagi.
"Huh, ngeri ..." katanya sambil mengibas kibaskan kepala,
"itu manusia atau bukan ?"
la tegak termenung lalu berjalan mondar-mandir. Beberapa
saat kemudian, ia membuka pintu merah itu dan melangkah
masuk lagi.
Ternyata di dalam pintu terdapat suatu pemandangan yang
benar-benar menyeramkan. Duduk numprah di tanah, tampak
seorang manusia yang luar biasa tingginya. Sepintas
menyerupai seorang raksasa. Rambutnya panjang terurai,
menutupi bahu dan sebagian mukanya. Alisnya pun menjulai
panjang, demikian pula dengan kumis dan rambut jenggotnya
yang sudah putih, menjulai panjang menutupi dadanya.
Orang itu tak berbaju sehingga tulang-tulang rusuknya
tampak menonjol karena kurusnya sehingga tubuhnya seperti
tulang terbungkus kulit saja.
"Hm, mengapa sampai begini siang baru mengantarkan
makanan, Lo Kun," seru orang itu dengan suara yang
menyeramkan bulu roma.
Blo'on celingukan kian kemari. Ia kira raksasa itu sedang
bicara dengan lain orang ternyata tidak ada orang kecuali dia.
"Lekas bawa kemari makanan itu !” bentak raksasa itu pula.
Blo'on tercengang. Akhirnya ia merasa kalau raksasa itu
berkata kepadanya : "Makanan apa ?"
"Jangan menggoda aku kakek kate!" raksasa itu
menggeram.
"Siapa kakek kate ? Aku bukan kakek dan bukan kate ..."
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Lo Kun bangsat ! Engkau berani mempermainkan aku!"
damprat orang itu pula. Serempak terdengar bunyi
bergerontang yang dahsyat sekali sehingga Blo'on buru-buru
mendekap telinganya.
Beberapa saat kemudian, barulah Blo'on mengetahui bahwa
raksasa itu berada dalam sebuah kerangkeng besi. Begitu pula
tangan dan kakinya diikat dengan rantai yang besar dan
panjang, la dapat bergerak kian kemari tetapi tak dapat keluar
dari kerangkeng itu.
Melihat itu, timbullah rasa kasihan pada hati Blo'on. Ia maju
menghampiri dan berdiri kira-kira lima langkah dari
kerangkeng.
"Kakek, aku bukan kakek kate. Aku seorang anak laki,"
katanya dengan perlahan.
Raksasa itu picing-picingkan mata dan membelalak lebarlebar
seperti hendak mengamati Blo'on,
"Ho, engkau manusia baru rupanya?" Blo'on mengiakan.
"Mana kakek kate itu?" seru orang itu pula
"Dia tidur."
"Bedebah!" orang itu memaki, "perutku sudah sangat lapar,
mengapa dia masih tidur. Lekas panggil dia kemari !"
"Siapa ?” Blo'on melongo.
"Kakek kate itu !"
"O, baiklah ..." Blo'on terus ayunkan langkah hendak keluar.
"Tunggu!" tiba-tiba orang itu berteriak pula. Blo’on pun
berhenti dan menghampiri.
"Siapa engkau ?" tanya orang itu.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ya, benar aku ini."
"Siapa namaku ?"
"Entah, aku sendiri juga sedang mencari keterangan."
"Hai ! Apakah engkau anak gila ?"
"Tidak! Aku hanya kehilangan ingatan. Aku tak tahu siapa
namaku, dari mana tempatku”
"Aneh," gumam orang itu, "kakek itu linglung, sekarang
ternyata engkau lebih gila lagi Masakan namamu sendiri
engkau tak tahu."
"Apa engkau tahu siapa namaku?" tanya Blo'on
Orang itu rentangkan kedua mata lebar-lebar, serunya:
"Kenal saja baru sekarang, eh . . . cobalah engkau mendekat
kemari. Mataku kurang
terang, eh kau ini apa
bukan ..." tiba-tiba ia
menyambar lengan Blo'on
terus ditarik ke dekatnya
tetapi tertahan terali besi.
"Lepaskan!" Blo'on
berteriak dan meronta
sekuat-kuatnya Ia merasa
sakit sekali karena
dicengkeram. Walau pun
tangannya tinggal tulang
terbungkus kulit, tetapi
orang itu masih bertenaga
kuat sekali.
Tiba-Tiba kepala Blo'on dipegang oleh tangan orang itu lagi
terus diputar ke belakang, menghadap kepadanya.
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
"Ho, benar, benar . . . engkau pangeran Sun Ti . . ha, ha,
ho, ho .. " orang itu tertawa gembira
Karena berhadapan muka hampir merapat, ludah orang itu
menyembur keluar ketika dia tertawa. Bau mulutnya hampir
membuat Blo'on muntah
"Pangeran ? Apa itu pangeran ?” teriak Blo'on kaget.
"Pangeran adalah putera raja. Ya, engkau memang
pangeran Sun Ti putera baginda Ing Lokl!”
"Aku anak raja? Namaku Sun Ti Benarkah itu"
"Benar!" teriak orang aneh itu pula.
"Kalau begitu lepaskanlah tanganmu"
"Lepaskan? Ha, ha, ha . . ," orang aneh itu tertawa keras,
"berpuluh-puluh tahun aku dipenjarakan disini oleh ayahmu.
Sekarang engkau sendiri datang mengantar dirimu menjadi
tawananku . . "
"Tidak, tidak!" Blo'on berontak sekuat-kuat-nya. Tetapi
karena lengan kanannya dicengkeram dan kepalanya juga
dipegang tangan orang itu, Blo'on tak dapat berkutik.
"Kalau engkau meronta, lehermu tentu putus,” seru orang
itu.
Burung rajawali dan monyet kecil melonjak! kaget. Rajawali
terbang menyambar muka orang itu, tetapi orang itu
menyemburkan mulutnya dan burung itu pun terdampar
beberapa langkah. Semburan mulut orang aneh itu seperti
angin puyuh dahsyatnya.
Monyet kecil melonjak-lonjak dan berkuik-kuik. Tangannya
melambai-lambai burung rajawali. Rupanya burung itu
mengerti. Dia terus meluncur ketanah dan hinggap didepan
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
monyet. Monyet cepat meloncat ke punggung burung.
Setelah itu burung pun terbang keluar.
Ternyata burung rajawali dan monyet itu serta anjing
kuning adalah binatang peliharaan Blo'on! Mereka terlatih baik
sekali sehingga mengerti apa! perintah tuannya. Sejak
kehilangan ingatan, Blo’on! tak mengenali lagi ketiga binatang
peliharaannya! itu. Namun ketiga binatang itu tetapi setia
mengikuti.
Burung rajawali terbang kembali ke ruang guha kediaman
kakek Macan Hitam. Ternyata kakek! itu sudah sadar dan
masuk ke dalam guhanya. Demi melihat burung dan monyet,
kakek itu terkejut.! Lebih terkejut pula ketika melihat meja
batu telah berkisar dan kedua binatang itu keluar. Melihat si
kakek, kera pun melonjak-lonjak lalu turun lagi ke lubang
bawah meja itu.
Kakek Macan Hitam terkejut karena melihat meja batu telah
berkisar kesamping dan seekor burung serta seekor monyet
masuk ke bawah. Cepat ia mengejar.
Tiba di ruang besar, kakek itu terkejut karena melihat pintu
merah terbuka. Cepat ia memburu masuk dan : "Hai . . Mali,
mengapa engkau!"
"Ho, engkau kakek kate !" seru raksasa itu dengan riang,
"lihatlah, yang kutunggu akhirnya datang juga!"
Kakek Macan Hitam makin terkejut ketika melihat si Bloon
tak dapat berkutik di dalam cengkeraman raksasa yang
dipanggil Mali itu. Melihat kedatangan kakek Macan Hitam,
Blo'on meronta.
"Jangan, jangan !" teriak kakek Macan Hitam mencegah,
"jangan meronta atau lehermu bisa putus nanti !"
Tiraikasih website http://kangzusi.com.
Blo'on rasakan tengkuk lehernya seperti dijepit tangan besi
yang amat kuat. Apabila ia nekad meronta, memang
kemungkinan batang lehernya bisa copot. Ia hendak
menghantamkan tangannya kebelakang tetapi terali besi
kerangkeng itu, amat kokoh sekali. Terpaksa ia menurut
seruan kakek Macan Hitam.
Anda sedang membaca artikel tentang cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1 dan anda bisa menemukan artikel cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-ngentot-igo-silat-pendekar-bloon.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post cerita Ngentot Igo Silat : Pendekar Bloon 1 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/08/cerita-ngentot-igo-silat-pendekar-bloon.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 1 komentar... read them below or add one }

poker mengatakan...

poker online terpercaya
poker online
Agen Domino
Agen Poker
Kumpulan Poker
bandar poker
Judi Poker
Judi online terpercaya

Posting Komentar